Skenario B Blok 13 Kelompok 7 Final
Skenario B Blok 13 Kelompok 7 Final
Kelompok 7
Dosen pembimbing : dr. Raden Ayu Tanzila, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan
Tutorial Kasus Skenario B Blok XII” sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat
beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di
masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT , yang telah memberikan kehidupan serta kesempatan kepada
kami dalam menyampaikan laporan ini.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. RA Tanzila ,M.Kes selaku Tutor kelompok 7
4. Teman-teman seperjuangan.
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam
lindungan Allah SWT. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Data Tutorial............................................................................................................2
2.2 Skenario Kasus........................................................................................................2
2.3 Klarifikasi Istilah.....................................................................................................3
2.4 Identifikasi Masalah.................................................................................................4
2.5 Prioritas masalah......................................................................................................6
2.6 Analisis Masalah......................................................................................................6
2.7 Kesimpulan............................................................................................................62
2.8 Kerangka Konsep...................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Blok Sistem Respirasi adalah blok XIII pada semester IV dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan studi kasus Tn. Novel,
35 tahun, seorang karyawan swasta, tinggal di rumah susun, datang berobat ke rumah
sakit dengan keluhan batuk berdarah yang semakin bertambah sejak 3 hari yang lalu.
Sejak 1 bulan yang lalu, Tn. Novel mengeluh sering batuk berdahak berwarna kuning
kehijauan. Keluhan tersebut disertai demam tidak terlalu tinggi, berkeringat banyak
pada malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, kadang-kadang batuk
disertai nyeri dada. Sejak 2 minggu yang lalu terkadang batuk disertai bercak darah,
tampak berupa garis kemerahan saja. Tn. Novel tinggal di rumah bersama istri dan satu
orang anak yang berusia 3 tahun. Teman satu ruangan di kantor Tn. Novel ada yang
mengalami keluhan yang sama. Sebelumnya Tn. Novel tidak pernah mengalami keluhan
serupa. Riwayat minum obat 6 bulan disangkal. Dokter menganjurkan Tn. Novel
melakukan pemeriksaan rontgen paru.
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN
Tn. Novel, 35 tahun, seorang karyawan swasta, tinggal di rumah susun, datang
berobat ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdarah yang semakin bertambah sejak
3 hari yang lalu. Sejak 1 bulan yang lalu, Tn. Novel mengeluh sering batuk berdahak
berwarna kuning kehijauan. Keluhan tersebut disertai demam tidak terlalu tinggi,
berkeringat banyak pada malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan,
kadang-kadang batuk disertai nyeri dada. Sejak 2 minggu yang lalu terkadang batuk
disertai bercak darah, tampak berupa garis kemerahan saja. Tn. Novel tinggal di rumah
bersama istri dan satu orang anak yang berusia 3 tahun. Teman satu ruangan di kantor
Tn. Novel ada yang mengalami keluhan yang sama. Sebelumnya Tn. Novel tidak
pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat minum obat 6 bulan disangkal. Dokter
menganjurkan Tn. Novel melakukan pemeriksaan rontgen paru.
Pemeriksaan fisik:
Kesadaran: composmentis, BB 45 kg, TB 164 cm.
Tanda Vital: TD 110/70 mmHg, Nadi 98x/menit, pernapasan 20 x/menit, Suhu 37.7oC.
Keadaan Spesifik:
Kepala : Konjungtiva tidak pucat
Thoraks : Paru
Inspeksi : statis dan dinamis simetris
Palpasi : stem fremitus meningkat pada lapangan paru kanan atas
Perkusi : redup pada apeks paru kanan
Auskultasi : vesikuler menurun dan ronki basah sedang pada lapangan atas paru
kanan
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium
Hb: 11 g%, WBC: 8.000/mm3, LED 140 mm/jam, Hitung jenis 0/2/2/70/20/6.
Anamnesis lanjutan:
Dalam 3 hari batuk berdarah berjumlah satu setengah gelas belimbing
Hasil pemeriksaan sputum BTA I : (-), BTA II : (-), BTA III : (++)
Radiologi:
1. Tn. Novel, 35 tahun, seorang karyawan swasta, tinggal di rumah susun, datang
berobat ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdarah yang semakin bertambah
sejak 3 hari yang lalu.
2. Sejak 1 bulan yang lalu, Tn. Novel mengeluh sering batuk berdahak berwarna
kuning kehijauan. Keluhan tersebut disertai demam tidak terlalu tinggi,
berkeringat banyak pada malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat
badan, kadang-kadang batuk disertai nyeri dada. Sejak 2 minggu yang lalu
terkadang batuk disertai bercak darah, tampak berupa garis kemerahan saja.
3. Tn. Novel tinggal di rumah bersama istri dan satu orang anak yang berusia 3
tahun. Teman satu ruangan di kantor Tn. Novel ada yang mengalami keluhan
yang sama. Sebelumnya Tn. Novel tidak pernah mengalami keluhan serupa.
Riwayat minum obat 6 bulan disangkal. Dokter menganjurkan Tn. Novel
melakukan pemeriksaan rontgen paru.
4. Pemeriksaan fisik:
Kesadaran : composmentis, BB 45 kg, TB 164 cm.
Tanda Vital :TD 110/70 mmHg, Nadi 98x/menit, pernapasan 20 x/menit,
Suhu 37.7C.
Keadaan Spesifik:
Kepala : Konjungtiva tidak pucat
Thoraks : Paru
Inspeksi : statis dan dinamis simetris
Palpasi : stem fremitus meningkat pada lapangan paru kanan atas
Perkusi : redup pada apeks paru kanan
Auskultasi : vesikuler menurun dan ronki basah sedang pada lapangan atas
paru kanan
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal
5. Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium
Hb: 11 g%, WBC: 8.000/mm3, LED 140 mm/jam, Hitung jenis 0/2/2/70/20/6.
6. Anamnesis lanjutan:
Dalam 3 hari batuk berdarah berjumlah satu setengah gelas belimbing
Hasil pemeriksaan sputum BTA I : (-), BTA II : (-), BTA III : (++)
Radiologi:
1. Tn. Novel, 35 tahun, seorang karyawan swasta, tinggal dirumah susun, datang
berobat ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdarah yang semakin bertambah
sejak 3 hari yang lalu.
a. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi pada kasus?
Jawab :
Anatomi
Secara umum saluran udara pernapasan adalah sebagai berikut : dari nares
anterior menuju ke cavitas nasalis, choanae, nasopharynx, larynx, trachea,
bronchus primarius, bronchus secundus, bronchus tertius, bronchiolus,
bronchiolus terminalis, bronchioles respiratorius, ductus alveolaris, atrium
alveolaris, sacculus alveolaris, kemudian berakhir pada alveolus tempat
terjadinya pertukaran udara (Snell, 2012).
Tractus respiratorius dibagi menjadi 2 bagian :
(1) zona konduksi, dari lubang hidung sampai bronciolus terminalis
(2) zona respiratorik, mulai dari bronciolus respiratorius sampai alveolus.
Zona konduksi berfungsi sebagai penghangat, pelembab, dan penyaring udara
pernapasan. Zona respiratorik untuk pertukaran gas (Guyton, 2017).
Respirasi melibatkan otot-otot regular dan otot bantu. Otot reguler bekerja
dalam pernapasan normal, sedang otot bantu atau auxiliar bekerja saat
pernapasan sesak. Otot reguler inspirasi : m. Intercostalis externus, m.
Levator costae, m. Serratus posterior superior, dan m. Intercartilagineus. Otot
auxiliar inspirasi : m. Scaleni, m. Sternocleidomastoideus, m. Pectoralis
mayor et minor, m. Latissimus dorsi, m. Serrarus anterior. Otot reguler
ekspirasi : m. Intercostalis internus, m. Subcostalis, m. Tranversus thorachis,
m. Serratus posterior inferior. Otot auxiliar ekspirasi : m. Obliquus externus
et internus abdominis, m. Tranversus abdominis, m. Rectus abdominis (Snell,
2012).
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx,
larinx trachea, bronkus, dan bronkiolus.
1. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir
yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan
farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke
dalam rongga hidung.
2. Farinx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
3. Laringx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang
mernisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari farinx sampai
ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya.
Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
ligarnen dan membran.
4. Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan
dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di
tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun
atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupa cincin tulang rawan yang
diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan
otot.
5. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-
kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan
ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronchus kanan lebih
pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri,
disebut bronchus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn
di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki
garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin
tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah
sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru (Snell,
2012).
6. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli
pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan
sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang
disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris.
Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Alveolus adalah unit pertukaran gas utama pada paru, dimana oksigen
memasuki darah karbon dioksida dibuang. Dua tipe utama dari sel epitel
ada di alveolus. Sel alveolar tipe I memberikan dukungan struktur dan sel
alveolar tipe II menyekresikan surfakatan. Suatu lipoprotein yang melapisi
permukaan dalam alveolus dan menurunkan tegangan permukaan alveolus
saat
akhir
Bronkiolus
Sumber: Mescher (2017)
Cabang terkecil dari pohon bronkus adalah bronkiolus yang tidak
memiliki tulang rawan penyokong dan kelenjar. Bronkiolus besar
memiliki lipatan khas epitel respirasi (E) dan otot polos yang mencolok
(panah), tetapi hanya ditunjang oleh jaringan ikat fibrosa (CT)
(Mescher, 2017).
Bronkiolus Terminalis
Sumber: Mescher (2017)
2. Jenis Kelamin
Penyakit Tb Paru menyerang orang dewasa dan anak-anak, laki-laki dan
perempuan.Tb paru menyerang sebagian besar laki-laki usia produktif.
(Kemenkes RI, 2018)
3. Tempat /Lingkungan
Konstruksi rumah serta keadaan lingkungan tempat tinggal yang tidak sesuai
dan tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko terjadinya
penularan berbagai macam penyakit. Keadaan berbagai lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyebaran Tb paru salah satunya adalah lingkungan
yang kumuh,kotor dan minimnya ventilasi udara. Penderita Tb Paru lebih
banyak terdapat pada masyarakat yang menetap pada lingkungan yang kumuh
dan kotor dan minimnya ventilasi udara sehingga kuman mengendap di udara
selama 1- 2 jam. (Kemenkes RI, 2018)
4. Pekerjaan:
Kelompok pekerja yang beresiko tinggi (sopir, nuruh/tukang) lebih beresiko
menderita TB paru dibandingkan dengan kelompok pekerja resiko rendah
seperti karyawan, PNS/TNI/Polri dan wiraswasta (Nurhanah et al, 2010).
f. Apa saja jenis-jenis batuk berdarah?
Jawab :
- Batuk darah ringan, apabila jumlah darah yang dikeluarkan kurang dari
25 ml/24 jam.
- Batuk darah sedang apabila jumlah darah 25-250 ml/24 jam.
- Batuk darah masif bila: Batuk darah > 600 ml/24 jam dan dalam
pengamatan batuk darah tidak berhenti.
Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam dan pada
pemeriksaan hemoglobin < 10 gr% sedang batuk darah masih
berlangsung. Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam dan
pada pemeriksaan hemoglobin >10 gr% dan pada pengamatan selama 48
jam dengan pengobatan konservatif, batuk darah masih berlangsung.
Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas bagian
atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal
ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious) (Marleen et al., 2009).
Jenis batuk bedarah :
- Bercak (streaking) adalah darah bercampur dengan sputum hal yang
sering terjadi paling umum pada bronchitis. Volume darah kurang dari
15-20 ml/24 jam.
- Hemoptisis, dipastikan dengan total volume darah yang dibatukkan 20-
600 ml/24 jam. Biasanya karena kanker paru, pneumonia, TB paru, dan
Emboli paru.
- Hemoptisis massif adalah darah yang dibatukkan dalam waktu 24 jam
lebih dari 600 ml. Biasanya karena kanker paru, kavitas pada TB dan
brokietaksis.
- Pseudohemotisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas bagian
atas (di atas laring)/ dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal ini
dapat berupa pendarahan buatan. (Sudoyo, 2017)
g. Bagaimana etiologi batuk berdarah?
Jawab :
Hemoptisis biasanya berasal dari paru-paru dapat disebabkan oleh infeksi
ataupun batuk yang berkepanjangan. (PDPI, 2017)
1. Tuberculosis
2. Ca Paru
3. Bronkietaksis
Ketiga penyakit diatas merupakan penyakit yang secara tipikal memiliki
batuk berdarah dengan gejala yang mencolok. Batuk dapat bersifat produktif
atau tidak produktif, keras dan parau, serta sering atau jarang.
(Sudoyo, 2009)
h. Bagaimana patofisiologi batuk berdarah?
Jawab :
Penularan dari droplet udara sekitar à masuk ke salurah pernafasan à bakteri
masuk ke alveoli à neutrofil dan makrofag memfagosit bakteri à bakteri
bertahan di makrofag karena banyak mengandung lipid à makrofag yang
mengandung bakteri dibawa ke kelenjar limfosit terdekat à MHC(major
histocompatibility complex ) memperkenalkan antigen ke Th0 à
berdeferensiasi ke Th1 à Th1 menghasilkan IL 2 untuk mengaktifkan Tc / CD
8 à sitokin berikatan dengan makrofag yang mengandung bakteri untuk
melisiskannya à makrofag dan daerah disekitarnya (limfosit) ikut hancur/lisis
à nekrosis pengijuan (fokus ghon)ànekrosis pembuluh darah parenkim paru
àpembuluh darah pecah di lesi primer à respon batuk à batuk berdarah.
(Sudoyo, 2009 dan Price& Wilson, 2012)
i. Apa saja kemungkinan penyakit dengan keluhan batuk berdarah?
Jawab :
- Bronkiektasis, suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi dan
distorsi bronkus lokal patologis dan berjalan kronik, persisten, dan
ireversibel (Rahmatullah, 2007).
- Bronkitis, inflamasi dari pembuluh bronkus yang menyebabkan bengkak
pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi
dan cairan inflamasi.
- Tuberkulosis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi (PDPI, 2011).
- Pneumonia, Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu
peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis tidak termasuk (PDPI, 2003).
2. Sejak 1 bulan yang lalu, Tn. Novel mengeluh sering batuk berdahak bewarna
kuning kehijauan. Keluhan tersebut disertai demam tidak terlalu tinggi,
berkeringat banyak pada malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat
badan, kadang-kadang batuk disertai nyeri dada. Sejak 2 minggu yang lalu
terkadang batuk disertai bercak darah, tampak berupa garis kemerahan saja.
a. Apa makna sejak 1 bulan yang lalu, Tn. Novel mengeluh sering batuk
berdahak bewarna kuning kehijauan?
Jawab :
Tn. Novel mengalami batuk produktif. Batuk produktif merupakan batuk
yang sering diiringi dengan riak atau lendir yang biasanya disebabkan oleh
infeksi. Sputum kekuning-kuningan menunjukkan kemungkinan proses
infeksi. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau
ini dikarenakan adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan
pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus
yang melebar dan terinfeksi (Price&Wilson, 2011).
b. Apa etiologi batuk berdahak bewarna kuning kehijauan?
Jawab :
Sputum kekuning-kuningan menunjukkan kemungkinan proses infeksi.
Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini
dikarenakan adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan
pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus
yang melebar dan terinfeksi. Penyakit yang dapat menyebabkan batuk
berdahak bewarna kuning kehijauan seperti tuberculosis, bronkitis kronik,
asma maupun pneumonia. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyakit
yang secara tipikal memiliki batuk dengan gejala yang mencolok. Batuk dapat
bersifat produktif atau tidak produktif, keras dan parau, sera sering atau
jarang (Price&Wilson, 2011).
f. Apa makna sejak 2 minggu yang lalu terkadang batuk disertai bercak darah,
tampak berupa garis kemerahan saja?
Jawab :
Maknanya yaitu telah terjadi perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah
pada bronkial dikarenakan batuk yang terus menerus sebagai progresifitas
dari penyakit. Perdarahan kavitas tuberkulosa, Pecahnya pembuluh darah
dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen;
pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial.
Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah
cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis
pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal
dapat menimbulkan hemoptisis massif
(Kemenkes RI, 2018).
g. Apa hubungan keluhan utama dan keluhan penyerta?
Jawab :
Hubungannya adalah merupakan manifestasi klinis dari Tuberculosis.
Dimana manifestasinya adalah Penderita mengalami batuk dalam waktu yang
relatif lama, yaitu kurang lebih selama tiga minggu. Batuk yang dialami
penderita tidak mudah diobati. Adanya dahak di pagi yang bercampur dengan
darah, kemudian sesak nafas serta nyeri yang parah di bagian dada. Gejala
lainnya adalah penderita mengalami penurunan kondisi tubuh secara drastis
yang ditunjukkan dengan penurunan berat badan secara signifikan. Penderita
juga mengalami demam saat malam serta adanya keringat dingin secara terus
menerus.(Kemenkes RI, 2014).
3. Tn. Novel tinggal di rumah bersama istri dan satu orang anak yang berusia 3
tahun. Teman satu ruangan di kantor Tn. Novel ada yang mengalami keluhan
yang sama. Sebelumnya Tn. Novel tidak pernah mengalami keluhan serupa.
Riwayat minum obat 6 bulan disangkal. Dokter mengajurkan Tn. Novel
melakukan pemeriksaan rontgen paru.
a. Apa makna Tn. Novel tinggal di rumah bersama istri dan satu orang anak
yang berusia 3 tahun ?
Jawab :
Maknanya adalah hal ini menjadi factor resiko untuk istri dan anaknya. Istri
dan anaknya memiliki resiko untuk menderita hal yang sama dengan Tn.
Novel. Menurut Dotulang (2015), apabila terdapat anggota keluarga yang
menderitaa TB dengan BTA positif yang secra tidak sengaja batuk, maka
mycobacterium tuberculosis akan menetap disana selama kurang lebih 2 jam
sehingga memiliki kemungkinan untuk menularkan penyakit pada anggota
keluarga yang belum terpajan M.tuberculosis.(Dotulang, 2015)
b. Bagaimana tindakan yang seharusnya dilakukan kepada keluarga dan
tetangga dari Tn novel? (preventif, tindakan pemeriksaan, dll)
Jawab :
Tindakan yang dilakukan keluarga untuk mencegah penularan penyakit TB
Paru ke anggota keluarga lainnya meliputi :
1) Membuka jendela rumah setiap hari,
2) Menjemur kasur yang dipakai penderita TB Paru secara rutin,
3) Mengingatkan pasien penderita TB Paru untuk menutup mulut saat batuk,
4) Menyiapkan tempat khusus untuk pasien penderita TB Paru membuang
dahak saat batuk
5) Melakukan imunisasi pada balita di rumah : Imunisasi BCG pada balita
dapat mencagah penularan TB Paru.(Zulkifli Amin, 2014)
Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan
Penderita TB Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan maka
resiko penularan pada masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara
penularan penyakit TB Paru. Evaluasi lima langkah strategi DOTS yang
merupakan dukungan dari semua kalangan, semua orang yang batuk dalam 3
minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan oleh
pemerintah, pengobatan harus dipantau selama 6 bulan oleh Pengawas
Minum Obat (PMO) dan ada sistem pencatatan / pelaporan.
Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan dengan cara:
1) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
2) Membudayakan perilaku etika berbatuk
3) Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat; Peningkatan daya tahan
tubuh
4) Penanganan penyakit penyerta TBC
5) Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(Kementerian Kesehatan RI, 2016)
Tindakan pemeriksaan (Depkes RI, 2011)
1) Uji tuberkulin
2) Foto thorax
3) Sputum
c. Apa makna teman satu ruangan di kantor Tn. Novel ada yang mengalami
keluhan yang sama?
Jawab :
Merupakan faktor resiko terjadinya Tuberkulosis. Teman satu ruangan di
kantor Tn. Novel adalah sumber penularan bakteri. Kemungkinan Tn. Novel
tertular penyakit yang dialami oleh teman satu ruangan kantornya.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menular. Penularan
tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Bila partikel infeksi ini terisap
oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru
(Amin et al, 2014).
d. Bagaimana kemungkinan proses penyebaran penyakit pada kasus?
Jawab :
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada
ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-
bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel
pada saluran napas atau jaringan paru (Amin et al, 2014). Transmisi biasanya
langsung, melalui inhalasi organisme di udara dari bulir-bulir udara yang
timbul dari batuk atau sekresi terkontaminasi dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis orofaring dan usus diperoleh dari minum susu yang
terkontaminasi oleh infeksi Mycobacterium bovis saat ini jarang di negara
maju, namun sering ditemukan pada negara dengan sapi yang menderita
tuberkulosis dan penjualan susu yang tidak terpasteurisasi (Kumar et al,
2015). Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis BTA positif pada saat
batuk atau bersin. Penyebaran kuman ke udalam dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei), sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak. Kuman yang menyebar di udara kemudian terhirup ke dalam paru
orang sehat sehingga dapat terkena infeksi (Anggraeni et al, 2018).
e. Apa makna sebelumnya Tn. Novel tidak pernah mengalami keluhan serupa.
Riwayat minum obat 6 bulan disangkal?
Jawab :
Makna dari kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
1) Sebelumnya Tn. Novel tidak pernah mengalami keluhan serupa →
Tuberkulosis primer adalah Tuberkulosis yang baru pertama kali terjadi
pada pasien (Amin et al, 2014).
2) Riwayat minum obat 6 bulan disangkal → Tuberculosis kasus baru.
Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu) (Kemenkes, 2011).
f. Bagaimana imunopatogenesis pada kasus?
Jawab :
Respons imun pada tuberkulosis pada dasarnya terjadi melalui jalur Th1,
dengan sedikit atau tidak ada keterlibatan jalur Th2. Setelah Mycobacterium
dihirup, makrofag alveolar diaktifkan, agen infeksi diinternalisasi dan
aparatus bakterisida, seperti generasi senyawa nitrogen perantara, dipicu
dalam upaya untuk menghilangkan basil pada saat itu (Santos et al, 2014).
Jika Mycobacterium bertahan hidup, Mycobacterium akan membelah diri
dalam makrofag. Mycobacterium tersebut akan menginduksi produksi sitokin
seperti IL-6, IL-12, IL-1α dan IL-1β, yang mengakibatkan perekrutan
monosit, limfosit, neutrofil dan dendritik sel. Limfosit sel CD4 +, CD8 + dan
NK distimulasi oleh interleukin (IL-12 dan IL-18) yang diproduksi oleh sel
dendritik untuk melepaskan IFN-γ untuk merangsang produksi RIN (Reactive
Nitrogen Intermediate), ROI (Reactive Oxygen Intermediate) dan TNF-
α. Intensitas produksi IFN- γ merupakan penanda penting respon imun yang
efektif terhadap Mycobacterium tuberculosis (Santos et al, 2014).
Setelah kegagalan mekanisme penahanan awal, tubuh memulai upaya baru
untuk mengendalikan pertumbuhan populasi Mycobacterium melalui
granuloma yang distimulasi oleh TNF-α. Sekali lagi, penginduksian IL-1, IL-
6, RNI, dan ROI oleh makrofag akan dipicu. Kehadiran kronis makrofag dan
interleukin yang menstimulasi ini pada akhirnya akan menyebabkan
diferensiasi sitokin menjadi sel-sel epiteloid dan raksasa yang akan mengatur
dirinya sendiri, pada tingkat yang lebih besar atau lebih kecil, menjadi
granuloma sesuai dengan faktor-faktor host masing-masing (Santos et al,
2014).Penahanan akan mengarah pada stabilisasi, latensi infeksi atau
penyembuhan, sedangkan non-penahanan akan menyebabkan kerusakan
jaringan dan penyebaran. Seiring waktu, kegigihan Mycobacterium
tuberculosis di dalam granuloma, terkait dengan kemungkinan kegagalan
dalam sistem kekebalan tubuh, menjaga peluang reaktivasi fokal menjadi
perhatian konstan. Selain yang disebutkan di atas, jalur sel Th17 yang
distimulasi oleh interleukin IL-17 dan IL-23 dianggap sebagai bagian penting
dalam menginduksi, pembentukan dan pengaturan granuloma dalam jangka
panjang (Santos et al, 2014).
g. Apa makna dokter mengajurkan Tn. Novel melakukan pemeriksaan rontgen
paru?
Jawab :
Makna dr menyuruh rontgen paru adalah
- Untuk membantu dalam menegakkan diagnosis,dimana pada tb ditemukan
- Gambaran foto thorax pada penderita TB
a. Infiltrat : gambaran benang- benang halus yang berwarna radioopak di
lapangan paru, dapat di manapun dari lapangan paru. Paling sering di
apek paru,
b. Fibrosis : gambaran radioopak menyerupai benang (lebih opaq dari
infiltrat) dengan tarikan dari parenkim paru sekitar. Fibrosis terjadi akibat
infeksi kronik yang berupa jaringan parut,
c. Kavitas : adalah rongga pada paru yang terbentuk akibat rusaknya
jaringan paru, biasanya alveoli. Kavitas memberikan gambaran bulat
dengan radioluscent tanpa corakan paru. Kadang kavitas dapat berisi
cairan yang merupakan produk radang yang memberikan gambaran air
fluid level,
d. Kalsifikasi : adalah pengapuran pada parenkim paru yang terjadi akibat
proses infeksi kronik (Madjawati, 2010).
4. Pemeriksaan fisik:
Kesadaran : composmentis, BB 45 kg, TB 164 cm.
Tanda Vital : TD 110/70 mmHg, Nadi 98x/menit, pernapasan 20 x/menit,
Suhu 37.7C.
Keadaan Spesifik :
Kepala : Konjungtiva tidak pucat
Thoraks : Paru
Inspeksi : statis dan dinamis simetris
Palpasi : stem fremitus meningkat pada lapangan paru kanan atas
Perkusi : redup pada apeks paru kanan
Auskultasi : vesikuler menurun dan ronki basah sedang pada lapangan atas
paru kanan
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal
a. Bagaimana interpertasi dari pemeriksaan fisik ?
Jawab :
No Pada kasus Kadar normal Interpretasi
1 Kesadaran : Compos mentis Normal
composmentis <18,5: Berat badan
BB 45 kg, TB 164 cm. kurang Berat badan kurang
IMT : 16,73 18,5-22,9: Berat
badan normal
2 Tanda Vital : Sistol : 90-120 mmHg Normal
TD 110/70 mmHg Diastol : 60-90 mmHg
3 Nadi 98x/menit 60-100 x/menit Normal
4 pernapasan 20 x/menit 16-24 x/menit Normal
5 Suhu 37.7C 36-37,5 o C Subfebris
Keadaan Spesifik :
6 Kepala : Normal
Konjungtiva tidak pucat Konjungtiva tidak
pucat
7 Thoraks : Paru
Inspeksi : statis dan Inspeksi:statis dinamis Normal
dinamis simetris dan simetris
Palpasi : stem fremitus Palpasi : stem Terdapat benda
meningkat pada lapangan fremitus simetris padat/cavitas pada lapang
paru kanan atas paru kanan atas
Perkusi : redup pada apeks Perkusi : sonor kedua Terdapat cavitas pada
paru kanan lapang paru lapang paru kanan atas
Pemeriksaan
No. Normal Pada kasus Interpretasi
Laboratorium
Lk: 13,5-18,0
gr/dl
1. Hb 11 g% Anemia
Pr: 12-16
gr/dl
5000-
2. WBC 3
8000/mm3 Normal
10.000/mm
3. LED 0-15 mm/jam 140 mm/jam Abnormal ↑
Basophil: 0-1
Eosinophil: 0-
5
Banded N.: 0- Segmented
3 N. ↑
4. Hitung jenis 0/2/2/70/20/6
Segmented (Shift to the
N.: 40-60 right)
Limfocyte:
20-45
Monocyte:2-6
Interpretasi: Anemia, LED ↑, Segmented N. ↑
1) Anamnesis
1 gelas belimbing= ±250 ml
Pada kasus 1,5 gelas = 250 ml + 125 ml = ±375 ml
Menunjukkan bahwa Tn. Novel kehilangan darah sebanyak ±375 ml →
Hemoptisis masif
Pada kasus memenuhi kriteria hemoptisis masif dimana batuk darah
>250 ml tetapi kurang dari 600 ml dalam 24 jam dan dari pemeriksaan
laboratorium hemoglobin lebih dari 10 gr/dL, tetapi dalam pengamatan
48 jam dengan pengobatan konservatif batuk darah tidak berhenti (Irfa
et al, 2015).
2) Hasil pemeriksaan sputum: BTA I: (-), BTA II: (-), BTA III: (++) →
Tuberculosis paru (+)
3) Radiologi: Gambaran benang benang halus (infiltrat dan fibrosis) yang
berwarna radioopak di lapangan paru apex dextra disertai cavitas
berwarna radiolusen pada paru dextra dan terdapat cavitas radiolusen di
sinistra.
f. Patogenesis ?
Jawab :
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran
pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman
basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin, yang penyebarannya melalui
susu yang terkontaminasi. Akan tetapi, di Amerika Serikat, dengan luasnya
pasteurisasi susu dan deteksi penyakit pada sapi perah, TB bovin ini jarang
terjadi. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respons imunitas
diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.
Respons ini disebut sebagai renksi hipersensitiaitas selular (lambat) Basil
tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu
unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil; gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, biasanya di
bagian bawah lobus atas paru atau di bagian atas 1obus bawah, basil tuberkel
ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
tersebut. Sesudah hari-hari pertama,leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbul pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus, dan bakteri terus difagosit
atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening
menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relatif padat dan"seperti keju disebut nekrosis
knseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yangterdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respons
berbeda. |aringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut
kolagenosa yang akhimya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel. Lesi primer paru disebutpkus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer disebut kompleks
Ghon.Kornpleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada
orang sehat yang kebefulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Namun,
kebanyakan infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.
Respons lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu
bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali di bagian
lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus.Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan mereda, lumen bronkus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan
tautbronkus dan rongga' Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat
mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas, Keadaan ini
dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit
dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil, yang kadang-kadang-dapat menimbulkan lesi pa& berbagai organ lain.
Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohemntogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan TB milier; ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem
vaskular dan tersebarke organ-organ tubuh. (Price & Wilson, 2012)
g. Klasifikasi ?
Jawab :
Di dalam Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis (2011), disebutkan
bahwa Tuberkulosis dapat dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi yaitu
berdasarkan lokasi atau organ tubuh yang sakit, hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis, dan riwayat pengobatan.
Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori-2, Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif
yang telah diobati sebelumnya:
1) Pasien kambuh
2) Pasien gagal
3) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 2:
2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3
HR Al-Hakim
Jagalah yang lima sebelum datang yang lima: Masa mudamu sebelum datang
masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu
sebelum masa miskinmu, masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu, dan
masa hidupmu sebelum datang kematianmu.(HR Al-Hakim; sanadnya shahih) .
2.7 Kesimpulan
Tn. Novel, 35 tahun, seorang karyawan swasta, tinggal dirumah susun, mengeluh
hemoptisis massif sejak 3 hari yang lalu, batuk berdahak disertai demam tidak
terlalu tinggi, berkeringat banyak pada malam hari, penurunan nafsu makan dan
berat badan serta nyeri dada karena mengalami Tuberculosis paru.
FR (Tempat
tinggal,teman sekantor )
Terinfeksi M.tuberculosis
M.Tuberculosis
berkembang biak di paru-
paru
TB Paru
Berkeringat pada
malam hari Nyeri dada Demam tidak Berat badan
Hemoptisi Batuk
terlalu tinggi menurun dan Nafsu
s berdahak
makan menurun
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z., Asril, B. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Tuberkulosis Paru.
Kesehatan RI
Dotulang, Jendra dan Margareth. 2015. Hubungan Faktor Resiko Umur, Jenis
Jakarta: EGC
Elsevier.
Huether, S. E., Kathryn, L. M. 2017. Buku Ajar Patofisiologi. Edisi VI. Vol. 2.
Singapore: Elsevier.
Indah, M. 2018. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
2016-2020, Jakarta.
Kumar, V., Abdul, K., Jon, C. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9.
Singapore: Elsevier.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi.7nd ed , Vol. 1. Jakarta :
Mescher, A. L. 2017. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 14. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
PDPI. 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis &
Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2017. Kenali Batuk Darah. Jakarta:
Santos, J. B. D., Ana, R. F., Claudia, E. F., Marcia, H. D. O., Perla, G. D. S.,
EGC.
Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing
Sudoyo Aru dkk.2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Jakarta: EGC
Zulkifli Amin, A. B. (2014). Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.