Anda di halaman 1dari 112

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Seri Dewi Ular-65-Tara Zagita

Misteri Gerhana
Bercinta
Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Novo
Editor : Jisokam
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

MISTERI GERHANA BERC1NTA


oleh Tara Zagita Serial Dewi Ular
Cetakan pertama, 2000
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All rights reserved

Sinopsis:
Sebuah Danau buatan kini telah berubah menjadi danau
keramat. Roh yang masuk ke dalam danau itu akan menjadi
hidup lagi sebagai manusia biasa. Danau itu menjadi lahan
perebutan, ingin dikuasai oleh pasukan iblis. Mereka akan
masuk ke danau dan hidup sebagai manusia biasa dengan
membawa misi menghancurkan manusia.
Menurut Jin Ganjarlangu, air danau itu mengandung prana
berusia ribuan tahun dan telah berubah menjadi pusaran gaib
tinggi
"Hanya Dewi Ular yang bisa membuat air danau ini menjadi
pulih seperti sedia kala," kata Jin ganjarlangu, ibunya Buron.
Dia memberi tahu rahasianya kepada Dewi Ular, yaitu
harus menciptakan 'bayangan gerhana' bercinta agar kekuatan
gaib air itu terserap habis.
"Siapa yang bercinta dalam Gerhana nanti?" tanya Dewi
Ular.
"Tentu saja Nyai Dewi sendiri, sebagai putri tunggal dewa
yang memiliki pancaran gaib asmara saat bercumbu."
Gila! Kumala Dewi harus bercumbu. Dengan siapa?
Haruskah ia korbankan mahkota suci dewani untuk
membentuk bayangan 'Gerhana Bercinta' diatas sana?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

1
DALAM keheningan ma lam, segala apapun yang bersuara
dapat tertangkap oleh panca indera pendengaran kita. Derik
jangkrik di kejauhan, suara ngengat dan kutu-kutu malam,
semuanya masih bisa ditangkap oleh pendengaran manusia
normal di malam yang hening dan sunyi. Semakin malam
semakin jelas suara-suara tersebut masuk dalam pendengaran
manusia. Menurut para ahli fisika, hal itu dikarenakan oleh
penghantar suara yang sangat tajam. Semakin malam
kelembaban udara malam semakin menjadi penghantar
gelombang suara yang sangat peka. Hanya suara-suara yang
tergolong ultrasonic saja yang tidak bisa tertangkap oleh
pendengaran kita. Tapi telinga hewan memang mampu
mehangkap suara jenis ultrasonic.
Tak heran jika seekor anjing yang sedang terpuruk diam
menikmati datangnya rasa kantuk, tiba-tiba menegakkan
kepalanya dan memandang ke sana-sini, sebab telinganya
menangkap gelombang suara dari jenis ultrasonic. Bahkan
telinga seekor anjing pun dapat menangkap suara
supranatural yang ada di sekitarnya, seperti: langkah-langkah
kaki roh halus, jeritan hantu malam, percakapan dua sosok
roh orang yang telah meninggal, atau sejenis nyanyian dari
alam kubur, semua itu, bisa tertangkap oleh telinga seekor
anjing. Hewan lainnya pun mampu menangkap suara tersebut,
Hanya saja reaksi yang dilakukan pada hewan-hewan itu
memang berbeda-beda.
Seekor anjing akan melolong tinggi jika ia mendengar suara
rintihan dari alam kematian Lolongan itu tak akan putus-putus
dan selalu sambung menyambung jika jeritan roh tersebut
berada cukup dekat dengannya. Reaksi manusia pada saat
yang sama hanya berupa bulu kuduk yang merinding, atau
perasaan hati yarig tak enak. Lalu, saraf ketakutan pun mulai
bekerja, mendebarkan jantung dten menimbulkan kecemasan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam kecurigaannya terhadap alam sekelilingnya yang sunyi


sepi itu.
"Tolooong...! Tolooong...! Siapa pun yang mendengar
seruanku ini, tolonglah akuuu...! Tolonglah kami di sini...!
Toloong...!"
Ada suara jeritan yang merintih penuh penderitaan. Suara
jeritan itu seperti berasal dari tempat yang jauh. Seorang
lelaki yang berseru demikian. Tapi di mana dan siapa
orangnya, sulit diketahui pada saat yang sama .
Ternyata tidak semua orang yang mendengar seruan minta
tolong itu. Agaknya seruan orang Itu mempunyai jenis suara
yang tergolong lain Bukan jenis ultrasonic, juga bukan jenis
suara biasa. Buktinya, seekor anjing tidak tersentak bangun
dari tidurnya, seekor ayam juga tidak terpancing oleh suara
tersebut T api seorang pemuda berambut kucai agak panjang
sedikit, justru tergugah dari tidurnya. la mengernyitkan dahi
dan menyimak keheningan malam. Kepalanya dimiringkan
untuk menangkap lebih jelas lagi dari mana suara tersebut.
"Tolooong...! Kami dalam bahaya di siniii...! Tolonglah
kami! Tolooong...! Siapa pun yang mendengar seruanku,
tolonglah kami...!"
Pemuda berambut kucai yang terbangun dari tidurnya itu
adalah jelmaan dari Jin Layon yang menjadi asisten urusan
gaibnya Kumala Dewi, alias si Dewi Ular itu. Siapa lagi yang
dikenal sebagai jin usil itu selain Buron Silobahutang, begitu ia
sering memperkenalkan diri secara konyol. Kali ini Buron tidak
sedang bermain konyol-konyolan la benar-benar merasa heran
dan tertarik untuk mengetahui seruan minta tolong itu. Maka,
ia pun membangunkan Sandhi, sopir pribadinya Kumala Dewi
yang saat itu sedang tidur dengan nyenyak sekali.
"San...! Sandhi..., hey... bangun sebentar, San...!"
Mereka memiliki kamar yang sama, hanya berbeda ranjang.
Maka, bukan hal sulit bagi Buron untuk membangunkan si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mantan sopir taksi yang pernah ditolong Kumala dan sekarang


mengabdi kepada putri tunggal Dewa Permana itu. Hubungan
mereka bertiga sudah seperti keluarga sendiri, sehingga Buron
tidak sungkan-sungkan membangunkan Sandhi, demikian pula
sebaliknya jika terjadi sesuatu yang perlu membangunkan
Buron.
Hanya saja kali ini agaknya Sandhi menjadi sewot oleh
tindakan Buron yang membangunkannya. la menggeram dan
menyentak-nyentak dalam suara desah dan geram tak jelas.
Namun jelmaan Jin Layon itu tetap berusaha membangunkan
Sandhi, sehingga rasa jengkel Sandhi membuatnya bangun
terduduk dan membentak dengan suara agak keras.
"Apaan sih...?!"
"Ada yang minta tolong, San."
"Bilang aja udah habis! Suruh minta orang lain. Ahh...!
Kamu ini sukanya ganggoin orang lagi tidur aja!" gerutu
Sandhi, lalu bermaksud tidur lagi. Tapi tiba-tiba bantal yang
mau ditiduri itu berubah menjadi lempengan batu marmer.
Duuk...! Kepala Sandhi membentur lempengan batu marmer
itu .
"Aduuuh...! Brengsek luh, ya?!" Sandhi memukul kepala
Buron.
Wuut.. ! Tap! ia seperti memukul bayangan. Merasa tak
menyentuh apa-apa. Padahal jelas-jelas tangannya seperti
memotong kepala Buron. Kala itu jelmaan Jin Layon
mengubah fisiknya menjadi hologram.
Hanya sekejap saja Buron mengubah diri menjadi hologram
yang berupa kumpulan cahaya membentuk wujud dirinya.
Tapi setelah itu ia kembali menjadi sosok manusia berfisik
nyata dan sedikit nyengir me lihat kegagalan Sandhi
memukulnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ntar gue bilangin Kumala luh kalau gangguin gue terus,


Ron!"
"Aku cuma mau kasih tahu kamu. ada suara orang teriak-
teriak minta tolong tuh!"
"Ngigau kali luh!"
"Dengerin dulu dong. !"
Sandhi ikut mendengarkan suara yang dimaksud Buron
sambil masih tetap cemberut, pertanda kesal sekali oleh
desakan Buron itu.
"Toloooong...! Kami dihempas badaaaii...! Tolooong...!"
Buron menyentak pundak Sandhi. "Tuh, benar kan "
"Apanya yang benar?!"
"Suara orang minta tolong itu?!"
"Yang mana...?! Aku nggak dengar apa-apa kok?!"
"Ah...!" Buron jadi sangsi sendiri. "Coba dengar baik-baik
lagi!"
Hening sejurus. Keduanya sama-sama diam. Lalu, suara
seperti jeritan orang yang membutuhkan pertolongan di
tempat jauh itu terdengar makin jelas.
"Toloooong...! Hoooyy, tolooong. .! Tolonglah kamiii....!"
Buron mengingatkan Sandhi lagi. "Tuh, dengar nggak
kamu?!"
"Ah, ngaco aja luh! Nggak ada suara apa-apa kok masih
tetap ngotot?!" sambil Buron didorongnya, lalu ia kembali
tidur. Tapi karena bantalnya masih berubah sebagai sebuah
lempengan batu marmer, akhirnya Sandhi mengubah posisi
tidur ke arah yang berlawanan dengan posisi yang tadi.
"Dasar budek luh!" kecam Buron agak jengkel.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Elu yang budek!" balas Sandhi sambil meringkuk sete lah


menarik selimut dan menutupnya rapat-rapat sekujur tubuh
yang tak begitu kurus, seperti beberapa waktu yang lalu itu.
Buron sendiri segera bergegas keluar dari kamar untuk
mencari tahu dari mana sumber suara minta tolong tadi. la
hanya mengenakan celana pendek dan kaus oblong.
Tanpa diduga-duga ternyata begitu ia keluar dari
kamarnya, Dewi Ular pun keluar juga dari kamarnya. Wajah si
cantik jeiita itu tampak sedang mencari sesuatu. Rupanya
pada saat itu Kumala Dewi juga mendengar seruan minta
tolong dan menjadi penasaran, sehingga ia bermaksud mem-
bangunkan Buron. Namun ternyata sebelum Buron
dibangunkan, pemuda berambut kucai dengan badan sedikit
kurus itu sudah bangun sendiri. Bahkan segera
menghampirinya. Mereka bertemu di depan sofa ruang
tengah.
"Aku mendengar suara orang minta tolong, Kumala."
"Ya, aku juga mendengarnya."
"Tapi kenapa Sandhi tidak mendengarnya?"
"Suara itu... kurasa bukan berasa dari sekitar sini."
"Lalu, dari mana dong?"
"Dari alam seberang."
"Dari alam gaib, maksudmu? Oh, kalau begitu...."
"Cuma kita yang mendengarnya, Ron. Karena kita memiliki
indera pendengaran keenam."
"Hmmm," Buron manggut-manggut, baru menyadari
keadaan yang sebenarnya la melirik jam dinding, ternyata
jarum jam menunjukkan pukul 01.30 lewat tengah malam.
Dan, suara itu terdengar lagi. Kali ini Buron menyimaknya
bersama si putri tunggalnya bidadari Dewi Nagadini itu.
"Aaaoow...! Tolooong... kami terseret badaiii... tolooong...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kumala Dewi dan Buron saling beradu pandang.


"Terseret badai...?!" gumam Buron dengan suara membisik.
"Mungkin ada roh yang terjebak badai di alam sana "
"Kasihan sekali. Suara itu menunjukkan ketidak
mampuannya untuk berbuat apa-apa. Bagaimana kalau kucari
mereka di sana?"
"Tunggu..,!" sergah Kumala.
Mereka sama-sama diam, sama-sama menyimak suara lagi.
"Awaasss... badai cahaya...!! Tolooong, tolooong,
aaaoow...!"
Lalu suara lain pun menyusul, sepertinya suara perempuan.
"Jangan dihaluan, Devoool Mingggiiir... jangan di haluan!"
Wuuurrrbs...!
Suara gemuruh tak jelas muncul. Entah suara apa. Yang
pasti suara gemuruh itu seperti menelan jeritan-jeritan
ketegangan. Hilang dari pendengaran Dewi Ular dan jelmaan
Jin Layon. Suasana malam menjadi hening kembali. Suara
gemuruh pun lenyap setelah menelan sesuatu.
"Badai cahaya, Kumala?!"
"Ya. Ada yang menyebut nama Devo. juga kata 'haluan'
...."
"Di mana ada badai cahaya di alam sana?"
"Entahlah, mari kita cari bersama, Ron!"
"Biarlah aku sendiri yang mencarinya. Teruskan saja
tidurmu."
"Ini bukan sesuatu yang mudah untuk kau tangani. Bisa-
bisa kau sendiri yang celaka kalau tidak kudampingi. Ayo,
berangkat, Ron! Gunakan jalur gaib!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Claap, claap...! Mereka berubah menjadi dua sinar. Buron


menjadi sinar kuning sebesar telur ayam dan berekor mirip
meteor, sedangkan Kumala Dewi berubah menjadi sinar hijau
kecil berbentuk seperti naga, ukurannya tak lebih dari 25 cm.
Mereka melesat menembus dinding atau benda keras apapun.
Tanpa suara, tanpa getaran.
Malam sunyi dan gelap juga meliputi sebuah danau buatan
berair jernih. Danau buatan itu dibangun di kompleks
perkantoran sebuah Pemda, di atas tanah sekitar 10 hektar
lebih. Selain berfungsi sebagai penunjang penghijauan
lingkungan dan sarana rekreasi penduduk setempat, danau
buatan itu juga digunakan sebagai tempat pemancingan
umum. Penduduk di sekitar tempat tersebut sering
meluangkan waktu senggangnya untuk memancing pada
malam hari, maupun siang hari. Taman yang dibangun di
sekitar danau tersebut sangat serasi untuk pacaran para
muda-mudinya, karena nuansa romantis antara danau dan
taman tercipta dengan sendirinya, seolah olah sangat alami.
Namun pada malam yang hening kali ini, kehidupan di
sekitar danau buatan itu seperti dicekam oleh suasana
kematian. Penduduk di sekitamya nyaris tidak ada yang masih
melek lagi. Semua tertidur dengan nyenyak. Mungkin karena
sejak sore hingga menjelang petang tiba hujan masih turun
dengan deras. sehingga masing-masing orang ma las untuk
keluar dan bersantai ria di sekitar danau tersebut. Udara
dingin mencekam, membuat mereka merasa lebih enak tidur
meringkuk di baiik selimut atau di sela-sela ketiak suami
mereka. Apalagi ma lam itu sudah menunjukkan pukul 2
kurang beberapa menit, rasa-rasanya hanya orang kurang
kerjaan saja yang masih betada di sekitar danau tersebut.
Jika hal itu dikategorikan sebagai kurang kerjaan, maka
seorang pemancing yang masih tekun dengan pancingannya
akan protes, bahwa aktiv itasnya di situ bukan karena kurang
kerjaan. Ia sibuk dengan pancingnya sampai pukul 2 dini hari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lantaran memang ia mempunyai hobby berat memancing di


mana saja ada air dan ikan yang menggiurkan hatinya.
Pemancing itu sudah berusia sekitar 60 tahun, dan memang
terkenai sebagai biang pemancing di lingkungannya. Pak Jono,
adalah nama si pemancing kawakan yang tak pernah kenal
waktu dan cuaca. Siang atau malam sama saja baginya.
Dingin atau panas, hujan atau kering, bukan halangan baginya
buat melampias kan hasrat memancing nya.
Tadi, sekitar pukul sembilan, masih ada beberapa
pemancing yang nongkrong di sekitar danau tersebut. Dua di
antaranya adalah teman Pak Jono sendiri. Tapi sete lah lewat
pukul 12 malam, mereka satu-persatu pulang, sehingga
tinggal Pak Jono sendirian yang duduk di atas sebongkah batu
dengan berjaket hitam kumal. Penerangan yang
membantunya memasang umpan di kali hanya sinar lampu
taman yang membias lemah sampai di tempatnya. Dengan
sebatang rokok di tangan, lelaki berambut pendek itu asyik
menunggu kejutan dari pancingnya yang diharapkan disantap
ikan besar seperti yang diperoleh temannya beberapa jam
yang lalu itu.
"Kenapa kita berhenti di sini, Kumala?"
"Aku merasa getaran aneh ada di sekitar sini."
"Tapi ini bukan alam lain. Ini sebuah danau buatan. Dulu
aku pernah kemari bersama Niko dan Sandhi, Ma la. Malahan
beberapa hari yang lalu aku juga mengantarkan Rayo
memancing di danau ini."
"Ini memang bukan alam gaib, Buron. Tapi... entah
mengapa firasat supraku mengatakan di sini akan terjadi
sesuatu yang ada hubungannya dengan seruan minta tolong
tadi."
Kumala Dewi dan asistennya muncul dalam wujud
sebenarnya di salah satu sisi tepian danau buatan itu. Mereka
berada agak jauh dari Pak Jono, sehingga si pemancing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berjaket hitam kumal itu tidak mengetahui kemunculan kedua


orang tersebut Tapi mata bening si bidadari muda itu dapat
mengetahui keberadaan Pak Jono yang kebetulan dalam posisi
berseberangan arah dengan mereka berdua Ternyata mata
tajam jelmaan jin itu pun me lihat keberadaan Pak Jono,
sehingga ia pun berbisik kepada Kumala.
"Apakah si pemancing itu yang tadi berseru minta tolong?"
"Bukan Dia manusia biasa. Masa kamu nggak bisa bedakan
sih?"
"Menurutku sih memang manusia biasa. Tapi siapa tahu
dalam hatinya menjerit dan dia kirimkan suaranya hingga
sampai ke telinga kita Bisa saja kan?"
"lya, tapi aku yakin bukan dia. Tunggu saja di sini.,
Sepertinya kita sudah berada di dekat sumber suara tadi,
Ron."
Jarak antara Pak Jono dengan Kumala dan Buron sekitar
100 meter, dibatasi dengan bentangan permukaan air danau
yang tenang dan gelap, karena Kumala dan Buron memang
berada di sisi yang tidak mendapat sisa bias sinar taman
sedikit pun. Tetapi pada saat itu naluri Pak Jono mengatakan
ada sesuatu yang tak beres di sekitar danau tersebut. Naluri
tuanya mencoba mencari-cari sesuatu yang meresahkan
hatinya. Namun ia hanya mencari dengan pandangan mata
saja sambil mengucapkan sebaris doa tolak bala, menjauhkan
gangguan setan dan roh halus lainnya agar tak mengganggu
dirinya. Setelah itu ia asyik menunggu pancingannya bereaksi.
Tenang dan tampak tekun sekali.
Tiba-tiba permukaan air danau itu bergerak-gerak. Seperti
ada yang mengguncangnya dari kedalaman sana. Pak Jono
memperhatikan gerakan air danau itu dengan kecurigaan,
siapa tahu ada ikan besar yang sedang bergerak mendekati
salah satu pancing yang dipasangnya dari tadi. Senar pancing
dari ketiga kail diperhatikan tajam-tajam secara bergantian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pandangan mata Pak Jono itu akhirnya tertuju ke arah


jauh. la me lihat seperti ada bintang berbinar-binar
mengambang di udara, kira-kira 10 meter dari atas
permukaan air danau. Semakin dilebarkan matanya semakin
jelas bentuk sinar itu ternyata bukan bintang, melainkan
cahaya aneh yang berwarna biru kehijau-hijauan. Bening dan
indah sekali. Makin lama semakin lebar bentuknya. Dari
seukuran mangkok menjadi seukuran piring, lalu menjadi
seukuran nampan. Makin lama semakin lebih besar lagi dan
terus bertambah besar, sehingga mata Pak Jono pun semakin
lebar Terperangah dengan jantung berdebar-debar.
"Ya, ampuun...?! Sinar apaan itu kok besar sekali?!"
Dalam penglihatan Pak Jono, sinar itu bergulung-gulung
seperti bercampur kabut putih kebiru-biruan. Makin lama
makin jelas gerakan bergulung-gulungnya yang melebar ke
berbagai arah. Udara di depan Pak Jono itu seperti robek.
Berlubang di bagian tengah sinar itu. Lubang tersebut kian
lebar, kian besar, kian nyata wujud pecahan cahaya beraneka
warna dari bagian tengah lubang. Cahaya wama-warni itu
menyebar ke berbagai arah. Membuat suasana danau buatan
yang semula gelap menjadi terang benderang.
"Astagaaa...?!!" Pak Jono berdiri dari tempatnya dengan
gemetar. Siap-siap untuk melarikan diri. Karena cahaya yang
menyerupai piringan besar itu kian terang dan menyilaukan
sekali. Pak Jono yang masih penasaran hanya bergerak
mundur terhuyung-huyung sambil menyilangkan tangannya ke
depan untuk mengurangi pencahayaan yang amat
menyilaukan mata itu. Namun akhirnya kedua mata Pak Jono
tak bisa melihat apa-apa lagi karena cahaya itu sangat
menyilaukan. Sehingga, ketika tiba-tiba cahaya itu padam
seketika, pandangan mata Pak Jono menjadi buta.
Blaaabbb...!! .
"Ya, Allah,., apa yang terjadi pada diriku ini?!" sebut Pak
Jono dalam hati. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, mencari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

titik pandang seperti semula. Saat itu ia merasakan kakinya


digenangi air. Rupanya air danau sudah meluap naik hingga
menyentuh kaki Pak Jono. Lelaki itu berusaha menghindari
genangan air dengan melangkah menuju ke jalanan beraspal.
Namun belum sampai mencapai ke tepian jalan, pandangan
matanya sudah mulai normal kembali. Pak Jono pun berhenti,
memperhatikan tanah di sekelilingnya. Rupanya hanya sampai
batas tempatnya duduk tadi air danau menggenang dalam
luapannya. Tapi apa yang membuat air danau meluap
membuat Pak Jono akhirnya mengarahkan pandangan
matanya ke tempat cahaya aneh tadi berada. Dan, ketika ia
menatap ke Sana, maka mulutnya pun terperangah lebar
tanpa suara, matanya terbelalak lebar tanpa berkedip kembali.
"Astaghfirullaaharadlim...?!" sebut hati Pak Jono yang
langsung beristighfar tiada henti-hentinya. Karena pada saat
itu apa yang ada di depan matahya sungguh sesuatu yang
luar biasa mengejutkannya, sesuatu yang luar biasa
fantastisnya, dan sulit diterima oleh akal sehatnya.
Sebuah kapal muncul di atas permukaan danau buatan itu.
Kapal itu tampak besar sekali dan bentuknya sangat aneh.
Panjang badan kapal sekitar 70 meter lebih, tingginya dari
permukaan air sekitar 25 meter, mungkin juga mencapai 40
meter untuk di bagian haluannya Bentuk haluan kapal tidak
seperti kapal-kapal yang ada sekarang ini. Bentuk haluan
kapal itu seperti piring besar dengan garis tengahnya kira-kira
8 meter, dan bagian bawahnya melengkung hingga mencapai
kemiringan sekitar 30 derajat .
Semua bahan yang digunakan kapal itu adalah logam metal
berwarna putih abu abu anti karat. pagarnya yang berupa
lonjoran-lonjoran besi juga terbuat dari logam metal dengan
paku pakunya yang besar. Di atas kapal itu ada dua tiang,
yang sebenarnya pantas dikatakan sebagai tiang layar besar
dan tiang layar kedl. Tapi tiang besi setinggi kira-kira 7 meter
lebih itu tidak memiliki kain layar secuil pun. Hanya memiliki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangga besi yang menuju suatu tempat berpagar bundar


dengan teropong berkaki tiga. Agaknya tempat itu digunakan
sebagai menara pengawas atas, dan belakangnya adalah
menara pengawas cadangan. Tali-tali dari tiang itu berbentuk
besi-besi panjang yang tertentang kesana-sini dan sangat
kokoh. Warnanya juga ptifih metalik.
Di atas kedua tiang itu terdapat lampu sorot yang
mengarah ke bawah, menerangi geladak kapal. Lampu-lampu
di kedua tiang itulah yang membuat Pak Jono bisa melihat
dengan jelas permukaan kapal tersebut. Tak ada seorang pun
berjalan di geladak kapal itu. Ruang kemudi pun tampak sepi.
Ruang kemudi itu menyerupai bangunan beratap elips, mirip
kubah masjid yang juga terbuat dari logam metal. Di atas
kubah itu terdapat dua piringan besar mirip kawat nyamuk
yang menghadap ke arah haluan dan buritan. Kedua piringan
itu tampaknya penampang radar dengan instalasi berfrekuensi
tinggi. Sementara itu di ujung kedua tiangnya, juga ada
penampang lengkung mirip separuh bola yang bagian
tengahnya mempunyai empat bulatan bertangkai. Keempat
bulatan itu selalu bergerak berputar pelan-pelan menyerupai
gerakan lambang atom.
Sebagai bekas awak kapal, Pak Jono dapat menduga
bahwa penampang di ujung tiang itu adalah unit radar khusus,
atau sistem navigasi yang menggunakan satetit. Menurut Pak
Jono, kapal itu adalah kapal canggih yang sangat modern,
karena tidak memiliki layar dan cerobong asap, juga karena
materi bahan-bahannya dari logam metal semua. Dugaan hati
Pak Jono itu ternyata sangat benar. Bukti pembenaran dugaan
itu terlihat dari turunnya kedua tiang secara otomatis, seperti
antena radio yang dibenamkan. T iang itu kini tingginya hanya
sebatas tinggi kubah ruang kemudi kapal.
Lebih aneh, lagi, pagar yang mengelilingi permukaan kapal
itu ikut tenggelam ke badan kapal, sehingga kapal itu menjadi
tidak memiliki pagar dari haluannya sampai ke buritan. Pak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jono terkesima melompong me lihat keanehan itu. Sementara


batinnya sedang bertanya-tanya, dari mana kapal itu muncul,
ia sudah disibukkan dengan pertanyaan berikut: bagaimana
mungkin pagar dan tiang sebesar itu bisa tenggelam ke badan
kapal ?
"Permukaannya masih kering. Tak mungkin kapal ini
muncul dari kedalaman danau!" ujarnya saling berdebat
dengan batin sendiri. "Tak ada asap atau debu pada semua
besi-besinya. Seperti baru keluar dari galangannya saja. Aku
yakin, kapal ini juga bukan jaluh dari langit. Lantas, dari mana
kapal ini munculnya? Mengapa bisa berada di danau ini?!"
Pak Jono berjalan memutari tepian danau untuk melihat sisi
lain dari kapal itu. Dengan kaki gemetar dan jantung
berdebar-debar ia mencapai dataran yang paling dekat
dengan kapal itu, namun ternyata di sana sudah ada dua
orang yang memandangi kapal tersebut dengan terpesona.
Kedua orang itu adalah Kumala dan Buron. Pak Jono
memberanikan diri mendekati mereka walau hatinya was-was
karena menyangka mereka berdua awak kapal tersebut
Setelah Kumala berpaling menatapnya dengan senyum kecil
penuh keramahan, Pak Jono pun tak lagi curiga, dan yakin
bahwa kedua orang itu adalah manusia biasa yang kebetulan
melihat kemunculan kapal itu juga.
"Saa... saya.. saya melihat juga cahaya... cahaya yang tadi
sangat menyilaukan itu," tiba-tiba Pak Jono menunjukkan
kesaksiannya atas keanehan yang mengawali munculnya kapal
itu.
"Ap... apakah kalian berdua juga... juga melihat cahaya
aneh tadi?" sambung Pak Jono membuat Buron ikut
memandang, dan Kumala Dewi yang menjawab dengan nada
ramahnya.
"Kami juga melihatnya, Pak. Kami melihat Bapak
memancing dengan tenang di seberang Sana, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Be., benar. Saya... saya memang hobby memancing sejak


masih menjadi awak kapal. dulu. Tap ., tapi,.. sumpah mati
saya belum pernah mengalam i kejadian sebegini anehnya
Saya belum... belum pemah melihat kapal semegah ini,
Nona...."
"Saya juga belum, Pak. Maksudnya, belum pernah
menemukan kapal yang tanpa energi panas sedikit pun.
Setidaknya bekas deru mesinnya akan menimbulkan energi
panas tersendiri di sekeliling badan kapal ini, atau...."
"Lihat itu, Mala...!" sergah Buron. Pak Jono dan Kumala
Dewi menghentikan percakapannya. Mereka memandang ke
arah yang di- tunjukkan Buron. Ternyata di atas geladak kapal
itu terdapat gugusan cahaya yang menyerupai kristal
berkilauan. Kristal kristal itu memancarkan cahaya kecil,
kerlap-kerlip indah sekali. Makin lama makin menggunung
setinggi 2 meter lebih. Pak Jono terperangah lagi tanpa bisa
bicara apa-apa, karena ketika cahaya kristal itu tiba-tiba
padam, tampaklah sesosok tubuh yang terkulai di atas
semacam kotak metal yang diduga merupakan pintu tangga
menuju ke dalam lambung kapal .
"Ad... ada manusianya tuh...!" Pak Jono baru bisa bicara
setelah cahaya lampu kristal mulai redup sedikit. Tapi tetap
mampu menerangi seluruh permukaan geladak kapal itu.
"Jemput dia, Ron!" perintah Kumala dalam nada bisik.
"Sepertinya dialah yang tadi berteriak-teriak sampai ke telinga
kita."
Seorang lelaki yang terpuruk di sana ingin dijemput Buron.
Tapi sebelum Buron bergerak, ternyata lelaki itu sudah lebih
dulu menggeliat, lalu bangkit berdiri memandangi
sekeiilingnya dengan wajah tegang. lelaki itu terperanjat
ketika mendengar suara Pak Jono yang tanpa sadar memekik
kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia hidup...!!" sambil tangannya menuding jelas-jelas.


Lelaki itu berjalan gontai mendekati tepian geladak, tempat
pagar tadi terlihat. la menatap ketiga orang di bawah sana.
Pakaiannya yang menyerupai wearpack dari bahan putih metal
itu dalam keadaan tercabik-cabik. Rusak berat. Seperti habis
bertarung melawan singa lapar. Sepatu larsnya yang juga
seperti terbuat dari lempengan logam metal putih anti karat
itu pun tampak rusak sebagian. Tapi dari ujung kedua
sepatunya itu tiba-tiba mengeluarkan sinar biru membentuk
seperti tangga cahaya. Lelaki itu pun berjalan terhuyung-
huyung melewati tangga cahaya yang membuat Pak Jono dan
Buron terperangah terkagum-kagum.
Akhirnya lelaki gagah, tinggi dan tegap itu tiba di daratan la
berdiri berhadapan dengan Kumala dan Buron, sementara Pak
Jono bersembunyi di balik Kumala. Lelaki muda berwajah
tampan, berambut agak panjang selewat pundak itu menatap
Kumala lekat-lekat. Kumala memegang pelipisnya sendiri,
langsung menyerap apa saja yang ada dalam otak lelaki itu.
Seluruh pengetahuan dan ilmu yang dimiliki lelaki berkulit
kuning langsat itu terserap ke dalam otak Kumala.
"Jangan menyalin ilmu pengetahuanku, Nona!" ucapnya
dengan suara bergetar. Kumala agak terkejut. karena tak
menduga lelaki itu mengetahui apa yang sedang dilakukannya.
la berusaha untuk mengambil energi pengetahuan dari
otaknya yang telah diserap Kumala. la memegang kedua
pelipisnya dengan kedua tangan dan memejamkan mata.
Tetapi tiba-tiba ia bergetar dan terpuruk, lalu jatuh berlutul di
depan Kumala dengan napas terengah- engah.
"Maaf, kau telah memasuki batas wilayahku. Bung Maka,
aku wajib mengetahui apa misimu datang kemari, dan
seberapa cukup perbekalanmu untuk hidup di bumi ini, Bung!"
tegas Kumala dengan nada ramah, namun cukup berwibawa.
Membuat siapa pun yang mendengarnya merasa segan
membantah kata-kata itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku terdampar... awak kapalku tidak ada yang tersisa...


semua terlempar saat kami memasuki badai cahaya.... Hanya
aku yang masih bisa bertahan di... di haluan,.. Ooh, tolonglah
aku...! Tolong, bantu aku kembali ke tempatku...!"
Tangga cahaya yang tadi sudah padam. Buron dan Kumala
memeriksa keadaan di atas kapal itu dengan kekuatan
batinnya. Pemeriksaan ilu adalah yang ketiga kalinya, untuk
lebih meyakinkan lagi bahwa kapal itu memang benar-benar
kosong. Tanpa awak satu pun kecuali pemuda tampan yang
tingginya mencapai dua meter kurang sedikit itu. Pada saat
yang sama, pandangan mata Pak Jono juga mulai bisa
membaca tulisan di buritan kapal yang terbuat dari huruf
timbul: HELIGOLAND di sebelahnya ada huruf: V yang
berkedip kedip menyala warna merah terang. Huruf V tadi
tidak terlihat dan baru sekarang, ketika pemuda itu makin
lemah fisiknya, tampak menyala berkedip-kedip.
"Apa maksud lampu merah kedip-kedip itu, Kumala?" bisik
Buron.
Pak Jono mendengar dan segera menyahut dalam bisikan,
"Menurut bahasa sandi internasional, huruf V merupakan
pertanda minta pertolongari. Biasanya dilakukan oleh kapal
yang dalam keadaan kritis, lalu menaikkan bendera merah
bergaris-garis kuning. Artinya sama saja dengan huruf V "
Kumala Dewi langsung bicara pada pemuda di depannya
yang semakin terbungkuk terengah- engah.
"Apa yang bisa kubantu untukmu?"
"Ban... bantu aku kembali ke... ke Heligoland, ja.. jaga
jangan sampai Heligoland pergi tanpa.. tanpa diriku, Nona.
Ooh.. tolong, aku.. sudah kehabisan energi terlalu banyak,
aku:..."
Zaaaaakk..! Terdengar suara mengejutkan, membuat
keempat orang di darat menatap ke arah kapal Pemuda itu
mengeluarkan suara mengeluh panjang, semakin lemas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

fisiknya, seakan ia sangat kecewa dengan keadaan yang


mencengangkan Pak Jono, Buron dan Kumala Dewi Sendiri.
Sebab, pada saat itu haluan kapal bisa bergerak merapat
dengan ruang kemudi kapten kapal Heligoland, sedangkan
bagian buritan kapal itu juga bergerak mengecil, merapat
dengan ruang kapten. Dalam sekejap saja kapal itu sudah
berubah bentuk seperti roket, Dan sebelum Kumala sadar dari
keterpakuannya, kapal tersebut meluncur ke atas dalam
kecepatan tinggi, meninggalkan suara desing cukup kuat.
Wuiiiiizzzng...!!
Air danau tersibak, menerjang keempat orang yang ada di
daratan. Semua pepohonan terhempas, ada yang rubuh
seketika itu juga: Bahkan tiang lampu taman ada yang
tumbang dengan kabelnya memercikkan bunga api ke mana-
mana. Keempat orang itu terdampar di tepian jalan beraspal.
Mereka hanya bisa memandangi keadaan kapal Heligoland
yang berubah bentuk menjadi seperti roket dan meluncur
lurus ke langit, meninggalkan alam yang menjadi gelap
kembali.
Pemuda itu jatuh pingsan setelah berteriak dengan suara
berat, tangannya terangkat ke atas, seakan ingin menahan
kapalnya agar jangan pergi lebih dulu. Tapi ternyata pemuda
itu ditinggalkan dan rasa kecewanya semakin mengurangi
kekuatan fisik, sehingga ia terkulai tak sadarkan diri.
Seluruh penghuni sekitar danau itu merasa aneh dan
terganggu oleh suara desingan yang amat mengejutkan tadi.
Mereka berhamburan keluar, mencari tahu tentang suara
tersebut Tapi mereka tak menemukan apa-apa, karena pada
saat itu kapal Heligoland sudah mengecil, seperti bintang di
kejauhan sana,di ketinggian langit yang gelap gulita.
(Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

2
SEDIH hati Dewi Ular, karena gagal menolong pemuda
yang muncul dari permukaan kapal Heligoland itu. Bahkan
timbul rasa menyesali diri sendiri, merasa lambat bergerak
memberi bantuan yang diperlukan, sehingga pemuda itu
tertinggal oleh kapalnya yang berteknologi tinggi dan sangat
canggih itu. Namun, hati kecil Dewi Ular akhirnya menyadari,
bahwa sebagai bidadari penghuni keturunan Kahyangan yang
menjelma menjadi gadis bumi, sangatlah wajar jika ia
terkesima dan sempat terkejut melihat perubahan sistem
teknologi secanggih itu, sehingga ia telat bertindak.
Sebagai langkah penebusan atas keterlambatan
bertindaknya itu, Kumala Dewi menyelamatkan pemuda
tersebut dari ancaman kehebohan massal yang dapat
menimbulkan salah paham, sehingga pemuda itu bisa-bisa
dimusuhi massa, dianggap mahluk asing yang
membahayakan. Setidaknya dengan membawa pergi satu-
satunya awak kapal Heligoland yang tersisa itu dengan
menggunakan jalur gaibnya, Kumala telah menghilangkan
bukti-bukti misterius yang dapat memancing keresahan
penduduk setempat tentang danau buatan itu. Besar
kemungkinan danau itu akan dianggap angker atau keramat
jika soscjk pemuda aneh itu ditemukan di tempat tersebut.
Pemuda yang ternyata bernama Devo itu memang memiliki
beberapa keganjilan. Fisiknya dapat menyusut menyesuaikan
alam dan peradaban setempat, sehingga tinggi tubuhnya kini
hanya sekitar 173 cm. Energi gaib yang dimilikinya juga
berkurang, sehingga ia tak dapat mengeluarkan cahaya dari
kakinya, seperti saat ingin membentuk tangga cahaya dari
atas kapalnya itu. Bahkan Kumala Dewi sudah berhasil
mengurangi gelombang radio aktif yang terkandung dalam
tubuh Devo. Sebelumnya tubuh itu mengandung radio aktif
cukup tinggi dan membahayakan bagi organisme yang terkena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pancaran sinar dari matanya. Untung saja radio aktif itu tidak
digunakan Devo pada waktu menemui Kumala dan Buron
pertama kalinya.
"Energi pada gelombang Theta-nya mampu menyesuaikan
peradaban dan zaman yang berlaku, dan itulah
kehebatannya," kata Kumala kepada Buron, Sandhi, bahkan
Rayo Pasca yang sengaja diundang agar datang ke rumahnya
di pagi itu.
"Gelombang energi Theta itu yang bagaimana sih?" tanya
Sandhi.
"Dalam otak manusia mempunyai empat energi otak yang
bekerja secara bergantian; energi Bheta, Theta, Sigma dan
Alfa. Energi Bheta adalah energi saat kita sadar, Theta saat
kita berpikir secara kritis dan kreatif, Sigma adalah energi
yang menimbulkan frekuensi otak kita saat kita sedang tidur,
dan Alfa adalah energi otak pada saat kita sedang memasuki
hypnogogic, alias alam hipnotis."
Rayo dan Sandhi manggut-manggut, sementara Buron
sibuk merapikan kuku jari tangannya, namun telinganya
menyimak kata-kata Kumala. Pemuda yang bernama Devo itu
masih tidur di kamar tidur tamu, sehingga tidak ikut hadir
dalam acara makan pagi yang sudah hampir rampung itu.
"Gelombang energi Theta itulah yang mampu menyadap
dan menyesuaikan peradaban di sekitarnya, termasuk
kemampuan berbahasa secara otomatis di mana ia berada.
Bahkan ia juga pasti bisa memahami bahasa binatang."
"Wah, hebat juga dong?" sanjung Sandhi. "Menurutmu,
dari mana sebenarnya pemuda itu? Mengapa; sampai bisa
terdampar di danau depan kantor Pemda itu?"
"Kalau melihat kecanggihan kapalnya, sepertinya dia dari
masa depan. Tapi entahlah.. mana yang benar. Yang jelas dia
memiliki kemampuan otak sangat tinggi. Aku telah
mendapatkan salinan dari seluruh kemampuan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengetahuan dalam otaknya, sehingga sekarang pun kalau


ada yang menyuruhku membuat pesawat terbang anti grafitasi
bumi, aku sanggup membuatnya. Mengerti betul metode-
metode yang digunakan untuk membuat pesawat terbang anti
grafitasi bumi."
"Luar biasa kau jadinya?!" sanjung Rayo sambil tersenyum
bangga mendengar kemampuan kekasihnya. Sayang sekali
sebelum Rayo mengajukan pertanyaan untuk mengetahui
rahasia teknologi tingkat tinggi itu, tahu tahu Kumala harus
menerima telepon dari seorang kenalannya yang dinas di
kepolisian, yaitu Sersan Burhan. Kepergian gadis cantik jelita
berlesung pipit indah yang menuju ke ruang tengah itu
membuat Rayo, Sandhi dan Buron saling bicara sendiri.
Mereka membahas berbagai hal tentang kapal misterius itu.
"Kalau benar pemuda itu bisa mengirimkan suara melalui
gelombang supranatural," kata Sandhi kepada Buron. "Berarti
dia juga memiliki saluran gaib yang frekuensinya cukup tinggi
juga, ya Ron?" .
"Katanya sih begitu." jawab Buron santai sekali. "Tapi
sewaktu ia berhadapan dengan Kumala, getaran gelombang
gaibnya kurasakan sangat lemah tuh. Seperti kalian berdua
sajalah. Ada gelombang gaibnya, tapi nggak begitu kuat "
"Mungkinkah energi gaibnya terserap habis saat
pemunculannya di atas kapal itu?" tanya Rayo dengan serius.
"Mungkin saja," jawab Buron tak meyakinkan. Selesa i
bicara dengan Sersan Burhan, Kumala Dewi kembali
bergabung di ruang makan. Semua mata menatapnya,
menunggu informasi yang akan disampaikan kepada mereka
tentang pembicaraan Sersan Burhan itu. Kumala bersikap
tenang ketika duduk bersebelahan dengan Rayo Pasca.
Pemuda tampan yang gagah dan selalu tampil sebagai figur
proporsional, saat ini sedang menjabat sebagai kekasih Dewi
Ular. Maka, tak heran jika belakangan ini ia tampak lebih
sering berduaan dengan Kumala. Bahkan gadis itu sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sering dibawa ke kantornya. di mana Rayo sebagai staf ahli


bidang riset di Lembaga Pusat Ilmu Pengetahuan dan
Pengembangan Teknologi.
"Kemunculan kapal itu menggemparkan masyarakat
setempat. Banyak wartawan yang meliput di sekitar danau
buatan itu. Kini, mereka sedang mencari Devo. Baik untuk
diliput maupun. untuk penyelidikan atau untuk maksud
maksud tertentu "
"Padahal kita kan iudah buru-buru pergi menyelamatkan
Devo, ya?" ujar Buron.
"Ya, tapi kita lupa... ada Pak Tua yang memancing di situ
dan mengaku sebagai pensiunan awak kapal, alias mantan
pelaut."
"O iya...!" Buron manggut-manggut.
"Pak Tua itulah yang mengumbar berita ke mana mana
dengan keterangan yang mungkin saja dilebih-lebihkan,
sehingga banyak orang berminat untuk mencari Devo.
Repotnya lagi, Pak Tua itu memberikan ciri-ciri kita, sehingga
beberapa wartawan ada yang langsung memprediksi bahwa
kedua orang yang membawa pergi Devo itu pasti Kumala Dewi
dan asistennya. Rambut kucaimu itu yang jadi ciri khas
mereka."
"Sialan!" geram Buron. "Apa perlu aku potong gundul
saja?"
Dering telepon kembali terdengar. Sandhi yang
mengangkat telepon tersebut, kemudian memindahkan ke
telepon paralel yang langsung bisa diangkat oleh Kumala dari
meja makan.
Telepon itu ternyata berasal dari Niko Madawi, pemburu
misteri yang sukses dalam karirnya sebagai pemandu acara di
teve 'Lorong Gaib'. Semua yang ada di ruang makan sudah
dapat menebak apa yang diinginkan Niko, tak lain pasti ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melakukan peliputan dan rekaman gambar tentang manusia


yang muncul bersama Kapal Heligoland itu. Misteri
kemunculan kapal modern serba metal itu pasti akan menjadi
misteri tayangan 'Lorong Gaib' yang sangat berarti bagi
reputasinya.
"Jangan terpengaruh issu masyarakat Nik Aku nggak berani
menyimpan cowok seganteng itu. Di sini ada Rayo, mana
mungkin Rayo izinkan aku menyimpan pemuda tampan dari
kapal tersebut?"
"Dewi, kamu ingat Pak Jono, si pemancing itu kan? Dialah
yang memberi kesaksian tentang hal ini, dan dia dengar
namamu disebut Buron ketika kapal itu belum meluncur ke
langit Jangan kelabuhi aku, Dewi: Iz inkan aku menemui
pemuda itu."
"Nanti kutelepon kamu kembali, Nik. Jangan desak aku
untuk memberi keputusah saat ini. Tolong deh, Nik."
"Okey, okey.. aku paham. Tapi perlu ku informasikan
padamu, Dewi: sebagian orang sudah mulai termakan issu
provokator yang beranggapan bahwa pemuda itu adalah
mahluk luar angkasa yang ingin menguasai bumi. Mereka
sebagian berusaha untuk mendapatkan pemuda itu dan ingin
membunuhnya. Tolong jaga dia seketat mungkin deh."
"Thank's atas informasimu, Nik."
Selesa i bicara dengan Niko melalui teleponnya, Kumala
Dewi kembali ditunggu komentarnya oleh tiga pemuda yang
sudah sangat dekat dengan pribadinya itu. Kumala
menyampaikan apa yang dikatakan Niko kepada Rayo Pasca,
kemudian pemuda tampan itu tersenyum tipis di awal kata-
katanya.
"Zamari sekarang emosi masyarakat memang mudah
disulut dengan issu-issu negatif. Y ang beruntung adalah pihak
provokator dengan kepentingan golongannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kumala tertegun beberapa saat, seperti tidak menghiraukan


kata-kata Rayo Namun, setelah terjadi kebisuan satu helaan
napas lamanya, tiba-tiba gadis cantik jelita berhidung
mancung indah itu mengangkat wajahnya, menatap Buron
dengan pandangan aneh. Sandhi dan Buron merasa heran
melihat tatapan mata Kumala seperti itu.
"Ada apa?" tanya Sandhi lirih.
"Perasaanku tak enak," jawabnya pelan juga. "Buron,
tolong periksa ke kamar tidur, apakah Devo sudah bangun
atau belum."
Buron bergegas pergi tanpa banyak tanya ini-itu lagi Dewi
Ular segera meraih telepon dan menghubungi kakak
angkatnya; Pramuda, yang juga sebagai boss dalam
perusahaan besar yang mereka kelola itu. Nada suara gadis
itu menjadi ramah kembali, tidak sedatar tadi saat
memerintahkan Buron untuk menengok keadaan Devo.
"Hallo, Emma...?" sapanya kepada istri Pramuda. "Pram
sudah bangun, Em?"
"Sudah kok: Mau bicara dengannya?"
"lya deh. Tapi kalau sedang sibuk. nanggung, ya udah nanti
aja."
"Kebetulan dia tadi suruh aku telepon kamu, tapi kayaknya
baru saja teleponmu lagi dipakai, ya"
"O, iya. Itu si Niko yang menghubungiku. "
"Pasti bicara tentang danau buatan itu, ya kan?"
"Hei, kau sudah dengar tentang misteri di danau buatan
itu?"
"Santos baru saja tiba setengah jam yang lalu, dan dia
ceritakan tentang kabar yang diperolehnya dari nara sumber
tentang kapal misterius yang muncul di danau buatan depan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemda itu. Sekarang malah dia sedang berceloteh penuh


semangat di depan Pram tuh...!"
"Gawat! Cepat sekali sih menyebarnya?" gumam Kumala.
Tapi ia tak terlalu heran karena Santos, sepupunya Pramuda
itu, adalah seorang wartawan juga. Wajar jika ia cepat
mendapat berita yang bersifat sensasional seperti itu. Santos
sendiri dulu pernah mengalam i peristiwa yang cukup sensa-
sional, yaitu ketika ia disandera oleh roh gadis yang mati
bunuh diri, di Magelang. Dan, kala itu Kumala belum lama tiba
di bumi menjadi gadis biasa dengan kemampuan kedewaan
yang masih gres, seperti baru keluar dari showroom (Baca
serial Dewi Ular dalam episode: "TUMBAL GAIRAH")
"Pram, aku berangkat ke kantor agak siang. Mungkin malah
'after lunch' baru sampai kantor," kata Kumala kepada
Pramuda setelah suara pria yang pertama kali menolongnya
saat tiba di bumi itu terdengar menyapa dari seberang sana.
"Pukul dua siang nanti aku jadi berangkat ke Hongkong,
Iho!"
"lya, ntar kusiapin berkas yang perlu kau bawa buat
panduan di Sana. Pokoknya, sebelum kamu ke bandara aku
sudah siapkan!"
"Okey. O, ya... Santos bawa kabar yang sangat gila gilaan
tuh. Apa benar kabar itu, Mai?"
"Hmmm, yaa... ada benarnya ada tidaknya justru masalah
itulah yang harus kutangani pagi ini. Makanya aku sampai
kantor siang hari."
"Santos mau bicara denganmu-nih."
"Mana dia?"
Hening sejurus, kemudian terdengar suara si wartawan
yang sudah agak lama tidak berkomunikasi dengan Kumala
itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hallo, Nona cantik. Apa kabar?"


"Baik, San. Tolong bantu aku untuk meredam berita yang
kau dengar pagi ini, San. Jangan sampai timbul salah persepsi
di antara mereka yang belum mendapat data secara konkrit
itu."
"Tapi masalahnya si pensiunan pelaut tua itu menyebarkan
kabar itu tiada hentinya, Non."
"Pak Jono, maksudmu?"
"Ya. Dan... menurut sebagian orang, Pak Jono mengalami
gangguan jiwa. Kurasa dia memang sudah gila, berteriak-
teriak dan berceloteh terus tentang kapal misterius itu, baik
kepada orang yang dikenalnya maupun yang tidak dikenalnya.
Bahkan, terakhir kali kulihat dia ngoceh sendiri tanpa ada yang
diajak bicara."
"Nanti akan segera kuatasi."
"Tapi aku butuh pernyataanmu, Non cantik Benar atau
tidak apa yang dicelotehkan Pak Jono itu "
"Nanti siang baru aku bisa memberi pemyataan padamu
Simpan dulu beritamu itu, jangan menyebar di masyarakat.
Okey?!" tegas Kumala yang seolah-olah membuat mulut
Santos terbungkam, tak bisa membantah atau pun ngotot
sedikit saja.
Bukan salah Pak Jono kalau sampai mulut lelaki tua itu tak
bisa terjaga, karena kondisi ke- jiwaannya pada saat itu
memang memungkinkan sekali untuk mengalami shock berat
yang mengguncangkan ketenangan jiwanya. Kumala dan
Buron pada waktu itu tidak memperhitungkan kelemahan jiwa
Pak Jono. Diakui oleh Kumala sendiri bahwa saat itu ia justru
mengabaikan keadaan Pak Jono yang mestinya diberi
ketenangan magis atas peristiwa misterius yang mereka
saksikan bertiga itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kasihan, Pak T ua itu," gumam Kumala setelah me letakkan


gagang telepon. la baru ingin menyampaikan alasannya
mengapa harus merasa prihatin terhadap nasib Pak Jono,
namun Buron sudah lebih dulu muncul di antara mereka
dengan wajah tegangny.a.
"Dia tidak ada!"
"Maksudmu?!" Sandhi yang menyahut dengan dahi
berkerut.
"Devo...! Pemuda itu nggak ada di kamar."
"Lho...?!" Rayo ikut berkerut dahi, seakan tak percayci
dengan laporan Buron itu. "Tadi waktu kutengok bersama
kalian, dia masih tidur dengan nyenyak kan?"
"lya, tapi sekarang sudah nggak ada! Cuma pakaiannya
yang tertinggal di ranjang."
"Pakaiannya sendiri, maksudmu?"
"Bukan Pakaian. pakaian oh, iya. pakaiannya sendiri!"
Buron gugup karena merasa sangat bertanggung jawab atas
hilangnya pemuda itu. Kumala Dewi menugaskan dirinya
untuk menjaga seketat mungkin agar Devo nantinya tidak
keluar rumah. Tapi sebelum pemuda itu sadar dari bius
penidur yang dipancarkan Kumala tadi dini hari ternyata justru
sudah lenyap tanpa diketahui ke mana kepergiannya.
Semua bergegas. ke kamar tidur tamu. Apa yang dikatakan
Buron memang benar. Di atas ranjang hanya ada pakaian
warna putih metal yang compang-camping bagaikan habis
diserang binatang buas itu. Sementara sosok raga yang
semula terbungkus pakaian itu sudah tidak ada di tempat.
Dilihat dari posisi pakaiannya,kelihatannya Devo pergi
meninggalkan pakaian tersebut tanpa harus bangkit dan
melepaskannya terlebih dulu. Sepertinya tubuh Devo bisa
mengkerut menjadi sebesar kucing dan lolos keluar dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pakaian tersebut. Terbukti beberapa retsleuting dan kancing


pengait masih tetap terpasang rapi dan rapat.
Kumala Dewi dan yang lainnya memeriksa jendela atau
tempat-tempat lainnya, ternyata dalam keadaan tidak
mencurigakan. Pintu kamar memang tidak terkunci. Tapi mana
mungkin Devo keluar dari pintu kamar, sementara dari tempat
mereka duduk tadi, mereka dapat melihat jelas jika Devo
keluar lewat pintu. Kesimpulan mengatakan, bahwa pemuda
itu me larikan diri bukan dari pintu atau jendela. Lalu dari
mana? Atap...? Tidak mungkin juga! Atap tetap rapi.
"Raib...?!" gumam Rayo masih bernada tegang.
"Mungkinkah dia memiliki ilmu atau kesaktian untuk
melenyapkan diri secara gaib?"
Sandhi yang menimpali, "Jika tidak begitu. lalu dengan cara
apa dia bisa lenyap?"
"Teliko!" sahut Kumala datar, entah ditujukan kepada
siapa, yang jelas semuanya memandangi gadis itu dengan
rasa ingin tahu.
"Apa itu teliko?" tanya Rayo.
"Roh udara!" tegas Kumala lagi sambil memeriksa instalasi
listrik. atau tempat-tempat yang tak memiliki kemungkinan
untuk bersembunyinya seseorang.
"Ada semacam ilmu gaib yang menurut beberapa suku di
sekitar Mexico dinamakan 'teliko', yaitu roh gaib yang dimiliki
seseorang, di mana orang tersebut bisa mengubah raganya
menjadi kecil seperti gumpalan asap, dan lolos dari tempat
mana saja. Bisa masuk dalam pipa peralon atau apa saja yang
tidak mungkin bisa dimasuki manusia biasa Namanya; roh
udara."
"Maksudmu, melenyapkan raga seperti yang dimiliki Buron
serta ..... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan melenyapkan raga. Raganya masih ada," kata


Kumala memotong komentar Sandhi. "Raga itu berubah
partikelnya menjadi udara T erlihat dari posisi pakaiannya yang
masih seperti saat ia terbaring tidur tadi Jika ia bisa lenyap
dan berubah menjadi cahaya seperti yang dilakukan Buron,
maka pakaiannya pun ikut lenyap. Tapi yang kita hadapi ini
bukan begitu. Pakainnya masih ada, tapi raganya sudah tak
ada. Itulah salah satu ciri-ciri roh udara, atau kekuatan gaib
yang disebut 'teliko' itu."
"Hebat juga dia?!" gumam Rayo sambil ikut-ikutan
memeriksa lorong-lorong kecil, tempat-tempat sempit yang
sebenarnya sangat lucu jika dihubungkan dengan hilangnya
seseorang dari atas ranjang. Seganjil apapun kenyataan itu.
mereka masih mencoba melakukan pencarian di tempat
tersebut, bahkan sampai keluar kamar. Pencarian itu berhenti
setelah Kumala Dewi menggunakan radar gaibnya untuk
mendeteksi sekitar kamar tersebut. Ternyata ia tidak
menemukan tanda-tanda kehidupan seseorang yang sedang
dicarinya, sehingga ia pun menyuruh yang lain
menghentikannya.
"Sudah jauh!" hanya itu kata-kata sebagai ganti perintah
menghentikan pencarian mereka.
"Tidak bisakah kau lacak ke mana, perginya, Lala?" tanya
Rayo
"Firasatku yang melacaknya Mungkin dia berada di sekitar
danau buatan itu. Ingin mencari kembali kapalnya, atau entah
melakukan apa di sana!"
"Kalau begitu, kita ke sana sekarang juga, ya?!" desak Rayo
yang penasaran sekali dan merasa sayang jika sampai
kehilangan Devo. Karena pemuda asing itu bisa dijadikan
bahan risetnya dan menjadi suatu penemuan ilmiah yang
sangat berharga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Buron berangkat lebih dulu tanpa menggunakan mobil.


Jalur gaib ditempuhnya atas perintah Dewi Ular. Tapi gadis
cantik jelita tetap berada dalam mobilnya; BMW kuning
menyala, yang dikemudikan oleh Sandhi, sementara Rayo ikut
juga dalam mobil itu. Mobilnya sendiri ditinggalkan di rumah
Kumala.
Sampai di sana mereka tidak menemukan Devo, melainkan
justru berhadapan dengan masalah baru yang mengherankan
sekali bagi orang awam seperti Sandhi. Sesuatu yang
menghebohkan telah terjadi di sekitar danau buatan itu.
Beberapa orang yang terkena air danau, atau bahkan yang
sengaja turun ke danau tersebut untuk menyelam beberapa
saat, mencari sesuatu yang diduga masih menjadi peninggalan
kapal misterius itu, mengalami perubahan pada bagian tubuh
mereka.
Kulit tubuh mereka menjadi berbintik-bintik seperti terkena
noda putih susu. Bercak-bercak putih itu makin lama makin
menumbuhkan sesuatu yang diyakini sebagai bulu halus. Bagi
mereka yang sudah telanjur mandi atau menyelam di air
danau tersebut, maka sekujur tubuhnya mengalami bercak-
bercak putih menyerupai panu, namun berbulu halus. Yang
hanya mencelupkan kakinya di air danau. hanya kakinya saja
yang mengalami kelainan seperti itu. Menurut mereka, bercak
putih itu menimbulkan rasa gatal, seperti ada yang bergerak
gerak di balik kulit tubuh mereka.
"Gawat!" gumam Rayo setelah memperhatikan keadaan
tersebut.
"Mereka terkena kutukan," kata Buron yang sudah
bergabung kembali tak jauh dari mobilnya Kumala Dewi.
"Bukan kutukan," jawab Kumala tenang, tapi penuh
keseriusan.
Rayo menimpali, "Air danau ini telah tercemar oleh virus
yang timbul akibat radiasi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kapal itu memancarkan radiasi sebelum meninggalkan air


danau ini," sambung Kumala.
"Tingkat radio aktif yang ditinggalkan mulai bereaksi
setelah terkena sinar matahari."
"Selama belum terkena sinar matahari, ia belum bereaksi,
begitu?"
"Ya Dan, sepertinya ...." kata-kata Kumala berhenti karena
teriakan seorang penduduk yang sedang dikerumuni orang
banyak itu.
"Hahh ..?! Kakiku... ya, ampuun...! Kakiku keluar tanaman?!
Ada tanaman keluar dari kulit kakiku, oooh... di tanganku juga
tumbuh rumput, ya T uhan... bagaimana ini?! Tolooong tolong
aku!" teriak orang tersebut. Membuat suasana menjadi
semakin heboh. Semua yang mendengar menjadi tegang.
Semua yang melihat kenyataan itu menjadi merinding bulu
kuduknya. Ada tanaman tumbuh dari dalam kulit tubuh orang
tersebut. Makin lama pertumbuhannya semakin pesat, se-
hingga tubuh orang itu menjadi banyak ditumbuhi tanaman
sejenis rumput.
(Oo-dwkz-234-oO)

3
PITA kuning mengelilingi areal danau buatan itu Artinya,
tempat tersebut telah ditutup oleh pihak yang berwatib Tidak
seorang pun yang boleh berada di sekitar danau itu selain
petugas Pemukiman penduduk di sekitar danau tersebut juga
mengalami penutupan wilayah. Dikarantina. Penduduknya tak
boleh keluar dari lokasi perkampungan, dan pihak lain pun tak
diizinkan memasuki perkampungan tersebut Hal itu dilakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

karena tingkat radiasi yang terdapat di perairan danau makin


lama semakin meningkat, semakin membahayakan jiwa.
Sejumlah aparat keamanan berhasil mengurung wilayah
tersebut. Mereka berjaga-jaga dengan ketat dan penuh
waspada. Penjagaan itu pun atas saran dari konsultan kriminil
pihak kepolisian, yaitu gadis cantik yang bemama Kumala
Dewi. Di samping itu pihak departemen kesehatan dan
instansi- instansi yang terkait juga berpendapat sama,
mengingat sudah tiga orang penduduk pemukiman setempat
yang sekujur tubuhnya ditumbuhi rumput makin lama semakin
merimbun.
"Setelah matahari terbenam saya baru bisa melakukan
pengobatan," kata Kumala kepada komandan polisi setempat,
yang bertanggung jawab atas keamanan distriknya. "Sebelum
matahari tengelam, sia-sia saja dilakukan pengobatan dengan
cara apapun, karena tumbuhnya jamur dalam radiasi tersebut
akibat mendapat sinar ultra v iolet dari matahari. Jadi, setelah
alam ini bebas dari sinar matahari, barulah bisa dilakukan
netralisas i udara setempat."
Niko Madawi hadir pula di antara mereka yang berunding.
Niko sempat mengajukan pertanyaan secara formil kepada
Kumala yang tetap didampingi oleh staf ahli bidang riset yang
ganteng itu: Rayo.
"Menurutmu tingkat radiasi ini apakah akan semakin
meningkat pada saat menjelang matahari terbenam nanti?
Mungkinkah dapat menimbulkan korban nyawa secara
massal?"
"Mungkin saja. Pencemaran ini sepertinya sengaja
dilakukan dan dirancang khusus oleh para awak kapal metal
itu untuk membunuh pihak lawan secara berlipat ganda,
apabila para awak kapal itu tertangkap atau sengaja dihabisi
oleh pihak musuh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Antisipasi apa yang akan Anda lakukan apabila keadaan


menjadi semakin gawat menjelang matahari terbenam nanti?"
tanya seorang letnan yang sudah lama mendengar nama dan
kehebatan Kumala Dewi, namun baru kali ini bisa bertatap
muka langsung dengan gadis paranormal tersebut.
"Banyak cara yang bisa saya lakukan demi menyelamatkan
manusia tak berdosa ini. Mudah-mudahan cara saya itu nanti
bermanfaat sekali bagi kita semua."
"Boleh tahu salah satunya?"
"Saya akan datangkan mendung tebal supaya menutupi
cahaya matahari senja, atau menurunkan hujan selebat
mungkin untuk menetralisir kondisi darurat ini."
"Mengapa tidak sekarang saja dilakukan hal itu, Dewi?"
tanya Niko.
"Matahari masih memancar dengan kuat. Mendung dan
hujan akan mampu ditembus oleh sinarnya. Percuma saja.
Justru akan membuat tanaman yang tumbuh dalam tubuh
ketiga korban itu akan semakin subur dan menyesakkan
pernapasan mereka."
Sebagai anak dewa, Kumala harus bisa mewujudkan antara
ucapan dan kenyataan tidak berbeda sedikit pun. Maka ketika
senja mulai temaram, Kumala Dewi segera melepaskan sinar
hijau dari ujung jari tangannya. Tindakan itu dilakukan secara
diam-diam, hanya Rayo dan Sandhi yang melihatnya. Sinar
hijau itu meluncur deras ke angkasa, lalu di angkasa sinar itu
menyebar berubah wujud menjadi gumpalan kabut seperti
mendung. tapi berwarna hijau. Kilatan cahaya petir
menyambar dari gumpalan-gumpalan tersebut.
Jegaaar...! Maka turunlah hujan dari rintik-rintik menjadi
deras. Makin gelap semakin deras. Dan, orang-orang yang
terkontaminasi radiasi air danau disuruhnya keluar rumah.
Membiarkan dirinya tertimpa air hujan hingga basah kuyup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Air hujan ini aneh!" teriak salah seorang penduduk.


"lya. Airnya wangi sekali, seperti air bunga, ya !"
Sementara itu permukaan danau buatan mengeluarkan
asap samar-samar. Agaknya radiasi yang masih tersisa dalam
air danau itu mengalami penguapan setelah tertimpa air
hujannya Dewi Ular. Penguapan itu menyebarkan aroma aneh,
seperti rempah-rempah yang harum. Semakin lama semakin
banyak uap yang menyebar dari permukaan danau tersebut.
Sementara itu, orang-orang yang mengalami perubahan pada
kulitnya, yang ditumbuhi rumput aneh itu, mulai berubah.
Rumput maupun jamur yang tumbuh di tubuh mereka
rontok dengan sendirinya tertimpa air hujan wangi itu.
Agaknya, memang begitulah cara Dewi Ular melakukan
pengobatan massal dan mengatasi kondisi darurat dalam
sebuah wilayah yang luasnya sekitar satu kelurahan itu.
Penetralisir udara dan alam sekitarnya dilakukan Kumala
dengan menurunkan hujan aneh tersebut. Ternyata hasilnya
sangat memuaskan.
Kini giliran Pak Jono yang ditangani Kumala Pensiunan
awak kapal yang pernah keliling dunia di usia 35 tahun itu
sempat hilang dari rumahnya. la menyebarkan kabar misteri
itu ke mana-mana. sehingga ucapannya justru membuatnya
dianggap oleh masyarakat sebagai ucapan orang gila.
Sersan Burhan dan anak buahnya mencari pelaut tua itu
guna mencegah terjadinya keresahan masyarakat di wilayah
lain. Pencarian itu berhasil sete lah pukul delapan malam
Sersan Burhan sendiri yang membawa Pak Jono menemui
Kumala Dewi di rumah gadis itu, dengan didampingi seorang
anak buahnya yang berpangkat kopral dan masih muda
Berpenampilan rapi, penuh simpati. Kopral Yossa Marna.
namanya.
Sewaktu Pak Jono dibawa ke rumah Kumala, ia masih
berceloteh tentang kedahsyatan dan kemisterian kapal metal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan pemuda bernama Devo itu. Sersan Burhan dan Kopral


Yossa menanggapinya seakan-akan dengan serius sekali,
sehingga Pak Jono tidak punya keinginan untuk pergi dari
mereka berdua. Sepanjang perjalanan ke rumah Kumala itulah
Pak Jono sempat mengungkapkan pendapatnya sebagai
seorang pelaut tua tentang kapal tersebut.
"Kapal sekarang tidak ada yang secanggih itu. Sistem
instalasinya bukan lagi menggunakan arus listrik. Pasti
menggunakan tenaga surya. Terbukti dari penampang
radarnya, saya tahu persis... menggunakan logam khusus
untuk menampung tenaga surya. Dan, kalian tahu... kapal itu
memiliki daya elastis tinggi. Dirancang oleh tenaga ahli yang
berotak brilian la dapat mengkerut dan tinggal berbentuk
seperti roket kecil. Dari mana sistem kerja itu bisa mereka
dapatkan kalau bukan menggunakan partikel surya. Partikel
itu dapat berubah menjadi benda padat yang bersifat baja
ketika berkembang dan membentuk haluan serta buritan
kapal. Waah, pokoknya kalian kalau melihat kapal seperti itu
tidak ingin pulang ke rumah deh. Hebat sekali! Bukti adanya
peradaban yang sudah maju dan lebih maju dari peradaban
serta teknologi zaman sekarang... "
Sesekali Sersan Burhan sengaja menanggapi untuk
menghibur hati Pak Jono yang mengalami guncangan jiwa
cukup hebat itu.
"Bapak mau menjadi awak kapal seperti itu, Pak ? "
"O. iya! Mau sekali. Saya mau sekali menjadi wak kapal
secanggih itu!" jawabnya penuh semangat "Biar saya sudah
menarik diri dari pelayaran. biar sudah setua ini, tapi kalau
saya berada di kapal masa lalu itu, saya merasa seperti muda
kembali Dik!"
Kopral Yossa menyahut, "Bukankah itu kapal masa depan,
Pak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"O, bukan!" jawabnya tegas dalam sanggahannya yang


seolah-olah sangat meyakinkan. "Itu kapal masa lalu; Dik!
Kalian atau kita-kita ini belum ada, kapal itu sudah ada!"
Sersan Burhan yang duduk di paling pinggir kiri dalam
mobil Kijang tersebut sempat beradu pandang dengan lirikan
mata Kopral Yossa yang mengemudikan mobil itu dengan
tenang. Semen tara Pak Jono yang duduk di antara mereka
berdua bersungut-sungut meyakinkan bahwa anggapannya
sangat benar; kapal itu bukan kapal dari masa depan,
melainkan dari masa lalu.
Mereka berdua agak terpengaruh oleh celoteh orang stress
itu. Namun buru-buru menyadari bahwa apa saja yang
dikatakan orang stress seperti Pak Jono adalah sah-sah saja,
dan harus dianggap benar dari pada ditentang, bisa
membuatnya sewot, lalu ngotot ingin turun dari mobil
tersebut.
"Jadi, bukan berasal dari masa depan, melainkan dari masa
lalu?" tanggap Sersan Burhan setelah tertawa kecil dan
pendek.
"lya. Sebab, Bapak melihat sendiri tandanya, Nak."
"Tanda apa maksudnya, Pak?" tanggap Kopral Yossa
gantian.
"Nama kapal itu: Heligoland."
"Mungkin nama dari negeri Belanda, begitu ya Pak?."
"O, bukan Kapal itu ada pada masa negeri Belanda belum
ada."
"Lho, kok bisa? " Sersan Burhan menanggapi lagi secara
sambil lalu.
"Kalian tahu... Heligoland itu nama apa?" la menengok
kepada kedua anggota polisi berpakaian preman yang belum
diketahui siapa sebenarnya mereka berdua itu. Kepalanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berpaling ke kanan- kiri beberapa saat dan setelah tak ada


yang menjawab, ia pun melanjutkan kata katanya
"Heligoland itu nama kuno. Sangat kuno. Sebelum sejarah
peradaban kita ada, Heligoland sudah ada. Kemudian nama itu
berubah menjadi negeri Atlanfik. Benua...! Benua Atlantik. Y a,
benua Atlantik...!"
Sebutnya berulang-ulang seperti orang menerawang
hampa. Sersan Burhan dan Kopral Yossa lianya diam saja.
Melirik sesekali, merasa heran dan in nganggap aneh terhadap
sikap Pak Jono yang udah tidak berapi-api lagi itu. Pak Jono
kini diam melamun, matanya menatap hambar tanpa
berkedip. Mulutnya berbibir manyun sampai beberapa helaan
napas lamanya. Sersan Burhan dan Kopral Yossa sama-sama
membiarkannya. Mungkin juga mereka bosan mendengar
celoteh yang tiada berujung pangkal itu atau sengaja memberi
terapi ketenangan untuk jiwa yang mengalami goncangan
sensasional itu.
"Hallo Kumala...?" sapa Sersan Burhan menghubungi Dewi
Ular me lalui HP-nya. "Kami sedang dalam perjalanan ke
rumahmu membawa Pak Jono jangan ke mana-mana, ya?"
"Okey, Bang Sersan," jawab Kumala secara kekeluargaan
"Kami tunggu di sini. Kebetulan Niko masih ada di sini juga
bersama Rayo dan Weldy, pimpronya acara'Lorong Gaib' itu
Masih ingat kan?"
"Ya, ya... aku masih ingat Weldy yang sekarang sudah
menjadi suaminya si wanita penjinak hantu itu, kan?"
Sambil benak Sersan Burhan mengenang sosok pria
tampan berkumis tipis yang pernah terlibat dua peristiwa gaib
cukup menghebohkan itu, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "PEMBURU TUMBAL ASMARA"). Bayangan wajah
Weldy itu buyar setelah terdengar lagi suara Kumala bicara
pada sersan muda yang juga berwajah ganteng itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bang Sersan, tolong kendalikan terus emosi Pak Jono


supaya dia tidak curiga kalau akan dibawa kemaru. Ajak dia
bicara, jangan sampai bengong terlalu lama. Sebab, kalau dia
sempat bengong terlalu lama, aku khawatir emosi bawah
sadarnya meletup dan akhirnya memberontak tak mau tunduk
pada perintah dan saran Bang Sersan."
"Okey, okey. . aku paham maksudmu!" Sersan Burhan
segera menutup pembicaraan lewat HP itu, kemudian dengan
menggunakan bahasa kode dengan Kopral Yossa tentang
saran Kumala itu, mereka mulai mengajak bicara lagi Pak Jono
yang waktu itu justru kelihatan sangat tenang.
Duduknya pun sudah bersandar seperti taripa ada beban ke
tegangan sedikit pun. la tampak berwibawa dari pada saat
ditemukarinya tadi.
"Pak, tadi Pak Jono bilang Heligoland itu nama kuno dari
benua Atlantik, bukan? Padahal benua Atlantik itu kan sudah
tenggelam ke dasar lautan, Pak?"
"Siapa bilang?!" sahut Pak Jono, tapi kali ini dengan nada
tegas, berwibawa dan sangat refleks reaksinya. Matanya
menatap Sersan Burhan sangat tajam. Yang ditatap jadi salah
tingkah. Merasa betul ada keanehan dalam diri Pak Jono yang
jauh berbeda sikapnya dengan tadi.
"Siapa bilang Atlantik tenggelam ke dasar lautan?!" ulang
Pak Jono seakan memprotes keras kata-kata tersebut.
"Kalau begitu saya salah dengar, Pak," ujar Sersan Burhan
sambil tersenyum menahan rasa geli akibat dipersalahkan oleh
'orang gila'. Kopral Yossa juga tersenyum-senyum menahan
geli sendiri.
"Atlantis masih kokoh!" geram Pak Jono. Semakin lain nada
suaranya. "Meskipun mereka berusaha menghancurkan
dengan kekuatan skuadron halilintar, tapi kami masih kokoh!
Sepuluh kerajaan di Atlantik masih bersatu melawan mereka
yang ingin menenggelamkan bumi ke samudera debu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

angkasa! Kami tak pernah mundur dan merasa mampu


mengalahkan mereka!"
"Kami itu siapa, Pak?" tanya Kopral Y ossa.
Pak Jono hanya menatap cepat, tajam dan mengandung
getaran aneh dalam hati Kopral Y ossa Sersan Burhan memberi
isyarat agar Kopral Yossa diam, walaupun merasakan
keganjilan dalam diri Pak Jono semakin nyata, Jelas sekali.
Sersan Burhan mencoba menarik perhatian Pak Jono agar
kembali bicara padanya, bukan memprotes sikap orang
kepercayaannya itu.
"Berapa skuadron halilintar yang Pak Jono hadapi saat ini?"
"Mestinya kalian yang tahu Bukankah kalian dari seberang
galaxy kami?"
Makin bingung dan sulit dipahami kata-kata Pak Jono. Tapi
begitu Sersan Burhan menyadari nada suara Pak Jono berubah
lebih tegas dan lebih jernih dari pada suara tuanya tadi,
sersan muda itu pun segera tanggap dengan keanehan pada
saat itu Pak Jono sudah bukan lagi Pak Jono yang tadi Ka li ini
yang bicara pasti bukan pribadi Pak Jono yang sebenamya.
Merinding juga bulu kuduk Sersan Burhan walaupun itu tetap
bersikap tenang dan menampakkan keramahannya yang
bersahabat.
"Kami bukan musuh Anda. Kami adalah penghuni bumi.
sama dengan Anda. Tapi kami belum tahu dan masih bingung
menterjemahkan jati diri Anda sebenamya "
Pak Jono berkata dengan tegas sekali, "Admiral Devo
Cardeas, Panglima Destroyer 223ZG Armada Heligoland
Pompeii. Death Mission, 13 person lacak skuadron Blackskys!"
Berdebar-debar jantung Sersan Burhan saat itu. Pak Jono
seperti memperkenalkan dirinya sebagai Admiral Devo Cardeas
dengan jabatan panglima kapal pemusnah yang berjenis
destroyer 223ZG Heligoland Pompeii. Suara yang keluar dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mulut Pak Jono jelas suara asing, yang memberi laporan rinci
tentang 13 awak kapalnya dengan miss i memburu skuadron
Blackskys sampai mati. Naluri kopral muda itu pun memiliki
kesimpulan yang sama, bahwa saat itu raga Pak Jono
digunakan oleh roh Admiral Devo Cardeas unluk berbicara
kepada mereka. Tak heran jika Kopral Yossa pun ikut
merinding bulu kuduknya walaupun masih kelihatan tenang
dan membisu.
"Bukankah Pompeii adalah nama kota di benua Atlantik
yang sudah hancur dan tenggelam ke dasar lautan Atlantika
beberapa ratus tahun atau bahkan beberapa ribu tahun yang
lalu?" pikir Sersan Burhan saat itu. "Kalau begitu... pria yang
bernama Devo ini berasal dari kota yang telah hancur ribuan
tahun yang lalu itu?!"
Napas ditarik dalam-dalam. Serean Burhan menenangkan
diri sesaat, setelah itu tetap menampakkan senyum
keramahan dan persahabatannya.
"Seperlinya ada sedikit kesalahpahaman di antara kita,
Admiral Devo Kapal Anda memasuki wilayah kekuasaan kami.
Anda berada di zaman kami, Admiral. Indonesia 2000 Masehi."
"Apa itu Masehi?"
"Tahun Masehi, tahun di mana memiliki perbedaan masa
yang sangat jauh dari masa di mana Anda berjaya dengan
Destroyer 233 ZG Heligoland Pompeii, yang bagi kami sangat
menakjubkan. Luar biasa!"
Ketegasan Pak Jono tampak sedikit mengendur dan
kepalanya manggut-manggut, menandakan bahwa apa yang
dikatakan Sersan Burhan itu sangat dipaham i olehnya.
Mulailah ekspresi persahabatan muncul perlahan-lahan di
wajah tua Pak Jono yang sering terkena sinar lampu dari mobil
yang berpapasan.
Tiba-tiba jari tangan Pak Jono menuding ke depan. Ada
sinar biru semacam laser yang keluar dari jari tangan itu. Sinar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tersebut menempel di kaca mobil. Hanya satu titik, kemudian


menyebar hampir memenuhi seluruh permukaan kaca. Hanya
kaca yang ada di depan Kopral Yossa yang tidak terjamah
sinar biru, sehingga pandangan matanya tidak terganggu.
Kopral muda itu tetap mengemudikan mobil Kijang tersebut
dengan sesekali menghindari kemacetan jalan raya.
Temyata sinar biru yang aneh itu membentuk garis-garis
peta dengan kotak-kotak garis lintang dan garis bujurnya.
Sersan Burhan memperhatikan peta tersebut dengan menerka
nerka posisi yang dimaksud Pak Jono. Tapi terkaannya
ternyata salah setelah Pak Jono yang digunakan oleh suara
Devo itu menjelaskan maksudnya.
"Lautan Atlantik. ini benua Antartika, ini pantai Gueen
Maund dan ini pulau Boavista."
"Hmmm, ya, ya, ya...," Sersan Burhan manggut-manggut,
padahal dalam hatinya menyimpan segudang keheranan.
Menurut wawasan yang di milikinya, benua Antartika baru
dipetakan abad 19. sedangkan Antartika sendiri sekarang ini
sudah ditutupi salju tebal. Tapi dalam peta itu tampak titik titik
tertentu sebagai kota kota yang ada di Antartika. Apakah
mungkin hal itu dialami Devo? pikirnya. Sebab dalam peta ini
pantai Gueen Maund Land tampak jelas ada, dan ternyata
sudah dipetakan dengan cara aneh tersebut Mungkinkah Devo
hidup di masa sebelum terjadinya zaman es? Sedangkan.
zaman es terakhir sekitar 10 ribu tahun yang lalu.
"lni Laut Utara, dan ini Pulau Heligoland," lanjut mulut Pak
jono. Sementara hati kecil Kopral Yossa dan Sersan Burhan
sependapat bahwa yang ditunjukkan Pak Jono itu wilayah
sekitar Eropa Utara.
"Kami ada di perairan ini beberapa saat yang lalu, sebelum
mengalami badai cahaya," kata Pak Jono.
"Di mana letak Kutub Utara?" sela Sersan Burhan
memberanikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kutub Utara...?! Hmmm, itu tidak ada!" tegas suara Devo.


"Yang ada adalah lubang besar yang membuat air laut
bersuhu panas terserap masuk ke lubang itu. Lubang besar
tersebut adalah lorong rahasia, jalan masuk ke perut bumi.
Kami sedang merencanakan suatu exodus besar-besaran
untuk masuk ke sana, jika kekuatan kami lemah."
Sekalipun masih tak jelas karena dihinggapi rasa heran,
Sersan Burhan tetap manggut-manggut seolah-olah
memahami maksud Devo.
"Lalu, tentang badai cahaya tadi?" Sersan Burhan
mengembalikan kata-kata Devo yang terpotong oleh
pertanyaannya tadi. Pak Jono menggerakkan langannya
seperti menangkap nyamuk di depan kaca Wuuut...! Sinar biru
membentuk garis peta itu lenyap seketika. Tubuh tua Pak
Jono duduk bersandar, mengendurkan keseriusannya.
"Kalian bisa tolong kami?"
"Apa yang harus kami lakukan, Admiral Devo "
"Mengembalikan saya ke tempat asal."
Ketiganya sama-sama diam: Masing-masing mencoha
berpikir tentang keadaan yang saling kurang bisa dipahami,
namun menjadi suatu kenyataan yang misterius.
"Badai cahaya itu membuat kapal kami terperangkap Ini
kesalahan Agryfa, perwira bidik kami yang cantik tapi mudah
terpancing oleh emosi pertempuran. la melepaskan senjata
triton pada koordinat yang salah."
"Triton...'?" Sersan Burhan menatap penuh tanda tanya.
"Senjata suprasonic berfrekuensi tinggi yang mampu
menembus lapisan masa untuk mencapai titik lawan dalam
jarak 100 tahun cahaya. Agryfa melepaskan suprasonic dalam
koordinat 'zone zero', yaitu zona yang memiliki
elektromagnetik ganjil. Keganjilan geomagnetis digempur oleh
ke- kuatan senjata triton kami, akibatnya, meskipun dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jarak signal satelit kami me lihat kedatangan lawan dari batas


galaxy bumi, namun frekuensi dari triton sendiri tidak bisa
terarah ke sana, melainkan justru merusak jaringan
elektromagnit yang ada di sekitar 'zone zero' itu. Maka,
terjadilah badai cahaya yang menyedot kapal kami, berputar-
putar tak tentu arah Satu-persatu awak kapal kami terlempar
dari posisi masing-masing, masuk dalam pusaran giavitasi
ganjil."
Pak Jono seperti orang yang sedang mengenang peristiwa
menyedihkan. Napasnya ditarik da- lam-dalam, wajahnya
murung, matanya sendu.
"Kapal kami menerobos masuk dalam suatu bias waktu
yang tak terkendali oleh instrumen kapal. Saya berusaha
mempertahankan kapal agar tidak hancur dalam kumparan
bias waktu yang dahsyat itu. Dan akhirnya... kapal kami
terlempar masuk ke zaman ini."
"Luar biasa...?!" desis Sersan Burhan, sementara Kopral
Yossa hanya menghembuskan napas panjang, seakan ikut
merasa bebas dari keadaan kritis yang sangat menegangkan
itu. Namun di sisi lain Kopral Yossa merasa lega juga karena
sebentar lagi ia akan memasuki gerbang perumahan elite
Pasundan Permai, tempat di mana rumah Kumala Dewi
berada.
"Kini aku sudah kehilangan kapal, yang berarti sudah
kehilangan nyawaku sendiri, nyawa seorang panglima
destroyer," kata Pak Jono seperti bicara pada diri sendiri.
"Mengapa kapal Anda pergi menembus langit, Admiral?"
"Destroyer 233 ZG dirancang sedemikian rupa. Apabila
tidak ada satu pun spesies yang hidup di atasnya, maka
dengan sendirinya ia akan berubah struktur dan melarikan diri
sebelum pihak lawan menyita dan mempelajari elemen dan
partikel yang kami gunakan di dalamnya. Destroyer 233 ZG
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lenyap setelah aku turun dari atasnya untuk menemui seorang


gadis bernama Kumala Dewi."
"Gadis itu teman kita, Admiral."
"Katakan padanya, aku tak bisa berada dekat dengannya,
karena dia memiliki sumber energi niton yang besar sekali.
Energiku tak sanggup menahan gelombang getaran
suprasonic-nya yang memiliki partikel-partikel elektromagnetis
sembilan level ...."
"Maksudnya elektromagnetis sembilan level itu
bagaimana?"
Pak Jono menghembuskan napas panjang, kali ini
duduknya semakin bersandar, melemaskan seluruh urat-
uratnya dengan santai. Tahu tahu suaranya sudah berubah
lagi, berceloteh tak karuan tentang kapal tersebut. Sersan
Burhan terperanjat kaget dan agak kecewa, karena roh Devo
sudah tidak ada lagi dari raga Pak Jono. Padahal ia bermaksud
mempertemukan Pak Jono dalam keadaan trance, kemasukan
roh Admiral Devo Cardeas dengan si paranormal cantik itu.
"Sial! Dia pergi lebih dulu setelah kita mau sampai di depan
rumah Kumala, Pral...!"
"Mungkin dia telah menangkap gelombang getarannya
Kumala Dewi, sehingga ia lari ketakutan karena tak sanggup
menahannya, seperti yang dikatakannya tadi, Sersan!"
"Uhhh...!" Sersan Burhan menghembuskan napas kesal.
Pak Jono berkata dengan suara tuanya yang agak serak dan
sumbang itu.
"Tenang, Nak... Bapak tidak pergi ke mana- mana, selama
kalian mau mendengarkan cerita Bapak tentang kapal super
canggih itu. Jadi, ceritanya begini, Nak.. "
(Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

4
SEDERHANA sekali menetralisir gangguan otak dan
kejiwaan Pak Jono. Dengan sistem penyinaran yang keluar
dari telapak tangan Dewi Ular, alam bawah sadar Pak Jono
tertutup kembali. Guncangan jiwanya reda, dan kondisi
kesadaran Pak Jono pulih seperti sediakala. Ada keseriusan
dalam bicara dan ia merasa sangat malu ketika mendengar
cerita tentang dirinya yang berkoar-koar ke mana-mana itu.
Rasa penyesalannya membuat pelaut tua itu meminta maaf
berkali-kali kepada Kumala Dewi, juga kepada Sersan Burhan
selaku wakil dari aparat keamanan. la bahkan terkagum-
kagum sambil merinding kulit tubuhnya sewaktu diberitahu
bahwa ia telah kemasukan roh Devo yang berbicara tentang
asal-usul kapal aneh itu.
"Pemuda itu bukan merasuki raga Pak Jono," kata Kumala
meluruskan anggapan Sersan Burhan yang salah itu. "Karena
dalam aura Pak Jono tidak kulihat bekas terobosan roh lain,
seperti yang terjadi pada sebagian besar orang kerasukan roh
Iain itu."
"Lalu, siapa yang bicara padaku di mobil tadi, sampai bisa
mengeluarkan sinar aneh dari jarinya dan sinar itu ternyata
adalah semacam gulungan peta yang dibentangkan di kaca
mobilku?"
"Yang merasuk dalam raga Pak Jono bukan rohnya Devo,
tapi gelombang elektromagnetis- nya "
Semua yang ada di situ menatap Kumala dengan dahi
berkerut, pertanda bingung memahami kata-kata tersebut
Termasuk Pak Jono sendiri yang tampak serius sekali ingin
mengetahui apa yang sebenamya dilakukan pemuda asing itu
terhadap dirinya tadi.
"lngatan manusia adalah pembiak gelombang- gelombang
elektromagnetis yang luar biasa besarnya. Sedangkan, tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kita ini adalah alat-alat elektromagnetis yang jarang kita


sadari. Salah satu bukti, tubuh kita ini mengandung kekuatan
listrik, bukan? Nah, melalui gelombang elektro yang ada pada
tubuh Pak Jono itulah Devo mengirimkan kekuatannya dalam
bentuk holografik, yaitu energi supranatural yang bekerja
melalui daya ingat pemuda itu. Maka, tak heran kalau tangan
Pak Jono pun bisa mengeluarkan sinar peta, sebab energi
supranaturalnya Devo tersalurkan sepenuhnya ke tubuh Pak
Jono."
"Lalu, rohnya sendiri ada di mana?" tanya Niko Madawi saat
suasana menjadi sepi sesaat
"Itulah yang jadi masalah kita. Sebab, radar gaibku
menangkap gelombang supranatural as ing yang tak beraturan
letak posisinya. Kadang di utara, kadang di selatan, sebentar
kemudian pindah di sebelah barat, dan begitu seterusnya.
Gerakannya sangat cepat, tidak mengikuti alur pusaran gaib
yang ada Sulit bagiku untuk melacak di mana tepatnya dia
berada Yang bisa kutangkap melalui indera ketujuhku adalah
kemampuan supranaturalnya makin lama semakin bertambah
besar. Tapi dia tidak berani berada di sekitar sini. Dia memang
takut mendekatiku, karena dia tak mampu menerima getaran
gelombang kesembilan tingkat elek tromagnetisku."
"Apa maksud dari sembilan Inderaku."
"Bukankah... indera paling tinggi hanya pada tingkat
keenam?" sahut Weldy.
"Indera keenam itu pangkal dari berkembangnya indera
yang lain. Paling tinggi dalam tingkatan supranatural adalah
indera kesembilan. Para resi, begawan, atau tukang sihir
zaman dulu, hanya mampu mencapai pada tingkat indera
kedelapan, selain para sufi, para wali dan orang-orang suci
dari golongan religius."
Tiba-tiba pemuda berambut kucai yang juga dijuluki
sebagai jin usil itu berkata kepada Kumala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana kalau kucoba mengejar tiap gerakan


gelombang supranya itu? Mungkin pada detik-detik tertentu
bisa kupergoki di mana dia. Dan kalau sudah begitu, apa yang
harus kulakukan terhadap nya?"
"Bujuk dia supaya mau menemuiku, dan katakan... aku
akan membantunya pulang ke zamannya. Asalkan, dia jangan
bikin ulah macam-macam dengan ketajaman energi supranya
itu."
Setelah mendapat keterangan dari Dewi Ular, jelmaan Jin
Layon itu pun pergi meninggalkan mereka dengan
menggunakan kekuatan gaibnya. Bagi mereka, lenyapnya
Buron bukan hal yang aneh lagi. Mereka sudah sering
menyaksikan kehebatan pemuda berambut kucai itu .T api bagi
Pak Jono dan Kopral Yossa, lenyapnya Buron merupakan
sesuatu yang mengejutkan dan membuat mereka terkagum-
kagum.
"Nggak sangka bocah yang kayaknya bego tadi ternyata
punya kesaktian serupa dengan jin?" gumam Pak Jono. "Dapat
ilmu dari mana bocah itu, ya? Jangan-jangan berguru dengan
bangsa jin?"
Beberapa dari mereka hanya tertawa kecil, namun tak ada
yang menjelaskan bahwa Buron memang bangsa jin yang
mengabdi kepada Kumala Dewi. Bahkan sampai saat itu Pak
Jono belum tahu bahwa Kumala bukan gadis ABG zaman
sekarang. melainkan putri tunggalnya Dewa Permana yang
dibuang ke bumi untuk mencari cinta sejati, (baca serial Dewi
Ular dalam episode: "ROH PEMBURU CINTA").
Kesaktian Jin Layon cukup tinggi untuk ukuran bangsa jin.
Apalagi selama mengabdi menjadi asistennya Dewi Ular ia
sering menyerap hawa harum yang keluar dari tubuh gadis
itu. Keharuman tersebut mengandung hawa sakti yang kecil
sekali kadarnya, namun mampu menentramkan perasaan
orang yang gundah gulana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemampuan itu terolah secara otomatis dalam kesaktian


Jin Layon, sehingga frekuensi ketajaman hawa gaib Jin Layon
itu makin lama semakin meningkat dan hampir menyamai
frekuensi gaib ibunya, yaitu Nini Ganjarlangu, yang
bersemayam di alam kasat mata sana.
Jin wanita yang bernama Nini Ganjarlangu memiliki rupa
yang sangat menyeramkan bagi manusia awam. Tingginya
sekitar 10 meter, badannya besar, berkulit hitam busik, seperti
bersisik putih. la hanya mengenakan pakaian penutup bagian
bawah yang berupa rumbai-rumbai dari kulit pohon. Tapi
bagian atasnya tak mengenakan penutup apa-apa. Jin
ortodoks itu masih memiliki rambut putih yang panjang meriap
riap, lebat dan acak-acakan. Mungkin tak pernah ke salon atau
jarang sisiran.
Jin Layon, anaknya, sudah mengenal peradaban karena
bergaul dengan manusia. Tapi ibunya belum mengenal
peradaban bangsa manusia, sehingga ia biarkan tubuh bagian
atasnya terbuka bebas, membuat dua payudaranya yang
panjang dan besar itu bergelantungan melambai-lambai.
Menjijikkan, sekaligus menyeramkan.
Terutama jika melihat wajahnya, siapa pun orangnya yang
awam dengan dunia roh halus akan pingsan mendadak Sebab,
Nini Ganjarlangu memiliki mata besar yang merah mencorong.
Mulutnya lebar bergigi besar dan memiliki taring mengerikan.
Kuku tangannya berwarna putih panjang, tajam seperti
bayonet. Jin yang berkalung untaian tulang hewan dan
berliontin tengkorak macan itu menyebarkan bau apek, seperti
bau tikus jenis cecurut.
Dalam kelananya mengejar energi asing Devo, Buron
sempat terhenti melayang-layang di udara bebas. Bentuk sinar
kuningnya yang menyerupai meteor itu tak bergerak beberapa
saat, karena telinga gaibnya mendengar suara dentuman yang
menarik perhatiannya.
Jegaaarrr, bluummm. ! Jegaarrr, bluuummm...!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dentuman besar yang menggema di seluruh alam gaib itu


sangat dikenali oleh Buron. Hati kecilnya sebagai jin mulai
curiga.
"Seperti suara amarah ibu dentuman itu?! seingatku, hanya
kekuatan Aji Cambuk Samudera milik ibu yang mengeluarkan
dentuman beruntun seperti itu. Hmmm, tapi kenapa arahnya
ada di sebelah sana, ya? Apakah ibu sedang murka? Kepada
siapa? Coba kutengok ke sana, ah!"
Weesss...! Sinar kuning berekor mirip meteor itu me lesat
cepat menembus kegelapan malam.
"Oh. benar itu ibuku!" sentak Buron "Mengapa ia ada di
atas permukaan danau buatan itu?! Lho.. siapa yang sedang
bertarung melawan ibuku itu?!"
Malam itu, alam di sekitar danau buatan depan perkantoran
Pemda terjadi angin ribut cukup kencang. Arah angin berubah-
ubah, membuat pepohonan yang ada di sana meliuk ke sana-
sini, bahkan sebatang pohon kelapa nyaris tumbang karena
dihempas angin dengan kencangnya. Penduduk sekitar
pemukiman dekat danau buatan tak ada yang berani keluar
rumah. Mereka diam di dalam rumah masing-masing, berdoa
dan membaca mantera apa saja yang menurutnya dapat
menyelamatkan jiwa mereka dan ancaman maut apapun.
Mereka tak tahu bahwa di atas udara sekitar danau buatan itu
telah. terjadi pertarungan sengit yang tidak bisa dilihat oleh
mata awam.
Terjadinya angin ribut yang mengerikan itu sudah sejak
setengah jam yang lalu. Berarti pertarungan sengit itu sudah
berjalan cukup lama, antara Nini Ganjarlangu dengan sosok
mahluk aneh yang tinggi serta besarnya sama dengan Nini
Ganjarlangu.
Tetapi mahluk itu memiliki empat tanduk di kepalanya,
wajahnya hitam seperti pantat panci, matanya merah besar,
badannya merah matang seperti buah apel impor dari USA.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mahluk ganas itu juga memiliki taring panjang menyerupai


gading gajah purba, meliuk tajam. Gerakannya sangat gesit la
mampu berkelit dalam kecepatan yang sulit diikuti oleh mata
sesama mahluk halus, sehingga rambut Nini Ganjarlangu yang
menyabet-nyabet menyerupai cambuk raksasa itu selalu
meleset dan meletupkan percikan merah di udara lepas.
Bukan hanya mahluk berkulit matang saja yang menyerang
Nini Ganjarlangu, tapi juga dua mahluk berkepala menyerupai
badak dan berkulit tebal seperti karang putih ikut menyerang
Nini Ganjarlangu. Mereka ukurannya sedikit lebih kecil dari
Nini Ganjarlangu, tapi memiliki gerakan yang lincah dan lebih
gesit dari mahluk bertubuh merah matang itu. Kedua mahluk
berwajah seperti badak dengan cula besarnya melengkung
besar di ujung hidung, berganti-gantian menyerang Nini
Ganjarlangu dengan melepaskan semacam jarum-jarum besar
berjumlah puluhan jarum dari kedua tangan mereka. Namun
jarum-jarum itu selalu pecah berantakan setiap kali kepala
Nini Ganjarlangu menggeliat dalam putaran cepat, dan
rambutnya menyabet secara beruntun ke sana-sini.
"Keparat!" geram Buron yang segera menjelma diri sebagai
Jin Layon yang berkepala gundul, berkulit hitam, dan hanya
mengenakan cawat saja itu. "Rupanya si Marambang yang
menyerang ibuku dengan kedua muridnya itu?!
Jahanaaammm...!!" teriak Jin Layon, kemudian melesat ke
arena pertarungan tersebut.
Blegaaarrr . ! Kedua tangan besar Jin Layon dihadapkan
lurus ke depan, lalu tubuhnya yang melayang itu dibenturkan
ke punggung mahluk yang disebut Marambang itu. Kedua
tangan Jin Layon memancarkan sinar kuning besar ketika
menghantam tubuh Marambang, sehingga timbul dentuman
keras yang membuat Marambang terpental menerjang kedua
muridnya yang berkepala seperti badak itu.
"Grrrrrhhh ..!!" Jin Layon berdiri di udara bebas dengan
kedua kaki merenggang kokoh, kedua tangannya siap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dihantamkan lawannya jika lawan masih bergerak maju la


berdiri sengaja di depan Nini Ganjarlangu, seolah-olah
melindungi ibunya dari ancaman bahaya. Suara geram
kemarahannya membuat Marambang dan kedua anak
buahnya itu menjadi terguncang-guncang bagaikan dilanda
gempa gaib di sekitarnya.
"Beraninya kau melawan ibuku, Marambang! Mau
kuhancurkan dengan kugencet seribu gunung seperti waktu
itu,. hah?!"
"Celaka!" desis Marambang dengan wajah ketakutan. "Ayo,
kita kabur dari sini! Lekas...! Jin yang satu itu gila! Aku tak
sanggup menghadapi lawan yang gila macam dia!"
Zuuub, wuuus, wuuus...!
Marambang dan ke dua anak buahnya berubah menjadi
asap merah, lalu gumpalan asap merah itu terbang dengan
cepat. Kembali ke alamnya, yaitu alam iblis. Sebab,
Marambang adalah prajuritnya iblis Woga, si penjaga gerbang
perbatasan tanah iblis. Dia sangat takut kepada Buron, karena
pernah dikalahkan oleh Buron atau Jin Layon, dan hampir saja
hancur karena digencet memakai Gunung Krakatau, (Baca
serial Dewi Ular dalam episode: "PETAKA SURGAHITAM"). Iblis
Marambang sangat trauma melihat Jin Layon, sehingga tak
berminat untuk menjajal kekuatannya dalam pertarungannya
dengan Nini Ganjarlangu itu. Kalau saja iblis Marambang tahu
bahwa Nini Ganjarlangu adalah ibu dari Jin Layon, maka ia tak
akan berani goba-coba melumpuhkan jin betina yang
payudaranya bisa untuk memecahkan bukit karang dengan
sekali sabet itu.
Jin Layon yang berdiri gagah dengan kedua tangan masih
menggenggam itu menggeram terus sambil rtiemandangi
kepergian lawannya. Tapi tiba-tiba dari belakang kepalanya
seperti ditampar memakai dayung kapal cukup keras.
Praaak..!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aduh. !" ia segera berbalik sambil nyengir kesakitan.


Kepalanya diusap-usap sendiri seraya memandang sang ibu
yang tadi menyentilnya dengan jari tangan yang besar itu.
"Kenapa Ibu justru mau memecahkan kepalaku?!"
gerutunya sok manja.
"Anak tak tahu sopan! Ada orang tua di belakangnya,
malah berdiri seenaknya di depan orang tua?!" geram Nini
Ganjarlangu. Buron alias Jin Layon akhimya nyengir geli
mendengar alasan sang ibu.
"Ibu ini aneh. Kalau aku mau melindungi Ibu, tentu saja
aku harus berdiri di depan Ibu, biar serangan dari si
Marambang bisa kuhadapi sebelum mengenai Ibu. Kok
dianggap nggak sopan?!"
Begitu kira kira dialog kedua jin yang mempunyai
hubungan ibu dan anak itu. Dialog sebenarnya sulit ditulis
karena menggunakan bahasa jin vang kedengarannya aneh
dan sukar dieja manusia. Untuk mengetahui percakapan
kedua jin itu, kita simak terjemahannya saja.
"Lain kali kalau mau melindungi orang tua, bilang dulu!
Jangan asal nyelonong saja!"
"Baik, Bu Lain kali aku akan bilang dulu kalau mau
melindungi Ibu, walaupun saat itu mungkin Ibu sudah
terkapar karena terhantam serangan lawan."
"Hampir saja rambutku tadi menghantam gundulmu kalau
tidak segera kusadari bahwa kau ternyata anakku sendiri!
Lihat, kusut semua rambutku gara gara tak jadi kuhantamkan
tadi!"
"Makanya, sering-seringlah creambath, Bu. Biar rambut
nggak mudah kusut. Atau keramas pakai shampoo..."
"Cukup, Layon! Aku tidak butuh nasihatmu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hmmm. egois!" gerutu Jin Layon pelan. "Kenapa Ibu


sampai terlibat pertarungan dengan iblis Marambang tadi?!"
"Dia mau memasang pagar neraka di wilayah danau ini
Waktu aku sedang lewat di sekitar sini, tahu-tahu kedua anak
buahnya itu menyerangku. Marambang ikut-ikutan
menyerangku, dia sangka aku akan menguasai danau ini."
"Mengapa dia memasang pagar neraka di sini?!"
"Mau menguasai wilayah. danau ini, Goblok!"
"lya, aku tahu. Tapi kenapa dia mau menguasai wilayah ini,
Bu?"
"Gggn-rmmh...! Bocah bodoh!" maki ibunya. Angker sekali.
Tapi Jin Layon tidak takut, sebab sama-sama jin.
"Apakah kau tak tahu, Layon.... Air danau ini memiliki
kesaktian yang tidak dimiliki oleh perairan mana pun juga."
"Kesaktian apa, Bu?"
"Buka matamu lebar-lebar! Lihat...!" lalu tangan Nini
Ganjarlangu dicelupkan ke dalam air danau buatan. Seketika
itu di mata Jin Layon tampak air danau berubah menjadi
cairan emas yang berkilauan. Sangat mengagumkan.
"Wow...?! Genangan emas cair?!"
"Ini namanya Tirta Candrawulan, tahu?!" lalu, tangan Nini
Ganjarlangu ditarik kembali, dan air danau kelihatan biasa lagi.
"Dari mana si Marambang tahu kalau danau ini memiliki air
Tirta Candrawulan, Bu?"
"'Bukan matanya sendiri yang mengetahuinya, pasti mata
atasannya yang melihat dari persemayamannya. Lalu, dia
disuruh untuk memasang pagar neraka, yang apabila diterjang
oleh mahluk apa pun akan menghancurleburkan jasad mahluk
itu, termasuk kau dan aku!"
"Maksudnya.. Marambang diutus oleh iblis Woga, begitu?!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bisa juga si iblis Woga yang diperintahkan oleh


Damasscus, sebagai rajanya. Lalu, la sendiri memerintahkan
Marambang untuk memasang pagar neraka di s ini. Tempat ini
akan dikuasa i oleh mereka, dan satu-persatu dari mereka akan
menjelma sebagai manusia biasa, namun dengan kesaktian
dan kebusukan hati iblis mereka!"
"Mereka akan menjelma menjadi manusia biasa?!" Layon
terheran-heran mendengarnya."Sepanjang sejarah kehidupan
alam jagat raya ini, baru sekarang terjadi penyimpangan
kodrat besar-besaran di tempat ini. Siapa pun yang menyelam
seluruh jasadnya ke dalam Tirta Candrawulan ini, maka ia
akan muncul kembali sebagai sosok manusia, dan membaur
dalam kehidupan manusia lainnya. Tentu saja para iblis itu
akan membentuk kelompok masyarakat tersendiri setelah
mereka menjadi manusia, untuk mengerahkan kekuatannya
guna menguasai seluruh permukaan bumi!"
"Oooo...," Jin Layon yang tingginya hanya 6 meter lebih itu
manggut-manggut dengan gumam suara besarnya.
"Sangat kebetulan aku lewat daerah ini dan mengetahui
rencana mereka. Aku tidak setuju dengan terjadinya
penyimpangan kodrat ini. Maka, aku bermaksud menjaga
tempat ini dari jarahan tangan iblis mana pun. Ingat, Layon...
jika manusia dikuasa i oleh iblis. maka itu sama saja negeri
bapakmu akan dihancur leburkan dan bapakmu sendiri akan
hancur sebelum kau berhasil menemuinya!"
"Bapak...?" gumam Jin Layon dengan wajah mulai murung.
la ingat tentang misinya muncul di alam kehidupan inanusia,
yaitu mencari ayah kandungnya sendiri. Sebagaimana
diketahui, ayah kandung Buron sebenamya adalah manusia
berilmu tinggi yang dulu dikenal sebagai Empu Canggah.
hidup di masa pemerintahan Hayam Wuruk, raja Majapahit,
Jin Ganjarlangu sebenamya bersemayam dalam keris pusaka
sang empu yang bernama Keris Sisik Naga. Sementara sosok
sang empu sendiri memang sudah tidak ada. Tapi ia akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menitis pada diri seseorang. Dan siapa yang memiliki keris


Sisik Naga itulah titisan dari ayah kandung Jin Layon. Namun,
sampai saat sekarang Jin Layon belum berhasil menemukan
titsan dari Empu Canggah, sementara sang ibu tidak berani
menjelaskan siapa pemilik keris Sisik Naga, karena merupakan
pantangan yang jika diterjang akan membuat Buron atau Jin
Layon selamanya tak akan bertemu dengan ayah kandungnya,
(Baca serial Dewi Ular dalam episode: "BANGKIT DARI
KUBUR").
"Ibu...," kata Jin Layon setelah mampu mengendalikan
perasaannya, sehingga tak terlalu hanyut dalam kesedihan
pribadinya itu.
"... aku setuju dengan rencana Ibu Aku akan ikut
menjaganya Tapi, aku sendiri sedang ada tugas dari Nyai Dewi
Ular."
"Kerjakan dulu tugasmu. Jangan menyimpang dari
pengabdianmu kepada Nyai Dewi Ular, karena dialah kelak
yang akan menunjukkan padamu, siapa 'pemilik Sisik Naga
sebenamya. Aku bisa atasi sendiri keadaan di sini!"
"Baik, Bu. Tapi... bolehkah aku tahu, mengapa danau ini
memiliki atau berubah menjadi Tirta Candrawulan? Padahal
sekitar awal petang tadi, tidak ada gejala-gejala seperti itu
pada air danau ini."
"Anakku, Bocah ganteng...," Nini Ganjarlangu mengusap-
usap kepala Jin Layon yang plontos dan licin itu. "Air ini telah
mengandung lapisan prana berusia puluhan ribu tahun
lamanya. Aku sendiri heran, mengapa air ini bisa mengandung
lapisan prana berusia setua itu, dan telah berubah menjadi
gumpalan hawa gaib maha tinggi, padahal kemarin belum
begini. Tapi yang jelas, lihat di langit sana... rembulan muncul
separuh bagian, bukan? Nah, pancaran bias rembulan itulah
yang mengubah kandungan gaib maha tinggi itu menjadi T irta
Candrawulan yang mampu melakukan peny impangan kodrat,
yang hidup jadi mati jika masuk ke air ini, dan yang mati jadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hidup seperti layaknya manusia biasa. Tanpa mendapat bias


cahaya rembulan di sana, Anakku bocah imut... maka air ini
tidak akan menjadi Tirta Candrawulan, melainkan menjadi
Tirta Kematian. Siapa masuk ke danau ini, dia akan mati tanpa
jasad lagi!"
"Kalau begitu. hal ini perlu kulaporkan kepada Dewi Ular,
Ibu!"
"Aku baru mau kasih saran seperti itu padamu, Layon. Tapi
ternyata ketajaman nalurimu dapat menembus rencana batin
ibumu. Hebat!"
Jin Ganjanglangu menepuk-nepuk pundak anaknya dengan
bangga. Tapi si anak cengar-cengir menahan sakit, karena
tepukan itu memercikkan bunga api, pertanda dialiri hawa
panas yang muncul dengan sendirinya dari rasa bangganya
seorang ibu dari bangsa jin.
"Katakan kepada Nyai Dewi Ular, urusan ini harus segera
ditangani. Hanya dia yang mampu membuat air danau ini
menjadi tawar kembali. Jika tidak segera dilakukan, maka
kuperkirakan dalam waktu dekat akan datang pasukan iblis
dari istana kegelapan sana untuk menguasai tempat ini. Mung-
kin ibumu ini akan hancur dalam penyerangan itu, Nak!"
"tak boleh hancur!" geram Jin Layon dalam kecemasan
yang membuatnya tegang. "Aku akan segera menemui Dewi
Ular dan menyampaikan pesanmu, Bu. Jika tanda-tanda
kedatangan pasukan iblis telah kelihatan, cepat panggil aku,
Bu! Jangan sok jago menghadapi mereka sendirian, okey?" Jin
Layon bicara penuh emosi, karena ia tak ingin ibunya hancur
dan musnah selama-lamanya.
Namun baru saja Jin Layon pergi, tiba-tiba Nini Ganjarlangu
mendengar sebuah suara yang menggema jelas di telinganya.
Suara itu adalah suara seorang lelaki yang cukup dikenalnya.
"Dzat sukma jalwaning tumasik naga, batari mukti gandhaning
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

puspa rini, tumeko lungguh garwaning sun yayi Ganjarlangu,


hong wilah hong wilah hong wilah... "
Blasss...!
Nini Ganjarlangu berkelebat melebihi kilat sambil
menaburkan serbuk dari kedua tangannya. Serbuk itu
berwarna merah menyerupai bara api yang bertaburan di atas
permukaan danau buatan. Serbuk itu adalah penangkal
kekuatan iblis agar tak bisa masuk ke dalam air danau.
Rupanya pada saat itu Nini Ganjarlangu tidak bisa diam di
tempat, karena suara yang didengarnya adalah mantera
pemanggil dirinya, Si pemilik keris Sisik Naga punya
kepentingan yang belum jelas pokok persoalannya. Tapi
karena sumpah setia Nini Ganjarlangu sejak dulu, maka
sebagai penunggu keris Sisik Naga ia harus segera hadir jika
pemiliknya memanggil melalui mantera tersebut. Tidak bisa
tidak. Sebab, pemilik keris itu adalah titisan ayah kandung Jin
Layon, yang berarti juga suami tercinta dari Nini Ganjalangu
sendiri. Cinta kasih nya itulah yang membuat Nini Ganjariangu
sangat patuh terhadap panggilan dan perintah suaminya.
Siapa pemilik keris tersebut? Nini Ganjarlangu tak dapat
menjelaskan kepada siapa pun, karena rnerupakan sumpah
setianya juga terhadap sang suami: Empu Canggah. Apa
keperluan si pemilik keris itu memanggil Nini Ganjarlangu,
juga tak perlu dijelaskan oleh siapa pun Karena memang tidak
ada kaitannya dengan misteri danau keramat itu. Hanya saja,
suara tersebut sempat didengar Jin Layon samar-samar:
menggunakan pendengaran gaibnya. la tahu nama ibunya
disebutkan oleh suara yang menggema di seantero alam jin,
sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa saat itu ibunya
dipanggil oleh si pemilik keris Sisik Naga. Maka, Jin Layon
yang sudah jauh itu terpaksa ngebut kembali ke danau itu
untuk menguntit ibunya. Karena dengan menguntit ibunya,
maka ia akan bisa bertemu dengan si pemilik keris, dan ia
akan mengetahui siapa titisan ayah kandungnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sayang sekafi kecepatan gerak Jin Layon tidak bisa


mengungguli ibunya, karena tingkat kesaktiannya memang
lebih rendah. Jin Layon tidak menemukan ibunya di sekitar
danau buatan itu. la menggeram dengan hati kecewa,
matanya memandang ke sana-sini, mencari tahu ke mana
arah kepergian ibunya tadi. Ternyata sang ibu pergi tanpa
meninggalkan jejak yang bisa dilacak. Makin menggeram Jin
Layon menahan rasa jengkel akibat keterlambatannya.
Tapi pada saat itu ia mendengar suara tangis samar-samar.
Ketika diperhatikan, suara tangis itu berasal dari jalan beraspal
yang ada tak jauh dari danau tersebut. Mata gaibnya
menembus alam dimensi nyata, dan ia melihat seorang gadis
berjalan sendirian dalam siraman cahaya rembulan. Gadis itu
tampaknya kebingungan dar, menangis tanpa tahu arah
tujuan.
Zlaab, bluub...!
Sinar kuning Jin Layon menghantam tanah. Maka,
tampaklah penjelmaannya sebagai pemuda berambut kucai
dengan ketampanan pas-pasan dan badan agak kurus. Buron
saat itu tampil sebagai sosok manusia yang mengenakan T-
shirt dan celana corduroy coklat tua. Cukup rapi, seperti
pemuda pulang dari rumah pacarnya.
Tentu saja penjelmaan itu dilakukan Buron tidak di depan si
gadis yang menangis. Jaraknya agak jauh dan tertutupi
kerimbunan pohon akasia di ujung sana. Dengan langkah
tenang dan siulan santai Buron seolah-olah me langkah dari
arah yang berlawanan dengan gadis itu. Maka ketika
berpapasan dengan si gadis bergaun putih pas badan, seperti
gaun terusan yang dipakai Si Manis Jembatan Ancol dalam
sinetronnya itu, gadis tersebut buru-buru mengecilkan suara
tangisnya. Menundukkan wajah dan tetap melangkah tanpa
kepastian. Rambutnya yang panjang selewat bahu itu
dibiarkan meriap sebagian, menutupi sisi kanan wajahnya. la
berusaha menahan tangis, supaya tak diketahui orang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun tingkah jin usil itu justru membuat si gadis menjadi


malu dan menekan rasa sedihnya lebih kuat lagi. Tanpa
disangka-sangka olehnya, pemuda yang berpapasan
dengannya justru menghentikan langkah dan menegurnya
secara baik-baik. Buron sendiri berusaha menegur dengan
suara merdu merayu, seolah-olah menunjukkan s ikapnya yang
layak dijadikan pelindung sekaligus penolong orang yang
sedang kesusahan.
"Lho, kenapa menangis, Neng? Ada yang mengganggumu,
ya?"
Gadis itu menghentikan langkahnya karena terhadang
Buron. la masih berusaha menyembunyikan wajah dengan
menunduk dan membiarkan helai rambutnya makin meriap
menutupi wajah. Tapi ia menggelengkan kepala satu kali
untuk menjawab teguran Buron itu.
"Apakah kamu ditinggalkan pacarmu di tempat ini?"
Gadis itu menggeleng lagi.
"Lalu, kenapa kamu menangis dan berjalan sendirian di
tempat angker ini?"
"Jangan bilang begitu, Bang. Saya takuuut...!" gadis itu
mulai menampakkan reaksinya.
Rupanya salah satu penyebab tangisnya adalah rasa takut
melintasi jalanan sepi bak jalur menuju makam hanya
sendirian. Rasa takut itu makin nyata begitu ia mendengar
kata 'angker' dalam kata-kata Buron tadi.
Gadis itu ternyata memiliki rupa yang cantik, berkulit
kuning bersih, berhidung bangir dan berbibir mungil
menggemaskan. Usianya sekitar 23 tahun, namun
pertumbuhan fisiknya sudah seperti gadis lebih dewasa lagi.
Sintal dan sexy, walaupun tak nampak bahenol. Buron tak
menemukan getaran gaib tinggi, sehingga ia yakin gadis itu
bukan kuntilanak atau peri, melainkan manusia biasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di mana rumahmu, Neng?"


"Di Jalan Kober Dalam, Bang. Tapi saya bingung, di mana
jalan menuju rumah saya itu, Bang. Saya takut berada
sendirian di s ini."
"Kalau begitu... maukah kuantarkan sampai rumahmu?"
Gadis itu mengangguk sambil menghabiskan isak
tangisnya.
"Abang tahu Jalan Kober Dalam, Kampung Rawa Kembar?"
"Kampung Rawa Kembar sih... saya tahu, tapi Jalan Kober-
nya yang saya nggak tahu."
"Kalau begitu, anterin saya sampai Kampung Rawa Kembar
aja deh, ntar biar ke Jalan Kobernya saya sendiri yang cari.
Tolong, ya Bang. Jangan jahatin saya ya?"
Buron tertawa gagah. "Tenang, kamu aman selama
bersama Bang Buron." sambil menepuk dada sendiri.
"Terima kasih sebelumnya," ucapnya lirih sambil melangkah
diiringi Buron.
"Namamu siapa?"
"Hannifah, Bang."
"Panggilannya Ifah, ya?"
"Hanni, Bang."
"Bagus sekali nama panggilanmu. Tapi, kenapa malam-
malam begini kamu berada di sekitar sini, Hanni?"
"Saya sendiri nggak ngerti nih, Bang. Saya sedang ingat-
ingat, kenapa saya bisa berada di sini dan sangat ketakutan.
Rasa-rasanya saya belum pernah ke sini," tutur Hanni sambil
sesekali mengusap pipinya, mengeringkah air mata. "Saya
seperti habis kena bius, entah dari mana dan siapa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membius saya, yang jelas... saya bingung sekali dengan diri


saya, Bang."
Buron menggumam dalam hati, "Wah,. jangan-jangan aku
dapat gadis yang lagi nggak waras nih?!"
Mereka berjalan sampai pertigaan. Di sana ada pangkalan
ojek. Buron menyewa satu ojek untuk mengantarkan mereka
berdua sampai di jalan raya. Sebelumnya tangan Buron
sempat menyambar dedaunan yang tumbuh di pinggir jalan
secara iseng.
Tanpa setahu Hanni, beberapa lembar daun kecil itu sudah
berubah menjadi lembaran uang nominal sepuluh ribu. Masih
baru. Menggunakan uang itulah Buron membayar ojek
setibanya di tepi jalan raya. karena di sakunya memang tak
ada uang.
"Kembalinya, Bang!" kata si tukang ojek. "Udah, buat elu
aja deh. Mudah-mudahan habis ini elu dapat penumpang
terus-terusan sampai pagi!" seraya Buron menepuk punggung
si tukang ojek yang berusia sekitar 25 tahun, sebaya
dengannya.
Pengaruh gaib disalurkan Buron melalui tepukan itu,
membuat si tukang ojek benar-benar dapat penumpang terus-
menerus sampai pukul lima pagi itulah upah dari Buron
sebagai pengganti uangnya yang berubah menjadi daun
kembali setelah beberapa saat kemudian.
Malam itu jarum jam masih menunjukkan pukul sepuluh
lewat, kendaraan angkutan kota masih ada Dengan
menggunakan angkot Buron membawa Hanni ke Kampung
Rawa Kembar yang jaraknya tak sampai lima kilometer dari
tempatnya naik tadi. Ketika turun, Buron menyerahkan
selembar uang sepuluh ribu lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Waah, kembaliannya nggak ada, Dik," kata sopir angkot


yang tua.
"Lho, jadi bagaimana dong, Pak? Saya cuma punya uang ini
nih."
"Ya. sudah.. bawa aja. Situ kan naik dari jarak dekat."
"Terima kasih, Pak ! Habis ini Bapak pasti di-carter orang
ke tempat jauh yang menguntungkan!"
"Bisa aja luh...," si sopir angkot tertawa, lalu pergi dengan
wajah iklas. Tapi tanpa setahu siapa pun, ternyata mobil itu
benar benar di-carter orang ke tempat yang menguntungkan
sopir tua tersebut. Buron sendiri sudah tidak menghiraukan
lagi, karena sibuk dengan kebimbangan Hanni ketika ingin
memasuki wilayah Kampung Rawa Kembar.
"Kok tempatnya begini, Bang? Setahu saya jalanannya
belum dilebarkan dan belum diaspal sehalus ini kok "
"Kampung Rawa Kembar ya di sini, Hanni. Memangnya
Rawa Kembar yang di mana? Coba lah, cari dulu Jalan Kober
Dalam.,. kita tanyakan sama pedagang rokok di seberang sana
deh, yuk...?"
Dengan ragu-ragu Hanni mengikuti saran Buron. Dengan
ragu-ragu pula Hanni me langkah menuju tempat yang
ditunjukkan si pedagang rokok itu. la tampak bingung dan
seperti merasa asing ketika memasuki Jalan Kober Dalam.
"Benar nggak tempatnya ini, Hanni?"
"'Bener sih, Bang. Tap kok... rumahnya jadi bagus-bagus,
ya?"
Buron hanya membatin, "Wah, benar-benar nganterin gadis
nggak waras nih Amit-amit deh. Kok jadi sial begini nasibku,
ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nah, itu dia rumah saya, Bang. Tapi... pagar nya kok udah
diganti pakai besi, ya? Terasnya juga udah lebar? Ah, jangan-
jangan kita salah alamat, ya Bang."
"Nah, luh sendiri gimana?!"
"Coba deh, Bang Buron aja yang masuk duluan. Tanyakan,
apa betul itu rumah Pak Ahmat Soleh, pegawai Pertamina. Itu
nama Bapak saya."
"Yeee. .. elu sendiri yang punya rumah kok jadi elu juga
yang ragu-ragu sih?!" gerutu Buron walaupun nekat masuk ke
halamannya.
Hannifah tak memperhatikan bahwa kunci pagar itu
terbuka sendiri hanya dengan satu sentuhan jari Buron.
Kekuatan gaib Buron sejak tadi sengaja tidak diperlihatkan
kepada Hannifah, supaya gadis itu tidak tahu bahwa dirinya
sedang berjalan dengan jelmaan Jin Layon. Buron tak ingin
kehilangan simpati dari gadis cantik mungil itu jika
kesaktiannya sampai diketahui mata si gadis .
Bel tamu ditekan Buron. Hanya dua kali tekan bel, pintu
tamu pun dibuka. Lampu di ruang tamu lebih dulu dinyalakan
oleh si pemiiik rumah. Ternyata yang membukakan pintu
seorang wanita berusia sekitar 45 tahun, diikuti oleh gadis
remaja berusia sekitar 18 tahun yang menyangka ada tamu
untuknya.
"Selamat malam, Bu. Maaf mengganggu...," Buron bersikap
sopan.
"Ya, ada apa?"
"Apa benar ini rumah Pak Ahmat Soleh, pej gawai
Pertamina?"
"Benar. Saya istrinya. Ada apa, Dik?"
"Hmmm, ini... anu... saya mengantarkan anak Ibu..”
"Siapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Buron clingak-clinguk, lalu melambaikan tangan kepada


Hanni yang berdiri di kegelapan ba- yangan pohon rambat.
"Sini...!" panggil Buron dalam bisikan jelas. Lalu, ia berkata
kepada perempuan agak gemuk yang masih didampingi
putrinya itu.
"Ini... saya mengantarkan Hanni, Bu. Nah, itu dia
anaknya...!"
"Hahhh...?!!" ibu itu terbetalak dan terpekik keras-keras.
"Hannniiii..??!!"
Bruuuk...! Ibu itu pingsan seketika. Putrinya menjerit juga
setelah tersentak napasnya karena sangat kaget memandang
Hanni mendekati pintu.
"Haaann.. hantuuuu...! Aaaaaa...!" ia lari masuk tunggang
langgang, menimbulkan kegaduhan yang luar biasa. Semua
penghuni rumah bangun dan berlari ke ruang tamu. Mereka
menjerit dan lari ketakutan begitu melihat Hannifah masuk ke
ruangan tersebut.
"Bapak... ini aku, Paaak...! Aku Hanni...!"
"Ha, Haan.. Haaan... !" Pak Ahmat Soleh terpaku gemetar
di tempat. Mata tuanya mendelik tanpa berkedip. Di sisi lain,
kakak lelaki Hanni yang sudah berusia sekitar 27 tahun itu
menggigil dengan mulut ternganga tanpa bisa bersuara.
Wajahnya pucat pasi seperti mayat ketakutan. Tentu saja hal
itu membuat Buron jadi sangat terheran-heran dan
menggerutu dalam batinnya.
"Sekarang malah aku berhadapan dengan keluarga gila?!"
Namun, setelah para tetangga berdatangan, dan Buron
mendapat penjelasan, justru dia sendiri yang tercengang
tanpa bersuara lagi. Menurut penjelasan mereka, Hannifah
sudah meninggal tiga tahun yang lalu akibat guna-guna salah
sasaran. Mendengar hal itu, bulu kuduk Buron pun meremang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merinding. Padahal ia sendiri sebenarnya lebih mengerikan


dari pada Hanni yang bangkit dari kematiannya itu.
(Oo-dwkz-234-oO)

5
SEJAK peristiwa kebangkitan Hannifah, danau buatan itu
mendapat julukan sebagai danau keramat. Roh Hannifah yang
sudah tiga tahun hidup dan berkelana di alam gaib terjun ke
danau itu secara tak sengaja, karena roh itu merasa
sepanjang kematiannya diperbudak oleh kekuatan iblis
penabur teluh untuk membawa air dari tempat mana pun ke
tempat permandian iblis tersebut. Tiada henti hentinya roh
Hannifah mondar-mandir membawa air dengan wadah yang
terbuat dari tengkorak kepala manusia. Pada titik kelelahannya
yang keseribu kali lebih itu, roh Hannifah terkulai jatuh saat
ingin mengambil air danau, dan ia pun terjun ke danau
tersebut.
Dalam ingatan Hannifah setelah beberapa saat menjalani
kehidupan keduanya itu, ia sempat heran melihat air danau
berwarna kuning, kemilau emas. Tapi ia tak sempat berpikir
apa apa lagi karena kelelahannya. Ketika ia jatuh terjun ke a ir
tersebut, tiba-tiba tubuhnya merasa ringan dan meluncur naik
ke permukaan danau tanpa mengalami basah sedikit pun Dan,
ia sempat merasa heran dapat berjalan di atas permukaan air
sampai ke tepi jalanan beraspal. Namun rasa takutnya segera
mencekam jiwa setelah menyadari dirinya berada di tempat
yang menurutnya asing, sepi dan mencemaskan itu. la tak
menyadari bahwa dirinya saat itu sudah mati dan hidup
kembali karena air danau keramat tersebut.
Rupanya 'ranjau' yang ditebarkan Nini Ganjarlangu itu
hanya berlaku untuk iblis. Tidak berlaku untuk mahluk halus
lainnya. termasuk roh-roh orang yang matinya tak wajar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

arwahnya penasaran menunggu ajal sebenarnya tiba.


Terbukti, bukan hanya Hannifah yang mengalami peristiwa
bangkit dari kematiannya, namun beberapa roh lain yang
merasa mengalami kematian di luar suratan takdir juga hidup
kembali setetah terjun ke danau itu. Ada yang sengaja terjun,
ada yang tidak sengaja. Dalam waktu satu malam. saja, sudah
sepuluh roh lebih yang terjun ke danau tersebut dan hidup
kembali sebagai manusia biasa yang memang belum waktunya
mati.
Tentu saja peristiwa mistik itu menggemparkan penduduk
setempat, karena memang ada tiga penduduk setempat yang
mati karena dipakai tumbal gaib, ternyata hidup kembali dan
pulang ke rumah mereka masing-masing. Sementara itu, roh-
roh lainnya, para siluman, peri dan kuntilanak, atau para
penghuni alam gaib seperti gandaruwo serta yang lainnya,
juga berlomba-lomba untuk terjun ke danau tersebut. Mereka
juga menjadi manusia biasa, tanpa memiliki kekuatan gaib
seperti semasa di alamnya. Namun dari jenis mereka hanya
sedikit, tak lebih dari tujuh sosok. Karena tidak semuanya
mengetahui keajaiban tersebut pada malam itu juga.
Ketika matahari mulai terbit, pandangan para roh yang
melintasi danau keramat itu seperti tertutup kabut tebal.
Mereka tak bisa melihat di mana letak danau keramat itu.
Pengaruh cahaya matahari telah membuat kekuatan Tirta
Candrawulan menjadi kabur di mata gaib.
Mereka harus menunggu malam tiba dan sinar rembulan
menyinari tempat itu, barulah mereka temukan genangan
Tirta Candrawulan. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan
Dewi Ular untuk menetralkan air danau keramat. Namun gadis
paranormal itu mengalami kesulitan karena belum pernah
menghadapi kasus ganjil serupa itu, sehingga tak tahu
bagaimana cara melakukannya.
"Gawat! Ka lau tidak segera kunetralkan air danau itu, bisa-
bisa semua orang mati hidup kembali, dan bumi ini akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penuh oleh orang yang menjalani kehidupan keduanya!"


gumam Kumala saat merenung di kantor Pemda, didampingi
oleh Buron, Sandhi dan Sersan Burhan yang telah melakukan
blokade sangat ketat agar tak seorang pun menceburkan diri
ke dalam danau. Sebab, bagi yang hidup dan menceburkan
diri ke dalam air danau, maka ia akan langsung mengambang
dan menjadi mayat tanpa nyawa lagi.
"Ini semua gara-gara si pemuda salah zaman itu!" geram
Buron. "Memang brengsek dia! Akan kucari dia sampai
berhasil kuseret ke depanmu, Kumala!"
"Tunggu!" sergah Kumala Dewi dengan tenang, tapi
kentara menyimpan ketegangannya. "Bantu aku selesaikan
kasus danau keramat itu lebih dulu. Ini lebih penting daripada
mencari Devo."
"Kalau kau sendiri sebagai anak dewa tak tahu bagaimana
cara mengatasinya, apalagi aku yang hanya anak jin. Bukan
anak dewa!"
"Justru karena kau anak jin, maka aku bisa mendapat
bantuan darimu, Buron!" tegas Kumala penuh wibawa. Buron
berkerut dahi karena tak mengerti maksud kata-kata majikan
cantiknya itu.
"Ingat, Ron... yang mengatakan bahwa kasus danau ini
hanya bisa ditangani oleh Dewi Ular adalah ibumu; Nini
Garjarlangu. Begitu kan?"
"Ya, memang begitulah kata ibuku, Kumala."
"Hmmm, baiklah kalau begitu," Kumala manggut-manggut.
"Sekarang temukan aku dengan ibumu. Pasti ibumu punya
saran atau petunjuk untukku tentang apa yang harus
kuperbuat. Sebab, segala cara tadi sudah kulakukan, ternyata
air danau tetap mengandung hawa gaib tinggi: Tirta
Candrawulan. Tak ada cara lain kecuali minta petunjuk ibumu
lebih dulu, baru aku bertindak lagi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bagi gadis cantik jelita si anak dewa itu, bukan hal yang
tabu untuk menimba ilmu dari mahluk mana pun, termasuk
meminta petunjuk kepada Jin Ganjarlangu. Alternatif itu ia
lakukan semata-mata untuk menunjukkan kepada para
penghuni Kahyangan, bahwa dalam mengatasi tiap persoalan
gaib, ia tidak selalu meminta bantuan para dewa- dewi di
Kahyangan. Ia ingin tunjukkan kepada dewa-dewa di
Kahyangan, bahwa sebagai gadis yang terbuang di bumi ia
memiliki keuletan dan kegigihan pribadi dalam upayanya
menjadi penolong manusia. Apalagi ia sudah dijuluki sebagai
Gadis Penyelamat Bumi, maka ia harus tunjukkan keuletannya
dalam upaya menyelamatkan bumi dan seisi nya.
Karena pada waktu itu keadaan mereka berada di ruang
kantor Pemda, maka dengan kesepakatan berdua mereka
masuk ke toilet sendiri-sendiri. Di dalam toilet itulah Kumala
Dewi berubah menjadi sinar hijau bening berbentuk seekor
naga kecil yang melesat menembus atap dan lenyap di balik
dimensi gaib. Buron pun berubah menjadi sinar kuning dan
lenyap di balik dimensi yang sama. Mereka bertemu di alam
sana, lalu sama-sama pergi menemui Nini Ganjarlangu. Buron
tak tahu di mana saat itu ibunya berada, namun ia punya cara
sendiri untuk memanggil ibunya, sehingga dalam beberapa
saat kemudian Nini Ganjarlangu keluar dari kerangka keris
Sisik Naga. Mereka bertemu bertiga di perbukitan alam gaib
yang tandus dan kering itu.
"Nini, keteranganmu tentang lapisan prana berusia ribuan
tahun itu memang benar ada di air danau keramat itu," kata
Kumala Dewi setelah basa-basi sekilas dengan Nini
Ganjarlangu.
"Nyai Dewi, mohon ampun kalau aku mendului
keteranganmu terhadap kekuatan gaib maha tinggi yang ada
di danau tersebut. Tapi tidak ada maksud hatiku sedikit pun
untuk merasa lebih tahu dari dirimu, Nyai Dewi. Semua itu
berpangkal dari rasa heranku terhadap kandungan prana yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebegitu besarnya, hingga dapat mendatangkan penyim-


pangan kodrat yang tidak semestinya, dan melenceng dari
'serat kahuripan' Hyang Maha Dewa."
"Ya, ya... aku paham maksudmu, Nini. Tapi benarkah
hanya aku yang mampu mengembalikan tawarnya gaib air itu,
Nini Ganjarlangu?"
"Sebagai manusia suci berdarah dewa, memang hanya Nyai
Dewi Ular yang bisa mengatasi persoalan ini," kata Nini
Ganjarlangu dengan sikap sopan dan menghormat.
"Tetapi ketahuilah, Nini... segala daya upaya sudah
kukerahkan, sebagian besar kesaktianku sudah kucoba, tapi
kandungan prana tua dalam air danau itu masih belum bisa
kutawarkan, Nini. Sekiranya kau bisa menunjukkan
rahasianya. tolong beri aku saran dan petunjukmu itu, Nini
Ganjarlangu."
"Dengan tidak mengurangi hormatku padamu, Nyai Dewi
Ular... sesungguhnya rahasia kekuatan air itu ada pada
pancaran gaib sang rembulan. Maka, cara melumpuhkannya
juga harus melewati cahyaning rembulan, Nyai Dewi.''
"Jelasnya bagaimana, Nini?"
"Kandungan prana tua atau gaib maha tinggi dalam air
danau itu akan terhisap habis dari air itu apabila rembulan
menampakkan wujudnya sebagai bayangan 'gerhana bercinta',
Nyai Dewi."
Dewi Ular berkerut dahi, karena merasa asing dengan
istilah tersebut Tapi sebelum ia bertanya lebih lanjut, Nini
Ganjarlangu sudah lebih dulu menyambung penjelasannya.
"Cahaya dari bayangan 'gerhana bercinta' akan memiliki
kekuatan maha dahsyat yang dapat menyerap habis prana tua
dari kekuatan sakti T irta Candrawulan. Karena, dalam keadaan
seperti itu cahaya rembulan tidak seutuhnya terpancar ke
bumi, melainkan bercampur dengan hawa kasmaran yang ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di sana. Campuran, hawa itu dapat menyedot kekuatan sakti


dari T irta Candrawulan sampai tuntas."
"Berarti harus ada yang bercinta di permukaan rembulan,
Nini?"
"Tidak tepat di permukaan tanah rembulan, tapi di
depannya. Supaya sinar rembulan tertutupi sebagian hingga
terciptalah bayangan gerhana dari dua insan yang sedang
bercinta."
"Siapa yang harus bercinta di sana, Nini?"
"Tentu saja Nyai Dewi sendiri dengan pasangannya, sebab
hawa kasmaran Nyai Dewi memiliki kekuatan dewani yang
dapat mempengaruhi seluruh kehidupan alam jagat raya ini,
Nyai. Jadi, memang harus Nyai Dewi yang membentuk
bayangan 'gerhana bercinta' itu. Tidak bisa dilakukan oleh
pasangan lain, Nyai."
"Gawat!" desis Dewi Ular sambil bertolak pinggang sebelah
tangan, sementara tangan yang satunya menepuk keningnya
sendiri. Gerakannya mulai serba salah, tampak bingung, malu
dan menahan rasa geli dalam hatinya. Membuat senyum serba
canggung membias di bibir ranum sensualnya. Buron tak
berani menertawakan, tapi buang muka sambil menahan
bibirnya untuk tidak nyengir kegelian me lihat salah tingkahnya
Kumala yang membuat wajah cantik itu menjadi merah dadu.
Kalau saja ia tidak takut dibentak oleh ibunya sendiri, ia ingin
menertawakan Kumala Dewi yang selama ini tak pernah
bercinta dengan siapa pun, tak pernah bercumbu dengan pria
mana pun, dan tak pernah bermesraan secara mendalam.
Saling cium, saling genggam, saling tatap mesra memang
pernah dilakukan Kumala. T api bercinta dalam arti melakukan
pergumulan mesra penuh curahan hasrat birahi, sama sekali
belum pernah dilakukan oleh gadis berambut panjang sehalus
serat sutera itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah tidak ada jalan lain, Nini?" Kumala mencoba cari


alternatif lain. Tapi jin yang dianggap cantik oleh bangsanya
itu menggelengkan kepala jelas-jelas. Suara gemuruh
terdengar dari gerakan rambutnya.
"Mohon ampun, Nyai.. ini bukan pelecehan atau
penghinaan yang menyesatkan. Tapi seandainya Nyai Dewi
mohon petunjuk juga kepada Hyang Dewa Permana atau
hyang dewa lainnya, maka saya berani, bertaruh sukma,
bahwa jawaban beliau akan sama dengan penjelasanku tadi,
Nyai Dewi Sebab, Nyai bukan saja bidadari yang masih
perawan suci, tapi Nyai Dewi juga satu-satunya anak dewa
yang lahir tunggal tanpa kakak tanpa adik. Kasmaran putri
tunggal dewa selalu memiliki getaran hawa sakti yang tinggi
dan dapat untuk menaklukkan prahara sedahsyat apapun di
alam jagat raya ini."
Napas panjang dihembuskan lepas-lepas oleh Dewi Ular
sebagai ungkapan mencari kelegaan di tengah
kegundahannya. Ia berjalan mondar-mandir sambil sesekali
tersenyum geli sendiri, namun juga malu membayangkan apa
yang harus dilakukan. Dalam pertimbangan batinnya, ia tak
ingin bercinta dengan pria mana pun sebelum pria itu resmi
menjadi suaminya yang memiliki cinta sejati. Hati nuraninya
sebagai bidadari yang menjelma dalam sosok gadis cantik
jelita penghuni bumi juga tak ingin melakukan cumbuan mesra
yang melampaui batas-batas kesusilaan, atau istilahnya;
vulgar, erotis dan berkesan jalang. Dan sekarang, ia
dihadapkan pada dua pilihan; bercinta di depan rembulan,
atau tidak sama sekali, yang berarti membiarkan para roh
harus saling berlomba-lomba terjun ke danau keramat, lalu
bumi akan dipenuhi oleh manusia-manusia yang menjalani
kebangkitan dari kematiannya, Sungguh suatu tantangan yang
dilematis sekali baginya, sehingga sering dianggap sebagai
kekonyolan yang menggelikan dirinya sendiri, membuatnya
geleng-geleng kepala sambil tertawa kecil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nyai, aku dapat merasakan kegundahan dan


kebingunganmu, karena bagi Nyai ini suatu pengorbanan yang
amat berat. Di lubuk hatimu tak ingin ternoda, di lubuk
benakmu tak ingin danau keramat itu menjadi sumber
bencana dan peluang emas bagi para iblis untuk menjelma
menjadi manusia. Tetapi aku percaya, Nyai Dewi pasti
mempunyai langkah dan keputusan yang lebih bijak daripada
dewi-dewi lainnya."
"Aku butuh waktu untuk mempertimbangkan keputusanku,
Nini."
"Tentunya tidak cukup sekejap dua kejap saja waktu yang
Nyai butuhkan itu, bukan?"
"Ya, ya...," Kumala manggut-manggut setengah
menerawang. "Memang tidak bisa dalam waktu singkat aku
memutuskannya."
Menarik napas dalam-dalam dilakukan Kumala untuk
menetralisir kegundahan hatinya. Kemudian ia berkata dengan
tegar kepada jin betina yang ikut merenung dan murung
sebagai tanda sangat prihatin terbadap kebingungannya putri
tunggalnya Dewi Nagadini itu.
"Nini Ganjarlangu...."
"Daulat, Nyai Dewi."
"Selama aku mempertimbangkan keputusanku, dapatkan
kau menjaga T irta Candrawulan itu agar tidak digunakan oleh
roh gaib manapun untuk membuat dirinya berubah menjadi
manusia sejati?"
"Seperti Nyai Dewi ketahui, aku adalah penunggu keris Sisik
Naga. Sewaktu-waktu aku di- panggil harus ada di tempat Jadi
aku tidak bisa menjaganya sepanjang masa, Nyai."
"Hmm, ya, ya... aku mengerti. Lalu, menurutmu
bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nyai Dewi tidak perlu khawatir soal itu. Aku akan


memanggil adikku, pamannya Layon, untuk menjaga danau ini
agar tak dimanfaatkan oleh roh gaib manapun yang ingin
melakukan penyimpangan kodrat."
"Maksud Ibu, mau meminta bantuan Paman Gantranoya?"
sahut Buron dengan bersemangat, sepertinya sangat gembira
menyambut gagasan ibunya itu. Nini Ganjarlangu
menggumam sambil menganggukkan kepala.
"Lakukan sebisamu, Nini. T olong bantu aku dalam hal ini!"
pinta Kumala secara resmi dan tanpa sungkan-sungkan lagi.
Maka, Jin Ganjarlangu pun segera bertepuk tangan satu
kali di atas kepalanya.
Duaaanrr, glegaaarrr .!
Tepukan tangan itu membiaskan cahaya biru petir
berkilatan ke delapan penjuru. Begitulah caranya memanggil
sang adik kandung; Jin Gantranoya, yang berperawakan tinggi
gemuk, hitam keling, jelek dan jika menyeringai sangat
mengerikan untuk manusia awam. Jin Gantranoya pun muncul
seketika itu juga dari kedalaman tanah gaib, membuat
beberapa bukit cadas hancur berhamburan.
"Grrraaaakkkhhhrrr...!! Ada apa memanggilku, Ayunda?!!"
geram Jin Gantranoya yang bersuara besar, berat, memiliki
getaran yang dapat membuat bukit-bukit berbatu granit di
seberang sana saling berguguran, seperti dilanda musibah
tanah longsor: Begitulah ciri-ciri jin ganas yang menjadi
algojonya para jin lainnya, disegani oleh para roh halus se-
level nya.
Nini Ganjarlangu melimpahkan tugas dari Dewi Ular kepada
Jin Gantranoya Algojo para jin itu patuh kepada perintah
kakaknya, terlebih datangnya dari putri Dewa Permana,
apapun tak bisa ditolaknya, sebab merasa berhutang jasa
kepada Dewa Permana dalam kasus yang belum pernah
diceritakan kepada keponakannya. Bagaimanapun juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kumala tetap mengucapkan terima kasih atas kesanggupan jin


yang usianya jauh lebih tua darinya itu. Sikap baiknya Kumala
yang ikut-ikutan memanggil 'paman' padanya itu, membuat Jin
Gantranoya semakin berapi-api menjalankan tugasnya,
semakin merasa sangat bertanggung jawab terhadap
keamanan danau tersebut.
Bagi Kumala tertutupnya danau keramat itu bukan
penyelesaian yang melegakan, melainkan justru awal dari
tugas beratnya menciptakan bayangan 'gerhana bercinta' di
wajah kuning rembulan Belum lagi jika ia berada dalam
keadaan tepat terang bulan purnama penuh, ia justru tak bisa
berbuat apa-apa. la harus mengurung diri di dalam kamarnya,
karena pada saat bulan purnama penuh itu sosok
penampilannya sebagai gadis sexy menggiurkan setiap lelaki
itu akan berubah menyeramkan. Kumala menjadi seekor ular
hijau bersisik emas sebesar pohon kelapa, tapi kepalanya
tetap kepala gadis cantik berambut panjang terurai.
Perubahan itu sampai sekarang masih dirahasiakan dari siapa
pun, selain orang-orang terdekatnya yang mengetahui;
Sandhi, Buron, Mak Bariah dan Pramuda. Perubahan yang
selain menyeramkan juga akan membuatnya sangat malu itu
terjadi selama semalam suntuk, dari maghrib hingga fajar
menyingsing.
Sedikit keberuntungan ada di pihak Dewi Ular. Malam bulan
purnama masih kurang beberapa hari lagi. Kumala punya
waktu untuk mengambil tindakan dan menentukan sikap
sebelum malam bulan purnama tiba. Tapi kali ini sikap yang
harus ditentukan adalah sesuatu yang amat sulit baginya.
Bercinta, mungkin saja bisa ia lakukan, karena ia wanita yang
normal; punya gairah dan punya selera bercumbu. Tapi
haruskah ia korbankan kesuciannya sebelum menemukan
cinta sejati? Lagi pula, bercinta dengan siapa dirinya nanti?
Pria mana yang pantas menjadi pasangan bercintanya nanti?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Rayo...?!" deas hati kecilnya. "Ya, ampuun... alangkah


memalukannya kalau sampai aku mengajak Rayo bercinta?!
Alangkah hina dan rendahnya harga diriku sebagai gadis
bidadari putri keluarga Kahyangan di mata seorang pemuda,
manusia biasa seperti Rayo? Lagi pula, belum tentu Rayo me-
miliki cinta sejati yang kubutuhkan dalam hidupku mendatang,
agar aku bisa diterima menjadi penghuni Kahyangan seperti
para leluhurku itu."
Seandainya Rayo Pasca memang memiliki cinta sejati yang
dicari-cari selama dalam pengembaraan sebagai gadis bumi,
barangkali Kumala akan berkorban demi menghindari
malapetaka yang dapat ditimbulkan dari danau keramat itu,
tentunya setelah ia meminta pertimbangan kedua orang
tuanya; Dewa Permana dan Dewi Nagadini. Tapi jika ternyata
Rayo Pasca bukan pemilik cinta sejati, alias bukan calon
jodohnya sesuai suratan takdir, apakah Kumala tetap harus
menyerahkan kesuciannya kepada pemuda tampan yang
sering membuat hatinya berdebar-debar indah itu?
"Rayo memang romantis, tapi hanya dalam kata-kata.
Dalam prakteknya dia pria yang dingin. Dia belum pernah
menciumku."
"Sekalipun mencium pipi atau kening, apakah belum
pernah?"
"Belum," jawab Kumala lirih, bernada sedih dan malu-malu.
la bertimbang rasa dengan Buron, dan memang hanya Buron
yang mengetahui pangkal persoalan pribadinya saat itu.
Kepada yang lain, Kumala masih malu berkeluh kesah masalah
itu.
"Rayo memang pernah mengusap bibirku dengan jarinya,
mengusap pipiku dengan punggung tangannya, tapi
kutunggu-tunggu sampai sekarang ternyata ia belum mau
menciumku. Lantas, bagaimana mungkin aku berani bicara
padanya terus terang 'gerhana bercinta' itu, coba?! Malu
kan?!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memang susah. Rayo sendiri payah. Sebagai lelaki nggak


punya keberanian mencium kekasihnya."
"Kurasa.. dia bukan nggak punya keberanian Tapi terlalu
hati-hati menjaga etika pergaulan. Aku tahu, dia hobby
memanjakan wanita. Aku merasakan getaran gaibnya, bahwa
ia sangat sayang kepadaku. Tapi dia bukan lelaki yang nakal.
Jadi, baginya cinta itu bukan birahi, tapi keagungan jiwa yang
saling menyayangi dan mengasihi."
"Barangkali... itulah tanda-tanda cinta sejati, Kumala."
Gadis cantik anggun itu menarik napas dalam-dalam.
"Belum tentu juga, Ron. Pria yang memiliki cinta sejati dan
menjadi calon jodohku adalah pria yang memiliki beyangan
berwarna biru jika tubuh nya terkena sinar bulan purnama.
Padahal selama ini, aku tak pernah bisa melihat apakah dia
memiliki bayangan biru atau tidak, karena di saat bulan
purnama itu aku justru mengurung diri dalam kamar dan tak
berani keluar atau mengintainya dari balik jendela. Aku takut
ia justru kabur ketakutan melihat perubahan wujudku di saat
malam bulan purnama tiba."
"Kalau begitu, tunggu sampai bulan purnama tiba Kulihat
nanti bayangan Rayo dalam sinar bulan, apakah berwarna biru
atau... "
"Nggak bisa itu, Ron! Apa kamu lupa, bayangan biru itu
hanya bisa dilihat oleh mataku sendiri? Mata orang lain nggak
akan bisa melihat warna bayangannya."
"O, iya, ya..,," gumam Buron sambil mendesah "Wah. repot
juga kalau begini," Buron berdecak sambil geleng-geleng
kepala. Tapi ia tampak ikut memikirkan persoalan itu dengan
sangat serius.
"Rasa-rasanya.. " kata Kumala lagi setelah sama-sama
tertegun dalam kebisuan sesaat. "... aku perlu bicarakan hal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ini kepada ibu Aku akan memanggil ibu untuk datang ke bumi,
Ron!"
"Menurutku, itu gagasan yang terbaik. Aku sangat setuju."
Maka, dengan tata cara khusus Kumala Dewi pun
melakukan komunikasi supranatural dengan sang ibu di
Kahyangan. Dewi Nagadini mendengar panggilan anaknya,
sehingga bidadari cantik dan sedikit jenaka itu pun turun dari
Kahyangan menemui putri tercintanya.
Malam itu hanya Kumala dan Buron yang masih melek.
Mereka berada di pendapa belakang rumah. Sandhi dan Mak
Bariah sudah tertidur nyenyak sejak pukul sembilan tadi,
karena terkena pengaruh hawa sirep dari Buron yang punya
inisiatif sendiri melakukan hal itu, sebab ia tahu Kumala butuh
bicara empat mata dengannya. Supaya percakapan mereka
tak didengar Sandhi dan Mak Bariah, diam-diam Buron
menggunakan aji sirep, membuat mereka tertidur tanpa bisa
menahan rasa kantuknya lagi.
Maka ketika Kumala memanggil ibunya, Mak Bariah dan
Sandhi tak mengetahuinya. Dua orang itu tak melihat cahaya
biru lebar turun pelan-pelan dari langit berbintang jarang.
Seraut wajah cantik persis wajah Kumala Dewi dengan
kemudaan dan lagak yang serupa juga, tampak sedang
bergerak turun. Dewi Nagadini yang berambut panjang itu
mengenakan jubah putih halus dan lembut melebihi kualitas
sutera mana pun. la mengenakan mahkota berbintang 12,
putih kebiru-biruan warnanya.Bidadari jelita itu berdiri di atas
rembulan, disangga naga berkepala tujuh, bermata hijau pijar.
Aroma wewangian lembut menawan, seperti cendana
bercampur pandan, mulai menyebar memenuhi seluruh bumi.
Ketika naga berkepala tujuh dan rembulan yang menjadi alas
kakinya menyentuh tanah, kedua wujud itu lenyap. Cahaya
biru cerah pun padam. Tinggallah sesosok wanita cantik
bertubuh sexy, berkulit selembut busa salju, dengan dada
sekal dan pinggul indah, tersenyum memandang putrinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lesung pipit di pipi membuatnya semakin tampak memukau


mahluk berjenis lelaki atau jantan dari bangsa manusia
maupun yang bukan manusia.
Buron selalu terbengong melompong memandangi Dewi
Nagadini sebelum dewi itu menapakkan kakinya ke tanah,
sebab ia sangat terkagum-kagum dengan kecantikan bidadari
tersebut yang menyerupai saudara kembarnya Kumala Dewi,
Tingginya, senyumnya, matanya, bibir ranumnya, semuanya
persis Kumala. Bahkan tidak kelihatan beda usia. Muda dan
selalu ceria Suara pun sama dengan suara anaknya. Yang
membedakan adalah kejenakaannya, membuat Dewi Nagadini
sering tampak lebih lincah dan lebih konyol dari putrinya
sendiri.
"Hayyy... putri cantikku," sapanya dengan riang. "Ada apa
kau memanggilku, Baby?"
Kumala dan Buron bersujud memberi hormat, tapi sete lah
itu Kumala tegak kembali. Biasa. Bahkan ketika Dewi Nagadini
menghampirinya, Kumala lebih dulu mencium pipi ibunya
dengan penuh kasih sayang dan nada-nada manja.
"Wow...?! Ada apa nih, kok wajahmu membias merah
jambu? Sedang kasmaran, ya?" tegur sang ibu menggodanya
dengan gaya wanita bumi.
"Uhhhmmm...! Kasmaran?!" Kumala mencibir manja. "Apa
Ibu nggak tahu sih kalau di sini ada peristiwa yang bikin
heboh sampai kepada penghuni alam gaib juga ikut heboh?!"
"Oooo... pemuda tampan itu, maksudmu?" sambil mata
Dewi Nagadini melirik penuh goda, sementara anaknya yang
dilirik justru menatap sang ibu yang menjauh dan bersandar
pada pagar pendapa.
"Kok pemuda tampan sih yang Ibu terka?"
"Habis, mau yang nggak tampan? Buat apa dibicarakan?"
sambil tangannya melambai genit. Barangkali kegenitan ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

juga menjadi salah satu perbedaan antara Dewi Nagadini dan


Dewi Ular, anaknya. Sang ibu memang sering bergaya genit
genit centil, tapi tidak murahan. Malahan sering bikin gemas
lawan jenisnya. Sementara sang anak hampir tak pernah
berlagak secentil itu. Lebih mengutamakan penampilan yang
kharismatik dan anggun, namun tetap sama-sama bikin mata
lelaki sulit berkedip.
"Kumala, kamu tidak perlu risau dan tidak perlu cemas
terhadap pemuda tampan itu. Dia panglima laut yang tersesat
dari zaman ribuan tahun yang lalu. Dia memang sedang kacau
otaknya, karena pada saat ini masih merasa sedang berada
dalam peperangan besar. Perang itu lebih besar dari Perang
Dunia yang pernah melanda bumi ini, Kumala. Perang itu
adalah perang antar bintang, menggunakan senjata-senjata
dahsyat yang lebih hebat dari senjata zaman sekarang.
Peradabannya memang jauh lebih maju dari peradaban
sekarang, Kumala. Karena, memang sekitar 15 ribu tahun
yang lalu, tingkat kepandaian mahluk bumi dan gugusan
bintang lainnya itu sangat tinggi... "
"Ibu, maksudku...."
"Tapi justru tingginya tingkat kepandaian mereka itulah
yang membuat bumi menjadi hancur. Tiga kali lho bumi ini
dilanda bencana besar yang disebabkan karena perang antar
gugusan bintang Iih... gila-gilaan betul mereka pada
zamannya. Bencana perang adu peralatan super canggih
itulah yang membuat bumi menjadi hancur, sepi, berantakan
sekali. Hampir habis binasa semua mahluk dimuka bumi ini.
Sisa-sisa yang masih selamat lari sembunyi ke perut bumi, ada
juga yang melarikan diri ke gugusan bintang Iainnya. Peristiwa
itulah yang membuat negeri si tampan itu hancur dan
tenggelam ke dasar lautan. Tapi si tampan belum sempat
mengalam i kehancuran itu sudah lebih dulu gugur di angkasa.
Kapalnya yang bisa terbang itu dihantam musuh sampai
hancur jadi debu. Beberapa tahun kemudian, barulah pulau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempat asal si tampan itu tenggelam ke dasar laut bersama


kota-kota besar Iainnya. Lalu, bumi diselimuti salju bertahun-
tahun lamanya. Kemudian,barulah tumbuh kehidupan baru
yang merupakan leluhur manusia zaman sekarang. "
Kumala cemberut kesal mendengar ibunya nyerocos terus,
seperti sok tahu. Tapi itu memang kebiasaan Dewi Nagadini
dalam mengganggu putrinya supaya cemberut, karena ia suka
melihat putrinya sewot dan bersungut-sungut Biasanya setelah
itu ia punya hadiah untuk menghibur sang putri. la bahagia.
dalam tawanya melihat putrinya tutup kuping dengan kedua
tangan dan buang muka sambil merengut Lalu, sang putri pun
dipeluknya dari belakang dan diciumnya dengan gemas.
Cubitan di pipi Kumala bikin gadis itu menggeram jengkel
sampai merengek dalam sentakan kaki berkali kali. Dewi
Nagadini berlari sambil menertawakannya.
Itulah kebahagiaan dari istri Dewa Permana. Suasana
seperti itu jarang sekali ia temukan, karena di Kahyangan ia
hanya hidup bersama suaminya, tak memiliki anak lagi.
Jengkel karena digoda ibunya seperti anak kecil saja,
Kumala Dewi segera menjentikkan jarinya di udara. Lalu,
hujan turun seketika Breesss...! Sang ibu yang tertawa-tawa di
taman terbuka menjadi kehujanan. Sang ibu menjerit dan
berlari masuk ke pendapa kembali. Hujan reda seketika. Tapi
Dewi Nagadini masih jejingkrakkan lantaran sekujur tubuhnya
basah kuyup, demikian juga pakaiannya.
"Yaaah, Kumala... kelewatan, ih! Kelewatan kamu ini, ah!
Basah semua kan?! Aduuh... rambut ibu juga jadi basah
begini. ..! Ih, ih, iiihh...!"
Ganti Kumala yang tertawa cekikikan, tampak bahagia
sekali melihat ibunya seperti habis terjebur ke empang. Buron
tak berani menampakkan tawa gelinya. la menundukkan
kepala. menyembunyikan bibirnya yang tersenyum menahan
tawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Syukurin, syukurin, syukurin...! Dandanan Ibu amburadul


begitu, rasaiiin...!" ledek sang anak.
Melihat anaknya sudah puas membalas godaannya tadi,
Dewi Nagadini segera memutar tubuhnya dalam posisi tetap
berdiri tegak. Wuurrsss...!Angin besar menerjang Kumala dan
Buron. Mereka hampir ikut terhempas. Angin itu cepat reda.
Dan, ternyata keadaan Dewi Nagadini sudah kering kembali.
Rapi dan cantik seperti tak pernah terguyur air setetes pun.
"Weee... kering lagi!" ledek Dewi Nagadini.
"Uhh, nanti kuturunkan hujan debu hitam, tahu rasa Iho..."
"Debu hitam? Siapa takuuut...?!" sambil Dewi Nagadini
melenggok segenit mungkin, membuat putrinya
menghamburkan tawa geli sambil memeluknya. Canda
kerinduan itu cukup sampai di situ. Dewi Nagadini mulai
menanggapi keluh kesah putrinya dengan serius. tapi santai.
Tidak tampak tegang.
"Apa yang dikatakan Nini Ganjarlangu itu benar, Kumala.
Kekuatan gaib tinggi Tirta Candrawulan memang hanya bisa
diatas i dengan munculnya bayangan 'gerhana bercinta'. Cara
lain tidak ada yang bisa dipakai untuk menghisap habis prana
tua bawaan si panglima tampan dan anak buahnya itu."
"Tapi, masa harus aku yang bercinta di depan rembulan
sih, Bu?"
"Siapa lagi yang memiliki hawa kasmaran Buana Puber
selain dirimu, Kumala. Sebab, cuma kamulah anak tunggal
dewa Kahyangan."
"Tapi, Ibu.. ," Kumala murung sedih. "Mahkota kesucian
dewani tidak akan kulepas kepada pria yang bukan calon
jodohku, Bu."
"Siapa bilang harus melepas mahkota kesucian dewani?!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajah murung Kumala berubah cerah. "Jadi.. jadi


bagaimana dong?"
"Hanya bercumbu, hanya bermesraaan, hanya
membangkitkan hawa kasmaran bercinta, tidak harus merusak
mahkota kesucian dewani T erbakar gairahmu, mengalir hasrat
asmaramu, terpancar sudah kasmaran Buana Pubermu. Itu
saja cukup. Jangan sampai merusak kesucianmu, Sayang."
"Ooo... cuma begitu?!"
"lya. Yang dipentingkan adalah hawa pubermu menyatu
dengan cahaya rembulan, dan menjadi getaran sakti penyerap
prana tua itu."
"Oooo...," Kumala berseri-seri menatap Buron, dan Buron
pun ikut manggut-manggut dengan wajah ceria. Hatinya ikut
lega., Namun keceriaan itu surut kembali dari wajah Kumala.
la bergelayutan di pundak ibunya, seperti adik kembar
bergelayutan manja di pundak kakak kembarnya.
"Tapi, Bu... "
"Apa lagi?" sang ibu berlagak galak, tapi jelas hanya pura-
pura.
"Lalu, pria mana yang harus menjadi pasangan
kemesraanku nanti? Aku kan nggak punya.. "
"Lho, yang berperawakan gagah, tampan dan setia
mengasuhmu setiap hari ini, siapa? Bukan kekasihmu?"
"Rayo. maksudnya?"
"Siapa lagi kalau bukan dia?"
"Aah...," Kumala merajuk, antara malu dan geli. "Aku
nggak bisa mengawalinya, Bu. Nanti disangka aku cewek
murahan?!"
"Kalau begitu...," kata Sang ibu setelah diam sesaat.
"Biarlah ibu yang mengaturnya. Ibu bisa kok."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bisa apaan? Maksud Ibu mengatur bagaimana?!"


Sang ibu hanya tertawa sambil bergegas pergi.
Blaass...!
Tembok ditembusnya. Malam diterobosnya. Sang ibu
melayang cepat. Pergi entah ke ma- na. Kumala dan Buron
sama-sama bingung dan tegang. Mereka saling tak mengerti,
apa yang akan dilakukan oleh Dewi Nagadini itu?
(Oo-dwkz-234-oO)

6
MALAM itu, Rayo Pasca punya pekerjaan yang tak dapat
ditangguhkan la lembur di kantor bersama team risetnya.
Salah satu materi penelitiannya adalah mineral yang
terkandung dalam air danau tersebut. Tadi siang, Rayo
sempat mengambil air danau sebanyak satu botol Agua. Tentu
saja dengan menggunakan peralatan lengkap dan sangat
aman, tak sampai menyentuh kulit. Tanah dan tumbuh-
tumbuhan jenis rumput yang ada di sekitar danau juga
diambilnya sebagai materi penelitian. Maka, ketika Kumala
menelepon ke rumah Rayo, gadis itu tak berhasil bicara
dengan staf ahli bidang riset itu.
"Dia lembur di kantornya, Kak. Coba saja hubungi HP-nya,"
kata Luvi, sepupunya Rayo yang sedang bermalam di rumah
pria bujangan itu. Tapi ternyata Kumala gagal juga
menghubungi Rayo di kantor, sebab penerima telepon
mengatakan bahwa Rayo berada dalam lab, dan tak bisa
diganggu. Handphone juga tak diaktifkan.
"Apakah mesti kususul ke kantor juga nih?!" desis Kumala
dalam pertimbangannya, sebab ia masih dibuat bingung
derigan maksud kepergian sang ibu tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi menjelang pukul dua belas tengah malam, dering


telepon di rumah Kumala berbunyi. Kumala sendiri yang
mengangkat telepon tersebut. Ternyata bukan dari Rayo,
melainkan dari Niko Madawi, mantan pacar yang tetap
menjalin hubungan persaudaraan dengan baik itu Karena
itulah Niko tak merasa segan walau harus menelepon Kumala
hampir tengah malam, karena Kumala sendiri sudah sering
mengalami hal itu, dan tetap saja dilayani dengan baik, tak
peduli teman sendiri atau orang lain yang membutuhkan
pertolongannya.
"Apa, Nik? masih di mana kamu semalam ini? Diskotek,
ya?"
"Aku di ruang editing, di studio. Ada keanehan dalam
komputerku, Dewi."
"Keanehan dalam komputermu?" Kumala tertawa pendek.
"Ngaco aja kau ini. Apa kau pikir aku teknisi komputer?"
"Bukan begitu... ini menyangkut namamu, Dewi."
"Lho kok bawa bawa namaku segala sih?"
"Maranya dengar dulu penjelasanku Aku sendiri bingung
nih!" Niko agak ngotot, terdengar getaran suaranya yang
menandakan sedang menahan ketegangan dalam hatinya.
Niko menjelaskan keanehan dalam komputernya. Ketika ia
mengaktifkan komputer dan membuka dengan password
pribadi, maka yang muncul dalam layar menitor hanya sebuah
kalimat yang berbunyi:
"ADMIRAL DEVO CARDEAS, DESTROYER 233 ZG
HELIGOLAND ... SOS ... SOS ... SOS ... KUMALA - OUT "
"Kucoba menggunakan internet kantor, ter nyata semua
homepage yang kupanggil menampakkan tulisan seperti itu.
Semua file hanya berisi tulisan tersebut."
"Hmmm, begitukah? Coba kugunakan internetku, ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru saja gagang telepon diletakkan, deringnya sudah


terdengar lagi. Kali ini dari Nandia, seorang foto model yang
termasuk pula seorang pengusaha muda.
"Kumala, masa' internetku mengalami trouble aneh lho.
Setiap aku mengakses home page mana saja yang keluar
kata-kata yang nggak kupahami. Tapi ada namamu tertulis di
situ: Kumala - out."
"Baru saja aku mendapat kabar yang sama. Nanti akan
kuhubungi lagi kau, Nandia. Yang jelas, itu bukan
pekerjaanku."
Kumala Dewi segera membuktikan sendiri . la membuka
komputernya, menggunakan password khusus, dan yang
keluar adalah tulisan seperti yang dikatakan Niko. Tak berapa
lama Rayo telepon juga.
"Tolong buka password-mu, Lata."
"Ya, aku sudah tahu."
"Rupanya Devo telah menguasai jaringan internet, dan
dengan cara khusus dia mampu mensabot instalasinya."
"Kurasa saat ini dia benar-benar stress. O, ya.. ay,
apakah...."
"Sebentar, sebentar... sorry, ada sedikit kekacauan di lab.
Nanti kuhubungi lagi, Lala."
"Ray ..! Raaay ...! Hallooo...?!" Rayo sudah lebih dulu
memutus saluran teleponnya Kumala mendesah agak jengkel
karena belum sempat menyampaikan maksud hatinya. Tapi
tiba-tiba ia harus beralih pikiran, karena suara Buron agak
mengejutkan hati.
"Hey, lihat.. sekarang semua teve nggak bisa siaran,
Kumala. Yang ada cuma tulisan seperti di komputer tadi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Wow...?! Luar biasa!" geram Kumala. "Apa maksud


panglima nyasar itu?! Berarti dia sudah mampu menguasai
jalur satelit dong?!"
"Namamu jelas sekali dan bisa dibuat berkedip-kedip tuh!"
"Gawat! Bisa melebar seluruh jaringan internasional nih.
Mudah-mudahan saja dia cuma menguasai parabola dan
jaringan khusus di sekitar Jakarta. Jangan sampai ke mana-
mana deh. "
"Apakah kamu nggak bisa menggeser kemampuannya?!
Coba dong, masukkan kekuatanmu melalui jaringan yang
sama!" pancing Buron sengaja membangkitkan emosi Kumala
dewi. Gadis itu diam, tertegun.
Banyak yang menelepon Kumala, banyak yang mengetahul
tulisan itu dari seseorang yang bernama Devo; yang tidak
menghendaki Kumala ikut campur urusannya. Tapi tidak ada
yang mengetahui di mana Devo saat itu berada, kecuali hanya
seorang wanita konglomerat yang namanya sudah cukup
dikenal di kalangan wanita karir. Dia pemiiik pusat ke hidupan
dan aktiv itas kaum jetzet, berupa gedung megah yang terdiri
dari 26 lantai. Di sana terdapat plaza, hotel, apartemen, pusat
kebugaran dan sebagainya Termasuk cafe, night club, panti
pijat atau hiburan malam lainnya yang digandrungi para
cukong berkantong tebal.
Kompleks aktiv itas para eksekutif bergaya trendy itu
bernama: Vega lmperium. Diambil dari nama pemiliknya,
janda dari almarhum konglomerat kondang yang dikenal
dengan panggilan Oom Naban itu, sang Janda bernama:
Nyonya Vega. Berusia sekitar 38 tahun, tapi masih tampak
muda dan cekatan. Rambutnya yang selewat bahu agak
berombak itu serasi betul dengan bentuk kecantikannya yang
berhidung mancung, bermata kebiru-biruan terkesan galak,
memiliki tahi lalat kecil di bawah mata kirinya dan berkulit
putih mulus. Tubuhnya yang mencapai tinggi 170 cm itu selalu
tampak sexy, sekal, dengan dada montok berbentuk indah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menantang gairah. Nyonya Vega yang selalu tampil eksklusif,


proposional dan memiliki kharisma ketegasan sikap itu,
memang tergolong wanita super sibuk dengan multi bisnisnya,
sehingga bertempat tinggal tak tetap.
Ke mana-mana ia lebih sering didampingi oleh dua
bodyguard. Salah satu pengawalnya itu bernama Yonggi,
berperawakari tinggi, gagah, kekar dan sedikit emosional.
Nyonya Vega sendiri juga tergolong wanita yang emosional
dan sedikit egois, namun tak pernah membuat pengawalnya
jenuh mengabdi padanya dengan penuh kesetiaan, karena
jaminan hidup mereka dijamin mutlak oleh Nyonya Vega.
Maka tak segan-segan para pengawalnya itu memberi jaminan
nyawa demi keselamatan wanita cantik yang sangat terhormat
di lingkungan bisnisnya itu. Secara tak langsung, Nyonya Vega
sendiri mempunyai pengawal gaib bayaran, yaitu paranormal
cantik yang pernah menolongnya lolos dari maut: Kumala
Dewi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "IBLIS
PEMANGSA BAYI").
Vega Imperium juga memiliki convention hall untuk
berbagai keperluan. Sudah tiga hari ini tempat tersebut
digunakan untuk menggelar promosi salah satu bidang bisnis
yang ditangani Nyonya Vega. Perempuan itu sendiri yang
mengadakan pameran komputer produk terbaru dari beberapa
merek yang dimulai bulan depan akan beredar di pasaran
bebas. Kebutuhan Nyonya Vega pemegang lisensi merek-
merek tersebut di Indonesia, sehingga ia merasa perlu
memperkenalkan produk itu melalui pameran yang diadakan di
convention hall tersebut.
Tadi siang, Nyonya Vega menyempatkan datang ke ruang
pameran. Hatinya agak getir, karena pengunjung yang hadir di
situ tidak sebanyak yang dibayangkannya. "Justru makin
berkurang dari dua hari sebelumnya. Wajah cantiknya tampak
murung, menahan kedongkolan hati, membuat
temperamennya jadi tinggi. Berbagai kecaman dilontarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada team yang menangani penyelenggaraan pameran


tersebut. la tampak uring-uringan ke sana kemari, seolah-olah
semua orang yang menangani pameran tersebut melakukan
kesalahan. Bahkan sampai pada petugas cleaning service ikut
kena omelannya. Ia jelas-jelas tampak stress di s iang itu.Pada
saat itulah ia bertemu dengan seorang pengunjung berwajah
tampan dan masih muda, bertubuh atletis, dengan
penampilannya yang eksklusif sekali. Dari merek pakaian dan
sepatunya saja dapat diketahui bahwa pria muda itu memiliki
gaya hidup yang tinggi. Tak kentara sedikit pun kalau pakaian
dan termasuk sepatu sampai kaus kaki pria itu adalah hasil
curian dari sebuah butik yang letaknya tak seberapa jauh dari
Vega lmperium Pria tampan itu memang tak ada potongan
pencuri Bahkan caranya memandang dan menyunggingkan
senyum tipis membayang cenderung sangat mengesankan,
memiliki daya tarik luar biasa, sehingga siapa pun yang
berpapasan dengannya akan mena- ruh rasa simpati atau
merasa kagum secara diam diam.
Begitu pula dengan hati Nyonya Vega ketika sempat
bertatap pandang, desir halus yang menyentak di hatinya
membuat ia harus buru-buru menyembunyikan rasa kesalnya
sejak tadi. Sekalipun pemuda itu sudah berpindah pandangan
ke pada salah satu komputer pipih berlayar datar, namun
langkah kaki Nyonya Vega ternyata ikut- ikutan berhenti di
stand tersebut, dan sengaja memberi perintah kepada sales
promotion girl yang bertugas di stand tersebut, Seolah olah
Nyonya Vega ingin unjuk kuasa, bahwa dialah boss utama
yang mengadakan pameran komputer tersebut. Hanya saja,
perintah-perintahnya kala itu tidak disertai nada-nada kesal,
justru dengan penuh wibawa dan ketenangan yang
berkharisma.
"Anda tertarik dengan tipe ini?" Nyonya Vega membuka
jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pria kalem itu hanya tersenyum dengan kepala sedikit


manggut-manggut, matanya menatap sekilas ke arah Nyonya
Vega. Namun meski hanya sekilas, sudah cukup membuat
desiran indah dalam dada janda kaya itu semaldn besar
getarannya.
"Ini tipe yang terbaru dan memiliki keistimewaan terunggul
dibandingkan yang lain." tambah Nyonya Vega.
"Apakah ada yang lebih istimewa dan ini?"
"Ini yang paling istimewa."
"Saya butuh yang paling istimewa lagi dari ini."
Nyonya Vega tertawa sumbang. Karena mata pria itu
menatapnya, maka Nyonya Vega mulai bekerja dengan
nalurinya.
"Kalau mau yang paling istimewa lagi yaah... ada. Tapi
nggak dipamerkan di sini," pancingnya.
"Lalu, di mana saya harus mendapatkannya?"
"Sebentar...," Nyonya Vega mencari kertas, lalu menuliskan
alamat sebuah apartemen yang termasuk miliknya juga.
Kertas tersebut diserahkan kepada si pengunjung tampan
berambut agak panjang itu.
"Anda bisa melihat barangnya di atas pukul enam petang
nanti," lanjut Nyonya Vega dalam suara lirih Pria itu
membacanya sebentar, lalu manggut-manggut lagi sambil
melebarkan senyum dan menatap sekilas kembali.
"Terima kasih. Mudah-mudahan saya bisa melihat
barangnya hari ini."
"Calling dulu kalau mau datang."
Pria itu melirik nomor HP yang tertera di kertas itu, dan
manggut-manggut lagi,dengan kalem. Tenang sekali
penampilannya. Menggemaskan dan membuat kaum wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jadi penasaran padanya, termasuk si janda kaya berpinggul


lebar itu.
"O, ya. bisa saya tahu nama perusahaan tempat Anda
bekerja? Atau barangkali sekalian nama Anda sendiri?" suara
Nyonya Vega semakin pelan. Berdirinya lebih dekat lagi,
pandangan matanya ke arah lain, seolah-olah tidak sedang
bicara dengan pria itu. Lalu, terdengar suaraa pria itu
menjawab dengan suara pelan tapi jelas.
"Devo, itu nama saya. Destroyer 233 ZG Heligoland, itu
nama kapal saya."
"Oh, Anda seorang kapten kapal, rupanya?"
"Semacam itu," jawabnya pendek, sedikit agak terkesan
angkuh. Tapi hati Nyonya Vega merasa puas mendengarnya la
tak perlu menyebutkan nama, karena di kertas tadi ia sudah
mencantumkan namanya. Setelah itu ia berlagak sibuk dengan
manager promotion yang kebetulan me lintas tak jauh dari
tempat tersebut. Ketika itulah Devo pergi, seolah-olah tak
menaruh perhatian lagi pada Nyonya Vega.
Tapi sekitar pukul tujuh malam, Devo menelepon Nyonya
Vega. Perempuan itu sudah berada di apartemennya, sengaja
menunggu kabar dari Devo sambil mengakses internetnya,
mengaduk-aduk barang Galeries Lafayette, sebuah toko mode
di Paris.
"Okey, datang aja kemari, Devo. Hmmm, masuklah lewat
lobby samping dan gunakan lift D, soalnya lift itu tepat di
seberang ruanganku. Kamu nggak perlu melalui security
segala," kata Nyonya Vega memandu pria yang ditunggu.
Di luar dugaan ternyata kurang dari 3 menit Devo sudah
menekan bel tamu Nyonya Vega membukakan pintu dengan
sedikit terperanjat, tapi wajah cantiknya kelihatan lebih ceria
dan cerah.
"Cepat sekali? Dari mana kau meneleponku tadi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dari lobby samping," jawab Devo tetap kalem, terkesan


cool namun memancarkan keromantisan tersendiri. Aroma
wewangian yang sangat sensual tercium hangat oleh
pernapasan Devo. Gaun bergaya korset yang dikenakan
Nyonya Vega telah tertangkap makna nalurinya. Gaun itu dari
bahan lace dengan punggung dan pundak terbuka lebar-
lebar, sehingga kemulusan kulit tubuh Nyonya Vega
merupakan suatu perlambang keinginan hati wanita bersuara.
serak-serak basah itu. Devo hanya mengenakan T-shirt dan
celana pendek casual hasil curian juga yang membuat
penampilannya lebih santai, serta memiliki daya larik tersendiri
ketimbang saat bertemu di tempat pameran tadi.
"Charming sekali kau malam ini, Dev," sanjung Nyonya
Vega saat menuangkan Champagne untuk tamunya.
'Apa itu charming?" sambil Devo menerima gelas
minumannya.
"Menarik dan membangkitkan gairah sensual wanita.
Bukankah begitu arti sebenarnya, hmm?" Nyonya Vega
tertawa dalam suara serak-serak basahnya. Devo tersenyum
lebar, tawanya nyaris tanpa suara. Namun setelah meneguk
minumannya, suaranya terdengar jelas, ganti menyanjung
wanita bermata agak lebar itu.
"Nyonya malam ini juga kelihatan lebih sexy dengan gaun
itu."
"O, ya. ?! Sejak tadi hati kita sepertinya bicara dan saling
mengerti keinginan batin masing-masing. ya?"
"Sepertinya... memang begitu," jawabnya kalem, matanya
menatap teduh ke wajah Nyonya Vega Hati janda berbibir
sensual itu semakin berdebar-debar, apalagi jarak pandang
mereka kurang dari satu meter, sebab mereka duduk
bersebelahan. Saling menyamping agar bisa berhadapan.
"Kalau begitu... tentunya kau tahu betul apa yang
kuinginkan saat ini, Dev?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tahu Nyonya akan memperlihatkan barang yang saya


inginkan. Bukankah begitu?"
"Ya, memang ingin segera kutunjukkan padamu," jawab
Nyonya Vega dengan suara lirih, mulai parau. "Tapi... ada
syaratnya untuk melihaf barang yang kau inginkan itu, Dev."
"Apa syaratnya?" Devo ikut bersuara sedikit parau.
"Kau harus membuka bungkusnya sendiri."
"Okey. Di mana barang itu, biar saya buka bungkusnya
sekarang juga," sambil mata mereka tetap saling pandang.
"Hmm, kamu sudah nggak sabar juga rupanya?" jari
telunjuk Nyonya Vega mencolek pipi Devo.
"Sekadar mengimbangi ketidak sabaran Nyonya sendiri."
'Tajam sekali nalurimu," senyumnya mulai nakal, matanya
menjadi sayu. "Mau lihat barangnya sekarang juga, hmm?"
"Boleh. Di mana...?"
"Di balik gaunku ini," bisik Nyonya Vega, mata sayunya
makin menantang penuh keberanian.
"Harus saya buka lewat mana?"
"Terserah. Sudah lama tak ada yang membukanya," sambil
wajah cantik itu makin mendekat, makin redup kedua
matanya. Pipinya disentuhkan ke tangan Devo yang berada di
punggung sofa. Tangan itu bereaksi, mengusap lembut.
Merayap ke dagu, kemudian sedikit menarik ke depan agar
lebih dekat lagi dengan wajahnya. Dan, wajah pria tampan itu
akhirnya merapat. Bibirnya mengecup pelan-pelan sekali.
Ujung lidahnya menyapu bibir Nyonya Vega dengan gerakan
sangat lembut Ujung lidah itu akhirnya menerobos, masuk ke
dalam, diterirna lidah Nyonya Vega, kemudian saling memilin,
dan akhirnya bibir dan lidah Devo dilumat cepat oleh Nyonya
Vega. Devo melawan dengan irama yang sama.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aahhh...!" Nyonya Vega mendesah sepintas ketika lumatan


itu lepas dan sempat menyusuri sekitar pipi dan rahangnya,
kemudian karena kepala Nyonya Vega sedikit ditarik mundur,
maka bibir Devo berhasil dilumat kembali oleh kehausan
cumbuannya.
Tangan mereka ikut beraksi. Nyonya Vega menarik ke atas
T-shirt yang dikenakan Devo sehingga lepas dari batas celana
pendeknya. Tangan Devo menarik turun gaun Nyonya Vega,
yang ternyata tanpa penutup apa-apa lagi di baliknya. Maka,
sepasang bukit kembar yang sama besar dan sama hangatnya
menjadi sasaran kenakalan tangan pemuda itu. Bahkan begitu
indahnya cumbuan hangat Devo, sampai-sampai Nyonya Vega
terbuai dan mulutnya mendesis melampiaskan keindahan
bunga cintanya.
Devo ternyata layak dijuluki sebagai panglima perang
Dengan gagah berani, tegar dan besar semangat. ia
menggempur pertahanan musuh berkali- kati. Bahkan peluru
yang dihamburkan secara beruntun itu seolah olah tiada
pernah habis. Di puncak ia memberondong kemesraan
tertinggi Nyonya Vega, di puncak berikutnya ia
memberondong lagi, belum sempat terucap kata apapun ia
sudah kembali menghamburkan pelurunya. Begitu dan begitu
terus, hingga Nyonya Vega nyaris tak diberi kesempatan untuk
mengeringkan peluhnya.
"Ini suatu kemesraan yang belum pernah kudapatkan dari
pria mana pun," akunya dengan polos sekali. Napasnya
tersengal-serigal.
Setelah istirahat sebentar, beberapa saat kemudian Devo
memberondongriya kembali, sehingga reaksi yang timbul pada
perempuan itu adalah histeris dalam pelukan puncak
asmaranya.
"Oh, Deev... kau benar-benar pria dengan sejuta fantasi . !"
sanjungnya ketika perahu cinta mengikuti irama ombak yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tenang. Ciuman beruntun diberikan oleh Nyonya Vega,


pertanda ia sangat puas dengan kedahsyatan asmara Devo.
Nyonya Vega dibuatnya tak sadar telah menikmati
pelayaran cinta super indah hingga larut malam. Devo benar-
benar menunjukkan ketangguhannya sebagai seorang
panglima perang yang tak pernah kenal lelah dan tak pernah
bisa menyerah. Kekaguman Nyonya Vega terhadap pria yang
satu ini tak bisa dilukiskan lagi dengan kata. Meskipun telah
terkulai lemah, namun masih tetap dilayani oleh kehangatan
dan kemesraan Devo.
"Cukup... cukup dulu, Sayangku. Terlalu puas dan sangat
puas yang kudapat darimu. Aku ingin memilikimu, aku harus
memilikimu. Devo my dear. Berapa pun hargamu akan kubeli
malam ini juga!"
"Hanya dengan satu cara kau bisa membeliku..."
"Sebutkan, lekas. .! Sebutkan, bagaimana caranya?!"
"Rahasiakan diriku di sini dari siapa pun, dan beri aku
semua fasilitas yang kubutuhkan!"
Nyonya Vega diam sejenak, mencoba mencari tahu apa
maksud pemuda yang dikaguminya itu sebenarnya? Kenapa ia
sulit sekali menolak?
(Oo-dwkz-234-oO)

7
TERNYATA saran Buron memang ada benarnya. Dewi Ular
menggunakan kekuatan indera ketujuhnya, memasuki semua
jaringan internet, menerobos signal satelit dan menguasainya.
Akibat dari kemampuannya itu. maka semua layar komputer
jika diaktifkan akan muncul tulisan:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"DEVO, DATANG DAN KEMBALILAH. DESTROYER 233 ZG


HELIGOLAND, ADA DI TANGANKU. KUMALA DEWI."
Mungkin karena mendapat banyak penjelasan dan Nyonya
Vega, akhirnya Devo pun mencoba menghubungi Kumala di
siang harinya. Nyonya Vega lebih dulu bicara dengan Kumala
melalui jalur telepon genggamnya. Setelah itu baru Devo yang
bicara kaku kepada Kumala.
"Apakah dia berada di samping Nyonya saat ini?"
"Hmm. ya... begitulah, Kumala. Dia dalam keadaan stress
berat Perlu mendapatkan shock therapy. Kumohon jangan kau
salah persepsi tentang dirinya, Kumala."
"Apakah dia mau bicara dengan saya, Nyonya?"
"Okey, sebentar... Lalu telepon dialihkan kepada Devo.
"Hallo...," sapanya datar, seperti ragu-ragu
"Devo, kembalilah padaku. Kita bersahabat, bukan
bermusuhan."
"Kau telah mencuri pengetahuanku Kumala. Jika aku
berada dekal denganmu, lalu apa lagi yang akan kau curi
dariku Nyawaku?!"
"Sorry, itu kulakukan untuk dapat memahami dan
menolongmu keluar dari keganjilan geomagnetik-mu, Devo.
Kalau kau merasa kecewa, akan kukembalikan
pengetahuanmu yang kusadap hari itu."
Hening sebentar kemudian terdengar suara Devo pelan.
"Aku akan hancur kalau berada dekat denganmu, karena
kau memiliki sumber triton sangat besar. Energiku tak
sanggup bertahan menerima getaran gelombang suprasonic-
mu. Aku bisa terbakar!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Percayalah, aku dapat mengendalikan kekuatanku agar


tidak mencelakakan dirimu, Devo Akan kubantu kau pulang ke
tempat asalmu, dan mendapatkan kapalmu kembali.
"Apakah itu janjimu, Kumala"
"Ini sikap keprihatinanku terhadap seorang sahabat. Devo."
"Apakah aku harus mempercayai kata katamu?"
"Apakah di tempat ini ada yang lebih kau percaya selain
diriku?" Kumala ganti bertanya secara diplomatis, membuat
Devo berpikir cukup lama.
Baru saja Kumala selesai bicara dengan Devo, tahu-tahu
Rayo sudah muncul di serambi samping Kumala yang
mencemaskan pria itu semalaman segera menyambutnya
dengan senyum kelegaan.
"Kau membalas aksi pemuda itu, rupanya."
"Sudah kucabut kekuatanku dari jalur internet. Apakah kau
belum melihatnya?"
"Ya, memang sudah. Tapi para pengakses pengguna jasa
komputer merasa cukup dirugikan dengan aksi kalian berdua
itu, Lala."
"Aku mengerti. Tapi semua itu kulakukan karena sangat
terpaksa. Pemuda itu berbahaya kalau tidak segera
ditundukkan, Ray."
Rayo tersenyum lebar sambil duduk di sofa ruang tengah,
Kumala yang hari itu memang libur dari aktiv itas kantornya,
segera ikut duduk di samping Rayo. Pandangannya cukup
mesra, membuat Rayo sedikit kikuk menghadapinya.
"Jadi, kau sudah berhasil menundukkan Devo?"
"Mudah-mudahan dia tidak berubah pikiran lagi. Nanti dia
akan datang kemari dengan di antarkan oleh Nyonya Vega."
"Ooo, jadi dia selama ini bersembunyi di Vega lmperium?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Entah di mana saja, itu sudah tak perlu kita ketahui. Yang
penting aku sudah berhasil menundukkannya."
"Hebat. Sehari ini kau sudah berhasil menundukkan dua
pemuda."
"Dua pemuda?!"
"Devo dan aku sendiri."
Kumala tertawa kecil. Malu sekali. Tapi juga merasa heran.
"Kenapa kau bilang begitu?"
"Karena semua itu terbukti, kau memang hebat"
"Hebat bagaimana?"
Rayo menatap dalam senyum lembut. Tangannya
mengusap tepian rambut Kumala dengan sentuhan mesra
sekali.
"Semalam kau telah membuatku sadar, bahwa seharusnya
aku memang lebih berani lagi. Tak perlu takut padamu."
"Lebih berani bagaimana sih?"
Pemuda tampan yang siang itu tampil dengan busana
santainya itu tertawa kecil. Tapi wajahnya didekatkan,
sehingga hembusan napas dari hidungnya menghangat di
wajah cantik Kumala.
"Berani lebih mesra lagi padamu," bisiknya lirih sekali.
"Apakah aku berharap begitu; menurutmu?"
"Kau sendiri yang memintaku agar begitu."
"Kapan?"
"Semalam suntuk kita ngobrol di kamar tidurku, apakah kau
sudah lupa, Lala?"
"Semalam suntuk? Ngobrol di kamar tidurmu? Ooh,
celaka!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajah gadis itu menjadi merah akibat menahan malu dan


kesal hatinya. la bingung ingin mengatakan yang sebenarnya,
karena ia tahu bahwa bukan dirinya yang semalaman bicara
dengan Rayo, melainkan ibunya sendiri. Rayo belum tahu
bahwa Dewi Nagadini memiliki kesamaan rupa dan suara
dengan anaknya sendiri.
"Apa saja yang ia katakan tadi malam, Ray?"
"Yang ia katakan?! Ia siapa maksudmu?"
"Hmm, eeh... apa saja yang kukatakan tadi malam,
maksudku."
Rayo tertawa kalem. "Sudahlah, nggak perlu berpura-pura
begitu. Aku sudah tahu maksudmu dan bisa memahami
pribadimu yang sebenamya. Akan kubantu kau membebaskan
ancaman maut dari danau keramat itu, Lala."
"Apa yang bisa kau lakukan untuk membantuku? Kau pikir
mudah?"
"Menciptakan bayangan 'gerhana bercinta' bukan?"
"Oh, my God..!" Kumala semakin malu dan berdebar-debar.
"Ibu pasti sudah bicara banyak tentang diriku dan., dan pasti
dia telah merayu dengan... dengan.... aduh, kenapa jadi
begini s ih?!"
Kumala Dewi segera bergegas masuk ke kamarnya. Di sana
sang ibu masih tertidur dengan mengenakan baby doll milik
anaknya. Nyenyak sekali tidumya, karena Kumala tahu sang
ibu sampai ke kamar itu sekitar pukul enam pagi. Beliau
langsung berbaring dan tertidur lelap. Tak sempat menjawab
pertanyaan anaknya tentang dari mana dan apa saja yang
telah ia lakukan semalaman. Rupanya sang ibu semalaman
telah bicara banyak dengan Rayo dan menggerak kan hati pe-
muda itu agar mau terlibat dalam menciptakan bayangan
'gerhana bercinta'. Tapi sesungguhnya hal itu sangat
memalukan bagi Kumala. Belum lagi jika membayangkan ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang lebih dari sekedar ngobrol yang dilakukan Rayo dengan


tiruan dirinya itu, ooh. .. alangkah gundah dan gusar sekali
hati s i anak dewa pada siang itu.
Karena sang ibu dalam keadaan tertidur nyenyak, Kumala
tak berani membjingunkan. la terpaksa kembali menemui
Rayo di ruang engah dan langsung bertanya dengan suara
pelan.
"Apakah... apakah ada yang kita lakukan selain sekedar
ngobrol di kamarmu, tadi malam? Aku benar benar lupa, Ray."
"Kurasa... nggak ada!" tegas Rayo. Pasti sekali. Tidak
menyangsikan lagi. "Kita hanya bercanda dan bicara, tidak
lebih kan?"
Kumala bingung menanggapinya, akhirnya hanya manggut
manggut dengan pandangan mata menerawang. Sementara
itu Rayo menatapnya dengan penuh keheranan Kumala tetap
tak menceritakan tentang kehadiran ibunya. Bahkan Sandhi
dan Buron yang mau ikut menemui Rayo sudah wanti-wanti
lebih dulu untuk tidak menceritakan kedatangan Dewi
Nagadini ke rumah itu.
Buron sempat berbisik di ruang makan, "Tiga malam lagi
bulan purnama tiba, Kumala. Kau hanya punya waktu untuk
berpikir dua malam ini, Atau, kau akan membantu bayangan
'ge hana bercinta' selewatnya bulan purnama?"
"Aku ngerti, Ron. Tapi aku masih bingung mengawali bicara
dengan Rayo. Apalagi ibu sudah mendului terlalu berani
begitu, aku jadi malu pada dinku sendiri, Ron!"
"Bicarakan lebih serius lagi dengan Kanjeng Dewi. Pasti ada
saran yang lebih baik buatmu "
"Ah...!" Kumala mendesah, tampak bingung sekali.
"Ingat, nanti malam adalah malam Jumat Kliwon.
Bersiaplah menghadapi sesuatu yang tak kita inginkan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terutama tentang kekuatan gaib dalam diri Devo. Jangan-


jangan ada reaksi yang lebih keras lagi Kumala."
Kekhawatiran Buron memang wajar. Tapi Kumala yakin
Devo tidak akan beraksi lebih fatal lagi. Dia telah menyentuh
lubuk hati pemuda itu yang paling dalam lewat percakapannya
di telepon tadi. Rasa-rasanya Devo sudah bisa memahami
maksud baik Kumala dalam peristiwa alam yang menjadi
bencana tersendiri bagi Devo itu. Dan keyakinan Kumala
tersebut memang terbukti setelah kedatangan Devo bersama
Nyonya Vega.
Kumala Dewi buru buru menurunkan frekuensi gaibnya.
Devo tampak tenang dan lega. Mereka bicara di ruang tamu
bersama-sama dengan Rayo juga. Bahkan Rayo ikut
meyakinkan Devo tentang kemampuan maha saktinya Kumala
Dewi selama ini.
"Bukan hal sulit bagi Lala untuk mendapatkan kembali
kapalmu, Devo Percayalah, dia sangat mampu untuk
pekerjaan seperti itu."
"Aku memang tak tahu banyak tentang Kumala, kecuali
setelah mendapat penjelasan dari Nyonya Vega," kata Devo.
"Semula yang kurasakan hanyalah ambang kehancuran. Aku
akan hancur kalau terlalu lama dekat dengan sumber triton
terbesar. Baru sekarang kuketahui seseorang memiliki sumber
triton begitu besarnya. Itulah sebabnya aku harus
menyelamatkan diri darinya."
Kumala menyunggingkan senyum. Sesekali melirik ke pintu
kamar tidurnya Ia berharap ibunya masih tetap tertidur,
sehingga tidak mengacaukan perundingan yang sedang
berlangsung itu. Sebab jika Dewi Nagadini ikut berada di
antara mereka, Devo akan semakin takut hancur lagi.
Kekuatan 'triton' yang dimiliki Dewi Nagadini pasti lebih besar
dari yang dimiliki Kumala Dewi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yang perlu kau ketahui, danau itu sekarang menjadi danau


keramat. Memiliki kekuatan gaib tinggi karena memiliki
kandungan prana beribu-ribu tahun usianya. Bantulah aku
menetralisir danau itu agar tidak menjadi malapetaka bagi
insan di bumi, Devo."
"Baik. Akan kubantu, selama kau membantuku
mendapatkan kapalku kembali, Kumala "
Rayo berkata, "Kalau toh Kumala tidak berhasil
mendapatkan kembali kapalmu, dia tetap akan mampu
membawamu pulang ke Atlantik pada masa zaman es belum
terjadi Dia sangat mampu, Devo!"
"Mampu menembus bias waktu?!"
"Ya," angguk Rayo sangat meyakinkan "Bahkan dia mampu
berada di masa sebelum ibumu lahir."
"Buktikan kehebatanmu, Kumala "
"Aku tidak punya bukti," jawab Kumala datar, seperti tidak
ditujukan kepada Nyonya Vega: Devo tersenyum agak sinis.
Tapi tangan Kumala segera terulur ke samping. Tangan kanan
itu tiba-tiba hilang sampai sebatas siku. Nyonya Vega kaget.
Rayo tarperanjat, sementara Devo masih tetap tenang.
Tersenyum tipis. Sepertinya apa yang dilakukan Kumala hanya
suatu tontonan sulap kaki lima yang tidak mengherankan bagi
pemuda itu.
Tangan kanah itu kemudian ditarik kembali. Sluub...!
Seperti lolos dari sebuah lubang. Di tangan itu ternyata sudah
ada benda aneh yang setelah diperhatikan ternyata piringan
dari logam anti karat. Besarnya seukuran piling tatakan gelas.
Bentuknya cembung, mirip kulit kerang Benda itu memiliki
panel-panel yang mengelilinginya. Jika salah satu panel
ditekan, panel itu akan menyala dan dari dalam benda itu
keluar suara musik lembut.
"Suara musik apa itu?" desis Nyonya Vega.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Devo terperanjat sejak tadi. Mulutnya sedikit ternganga.


Mata pemuda itu memandangi benda tersebut tak berkedip.
Kumala segera meletakkannya di meja. Devo mengambilnya,
mengusap-usap dengan hati-hati sekali.
"Ini barang mainanku semasa aku masih kecil. Dari mana
kau mendapatkannya, Kumala?"
"Dari tempat tinggalmu, ketika si kecil Devo pergi menemui
mamanya di ruang belakang, dan benda mainan itu
ditinggalkannya di depan pintu. Di lantai. Maka kupinjam
sebentar untuk kuberikan padamu."
"Luar biasa?" desis Devo penuh kekaguman. "Aku sendiri
sudah tak tahu di mana benda ini berada, karena kumiliki
mainan ini ketika aku berusia...."
"Tiga tahun!" sahut Kumala dengan kalem.
"Ya, ya benar! Ketika aku berusia tiga tahun. Tapi.. tapi
dari mana kau tahu hal itu, Kumala?"
Rayo menyahut dengan bangga, "Dia tahu apa yang kita
tidak tahu!"
Rasa percaya Devo terhadap kemampuan Kumala semakin
bertambah besar. Mulutnya sudah tak bisa lagi mengucapkan
kata sanjungan atau pernyataan pujian apapun untuk Kumala,
karena merasa tak memiliki kata-kata lain lagi kecuali hanya
bisa bilang, "Fantastik sekali!"
Sejak itu Devo menampakkan sikap bersahabatnya. Namun
ia sangat terkejut sewaktu Nyonya Vega tiba tiba berkata
padanya.
"Biar begini-begini, Kumala ini sebenarnya anak dewa Iho."
"Apa...??! Anak dewa?!"
"lya. Asli dari Kahyangan. Ayahnya bernama Dewa
Permana, alias Dewa Poseidon."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hah, putri Dewa Poseidon.. ?!" Devo semakin kaget. Buru-


buru ia turun dari tempat duduknya, berlutut di lantai dengan
satu kaki, dan menundukkan kepala hingga badannya
membungkuk.
"Arerros Compaladea, Dewa Poseidon!" ucapnya tegas,
seperti mengucapkan hormat dan permohonan maafnya
kepada sang dewa. Tentu saja Kumala dan Rayo jadi
tersenyum menahan geli. Sementara itu, Nyonya Vega
terbengong bingung sendiri:
"Dari mana Nyonya mengetahui nama lain ayah saya:
Poseidon?!"
"Nggak tahu " Nyonya Vega menggeleng linglung. "Kok...
mulutku tiba-tiba saja bisa berkata begitu sih?!"
"Wah, nggak. beres nih," bisik hati Kumala. "Pasti
pekerjaan ibu dari dalam kamar, ikut bicara lewat mulut
Nyonya Vega!"
Ternyata kejadian itu membuat Devo semakin hormat dan
seolah-olah patuh kepada semua perintah Kumala. Tapi saat
itu Dewi Nagadini masih tetap tertidur. Mungkin hanya
jasadnya yang tertidur, tapi kesaktian rohnya tetap mengikuti
putrinya. Dan, suatu kebiasaan yang dilakukan Kumala, jika
ibunya sedang tidur, ia tidak pernah berani
membangunkannya.
Kebiasaan Dewi Nagadini kalau sudah tidur bisa lebih dari 8
jam lamanya. Buat Kumala, ada sisi keuntungan sendiri
melihat ibunya tetap tertidur, karena Devo tidak merasa
ketakutan dan Rayo tidak tahu kalau di rumah itu ada Kumala
lain.
Sekitar pukul lima sore, hujan mulai turun. Kumala agak
cemas, karena firasatnya mengatakan ada yang ganjil dalam
hujan itu. Mula-mula memang hujan tampak biasa-biasa saja.
Tetapi manjelang pukul enam petang, butiran hujan tidak
bening lagi, melainkan berwarna kemerah-merahan. Suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

guntur menggelegar di angkasa berkali- kali. Setiap cahayanya


berkerilap terasa menyengat dan menyilaukan mata Buron
yang punya firasat sama segera mendekati Kumala.
"Boleh aku menengok apa yang terjadi di balik hujan ini?"
"Pergilah, dan kembali secepatnya!"
"Bagaimana dengan Kanjeng Dewi?"
"Masih tidur. Biarkan saja."
Devo tetap asyik ngobrol dengan Sandhi dan Rayo,
sementara Nyonya Vega sudah pulang karena ada kesibukan
lain yang harus ia selesaikan. Tapi ia berjanji akan menjemput
Devo dan membawanya pulang kembali ke tempatnya!
Kumala membantu Mak Bariah menyiapkan hidangan untuk
makan malam nanti. Namun ketajaman indera keenamnya
tetap digunakan untuk memantau situasi yang ada. Sementara
itu, benaknya masih memikirkan tentang apa yang harus ia
lakukan di depan Rayo nanti jika pemuda itu mendesak
melakukan 'gerhana bercinta' Sampai saat itu Kumala belum
menemukan solusi untuk dirinya sendiri.
Blegaaarrr...!
Tiba-tiba langit seperti mau runtuh. Dentuman halilintar
begitu dahsyatnya. Devo berlari ke luar rumah. membiarkan
hujan mengguyumya. Tapi ia memandang ke langit dengan
kebingungan. Bahkan berlari ke halaman belakang dekat
pendapa. Dari sana ia berteriak.
"Kumala... mereka mengerahkan-skuadron halilintar! Bumi
akan dihancurkan, Kumala!"
"Devo ... masuk! Jangan hujan-hujanan begitu!" seru
Kumala.
"Tapi mereka menyerang bumi, Kumala!"
"Bukan! Bukan mereka yang datang! Masuklah, nanti kau
sakit!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rayo dan Sandhi ikut ke belakang. Sandhi diperintahkan


membujuk Devo untuk masuk ke pendapa. Rayo dan Kumala
segera menghampirinya ke pendapa. Mereka menenangkan
traumatik Devo tentang dentuman halilintar yang disangka
serangan dari luar angkasa itu.
Jlegaaaar. .!
Kali ini bumi bergetar hebat Beberapa dahan pohon ada
yang patah. Beberapa genteng ada yang rontok Barang
barang di dapur pun berjatuhan karena guncangan hebat,
seperti perahu membentur tebing karang. Kumala sendiri
semakin curiga dengan keadaan itu. Butiran hijau menjadi
semakin merah.
"Adaapa ini?!" gumam Sandhi setelah menyadari butiran
hujan bukan berwarna bening.
Bluubb...!
Seberkas sinar kuning datang dan meletup di belakang
Kumala, lalu berubah menjadi sosok pemuda berambut kucai:
Buron.
"Kumala, pamanku diserang pasukan iblis hingga
kewalahan!"
"Nah, apa kataku tadi?!" sahut Devo. Tegang kembali Rayo
dan Sandhi menenangkan lagi.
"Mereka ingin menguasai danau itu, Kumala! Pamanku
sendirian!" kata Buron dengan nada tegang juga.
"Okey, aku akan ke sana!"
Buron pergi dulu membantu Jin Gantranoya yang
menghadapi ratusan prajurit dari istana iblis itu. Kumala Dewi
sempat bertukar pakaian supaya punya gerakan lincah. Tapi di
kamar ia justru melihat ibunya terbangun setelah dentuman
ketiga terdengar dan mengguncangkan isi kamar kembali.
"Oh, bencana mulai datang rupanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ibu, apa yang harus kulakukan? Pasukan iblis menyerang


Jin Gantranoya, ingin menguasai danau itu!"
Tetap tenang Dewi Nagadini berkata, "Hentikan hujan!
Munculkan rembulan!"
Tiba-tiba hujan berhenti total. Sangat mengejutkan semua
orang. Petang yang sudah berubah malam mulai
menampakkan cahaya rembulan. Tapi dentuman halilintar
masih terdengar menggelegar, hanya saja tak sampai
mengguncangkan bumi.
"Kumala, ibu sudah membuka pintu hati Rayo. Sekaranglah
saatnya menciptakan bayangan 'gerhana bercinta',
Manisku...."'
Blegaaarrr...!
"Ta .. tapi aku nggak bisa, Ibu. Aku malu dan., dan..."
"Gunakan Aji Lintang Sewu dan Jangan gugup begitu, ah!"
"Aji Lintang Sewu...?!"
Blegaaarrrr. .! Bluuummm...!
"Kalau kau tak mau bercinta, cukup menggunakan Aji
Lintang Sewu-mu itu. Satu jelmaan dirimu dari seribu rupa itu
sudah bisa mewakilimu bercinta tanpa merusak mahkota suci
dewani. Sisanya dari yang seribu membantu Jin Gantranoya
mengalahkan pasukan iblis itu!"
"Ya, ampuunn... kenapa bukan dari kemarin Ibu bilang
begitu?"
"Ibu baru saja dapat petunjuk dari ayahmu, Sayang "
sambil sang ibu mencubit dagu anaknya Kumala Dewi
menggunakan Aji Lintang Sewu, yaitu sebuah kesaktian yang
membuat dirinya menjadi kembar seribu rupa. Sosok aslinya
tetap berada di kamar, sementara salah satu dari
kembarannya itu keluar dari kamar dan menemui Rayo.
Sisanya menyebar dalam bentuk cahaya hijau seperti naga,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menuju ke daerah danau keramat, dan membantu Jin


Gantranoya menghadapi pasukan dari istana iblis.
Plaaar, blaar, jleeegaaarrr...! Wwuuurrrrrr...!
Gemuruh suara memenuhi bumi adalah perlawanan dari
kembarannya Dewi Ular yang mendesak pasukan iblis agar
menjauhi danau tersebut. Udara di atas danau itu
menyemburkan percikan bunga api tiada henti. Orang-orang
di sekitarnya memandang dengan kagum dan ketakutan.
Sementara itu, Sandhi dan Devo terbengong melompong
melihat Kumala Dewi membawa pergi Rayo. Kedua tangan
Rayo bergenggaman dengan kedua tangan Kumala, lalu
keduanya melayang dalam posisi tetap berdiri berhadapan.
Makin lama makin jauh, arahnya menuju ke pancaran cahaya
rembulan. Dalam perjalanan itu Rayo mendengar suara
Kumala berbisik mesra padanya.
"Takutkah melayang begini, Ray?"
"Selama bersamamu tidak ada yang membuat ku bisa
ketakutan."
"Dinginkah tubuhmu?"
"Ya, tapi hatiku hangat, Lala."
"Mungkin lebih hangat kalau kau memelukku, Ray "
Maka Rayo pun memeluknya. Kumala masih berbisik,
"Ray...hangat lagi tubuhku, Ray.. ."
Maka sentuhan lembut pun terasa menghangat di pipi
Kumala. Sentuhan itu menjadi semakin mendebarkan hati
ketika Rayo merayapkan bibirnya hingga menyentuh bibir
ranum Kumala. Bibir itu dikecupnya pelan-pelan, lembut
sekali. Membakar gairah birahi keduanya.
Maka, tangan mereka pun mulai merayap, meremas, dan
semua dilakukan dalam kelembutan.Kemesraan itu
membungkam sejuta petir. Tak ada yanng berdentum lagi, tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada yang bergemuruh kecuali dada mereka dibakar api


asmara. Semakin jauh mereka melayang semakin dahsyat
perlawanan Kumala, sehingga gerak-gerak tubuh mereka
dapat terlihat dari permukaan bumi Orang-orang keluar dari
rumah, memandang ke arah rembulan. Bayangan hitam yang
menciptakan gerhana itu bergerak-gerak dalam tarian orang
bercumbu.
Lampu lampu jalanan menjadi indah dalam pancaran
sinarnya. Alam menjadi berseri-seri, sehingga warna hijau
daun tampak seperti kristal-kristal bening yang amat indah.
Butiran hujan di mana mana menyerupai hamparan berlian
yang amat mengagumkan. Hati tiap manusia di bumi pun
merasa diliputi kemesraan, sehingga yang memiliki pasangan
saling terangsang dengan pasangannya masing-masing. Suara
musik dan dentingan apa saja mengandung nada nada
romantis, membuat alam menjadi hanyut dalam keindahan
bercinta.
Pada saat itulah pancaran cahaya rembulan berubah
menjadi biru kehijau-hijauan Cahaya itu bening sekali, dan
enak dipandang mata Seakan membuat darah yang mengalir
di tubuh tiap manusia memiliki getaran asmara yang
membahagiakan jiwa. Hewan-hewan pun memperdengarkan
suara lirihnya, seperti ikut kasmaran oleh suasana yang amat
mengagumkan itu.
Dan, orang-orang yang berada di sekitar danau keramat itu
bukan hanya keluar rumah memandangi bayangan gerhana,
tapi juga melihat sejumlah cahaya ungu keluar dari
permukaan air danau. Cahaya ungu bercampur serpihan
kuning emas itu membentuk seperti pelangi. Melengkung
tinggi, makin lama makin mendekati rembulan, dan akhirnya
antara rembulan dan danau tercipta jembatan cahaya ungu
yang melengkung indah mengagum kan. Itulah saatnya Tirta
Candrawulan terhisap kuat-kuat oleh 'gerhana bercinta' di
angkasa biru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Luar biasa?!" desah Devo terkagum-kagum. "Benar-benar


dia anak dewa yang kami hormati di Atlantis sana, Sandhi!"
"Dia memang bidadari mulia. Heey... apa itu yang bergerak
turun? Seperti bintang jatuh, ya?!"
"Oh, itu... itu... sepertinya itu kapalku, Sandhi?! Oh, Dewa!
Telah kau kembalikan kapalku?! Benar kah begitu?!"
Cahaya ungu berbintik emas itu padam dari permukaan
danau. Tapi benda aneh itu tetap meluncur mendekati
permukaan air danau. Sementara bayangan 'gerhana bercinta'
sudah pudar Rayo Pasca dan Kumala Dewi kembali ke
halaman belakang dalam keadaan berkeringat dan acak-
acakan pakaian mereka. Kumala segera lari masuk ke kamar..
Seperti malu berhadapan dengan Devo dan Sandhi yang ingin
memberitahu ada benda aneh meluncur dari langit.
Sebelum mereka menyusul sampai ke depan pintu kamar,
Kumala sudah muncul kembali. Pakaiannya sangat rapi,
rambutnya pun rapi, tak terkesan habis bercumbu di
permukaan rembulan tadi. Mereka tak tahu, bahwa Kumala
yang muncul kali ini adalah Kumala yang asli, bukan salah satu
dari seribu kembarannya tadi.
"Kumala, ada benda aneh meluncur turun dari langit!" kata
Sandhi berapi-api.
"Itu kapalmu ,yang kutarik dari batas atmosfir kita, Devo!"
"Kalau begitu aku harus cepat-cepat ke danau itu. Kumala!"
Dewi Ular hanya menyentakkan jari tangannya. Blaab. !
Cahaya hijau menyergap mereka, tidak termasuk Rayo.
Mereka bertiga lenyap dari depan kamar. Tahu-tahu sudah
berada di tepi danau. Benda dari langit itu me luncur
menembus kedalaman danau. Jebuuur...! Sebentar kemudian
muncul sebagai roket, lalu mengembang dengan sendirinya
setelah dipandangi oleh kekuatan mata sakti Dewi Ular. Benda
itu menjadi berbentuk sebuah kapal aneh yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencengangkan semua orang. Devo segera naik ke atas kapal


itu dengan bantuan sinar hijaunya Kumala yang membentuk
jembatan atau tangga dari darat ke geladak kapal.
"Ini kapalku, Kumala! Aku telah mendapatkannya! Terima
kasih...! Terima kasih putri Dewa Poseidon...!" Devo
kegirangan sampai mau bersujud berkali-kali.
Claaap...! Kumala melepaskan sinar hijau patah-patah dari
jari tangannya. Udara di belakang kapal seperti robek,
memancarkan sinar biru bergelombang. Sinar itu pun makin
lebar menyerupai dinding besar, dan bagian tengahnya segera
berlobang menyerupai terowongan besar
"Devooo...! Selamat jalan, Teman...!!" seru Kumala sambil
melambaikan tangannya.
Devo masih belum mengerti maksud Kumala. Tapi ketika
dirasakan kapalnya mulai bergetar dan ingin bergerak, barulah
ia sadar bahwa Kumala akan mengirimnya kembali. Pulang ke
zamannya. Maka Devo pun melambaikan tangan sambil
berseru sedih, "Selamat tinggal...! Terima kasih, Dewiku...!
Selamat bertemu lagi...!"
"Hati-hati, Devooo...!!"
Blaaass...! Kapal itu lenyap seperti ditelan terowongan
bercahaya biru. Akhirnya cahaya itu sendiri padam. Danau
menjadi hening. Sunyi. Sang Panglima telah kembali ke
zamannya. Sayang, waktu itu Nyonya Vega tidak ikut
menghantar kepulangan Devo, sehingga janda kaya itu hanya
bisa merenung sedih saat mendapat kabar dari Kumala.
"Kumala, tolong... bantu aku ... Bantu aku untuk menyusul
kepergiannya, Kumala," pinta Nyonya Vega yang membuat
Kumala hanya tersenyum, Sandhi menyembunyikan tawa
gelinya, dan Buron berbisik pelan di belakang Kumala.
"Menyusul ke mana? Ke dasar lautan? Atlantik sudah
tenggelam kok mau disusul."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sssst...!" desis Kumala mengingatkan ucapan Buron.


Namun gadis itu jadi terperangah melihat ke arah depan. Di
sana ia melihat Rayo sedang berjalan berdampingan dengan
ibunya: Dewi Nagadini Tapi ketika Rayo memandang ke arah
Sandhi, ia terkejut karena di samping Sandhi ada Kumala juga
"Hahh...?! Ja... jadi siapa yang berjalan denganku sejak
tadi ini, Saaan...!!" seru Rayo dengan kebingungan dan
ketakutan.
Mereka menertawakan walau tak harus bersuara keras.
Rayo semakin tegang dan seperti orang linglung. Lucu sekali
mimiknya.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai