Oleh:
1. Amirudin (131912002)
TANJUNGPINANG
i
KATA PENGNTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “ASKEP
KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH WAHAM”. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan
perkembangan kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan
para pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga
dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi
perbaikan di masa mendatang.
Tim Penulis
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan
tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta
ketidak tepatan individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan
masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.
(Hawari, 2011)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. tujuan umum
2. tujuan Khsus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Psikotik
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya, terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh. Dibagi menjadi dua:
1) Gangguan Psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dengan awitan yang
akut (dalam masa 2 minggu atau kurang) dengan gejala-gejala psikotik yang
menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari, ada sindrom yang khas, ada stress akut yang berkaitan,
dan tidak diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung.
2) Gangguan Psikotik kronik adalah merupakan suatu gangguan dengan gejala
negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat satu episode
psikotik yang jelas dimasa lampau, sedikitnya sudah melampaui kurung waktu
satu tahun dengan intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham
dan halusinasi.
C. Depresi
3
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang berkepanjangan,
proses pikir melambat disertai penurunan motivasi dan prilaku lamban yang
terkesan malas (trias depresi).
D. Panik
Diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan pasien
merasakan “rasa yang tak dapat dijelaskan”, seringkali disertai dengan keluhan
fisik atau aktifitas motorik tertentu. Ini adalah gangguan yang lazim dan dapat
diobati.
E. Gangguan Penyesuaian
Adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami trauma.
4
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk,
2011). Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart
dan Sundeen, 2013).
5
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien
adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi
sejak kecil secara optimal.
5. Fase Comforting
6. Fase Improving
6
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan
religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta
ada konsekuensi sosial.
C. Macam-Macam Waham
7
5. Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meinggal, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.
8
Menurut tim Depkes RI (2015), pengkajian adalah langkah awal dan dasar
proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan
dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan
pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya
meliputi:
1. Identifikasi klien
1. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien
2. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak
9
3. Sosial Budaya
5. Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
Konsep diri
Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan tidak disukai.
10
Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
Status mental
Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
6. Aspek medis
11
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti
terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual,
terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu
refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan
sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap
perilaku berikut ini:
1. Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak seusuai
kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di departemen kesehatan
lho.” Atau “Saya punya tambang emas”.
12
kenyataan. Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini
adalah roh-roh.
B. Diagnosis Keperawatan
13
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari
hasil pengkajian adalah:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
1. Perencanaan Keperawatan
Tujuan tindakan :
Tindakan Keperawatan:
14
1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien
dengan waham, bina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang
harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya:
b. Berjabat tangan
15
yang menyangkut masalah-masalah masa kecil, dirumah, dikantor,
hubungan dengan keluarga, ditempat pekerjaan atau harapan-harapan
yang selama ini tidak tercapai.
9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan
efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang
benar).
10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
klien, cara merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan
keteraturan pengobatan serta lingkungan yang tepat untuk klien.
16
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berubungan dengan waham
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksinya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang
tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat)
Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan
perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan
anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi :
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di
tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan
tinggalkan klien sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
17
b. Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien,
maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan
yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.
Tindakan
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realistis
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.
18
b. Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi
perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih
memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa
nyaman dan aman.
Tindakan :
Observasi kebutuhan klien sehari-hari
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama
di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
a. Klien dapat berhubungan dengan realitas.
b. Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa
realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga
klien dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
19
b. Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek
samping obat.
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
a. Klien dapat dukungan dari keluarga.
Tindakan:
20
Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
Tujuan khusus :
Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria
evaluasi, klien dapat mengetahui penyebabnya.
Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan
orang lain.
a. Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga dapat mengenali
tanda-tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga
memudahkan perawat memberikan intervensi selanjutnya.
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab
prilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.
c. Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan
dengan orang lain.
21
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
ORIENTASI:
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi,
bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang
lain?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah
karena bosan kalau di rumah terus ya”
22
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana
kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?”
KERJA
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain
volley seperti itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
23
“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali sehari/seminggu
bang B mau bermain volley?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain volley?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual yang telah kita
buat ya?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum, setuju?”
ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B.”
24
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang bang B minum?”
KERJA
“Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap
tentang obat yang bang B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum
obat?”
25
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Bang!”
“bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
“Sampai besok.”
BAB III
PENUTUP
26
A. Kesimpulan
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis
bermakna yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan
hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu
gangguan jiwa yang sering terjadi pada masyarakat, yaitu waham. Waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak
dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran
klien dimana sudah kehilangan control.
B. Saran
27
28
DAFTAR PUSTKA
Keliat, Anna Budi. Akemat. Helena, Novy, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Care). Jakarta: EGC
Hawari, Dadang. 2010. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI.