Anda di halaman 1dari 6

Ralat Aroma Karsa Cet 1

RALAT AROMA KARSA


CETAKAN I

DAFTAR ISI

9. Tanaya Suma – 92 9. Enigma Terbesar – 92

10. Enigma Terbesar – 103 10. Tanaya Suma – 103

48. Banaspati – 524 48. Wong Banaspati – 524

KOREKSI ISI

Bab 26
Carroway seed  Caraway seed
Putain de merdre Putain de merde
cis-3 heksana  cis-3 heksenal
Alkana  Etanal
Benzana  Benzena
Metil butirat  ditiadakan

Bab 28
“Iya, Mbak.” “Iya, Bu.”

Bab 29
Paling cepat  paling lambat

Bab 32
Sejak lahir  sejak bayi

Bab 34
Tiga menit  Empat menit
PPAKI  PPAK

Bab 41
Seluruh bahasa  Semua bahasa

1
Ralat Aroma Karsa Cet 1

Bab 45
Ampuk-ampuk  Ampak-ampak

Bab 46
1.303 dpl 1.303 mdpl

Bab 48
Pria yang beraroma asam jawa  Pria yang beraroma pinang
muda

Bab 51
Pria yang berambut tergerai  Pria yang rambutnya digelung

Bab 52
Pemulung  Penadah

Bab 53
Ampuk-ampuk  Ampak-ampak

Bab 54
Desa Ngargoyoso  Ngargoyoso

Bab 58
Ampuk-ampuk  Ampak-ampak

Bab 60
Ampuk-ampuk  Ampak-ampak

TAMBAHAN ISI

Bab 28

Iwan, yang berdarah Sunda tapi besar di Jawa Tengah,


dengan luwes memainkan aksennya sehingga mereka seperti dua
orang Yogyakarta yang bersua di tanah Jawa Barat.

2
Ralat Aroma Karsa Cet 1

Bab 32

Kelainan yang mengakibatkan berbagai bau, sedap atau


tidak, ada atau tidak, tercium sebagai bau yang luar biasa
memuakkan.

Bab 41

Napas Suma terbendung sesaat. Sentuhan Jati di pipinya


terasa halus sekaligus yakin. Sorot mata Suma menjungkit,
menemukan mata Jati. Pada tarikan napasnya berikut,
terhiruplah aroma yang mampu meluruhkan pertahanannya.
Percik itu terjadi. Dunia di luar rumah kaca lenyap. Menyisakan
hanya dirinya dan Jati Wesi.
Cukup satu rengkuhan, dan tibalah Jati di sana. Di bibir Suma
yang rekah.
Detik itu juga, bergulunglah Jati dalam badai sensasi yang tak
pernah ia bayangkan. Ketibaannya disambut terbuka dan
menyala-nyala.
Segalanya bercampur dan keduanya tak lagi tahu mana yang
lebih memabukkan. Arus kehangatan yang mengalir deras
melalui bibir mereka, pergesekan tubuh yang kian rekat dan
lengan yang saling melilit, atau aroma kehendak yang mengunci
mereka dalam hubungan saling membutuhkan.
Wangi tubuh Suma merebak bagai bunga tengah menggeliat
menuju mekar sempurna, dan Jati tak ubahnya kumbang yang
akhirnya bertekuk lutut di depan ceruk nektar, mengisap dengan
segenap jiwa seolah tiada lagi hari esok.

Bab 42

“Pak,” panggil Jati. “Malini kemari menemui Bapak?”


Anung tidak bereaksi.

3
Ralat Aroma Karsa Cet 1

“Sebenarnya Malini itu siapanya Bapak? Siapanya saya?”


Anung masih tidak bereaksi.
Bab 44

(1)

“Aku tidak suka di posisi ini. Dia pun sama. Aku yakin kamu
juga begitu,” lanjut Jati. Dari dasar kantongnya, ia mengeluarkan
wadah kaca berbentuk bulat. Jati membuka tutupnya lalu
mengulurkannya ke depan muka Arya.

(2)

Arya tak sepenuhnya paham maksud ucapan Jati. Akan tetapi,


berbarengan dengan udara yang ia hirup, menyeruak sebentuk
perasaan kuat. Suma telah berada di luar jangkauannya, di dalam
gelembung yang tidak bisa lagi ditembus. Dirinya berhadapan
bukan hanya dengan Jati, melainkan juga kekuatan lain yang
tidak mampu ia lawan. Lawan tak kasat mata yang terasa jelas
kehadirannya. Kuda-kuda Arya luluh lantak.

Bab 49

(1)

Mbah Jo mendudukkan Jati di atas dipan serambi pos. “Dari


kecil kami cuma bisa ditakut-takuti dua hal. Dimakan harimau,
atau diculik Banaspati yang siang melayang seperti angin dan
malam terbang seperti api. Saya tahu cerita itu tidak sepenuhnya
benar, tapi tidak sepenuhnya salah. Wong Banaspati yang
sebenar-benarnya emoh berurusan dengan manusia. Mereka
cuma menjaga hutan. Tapi, percaya sama saya, lebih bagus kamu
ketemu Banaspati yang nakut-nakuti anak-anak ketimbang Wong
Banaspati dari Wukir Mahendra Giri.”

(2)

4
Ralat Aroma Karsa Cet 1

Menghilanglah tindakan tergesa. Lenyap pula desakan liar.


Jati mengawali kembali penjelajahannya. Bibirnya membuka
ulang bibir Suma dengan pelan dan resap. Ia bergerak selaras
mengikuti panduan aroma yang diuarkan Suma. Lewat
penciumannya, Jati diberi petunjuk ke mana harus singgah dan di
mana ia perlu berlama-lama.
Suma tak perlu lagi mencuri-curi. Jati Wesi utuh menjadi
miliknya malam itu. Ke mana pun hidungnya berpaling dan
mulutnya mengecap, ke mana pun sentuhannya mendarat dan
napasnya menghirup, yang terasa hanyalah Jati seorang. Suma
mengizinkan dirinya larut dan lepas dalam setiap sensasi yang
diletupkan akibat berpadunya aroma tubuh mereka, suara
mereka, dan rasa yang dihantarkan semua gerbang indranya.
Satu demi satu, sudut demi sudut tersibak. Mereka
menyelami satu sama lain bagai dua penjelajah baru yang
sesekali sudi berhenti untuk terpesona, dan sesekali rakus
mereguk apa yang mereka damba. Terkadang mereka bergerak
hati-hati, terkadang pula berani dan berapi-api menguji fantasi
mereka yang tersimpan selama ini. Perambahan itu berlangsung
dua arah, berangsur, hingga akhirnya segala kekang dan kendali
luruh.

Bab 51

(1)

Anung menggeleng. “Puspa Karsa tidak bisa didekati siapa


pun kecuali kaum batara-batari dan Wong Banaspati. Di luar itu,
cuma satu yang bisa. Bukan aku.”

(2)

“Anung sudah memberi jalan bagi kehendak Sanghyang


Batari Karsa, tapi kesadaran Anung belum sepenuhnya hilang.
Aku akan meyakinkannya untuk membawa Randu. Dengan sisa
akal sehat di kepalanya, semoga dia mau mendengar, dan mampu
bertahan,” lanjut Empu Smarakandi.

5
Ralat Aroma Karsa Cet 1

Bab 60

(1)

Khalil terdiam. Ingatannya menghadirkan kembali ke pagi


hari saat paket berisi kuartet Puspa Ananta diantarkan oleh kurir
Kemara ke rukonya. Khalil membariskan kuartet itu di rak
terbuka yang tak mungkin luput dari perhatian Jati. Semilir
wanginya, gemerlap keempat botolnya, seketika mengusik
keingintahuan Jati. Khalil tahu persis, semakin dibendung, Jati
akan semakin penasaran. Terciptanya tiruan Puspa Ananta di
Lab Sinting merupakan keniscayaan. Yang perlu Khalil lakukan
sesudahnya hanyalah menginformasikan ketersediaan tiruan
Puspa Ananta di etalase Attarwalla kepada orang suruhan Raras,
yang kemudian datang membeli lalu melaporkannya kepada
polisi.

(2)

“Berapa, Pak? Berapa harga saya?”


“Jati… tidak begitu….”
“Berapa pun itu, semoga setimpal. Saya tahu pengobatan
orang kena lupus seperti Bu Lasti berjalan seumur hidup, dan itu
tidak murah,” sela Jati.

Anda mungkin juga menyukai