Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN 2

PENGAUDITAN SALDO KAS

( AA Putu Gede Arie Susandya, SE., M.Si., Ak., CA )

OLEH: KELOMPOK 11

I MADE ALIT ARYA WIBAWA (10/1702622010263)

NGAKAN PUTU ARI SAPTA WIGUNA (16/1702622010269)

PUTU MEGA ARYANI DEWI (42/1702622010295)

PUTU RISA PUTRI ADNYANI (43/1702622010296)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019
10.1 SIFAT DAN TUJUAN SIKLUS KAS.
10.1.1 Sifat Siklus Kas
Saldo kas dihasilkan dari pengaruh kumulatif kelima siklus transaksi yang telah
dibahas sebelumnya. Kelima siklus tersebut adalah siklus pendapatan, siklus
pengeluaran, siklus pendanaan, siklus investasi, dan siklus jasa personalia.
Penerimaan kas merupakan realisasi pendapatan. Apabila terjadi pendapatan melalui
penjualan kredit, maka perusahaan akan mendebit piutang dagang. Apabila pelanggan
membayar piutang dagang tersebut, maka perusahaan akan menerima aset yang pada
umumnya berupa kas.
Siklus investasi juga berkaitan erat dengan kas. Perusahaan yang menanamkan
investasi harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk membeli saham atau surat
berharga lain. Investasi tersebut akan dapat menghasilkan pendapatan yang pada
akhirnya akan menambah kas perusahaan. Sedangkan siklus produksi tidak
mempunyai kaitan langsung dengan kas. Saldo kas meliputi cash on hand (kas di
tangan atau disimpan dalam perusahaan), kas di bank, dan dana tertentu yang
disisihkan seperti dana kas kecil. Di samping itu, perusahaan kadang
menyelenggarakan rekening khusus perusahaan di bank yang hanya digunakan untuk
membayar gaji dan upah.
10.1.2 Tujuan Siklus Audit
Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-masing
asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audit
ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan
oleh manajemen.
 Asersi keberadaan dan keterjadian : Saldo kas tercatat benar-benar ada pada
tanggal neraca.
 Asersi kelengkapan : Saldo kas tercatat meliputi pengaruh semua transaksi kas
yang telah terjadi, Transfer kas antar bank pada akhir tahun dan telah dicatat pada
periode yang tepat.
 Asersi hak dan kewajiban : Klien mempunyai hak legal atas seluruh saldo kas
yang tampak pada tanggal neraca.

1
 Asersi penilaian dan pengalokasian : Saldo kas tercatat dapat direalisasi pada
jumlah yang dinyatakan dalam neraca, dan sesuai dengan skedul pendukungnya.
 Asersi pelaporan dan pengungkapan : Saldo kas telah diidentifikasi dan
dikelompokkan dengan tepat dalam neraca, Identifikasi dan pengungkapan yang
tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dengan adanya pembatasan
penggunaan kas tertentu, Kewajiban kontinjensi (belum pasti), compensating
balances, dan lines of credit dengan bank telah diungkapkan secara memadai.

10.2 MATERIALITAS, RISIKO DAN STRATEGI AUDIT


Volume transaksi kas pada kebanyakan perusahaan adalah sangat tinggi. Hal ini tidak
terlepas dari keterkaitan siklus kas dengan kelima siklus yang telah disebutkan
sebelumnya. Tingginya volume transaksi menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus
kas. Di samping itu ada beberapa faktor penyebab tingginya risiko bawaan siklus kas,
antara lain:
1. Tingginya potensi salah saji akibat volume transaksi yang tinggi.
2. Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati).
3. Kesempatan manipulasi dalam bentuk kitling maupun window dressing.

Seperti telah disebutkan, frekuensi transaksi kas sangat tinggi. Oleh karena itu,
auditor akan menghemat biaya kalau melakukan pengujian pengendalian untuk
menghimpun bukti yang mendukung lower assessed level of control risk. Meskipun
demikian, auditor tetap harus melaksanakan pengujian substantif. Oleh karena itu,
strategi audit yang digunakan adalah kombinasi strategi pengutamaan pengujian
substantif ( primarily substantive approach) dan lower assessed level of control risk.

10.3 PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN


Pemahaman struktur pengendalian intern siklus kas meliputi pertimbangan
lingkungan pengendalian, informasi dan komunikasi (sistem akuntansi), penaksiran
risiko, pemantauan dan aktivitas pengendalian.
 Lingkungan Pengendalian
Titik tolak pemahaman struktur pengendalian intern siklus kas adalah pemahaman
lingkungan pengendalian atas kas. Lingkungan pengendalian sangat penting untuk

2
mewujudkan struktur pengendalian intern kas yang baik. Pemahaman pengendalian
meliputi pemahaman pemberian kekuasaan dan tanggung jawab atas transaksi kas.
Pemahaman dapat diperoleh melalui:
1. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen.
2. Mempelajari bagan organisasi.
3. Menelaah deskripsi tugas.
 Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan
pengidentifikasian, analisis, dan pengelolaan risiko yang relevan dengan penyusunan
laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia. Penaksiran risiko dapat ditujukan ke bagaimana
perusahaan mempertimbangkan kemungkinan transaksi dalam siklus kas yang tidak
dicatat atau mengidentifikasi dan menganalisis estimasi yang signifikan yang dicatat
dalam laporan keuangan.
 Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi )
Pemahaman informasi dan komunikasi menuntut pengetahuan auditor tentang
metode pemrosesan data, dan dokumen serta catatan pokok yang digunakan.
Pemahaman informasi dan komunikasi diperoleh melalui penelaahan buku manual
akuntansi dan flowchart system, mengajukan pertanyaan pada personel akuntansi, dan
pengalaman terdahulu dengan klien.
 Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas transaksi dalam siklus kas
dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:
1. Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja
sesungguhnya dari transaksi dalam siklus kas dibandingkan dengan anggaran
atau prakiraan transaksi kas periode sebelumnya.
2. Pengolahan informasi. Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa.
transaksi dalam siklus kas adalah sah, diotorisasi dengan semestinya dan diolah
dengan lengkap dan akurat.

3
3. Pengendalian fisik. Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang
dikelola, termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari
akses yang tidak dikehendaki.
4. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi transaksi dalam siklus kas, pencatatan transaksi dalam
siklus kas, menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang dikelola yang
dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan atau kesempatan orang untuk
berbuat curang.
 Dokumen dan Catatan Dokumen dan pencatatan yang dipakai meliputi:
1. Bukti kas masuk.
2. Surat Pemberitahuan.
3. Daftar surat pemberitahuan.
4. Bukti setor.
5. Bukti kas keluar.
6. Permintaan pengeluaran kas kecil.
7. Bukti pengeluaran kas kecil.
8. Permintaan pengisian kembaii kas kecil
 Fungsi Fungsi yang terkait adalah:
1. Fungsi Pencatat Piutang.
2. Fungsi Penerima Surat.
3. Fungsi Penyimpan Kas.
4. Fungsi Pembuat Bukti Kas Keluar.
5. Fungsi Penyimpan Dana Kas Kecil.
6. Fungsi Akuntansi Biaya.
7. Fungsi Akuntansi Keuangan.
8. Fungsi Pemeriksa Intern

10.4 PENGUJIAN PENGENDALIAN SIKLUS KAS


1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penyimpanan kas dengan
fungsi pencatatan kas. Akuntan melakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi
penyimpanan kas dengan fungsi pencatatan kas untuk memperoleh keyakinan bahwa

4
catatan akuntansi diselenggarakan oleh fungsi yang tidak merangkap fungsi
penyimpanan kas.
2. Lakukan pengamatan terhadap fasilitas pengamanan yang melindungi kasir
dari pencurian dan perampokan kas yang disimpannya. Untuk menjaga
keamanan kas yang ada di tangan perusahaan ( dana yang belum disetor ke bank dan
dana kas kecil), kasir harus dilengkapi dengan fasilitas pengamanan yang dapat
melindungi kas tersebut dari kemungkinan pencurian dan perampokan.
3. Mintalah salinan notulen rapat direksi mengenai pembukaan dan penutupan
rekening bank serta pembentukan dana kas kecil. Untuk memperoleh keyakinan
bahwa semua pembukaan dan penutupan rekening giro di bank serta pembentukan
dana kas kecil diotorisai oleh Direksi, akuntan meminta dari kliennya salinan notulen
rapat Direksi yang membahas hal tersebut.
4. Mintalah salinan polis asuransi fidelity bond, cash on hand dan cash in transit.
Untuk membuktikan bahwa kas yang ada di tangan dan yang dalam perjalanan telah
dilindungi dari risiko perampokan oleh pihak luar dan penggelapan oleh kasir,
akuntan meminta salinan polis asuransi fidelity bond, cash on hand dan cash in
transit.
5. Ambil sampel bukti kas masuk. Untuk memperoleh keyakinan mengenai adanya
unsur pengendalian intern dalam nerimaan kas, akuntan mengambil sampel bukti kas
masuk yang disimpan di dalam arsip di ]umal, Buku Besar dan Laporan. Bukti kas
masuk diperiksa:
1. Otorisasi yang tercantum di dalamnya.
2. Surat pemberitahuan dari debitur yang melampirinya.
3. Jumlah kas yang diterima menurut bukti kas masuk dengan daftar surat
pemberitahuan dan bukti setor bank yang bersangkutan.
4. Pencatatannya ke dalam kartu piutang dan jurnal penerimaan kas.
6. Ambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar. Prosedur pemeriksaan ini telah
dilaksanakan oleh akuntan pada pengujian kepatuhan terhadap siklus pembelian.
Bukti kas keluar diperiksa mengenai:
1. Otorisasi yang tercantum di dalamnya.
2. Nomor urut tercetaknya dan pertanggungjawaban pemakaian nomor urut tersebut.

5
3. Kelengkapan dokumen pendukungnya.
4. Otorisasi yang tercantum di dalam dokumen pendukungnya.
5. Cap lunas yang dibubuhi pada dokumen pendukungnya.
6. Pencatatannya ke dalam register cek.
7. Pencatatannya ke dalam buku pembantu yang bersangkutan.
8. Kesesuaiannya dengan jumlah cek yang tercantum di dalam rekening koran
7. Ambil berita acara penghitungan kas. Penghitungan kas tersebut dilakukan oleh
Bagian Pemeriksa intern dan dicantumkan di dalam berita acara penghitungan kas.

10.5 PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO KAS


Dalam rangka untuk merancang pengujian substantif, akuntan pertania kali harus
menentukan tingkat risiko deteksi yag diterima untuk masing-masing asersi terkait
signifikansi. Tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung pada besarnya risiko audit yang
ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian. Karena karakteristik kas yang
spesifik, maka banyak prosedur pengujian substantif yang dapat diterapkan untuk
memperoleh bukti material beberapa asersi. Pada kebanyakan audit, auditor terutama
menekankan pada asersi keberadaan dan keterjadian mengingat besarnya kemungkinan
overstatement kas.
Dari berbagai prosedur pengujian substantif yang mungkin, auditor dapat merancang
program audit untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. Bila tingkat
risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah untuk suatu asersi, maka lebih banyak
prosedur pengujian substantif yang perlu dilakukan, dan auditor perlu mengintensifkan
efektivitas prosedur pengujiannya, misalnya dengan melakukan pengujian pada atau
dekat dengan tanggal neraca. Pengujian yang dilakukan pada atau dekat dengan tanggal
neraca antara lain:
1. Penghitungan kas di tangan.
2. Pisah batas penerimaan kas.
3. Pisah batas pengeluaran kas.

10.6 PENGUJIAN UNTUK MENDETEKSI LAPPING

6
Lapping merupakan suatu ketidakberesan yang melibatkan ketidaktepatan jumlah
penerimaan kas. Lapping dapat mencakup manipulasi temporer atau sementara, maupun
permanen. Lapping sebenarnya merupakan pencatatan penerimaan kas yang tidak
lengkap dan fiktif yang disengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menutupi penggunaan kas
perusahaan untuk kepentingan pribadi. Sebenarnya risiko terjadinya lapping dapat
dikurangi dengan cara menerapkan pemisahan tugas yang memadai antara penerima atau
pemegang kas, dan pencatat penerimaan kas. Kondisi yang menimbulkan terjadinya
lapping misalnya orang yang menangani penerimaan kas, juga memegang atau mengelola
buku piutang dagang.
Pengujian untuk mendeteksi lapping hanya perlu dilakukan apabila risiko
pengendalian transaksi penerimaan kas adalah tinggi. Prosedur yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi lapping antara lain:
a. Konfirmasi piutang dagang.
b. Melakukan perhitungan kas secara mendadak.
c. Membandingkan detail penjurnalan penerimaan kas dengan detail slip deposit
(setoran ke bank) harian yang terkait.

10.7 PENGAUDITAN DANA KAS KECIL


Dana kas kecil dibentuk dengan cara memindahkan atau menyisihkan sebagian
kecil rekening kas perusahaan ke rekening kas kecil dengan sistem dana tetap ( imprest).
Tujuan pembentukan dana kas kecil adalah untuk menyiapkan kalau sewaktu-waktu
secara mendadak perusahaan perlu mengeluarkan sejumlah kecil kas. Pengendalian yang
dapat diterapkan untuk dana kas kecil, antara lain:
a. Dana dijaga dan dikelola pada tingkat jumlah yang tetap. Jadi, kas (uang tunai) dalarn
dana kas kecil ditambah jumlah penerimaan kas (pengisian kembali) merupakan
jumlah rupiah yang tetap.
b. Dana kas kecil hanya dipegang oleh satu orang.
c. Kas dana tersebut dikunci dan disimpan dalam kotak yang aman meski tidak terpakai.
d. Pengeluaran kas hanya diijinkan untuk jumlah yang relatif kecil.
e. Adanya nota atau dokumen bernomor urut tercetak yang harus mendukung setiap
pembayaran.

7
f. Dana kas kecil tidak dicampur penggunaan dan penyimpanan dengan dana untuk
kegiatan lainnya.
g. Penggantian atau pengisian kembali dana harus berdasar receipts (kuitansi) yang
bemomor urut tercetak, dan menelaah dokumen pendukungnya.
h. Apabila telah dibayarkan, setiap dokumen pendukung harus distempel (dicap) lunas
(paid) untuk mencegah pemakaian kembali dokumen tersebut agar memperoleh
penggantian kembali.
10.8 PENGAUDITAN REKENING DI BANK YANG KHUSUS DIPAKAI UNTUK
MEMBAYAR GAII DAN UPAH
Pembayaran .gaji dan upah kepada karyawan dapat dilakukan dengan jasa perbankan.
Perusahaan dapat memberitahukan rekening di bank yang digunakan khusus untuk
membayar gaji dan upah karyawan. Pembayaran gaji dan upah dapat dilakukan dengan
cek yang dibebankan atas rekening tersebut. Dalam hal ini, rekening di bank tersebut
dikendalikan sedemikian rupa dengan sistem imprest. Di samping itu, rekening tersebut
harus terpisah dengan rekening lain perusahaan yang ada di bank.
 Pertimbangan Pengendalian Intern
Rekening gaji dan upah di bank dibentuk dengan menyetorkan sejumlah uang
dengan pengisian kembali secara periodik agar dananya selalu tetap jumlahnya.
Pengendalian intern atas rekening tersebut meliputi:
a. Hanya seorang karyawan sebagai petugas pembayar atau asisten bendahara
mempunyai otorisasi.
b. Rekening tersebut khusus digunakan hanya untuk kegiatan pembayaran gaji dan
upah.
c. Rekening gaji dan upah di bank harus direkonsiliasi setiap bulan secara
independen.
d. Saldo rekening dijaga dan dikelola pada tingkat jumlah yang tetap.
 Pengujian Substantif
Pada umumnya risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah untuk
rekening gaji dan upah di bank. Dengan demikian, tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima adalah tinggi. Oleh karena itu, auditor sangat sedikit menggunakan

8
pengujian substantif, tetapi lebih menitikberatkan pada pengujian pengendalian.
Pengujian substantif meliputi:
a. Konfirmasi saldo rekening di bank.
b. Menelaah rekonsiliasi yang dilakukan klien. c. Penggunaan laporan pisah batas
bank.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan Totok Budi Santoso. Auditing II: Dasar-dasar Prosedur Pengauditan
Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Anda mungkin juga menyukai