Anda di halaman 1dari 5

Studi telah menemukan selama 10-15 tahun terakhir bahwa Steven-Johnson

Syndrome dan TEN dipisahkan secara klinis dan etiopathogenetik dengan Erythema
Multiforme, walaupun ketiga penyakit tersebut memiliki reaksi hipersensitivitas yang
sama seperti oral bullae, erosions, ulcers, dan krusta pada bibir, namun lesi di kulit
dari SJS dan TEN berbeda dengan EM.

STEVEN JOHNSON SYNDROME


Definisi
Steven-johnson syndrome atau erythema multiforme mayor adalah bentuk yang parah
dari erythema multiforme yang dominan memengaruhi membrane mukosa. Bentuk
steven-Johnson syndrome tidak separah TEN dan memengaruhi beberapa bagian
tubuh.

Etiologi
Penyakit ini biasanya dipicu oleh penggunaan obat-obatan dan infeksi Mycoplasma
pneumonia (terutama pada anak-anak) dan terkadang karena infeksi HSV. Obat-
obatan yang mendorong penyakit ini termasuk antibiotic sulfonamides, penisilin,
anticolvusants, dan NSAID pada anak-anak, allopurinol, oxicams, dan nevirapine
pada dewasa. Di Cina, pembentukan SJS/TEN disebabkan oleh anticolvusant seperti
carbamazepine, phenytoin, lamotrigine, oxcarbazepine (trileptal), valporic acid, dan
barbiturate.
Terdapat 4 kategori etiologi:
1. Infeksi
2. Drug induced
3. Malignancy-related
4. Idiopathic
Idiopathic menyebabkan 25-50% kasus. Drugs dan malignancies adalah penyebab
paling sering pada orang dewasa dan orang tua, sedangkan pada anak-anak biasanya
disebabkan oleh infeksi.
Farmakologi

Tujuan dari farmakoterapi pada pasien SJS adalah untuk mengurangi


morbiditas dan mencegah komplikasi. Tidak ada obat-obatan spesifik yang dapar
menyembuhkan SJS. Pemilihan antibiotic pada SJS yang disebabkan infeksi
tergantung dari penyebab infeksi tersebut.
Penggunaan kortikosteriod masih menjadi kontroversi, namun bisa berfungsi
jika digunakan dengan dosis tinggi. Namun, jika menggunakan kortikosteroid pada
meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Untuk inflamasi ocular persisten dan
rekuren dapat menggunakan short-term systemic kortikosteriod dan/atau long-term
immunosuppressive therapy, yang dapat mengurangi keparahan dari conjunctivitis
dan memperbaiki prognosis.
Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain:
 Kortikosteroid (prednisone, methylprednisolone)
 Immunosupresant (cyclosporine, cyclophosphamide)
 Immune globulins (immune globulin intravenous)
Selain itu, human intravenous immunoglobulin (IVIG) juga dapat digunakan
baik untuk pengobatan maupun profilaksis.

TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS


Definisi
Toxic epidermal necrolysis atau penyakit Lyell adalah penyakit kulit dan membrane
mukosa yang parah dengan prognosis buruk. TEN adalah istilah yang sering
digunakan ketika ada detachment kulit yang sangat luas dan keterlibatan mukosa serta
kondisinya dipengaruhi oleh obat-obatan. Angka kematian mencapai 40%.

Etiology
Mekanisme patogenetiknya biasanya paling sering dipicu oleh obat-obatan. Selain itu,
juga dapat disebabkan oleh infeksi dan idiopathic. Obat-obatan yang dapat
memengaruhi diantaranya antibiotic, antiepileptic, NSAID, ampisilin, allopurinol,
kortikosteriod topical dan sistemik, dan antiretroviral.
Antibakterial yang dapat menyebabkan TEN antara lain:
 Sulfonamides (4,5 kasus dari 1juta pengguna perminggu)
 Chloramphenicol
 Macrolides
 Penicillins
 Quinolonoles (co/ ciproflaxin, dan trovafloxacin)
Anticolvusant yang dapat menyebabkan TEN antara lain:
 Phenobarbital
 Phenytoin
 Carbamazepine
 Valporic acid
 Lamotrigine
NSAID yang dapat menyebabkan TEN antara lain:
 Phenylbutazone dan oxybutazone
 Oxicams (co/piroxicam dan tenoxicam)
 Ibuprofen
 Indomethacin
 Sulindac
 Tolmetin
Selain karena obat-obatan, penyebab TEN juga dapat disebabkan oleh:
 agen infeksi (co/ Mycoplasma pneumonia, herpes virus, dan hepatitis A)
 imunisasi
 bone marrow atau transplantasi organ yang menderita TEN.

Farmakologi
Tujuan utama dari farmakoterapi penyakit TEN sama dengan SJS. Tidak ada
pengobatan spesifik yang telah dibuktikan efektif, namun dapat menggunakan:
 crystalloids (isotonic sodium chloride 0,9%)
 antibiotic (nafcilin dan gentamicin)
 antihistamin (hydroxyzine)
 antikoagulan (heparin)
 analgesic (morfin sulfate, fentanyl citrate)
 antiseptic (chloxhexidine gluconate)
 anastesi topical (benzocaine)
 kortikosteroid (dexamethasone, methylpranidsolone, prednisone, dan
hydrocortisone)
REFERENSI:

 Glick M. Feagans WM. Burket’s Oral Medicine; 12th ed. People’s Medical
Publishing House, USA. 2015: 167-169

 Scully, Cawson. Medical Problems in Dentistry, 5th ed. Elsevier Science.


2003: 287-288

 http://emedicine.medscape.com/ (diakses 17 April 2017)

Anda mungkin juga menyukai