Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PEMBAHARUAN DI MESIR

OLEH: KELOMPOK II AFI 4

Muliana
Masraruddin
Magfirah Mardatillah

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum wr. wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah makalah dengan judul

”Sejarah Pembaharuan Di Mesir” dapat diselesaikan.

Selanjutnya shalawat dan salam kami hanturkan kepada junjungan Nabi

besar Muhammad saw. dan segenap keluarganya, para sahabat, tabi-tabi'in sampai

kepada orang-orang yang mukmin yang telah memperjuangkan Islam sampai saat

ini dan bahkan sampai akhir zaman.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita. Semoga makalah yang telah disusun ini dapat

berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Samata, 24 maret 2020

penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modernisme dalam masyarakat barat diartikan sebagai sebuah pikiran,


aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah faham-faham, adat istiadat, institusi-
institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang telah
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Pikiran dan aliran ini segera memasuki lapangan agama dan modernisme
dalam hidup keagamaan di barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran-
ajaran yang terdapat dalam agama katolik dan protestan dengan ilmu pengetahuan
dan filsafat modern. Aliran ini akhirnya membawa kepada timbulnya sekularisme
di masyarakat Barat.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern kemudian memasuki


dunia islam, terutama sesudah pembukaan abad ke-19 M, yang dalam sejarah
islam dipandang sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat
selanjutnya membawa ide-ide baru kedunia islam seperti rasionalisme,
nasionalisme, demokrasi dan sebagainya.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana proses pembaharuan


islam di Mesir, penting kiranya sebab Mesir merupakan tempat pertama kali
dimana umat islam bersentuhan langsung dengan peradaban barat, yaitu ketika
Mesir jatuh ketangan Barat yang kemudian menyadarkan dunia islam akan
kelemahannya dan menyadarkan umat islam bahwa di Barat telah timbul
peradaban baru yang lebih tinggi yang dapat menjadi ancaman bagi dunia islam,
raja-raja dan pemuka islam pada masa itu kemudian memikirkan cara bagaimana
meningkatkan mutu dan kekuatan umat islam kembali. Hasilnya melahirkan
banyak ide-ide pembaharuan dalam dunia islam.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang melatarbelakangi pembaharuan di mesir?


2. Bagaimana bentuk pembaharuan di mesir?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pembaharuan Di Mesir

Mesir merupakan daerah strategis, secara geografis Mesir terletak


dijantung pertemuan antara afrika, asia bahkan eropa. Kemajuan eropa melahirkan
negara-negara kuat dan maju. Diantara mereka terjadi persaingan dan perselisihan
untuk menjadi yang terkuat. Dampak dari persaingan ini adalah perebutan dan
kompetisi mereka untuk menguasai negeri-negeri islam dengan melakukan
kolonialisasi dan penetrasi, seperti inggris ke india sampai asia tenggara,
sementara perancis berusaha menjarah mesir. Perancis melihat mesir begitu urgen
untuk dikuasai. Untuk kepentingan ini maka datanglah Napoleon Bonaparte untuk
menaklukkan mesir.1

Napoleon mendarat di Alexandria pada tanggal 2 juni 1798 dan keesokan


harinya kota pelabuhan yang penting ini jatuh. Sembilan hari kemudian, Rasyid,
sebuah kota yang terletak disebelah timur Alexandria, jatuh pula. Pada tanggal 21
juli sampai di daerah pyramid dekat Kairo. Terjadi pertempuran ditempat itu dan
kaum mamluk yang tidak sanggup melawan senjata-senjata meriam Napoleon, lari
ke Kairo tetapi disana tidak mendapat simpati dan sokongan dari rakyat Mesir
akhirnya mereka terpaksa lari lagi ke daerah Mesir sebelah selatan. Pada tanggal
22 juli tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Alexandria Napoleon telah
dapat menguasai Mesir.

Usaha Napoleon untuk menguasai daerah-daerah lainnya di timur tidak


berhasil dan sementara itu perkembangan politik di perancis menghendaki
kehadirannya di paris, pada tanggal 18 agustus 1799, ia meninggalkan mesir
kembali ke tanah airnya. Ekspedisi yang dibawanya ia tinggalkan dibawah

1
Soraya Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern (Makassar:Alauddin University
Press,2012), h.2
pimpinan Jendral Kleber. Dalam pertempuran yang terjadi di tahun 1801 dengan
armada inggris, kekuatan perancis di mesir mengalami kekalahan, ekspedisi yang
dibawa Napoleon itu meninggalkan Mesir pada tanggal 31 agustus 1801.2

Meskipun di Mesir hanya kurang lebih dua tahun saja, akan tetapi
kehadiran bangsa perancis itu membuat bangsa mesir bersentuhan dengan
“kemodernan”, baik dalam sistem politik maupun pemikiran keagamaan. Hal itu
disebabkan karena, Napoleon datang ke Mesir bukan hanya semata memimpin
ekspedisi militer, tetapi disamping itu juga memimpin ekspedisi ilmiah. Hal ini
ditandai dengan ikut sertanya sebanyak 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan, dibawa sertanya dua set alat percetakan dengan huruf latin, arab dan
yunani. Didirikannya institut D’Egipte yang mempunyai bagian-bagian yang
terdiri atas: bagian ilmu pasti, ilmu alam, ilmu ekonomi, ilmu politik dan ilmu
sastra. Dalam lembaga itu diperkenalkan pula eksperimen-eksperimen ilmiah,
yang merangsang bagi ilmuan-ilmuan mesir saat itu untuk mempelajari ilmu-ilmu
barat.3

Dari segi pemikiran dan konsep politik, melalui ekspedisi Napoleon itu
orang Mesir berkenalan dengan konsep pemerintahan republik, demokratis dan
nasionalisme. Konsep-konsep pemerintahan itu merupakan “barang baru” bagi
umat islam, khususnya di mesir. Sebelumnya sejak pemerintahan bani umayyah
hingga saat itu, dalam sistem kehidupan khilafah atau dinasti, bangsa mesir tidak
pernah menikmati sistem republik demokratis dan nasionalisme. Bahkan yang
terjadi sebaliknya, rakyat diperintah secara diktator dan absolut tidak menikmati
kebebasan dan persamaan hak antara mereka dengan penguasa, meskipun sama-
sama beragama islam4

Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam,Sejarah Pemikiran Dan Gerakan


2

(Jakarta:Bulan Bintang,2003), h.22

Rahim Yunus, Historiografi Dunia Islam Modern: Negara Islam Versus Negara
3

Sekuler (Makassar:Alauddin University Press,2014), h.65

Rahim Yunus, Historiografi Dunia Islam Modern: Negara Islam Versus Negara
4

Sekuler, h. 66
B. Bentuk Bentuk Pembaharuan Di Mesir

Pembaharuan di Mesir terjadi dalam berbagai bidang kehidupan hal


tersebut tidak lepas dari seorang tokoh pemimpin mesir yang bernama
Muhammad Ali. Muhammad Ali adalah seorang keturunan Turki lahir di Kawalla
Yunani pada tahun 1765 dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Muhammad ali
pasya seorang perwira yang berhasil merebut kekuasaan sehingga menjadi
penguasa tunggal di mesir setelah berhasil mengusir Perancis keluar dari Mesir.
Pada tahun 1805 Muhammad Ali mampu mengamankan mesir dan diakui oleh
Sultan Usmani sebagai penguasa Mesir. sepeninggal ekspedisi Napoleon ia
bermaksud membangun Mesir yang sudah jauh tertinggal dan bertekad serta
berusaha untuk menjadikan bangsa mesir sejajar dengan bangsa Eropa yang sudah
maju

Untuk mempertahankan kekuasaannya Muhammad Ali mementingkan


hal-hal yang berhubungan dengan militer karena ia yakin bahwa kekuasaannya
hanya dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Pembaharuan
dalam bidang militer pertama dengan melakukan reorganisasi dan modernisasi
kekuatan militer ditahun 1819 ia menugaskan Save, seorang kolonel Perancis
yang kemudian masuk islam dengan nama Sulaiman Pasya. Selama tiga tahun ia
bekerja keras untuk membangun angkatan perang Mesir yang modern dengan cara
menanamkan loyalitas dan disiplin yang keras disamping itu ia juga melatih
pemuda sudan sebagai militer guna membentuk pasukan tentara yang kokoh dan
kuat di negeri Mesir.5

Pada tahun 1915 Muhammad Ali Pasya mendirikan sebuah sekolah militer
di Kairo dan Akademi Industri Bahari serta sekolah Perwira Angkatan Laut di
Iskandariyah. Selama itu ia juga mengirimkan putra putri Mesir untuk belajar ke
Eropa. Pelajar yang dikirim sebanyak 311 pelajar diantaranya ke Italia, Perancis,
Inggris Dan Austria. Di Paris didirikan satu rumah untuk menampung para pelajar

5
dari Mesir yang lebih ditekankan kepada para pelajar itu ialah memilih ilmu-ilmu
kemiliteran darat dan laut, arsitek, kedokteran, dan obat-obatan karena dekat
hubungannya dengan soal kemiliteran.

Dalam bidang ekonomi muhammad ali melakukan hubungan dengan


negara-negara Eropa agar modal asing muncul di Mesir. Mesir berpartisipasi
dalam mempermudah komunikasi antara barat dan timur. Dengan menghidupkan
kembali jalan melalui daratan selama pertengahan awal abad ke 19. Penataan
kembali juga dilakukan dalam bidang pertanian dan industri. Disamping itu untuk
kelancaran pemasukan uang negara untuk menghindari adanya kebocoran
keuangan Muhammad Ali dengan secara berangsur-angsur membentuk
administrasi sentral guna mengurus perpajakan. Dengan demikian maka sejak
tahun 1810 M, ekonomi Mesir berkembang maju terutama dari hasil penjualan
gandum kepada tentara Inggris ke laut tengah.6

Muhammad Ali Pasya juga memberikan perhatian di bidang pendidikan


dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu bangsa. Ia mendirikan kementrian
pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan. Diantaranya sekolah militer pada
tahun 1815, sekolah teknik pada tahun 1816, sekolah kedokteran di tahun 1827,
sekolah apoteker pada tahun 1829, sekolah pertambangan pada tahun 1834,
sekolah pertanian pada tahun 1836 dan tenaga pengajarnya didatangkan dari eropa
dengan menggunakan metode modern.7

Muhammad ali juga mengirimkan pelajar-pelajar mesir ke eropa dan untuk


mempercepat proses pembaharuan dibidang tersebut ali memberikan beasiswa dan
menaikkan gajinya serta melakukan penerjemahan buku-buku dari eropa. Salah
seorang tokoh pemikir dan pembaharu yang dihasilkan muhammad ali adalah at-
tahtawi (1801-1873). At-tahtawi dalam kedudukannya sebagai ulama al-azhar
dikirim ke paris pada tahun 1826 untuk menjadi imam pelajar mesir yang ada
disana. Selama di perancis ia juga belajar bahasa perancis hingga mahir. Setelah
pulang ke kairo ia diangkat menjadi guru penerjemah di sekolah penerjemahan

6
Soraya Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern, h. 11-13.
7
yang didirikan oleh muhammad ali. Selain mengajar dan menerjemahkan buku,
at-tahtawi juga mengarang buku diantaranya tentang pengalamannya di paris,
perekonomian,tentang pemerintahan demokrasi, tentang pendidikan dan tentang
ijtihad.

Penerjemahan buku asing kedalam bahasa arab pada mulanya disesuaikan


dengan sekolah yang didirikan Muhammad Ali Pasya. Buku acuan kurikulum
sekolah Eropa diterjemahkan oleh penerjemah yang menguasai bahasa asing dan
yang bekerja di dewan Muhammad Ali, pegawai-pegawai serta mahasiswa yang
belajar di Eropa. Akan tetapi cara ini tidak membawa hasil maksimal. Kemudian
penerjemahan mulai berjalan setelah didirikan sekolah penerjemahan yang tahun
1836 yang dikepalai oleh At-Tahtawi. Penerjemahan buku-buku disesuaikan
dengan ahlinya, aktivitas penerjemahan disekolah ini dibagi menjadi empat yaitu
bagian ilmu pasti, ilmu kedokteran, ilmu fisika dan bagian sastra. Untuk
mendukung usaha penerjemahan didirikan percetakan di Bulaq dipinggiran kota
Kairo pada tahun 1821. Pada tahun 1838-1839 Muhammad Ali Pasya mendirikan
perpustakaan yang bekerja sama dengan percetakan tersebut yang kemudian
menjadi perpustakaan kerajaan Mesir.8

Pembaharuan dalam bidang politik juga dilakukan. Pembaharuan politik,


administrasi dan ekonomi yang dicanangkan Muhammad Ali berimplikasi pada
tumbuhnya pemikiran modern dari para kaum intelektual. Hal itu terlihat dari
pemikiran Al-Tahtawi. Sebagaimana dalam pebahasan sebelumnya bahwa Al-
Tahtawi adalah seorang putra Mesir yang telah mengecap pendidikan di Barat,
setelah kembali ke Mesir ia melontarkan pemikiran-pemikiran Patriotisme dan
kecintaan kepada tanah air. Menurutnya tanah air tiap orang adalah tanah tumpah
darahnya, bukan seluruh dunia islam, sebagaimana paham yang berkembang
sebelumnya. Paham itu adalah baru bagi islam dan merupakan benih nasionalisme
mesir. Ide pembaharuan pemikiran politik islam Al-Tahtawi itu mendapat
tanggapan positif dari kaum intelektual yang memiliki semangat dan pandangan
yang sama di Mesir dan yang paling menonjol adalah Jamaluddin Al-Afgani dan

8
Soraya Rasyid, Sejarah Islam Abad Modern, h. 13-14
muridnya Muhammad Abduh. Melalui media pendidikan keduanya melontarkan
pemikiran-pemikiran pembaharuan menyangkut kehidupan bernegara. Mereka
menyuarakan anti Barat, cinta taah air dan bersikap patriotisme dalam
menghadapi dunia barat.

Sebagai seorang intelektual muslim Al-Afgani dalam pemikiran-


pemikirannya tetap berangkat dari Al-qur’an, menurutnya Al-qur’an adalah
terbuka untuk selalu diinterpretasi ulang oleh setiap orang untuk dikondisikan
dengan masanya. Olehnya itu islam dapat dijadikan landasan kehidupan
masyarakat rasional dan modern. Dengan pola pikir itu Al-Afgani dapat menerima
konsep-konsep kehidupan politik modern yang tumbuh di dunia barat untuk
diterapkan didunia islam.9

Adapun jalan pembaharuan untuk memperbaiki keadaan umat islam


menurut Al-Afgani ialah melenyapkan pengertian-pengertian salah yang dianut
umat pada umumnya dan kembali kepada ajaran dasar islam yang sebenarnya, hati
mesti disucikan, budi pekerti luhur dihidupkan kembali dan demikian pula
kesediaan berkorban untuk kepentingan umat dengan berpedoman pada ajaran-
ajaran dasar umat islam akan dapat bergerak maju mencapai kemajuan, corak
pemerintahan otokrasi harus diubah dengan corak pemerintahan demokrasi,
kepala negara harus mengadakan syura dengan pemimpin-pemimpin masyarakat
yang banyak mempunyai pengalaman. Pengetahuan manusia secara individual
terbatas sekali. Islam dalam pendapat Al-Afgani menghendaki pemerintahan
republik yang didalamnya terdapat kebebasan mengeluarkan pendapat dan
kewajiban kepala negara tunduk kepada undang-undang dasar. Menurutnya
persatuan umat islam harus diwujudkan kembali dengan begitu umat islam akan
dapat kembali memperoleh kemajuan. Semasa hidupnya al-afgani berusaha untuk
mewujudkan persatuan itu yang terkandung dalam ide pan-islam yaitu persatuan
seluruh umat islam, tetapi tidak berhasil. Meski demikian ide-idenya banyak

9
Rahim Yunus, Historiografi Dunia Islam Modern: Negara Islam Versus
Negara Sekuler, h. 69-70
mempengaruhi pemikiran muridnya muhammad abduh tentang pembaharuan
dalam islam yang juga mempunyai pengaruh besar di dunia islam.10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

10
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam,Sejarah Pemikiran Dan Gerakan,
h.48
Zaman modern disebut juga dengan periode kebangkitan islam yang
ditandai dengan ekspedisi Napoleon Bonaparte ke Mesir yang kemudian
membuka mata dunia islam akan kemunduran dan kelemahan umat islam
disamping kemajuan dan kekuatan barat. Selanjutnya pemuka-pemuka islam
mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya mengeluarkan islam dari
kemundurannya. Setelah Perancis keluar dari Mesir, Mesir kemudian dipimpin
oleh Muhammad Ali Pasya yang kemudian berusaha untuk memperbaiki keadaan
Mesir dari segala bidang kehidupan mulai dari bidang kemiliteran, ekonomi, juga
bidang pendidikan dan penerjemahan buku buku dari barat. Upaya yang dilakukan
Muhammad Ali ini kemudian melahirkan tokoh tokoh pemikir islam seperti Al-
Tahtawi, Al-Afgani dan muridnya yang bernama Muhammad Abduh yang turut
memberikan pengaruh dan sumbangan pemikiran yang besar bagi kemajuan dunia
islam

DAFTAR PUSTAKA

Nasution,Harun. Pembaharuan Dalam Islam,Sejarah Pemikiran Dan Gerakan.


Jakarta:Bulan Bintang,2003.
Rasyid, Soraya. Sejarah Islam Abad Modern. Makassar:Alauddin University
Press, 2012.

Yunus,Rahim. Historiografi Dunia Islam Modern, Negara Islam Versus Negara


Sekuler. Makassar:Alauddin University Press,2014.

Anda mungkin juga menyukai