Anda di halaman 1dari 7

BACA-BACA PATTUI’ - ACCERA’ PA’BALLE

Asmiati (asmiasrd@gamil.com) (30100117151@uin-alauddin.ac.id)

Kelas : Aqidah Filsafat Islam 4

Mata kuliah : Teologi Multikulturalisme

Saya lagi berpikir tradisi apa kiranya yang mau saya angkat kali ini ke dalam tulisan saya
karena dapat tugas dengan tema menggali local wisdom. Kebetulan, saat ini saya sedang sakit
yang di mana mereka (orang di daerah saya) menamakan penyakit ini dengan nama
kanrepali’ (saya tidak tahu ini aksara apa). Dalam upaya penyembuhan penyakit ini,
Bukannya ke Dokter untuk periksa dan di beri obat, orang tua saya justru menyarankan
pengobatan tradisional yang masih di percayai ampuh dan menyembuhkan, karena katanya
penyakit kanrepali’ ini hanya bisa di sembuhkan dengan pengobatan tradisional berupa baca-
baca pattui’ ini, orang di daerah saya percaya semaju apapun zaman post-modernis kita ini,
nyatanya penyakit-penyakit seperti ini hanya bisa di sembuhkan dengan penyembuhan
tradisional ini.

Di daerah saya, ada sebuah ilmu pengobatan yang di luar batas normal. Beberapa orang
zaman sekarang ada yang lebih suka ke dokter namun ada pula yang masih memakai
pengobatan tradisional dengan penggunaan baca-baca pattui (bacaan mantra).

Sebelumnya saya ingin menjelaskan apa itu baca-baca pattui’. Baca-baca jika di artikan
dalam bahasa Makassar adalah pa’doangang. Istilah ini merujuk pada do’a yang di gunakan
untuk suatu tujuan tertentu, di mana lafalnya biasa dalam bahasa bugis atau Makassar pula
bercampur dengan lafal Bahasa Arab. Pattui’ dari asal kata tui’ artinya tiup, meniup. Yang
dimana dalam doa penyembuhan tidak hanya di bacakan baca-baca pattui’ namun juga di
tiup di jeda tertentu sebelum sanro melanjutkan membaca mantranya, biasa juga luka di tiup
di akhir bacaan mantra, yang jelas berbeda-beda cara sanro.
Nah, luka saya belum sembuh betul karena baru 3 kali di baca-baca pattui; oleh sanro di
daerah saya (yang kebetulan juga tetangga saya), bahkan ketika mengetik ini saya masih
merasakan nyeri yang terasa sakit sekali di bagian luka. Lalu saya berpikir jika luka saya
sembuh maka selanjutnya akan melakukan proses accera’ pa’balle yang di mana accera’
paballe ini di lakukan setelah sembuh total baru accera’ pa’balle jika ada waktu. Nah, proses
accera’ pa’balle inilah yang akan bahas di sini

1. Pengertian accera’ pa’balle


Accera’ pa’balle tersusud dari dua kata, yakni dari bahasa Makassar cera’ artinya
Darah dan Pa’balle yang artinya obat. Jika di satukan menjadi darah obat. Accera’
pa’balle di lakukan setelah seseorang di sembuhkan oleh sanro dari suatu penyakit
local seperti ;
 Kanrepali’ (kanrepali’ ulara)
 lattang
 Purakka’ (purakka’ basa, purakka’ karring)
 Pannyela’ (pannyela’ panynya’ringang bosi la’laung, Pannyela’
pannya’ringang jangang-jangan rata, pannyela pannya’ringang parea)
 Puru-puru (puru kabala’, puru batara, puru berasa, puru bu’bu’
 Puru Lappo’
 Sakka’
 Bantiala (bantiala je’ne’, bantiala ruku’)

Nah, jenis penyakit-penyakit kulit di atas yang saya tidak tahu artinya, dan tidak tahu
dari aksara apa, tidak tahu rumpun atau jenis bahasa apa (entah bahasa ghaib atau
bahasa manusia) karena memang nama penyakitnya memang begitu namanya dari
sananya, tidak tahu-menahu asal penamaan dan penyebutannya, karena katanya orang
terdahulu sekalilah yang memberi nama jenis penyakit di atas, jenis-jenis penyakit
yang biasa di sembuhkan oleh sanro (dukun), yang di atas baru jenis penyakit kulit,
sebenarnya masih banyak sekali jenis penyakit local yang belum saya sebutkan. Dan
biasanya sanro itu bisa menyembuhkan segala jenis penyakit, mungkin jika dulu ia
adalah dokter umum.

Dulu belum ada rumah sakit, klinik, puskesmas, puskesmas pembantu dan dokter
untuk menyembuhkan suatu penyakit, sementara banyak penyakit beraneka ragam
muncul di tengah masyarakat, zaman tidak secanggih sekarang, maka masyarakat
melakukan pengobatan tradisional untuk pengobatan, seperti pattui’ baca-baca dan di
damping dengan obat herbal yang di racik oleh sanro secara tradisional, turun-
temurun, yang di buat dari daun-daunan, batang pohon, akar pohon, kunyit, kemiri,
daun sirih (dan jenis tumbuhan lainnya), mengkudu, lidah buaya, dari bagian tubuh
hewan seperti bulu kucing, bahkan dari kotoran tubuh manusia di jadikan obat seperti
tai toli (tai telinga) pe’ru (ludah), dan ada juga air yang sudah di bacakan mantra atau
baca-baca pattui’ (airnya bisa di minum bisa pula di campurkan dengan air yang akan
di pakai mandi) dan masih banyak lagi jenis obat yang di anggap ampuh, karena di
percayai bersifat magic

Penyakit-penyakit di atas punya baca-baca pattui (semacam bacaan mantra yang di


baca cepat tanpa jeda yang mujarab) yang di bacakan oleh sanro di tempat tumbuhnya
penyakit.

Sanro di tempat saya tidak di bayar dengan uang atau pemberian apapun setelah
memberikan pengobatan, tapi kelak jika lukanya sembuh maka ada proses accera’
pa’balle.

2. Proses Accera’ Pa’balle


Setelah beberapa kali di baca-bacai pattui dan sembuh total, maka kita akan ke rumah
sanro dengan membawa beberapa barang seperti jangang kampong (ayam kampung),
burasa’, bannang-bannang, baje’, dodoro’ (dan aneka makanan tradisioanl lainnya,
biasa juga membawa berasa’ pare punu’ le’leleng (beras ketan hitam), berasa pare
punu’ eja (beras ketan merah), dan berasa’ pare punu’ kebo’(beras ketan putih)

Setelah sampai di rumah sanro dan memberitahukan bahwa kita telah sembuh dari
penyakit yang di obati oleh sanro dan bermaksud untuk accera’ pa’balle. Lalu sanro
akan melukai bagian tertentu pada ayam kampung yang kita bawa (saya tidak tahu
bagaian di mana di tubuh ayam yang di lukai sedikit) untuk kemudian di ambil setetes
darahnya dan di berikan di kening kita, lalu sanro akan membacakan sebuah mantra
lagi dan meniupnya.

Accera’ pa’balle ini semacam wujud rasa terimakasih kita kepada sanro yang telah
membantu mengobati penyakit kita tentunya dengan izin Allah
3. Simbol dan Makna yang terkandung
Zaman post-modern ini sudah sangat maju, seperti dalam pengobatan misalnya, segala
macam penyakit bisa sembuh oleh dokter-perawat handal lulusan Perguruan Tinggi
terbaik yang di lengkapi alat teknologi canggih. Para apoteker bahkan punya jurusan
sendiri yang secara khusus mempelajarai mengenai ilmu obat-obatan lalu orang
perlahan meninggalkan pa’balle kampong semacam jenis pengobatan tradisioanl yang
tidak di tangani oleh dokter tapi oleh sanro kampong.

Meski zaman sudah maju, masih banyak sekali masyarakat (terutama di daerah saya)
yang jika mengalami penyakit-penyakit, khusunya penyakit kulit di atas masih
mengandalkan baca-baca pattui’ na sanroa atau bacaan mantra yang di bacakan oleh
dukun atau orang pintar. Sanro di berikan keistimewaan mengobati orang dengan
mantra yang ia dapat dari orang tuanya, leluhurnya, bahkan kadang sanro
mendapatkan ilmu pengobatan dari makhluk gaib.

Untuk berterimakasih kepada sanro tidak perlu dengan membayar, karena memang ia
tulus membantu mengamalkan ilmunya. Tapi kata orang, kalau kita Cuma pergi
berobat saja dan tidak melakukan proses accera’ pa’balle setelah sembuh maka nanti
jika kita mengalami penyakit kemudian mendatangi sanro lagi maka tidak akan
mujarab lagi, tidak akan sembuh lagi sebab teami tattaba pattuika (bacaan mantra
tidak mau mujarab), maka di lakukanlah accera’ pa’balle, accera’ pa’balle ini
semacam karannuang (kegembiraan) dan rasa terimakasih sebanyak-banyaknya yang
di lakukan oleh orang yang telah di obati kepada sanro yang telah mengobatinya.

4. Titik persinggungan antara Budaya dan Agama


Pengobatan semacam ini tidak di tentang dalam Agama Islam. Karena memang kata
sanro yang saya wawancarai “karaeng allah ta’ala ni pa’pala’ doangangi” yang
mana Tuhan Allah SWT tempat meminta do’a. bukan yang lain

Lafal Baca-baca pattuai (mantra bacaan) ada yang di ambil dari kitab suci Al-Qur’an,
dan ada pula yang di gabung dengan bacaan Al-Qur’an di mana untuk mengawali
baca-baca pattui (mantra bacaan di awali dengan bismillahi rrohmani rrohim di
sambung dengan bacaan mantra berbahasa Makassar, lalu biasanya di akhiri dengan
kata Kun Fayakun (Jadi maka jadilah) yang di mana kun fayakun ini ada dalam al-
Qur’an. Begitulah kata sanro yang mengobati saya. Saya juga kadang mendengar
samar lirik baca-baca pattui’ yang di bacakannya terdapat kata ooo karaeng (Ya
Tuhan), Selain nama Allah SWT yang di sebut dalam pembacaan mantra, biasa sanro
juga menyebut atau mengikutsertakan nama Nabi Muhammad SAW. Di samping
nama allah dan nama Nabi Muhammad sanro juga menyertakan nama leluhur sekedar
untuk penghormatan saja. Penyebutan nenek moyang dalam pembacaan mantra bukan
untuk menduakan allah, adanya kekuatan lain selain kekuatan allah, tapi memang
semata untuk penghormatan kepada leluhur karena peninggalan bacaan mantranya.

Mantra pengobatan yang masuk ke mantra putih (white magic) pada dasarnya di
terima secara penuh oleh sanro maupun orang yang di obati karena memang sanro
menyandarkan diri kepada Allah SWT atas permohonan yang di ucapakannya.
Adapun permohonan bantuan kepada yang alami maupun yang tidak alami di sertai
itikad bahwa hanya izin dari allah semuanya bisa efektif karena di khendaki oleh
allah.

Jadi jelas, pengobatan tradisional di kampung saya ini tidak bertentangan dengan
agama, justru budaya dan agamanya membaur, menyatu.

Analisis Saya

Meskipun saya hidup di Abad 21 yang sangat maju ini, saya dan orang-orang di
daerah saya masih percaya akan kekuatan sebuah mantra, yang pembacaannya sakral,
tidak boleh di lakukan sembarangan. Sebuah mantra bisa melukai, bisa
menyembuhkan. Ada Mantra jahat (black magic) yang melukai seperti doti (santet),
tenun, namun ada pula mantra baik (white magic) yang mampu menangkalnya; seperti
contohnya di daerah saya ada mantra pattui’ je’ne’ pannyongka (air penangkal
parakang atau setan dan roh jahat lainnya atau penangkal hal buruk), mantra pemikat
lawan jenis, bahkan mantra ketika akan berlomba atau menghadapi Ujian nasional,
mantra kekuatan, mantra pengebal diri atau mantra pagar diri ketika akan keluar
rumah, mantra ketika akan mulai berjalan, mantra ketika akan tidur, mantra untuk
ritual, yang jelas orang dulu untuk menjaga dirinya di lindungi dengan mantra.
Bahkan saya ingat waktu kecil dulu (sewaktu kakek dari ibu saya masih hidup, selalu
baca mantra dalam kegiatannya, mulutnya selalu komat-kamit sibuk membaca
mantra, saya tidak tahu mantra apa yang di bacanya). Sayang sekali waktu itu saya
masih kecil, belum tertarik untuk menanyakan perihal mantra-mantra yang ia baca.
Saya justru menertawainya. Kalau saya tahu dari dulu kalau mantra-mantra yang di
bacanya itu akan sangat berguna sewaktu saya kuliah saya pasti sudah mencatat
semuanya (tapi sudahlah, kan tidak ada yang tahu masa depan kecuali memakai alat
ajaib doraemon).

Baru sekarang semasa kuliah saya memiliki hasrat untuk menggali sejarah kearifan
local tempat saya yang sudah banyak hilang karena era globalisasi. Saya ingat sedikit
sewaktu kecil dulu kehidupan saya di kelilingi hal-hal magis karena kebudayaan local,
namun saat teknologi masuk, kearifan budaya saya mulai hilang, itulah mengapa saya
ingin mengabadikannya, menelitinya ulang.

dan mantra yang saya bahas kali ini adalah mantra pengobatan seperti yang saya
jelaskan di atas. Mantra pengobatan masuk ke dalam white magic (tentu saja) karena
sangat berguna membantu menyembuhkan suatu penyakit. Yang di mana kata sanro
semua jenis mantra pengobatan ini di sandarkan kepada Allah SWA. Toh, dalam
bacaannya di awali basmalah dan di akhiri dengan salah satu kalimat dalam Al-
Qur’an. Sisanya setelah mantra di bacakan tinggal menunggu keputusan dari Allah
SWT.

Dulu sekali, sebelum berkembangnya Sains dan Teknlogi, dalam dunia medis
misalnya orang masih berobat ke sanro, obatnya jika bukan obat herbal dari
tumbuhan, hewan atau tubuh manusia sendiri yah obat mantra.

Orang yang tahu jenis mantra pengobatan ataupun orang yang mempercayai mantra
bisa merasakan manfaatnya adalah dari sebuah keyakinan, keyakinan bisa sembuh,
keyakinan akan adanya sebuah kekuatan ghaib yang di luar batas kemampuan
manusia yang bisa membuat sebuah mantra mujarab. Dan intinya, jika sebuiah mantra
telah di bacakan, kita menyandarkan semuanya kepada Allah SWT agar pembacaan
mantra lebih mantap.

Referens : dari dukun yang mengobati saya

Location : Desa Data, Kec.Tompobulu, Kab. Gowa

Anda mungkin juga menyukai