Anda di halaman 1dari 109

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Seri Dewi Ular-88Tara Zagita

Misteri Bencana Kiamat


Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Jisokam
Editor : Jisokam
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

MISTERI BENCANA KIAMAI


OlehTara Zagita
Serial Dewi Ular Cctakan pertama, 2004
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
0o-dw-234-o0
Seorang ahli nujum meramalkan akan kedatangan
kiamat dalam waktu dekat ini. Tanda-tanda kiamat pun
mulai tampak. Langit terbungkus awan jingga. Awan itu
beracun dan semakin rendah. akan membunuh setiap
kehidupan di muka bumi.
Kumala Dewi kebingungan mengatasinya. Ia minta
bantuan Dewa Argon untuk menangkaldatangnya kiamat
muda itu. Tapi di sisi lain, sedrang lelaki tua yang akrab
dipanggil Opa mulai menyebarkan aliran sekte Umat
Pilihan. Para pengikutnya dibawa kepondofe
keselamatan. Tetapi mereka harus memakan sepuluh
jantung manusia yang menolak menjadi pengikut Umat
Pilihan itu.
Opa mengaku sebagai Dewa dari Kahyangan. Ia tahu
kapan saatnya bencana kiamat datang. Tetapi ajarannya
yang menyesatkan membuat Dewi Ular harus segera
turun tangan, mereka yang dihadapi adalah pamannya
sendiri, yaitu Dewa Chonggunata, dewa penguasa
binatang buas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dapatkah Kumala mengalahkan kesaktian pamannya


sendiri jika benar Opa adalah jelmaan dari Dewa
Chonggunata ? Jawabannya ada dalam kisah bencana
kiamat yang menteror setiap manusia ini.
0o-dw-234-o0

1
SEANDAINYA siang itu Kumala Dewi ada di kantor,
seandainya ia tidak tidur siang, maka ia akan melihat
perubahan cuaca yang sangat ganjil di sekitar kota
Jakarta. Siang yang terang benderang tiba-tiba redup.
Cahaya siang menjadi remang-remang. Matahari tertutup
mendung. Bukan mendung hitam.
Awan datang berarak-arak. Entah darimana asalnya.
Tapi kehadiran sang awan menjadi pusat perhatian
hampir semua orang, karena awan yang datang adalah
awan berwarna jingga. Kuning kemerah- merahan.
Wajah langit menjadi berubah. Awan jingga semakin
lama semakin tebal. Maka, terpancarlah cahaya redup
yang sangat ganjil. Membuat bumi terasa berubah menj
adi ladang neraka.
Banyak orang yang berdiri bulu kuduknya memandang
langit rata terselimuti awan jingga. Banyak orang
bertanya-tanya, benarkah hal itu merupakan tanda-tanda
kiamat akan tiba ?
"Ron, coba keluar sebentar!" seru Mak Bariah, juru
masak di rumah Kumala Dewi. Jelmaan Jin Layon yang
menjadi pemuda berambut kucai dan bernama Buron itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pun segera keluar. Ia menghampiri Mak Bariah yang


sedang mengangkat jemuran di halaman belakang.
"Kamu itu, Mak... jemuran segitu aja minta bantuan.
Apa berat sih kalau jemuran cuma empat potong, kok
harus minta bantuan aku?!"
"Eh, mulutmu jangan mancung begitu! Aku panggil
kamu bukan minta dibantu membawa jemuran ini. Aku
cuma mau kasih tahu kamu,lihat ke atas tuh!"
Buron memandang ke langit. Mak Bariah melanjutkan
kata-katanya.
"Langitnya terbakar, atau gimana itu, Ron?"
Buron diam, masih memandangi langit. Ia
memandang ke sisi timut, barat, utara dan selatan.
"Bukan langitnya terbakar ini sih...," Buron
menggumam pelan.
"Habis, kenapa tuh? Biasanya langit kan biru, awannya
putih. Sekarang awannya warna jeruk, tepiannya seperti
besi membara."
"Itu namanya wama jingga, Mak."
"Aku tahu. Tapi kenapa semua awan warnanya jingga
begitu? Kenapa pula bulu kudukku merinding begitu
melihat awan jingga?"
"Pantaslah kalau bulu kudukmu merinding, Mak,"
Buron masih seperti orang menggumam. Nada bicaranya
datar.
"Kok pantas? Memangnya ada yang aneh ya? Ada
yang nggak beres pada awan jingga itu, ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Naluri gaibku mengatakan begitu. Itu awan bukan


sembarang awan."
"Habis, awan apa itu?"
Buron mengangkat tangan kanannya lurus ke atas
dengan jari mengembang. la memejamkan mata sesaat.
Mak Bariah merigerti maksudnya, karena ia tahu persis
bahwa Buron memiliki kekuatan gaib yang dapat untuk
mendeteksi adanya energi ganjil di sekelilingnya.
Beberapa saat kemudian, Buron menurunkan tangannya
dan berkata pada Mak Bariah dengan suara pelan sekali.
"Awan itu berbahaya, Mak."
Mak Bariah menyeringai was-was.
"Berbahaya bagaimana?"
"Entahlah. Tapi aku menangkap adanya gelombang
hawa mistik yang ada dalam kumpulan awan jingga itu.
Aku nggak ngerti apa jenis kekuatan mistiknya, yang
jelas... mengandung bahaya buat kita yang hidup di
muka bumi ini, Mak."
"Duuuh, bulu kudukku semakin berdiri, Ron. Iihh...!"
Mak Bariah bergidik, tubuhnya terguncang sesaat.
"Aku harus melaporkan hal ini pada Kumala, Mak."
"Ya udah sana. Tapi... eeh, tapi Non Mala kan masih
tidur?"
"Hmm, iya, ya... aku nggak berani bangunin dia, nanti
marah. Kamu saja gih, Mak."
"Ogah, ah! Aku nggak berani ganggu tidurnya non
Mala. Lagian, aku nggak tega masa istirahatnya Non
Mala harus terganggu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Buron memanggil Sandhi, sopir pribadinya Kumala


yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Sandhi
ikut memperhatikan awan jingga di langit. Ia juga
sependapat bahwa awan itu bukan sembarang awan.
Menurutnya, awan jingga punya keganjilan yang
mencurigakan. Tapi ketika ia diminta untuk
membangunkan Kumala, ia menolak. Tidak ada yang
berani membangunkan Dewi Ular jika gadis cantik jelita
itu sedang tidur, atau mengunci diri dalam kamarnya.
Rata- rata mereka punya rasa kasihan jika Kumala
terganggu masa istirahatnya, selebihnya rasa takut kena
tegur. Teguran Kumala selalu lembut, namun bagi
mereka justru menyentuh perasaan dan membuat tak
enak hati, seperti menerima omelan atau kemarahan.
"Kita belum tahu sejauh mana bahayanya awan itu,
jadi menurutku jangan buru-buru bangunkan Kumala,"
kata Sandhi. "Siapa tahu awan jingga seperti itu hanya
suatu keganjilan alam biasa yang terjadi sekian tahun
sekali, seperti halnya gerhana matahari total."
Buron sependapat dengan Sandhi. Tapi agaknya Mak
Bariah kurang sependapat, karena ia sangat
mencemaskan keadaan dirinya sehubungan dengan
bahaya yang terkandung dalam awan jingga. Namun,
ketika ia disuruh membangunkan Kumala, ia tetap
menolak Akhimya ia hanya mondar-mandir gelisah dan
sebentar-sebentar memandang ke arah luar, di mana
alam menjadi semakin merah dan mencemaskan.
Jarum jam menunjukkan pukul 14.22, hari Minggu.
Tentunya bukan hanya Kumala Dewi saja yang libur
kerja, tapi semua pegawai pasti mendapat hak libur,
kecuali mereka yang memang mendapat tugas lembur,
misalnya. Tapi seorang reporter khusus berita-berita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

misteri, seperti halnya Niko Madawi, ia justru


memanfaatkan peluang libur untuk memburu berita,
karena hari libur kali ini dianggapnya sebagai hari libur
yang penuh misteri. Awan jingga itulah misteri yang ingin
diliputnya sebagai tayangan mistik di salah satu sebuah
station televisi swasta.
Beberapa waktu yang lalu, Niko terlibat hubungan
pribadi dengan Kumala Dewi. Ia jatuh cinta kepada putri
bidadari dari kahyangan itu. Tetapi jalinan cintanya putus
lantaran kesucianNiko sebagai perjaka direnggut oleh
seorang paranormal wanita yang kini telah tiada. Niko
gagal membangun mahligai cinta pertamanya, namun
berhasil dalam karirnya. Ia sukses sebagai reporter
berita-berita gaib, dan punya banyak penggemar, di
samping ia sendiri pemuda yang cukup tampan serta kini
menyandang sebutan selebritis yang tergolong cukup
kaya, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "TEROR
MISTERIUS"). Meski hubungan cinta patah, namun Niko
dan Kumala masih menjalin hubungan yang lebih akrab
lagi. Niko sudah dianggap seperti saudara sendiri,
sehingga ia bebas datang menemui Kumala kapan saja,
tanpa menimbulkan kecemburuan bagi kekasih Kumala
saat ini, yaitu Rayo Pasca.
Siang itu, Niko sengaja datang sendirian ke rumah
Kumala Dewi. Ia telah ganti mobil, dulu ia memakai
sedan Camry line green warnanya, sekarang ia memakai
BMW terbaru warna hijau lumut. Kedatangan Niko tak
lain ingin membicarakan masalah awan jingga yang
menurutnya mengandung sesuatu yang misterius. Dan,
ia yakin, hanya Kumala Dewi yang bisa menjelaskan apa
yang terkandung dalam misteri awan jingga siang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dia masih tidur, Nik," kata Sandlhi yang sudah seperti


saudara sendiri bagi Niko.
"Nggak ada yang bisa bangunkan dia, ya?"
"Yang bisa bangunkan dia banyak, yang berani nggak
ada," jawab Buron ikut menimpali pembicaraan tersebut.
Niko mendesah menahan rasa kecewa. Ia menyadari hal
itu, karena ia memang sudah tahu kebiasaan orang-
orang dekatnya Kumala yang tidak berani
membangunkan dan mengganggu kenyainanan tidur
Kumala.
Mereka berada di ruang tengah. Mereka juga
membicarakan tentang awan jingga dan bcrbagai macam
kemungkinan ilmiahnya. Pada akhimya mereka hanya
bisa berkesimpulan, seperti yang dikatakan Niko.
"Aku yakin, hanya Kumala Dewi yang tahu misteri
awan itu."
Lalu, tiba-tiba suara mereka terhenti, karena
mendengar pintu kamar Kumala terbuka. Wajah cantik
mendebarkan muncul dari balik pintu. Kalem. Tenang.
Tapi memiliki kharisma yang mengagumkan.
"Dari tadi kudengar namaku disebut-sebut terus, ada
apa sih?"
Mereka sama-sama kikuk.
"Sejak Mak Bariah dan Buron di halamam belakang
sampai Niko datang kok nggak berhenti membicarakan
diriku, kenapa?"
Mak Bariah menyahut lebih dulu, "Non Mala mau
minum? "
"Air es aja, Mak."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, Non." Mak Bariah pun pergi ke dapur, Kumala


duduk di sofa, sementara Niko, Buron dan Sandhi duduk
di sofa seberangnya. Niko lebih dulu bicara sebelum
Buron menyampaikan maksudnya .
"Ada awan aneh di langit, dan kayaknya
mempengaruhi kejiwaan tiap manusia, Dewi. Coba
tengoklah ke luar sana."
"Awan jingga," timpal Sandhi pelan.
"Ya, aku tahu...," seraya menerima minuman dari Mak
Bariah.
"Kamu belum tahu, Dewi... karena kata Sandhi kamu
dari tadi tidur, sehingga..."
"Aku nggak tidur," potongnya tetap tenang. "... aku
sejak tadi sibuk mempelajari datangnya awan jingga itu.
Ternyata mengandung racun sangat tinggi, sangat
berbahaya bagi kehidupan di bumi."
"Mengandung racun?!" gumam Sandhi dan Buron
hampir bersamaan.
"Radiasinya belum sampai ke bumi. Tapi dia akan
semakin rendah dan semakin membahayakan kita. Bisa
mematikan."
Rupanya dibalik ketenangan Kumala diam-diam ia
menyimpan kecemasan. Tapi ia berusaha menutupi
kecemasan itu agar tidak menimbulkan kepanikan bagi
yang lain. Dan, setelah bicara seperti itu, samar-samar
rona kecemasannya tampak di bentangan wajah cantik
jelitanya.
"Radiasi racun itu sebentar lagi akan mematikan
burung-burung yang terbang terlalu tinggi. Coba tengok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke samping pendapa, Ron... akan ada bangkai burung


yang jatuh karena terbang terlalu tinggi, dan ia
menghirup racun awan jingga itu."
Buron yang diperintah, tapi Sandhi yang pergi lebih
dulu. Akhirnya semua pergi ke samping pendapa
belakang rumah untuk membuktikan kebenaran kata-
kata Kumala itu.
Mereka mencari di rerumputan yang rapi seperti
permadani itu. Ternyata tidak ada bangkai yang
dimaksud. Tetapi setengah menit kemudian mereka
mendengar suara benda jatuh dua kali: plok, plok.! Mata
mereka memandang ke arah benda yang jatuh itu.
Ternyata dua ekor burung dalam keadaan kaku tak
bernyawa lagi. Keduanya jenis burung tekukur yang
bulu-bulunya telah rontok dan wajahnya tampak legam.
Tak salah lagi, burung-burung itu terbang dalam
ketinggian terlalu hingga menghirup radiasi racun dari
awan jingga sehingga mati secara sia-sia.
"Kasihan...," gumam Sandhi dengan wajah tegang,
membuat yang lain pun ikut berwajah tegang
membayangkan racun awan jingga akan turun ke bumi,
dan sudah tentu nasib maijusia nanti akan seperti kedua
burung tersebut.
"Jangan terlalu sering memandang ke atas," tiba- tiba
suara Kumala terdengar, dan ternyata gadis itu sudah
ada di belakang Niko. Tak diketahui kapan ia beijalan
menghampiri mereka. Tapi dalam keyakinan Niko, pasti
Kumala hadir di situ tanpa melangkahkan kakinya,
melainkan menggunakan kesaktiannya sebagai anak
dewa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cahaya jingga yang terpancar dari awan itu jika


terlalu lama dipandang bisa bikin mata menjadi buta. Aku
tahu kadar racun yang ada di atas sana, tapi nggak tahu
siapa pemiliknya."
"Pasti si Lokapura, Dewa Kegelapan, dialah
pemiliknya," sahut Buron. Nadanya menggeram penuh
dendam.
"Bisa dia, bisa juga bukan dia," kata Kumala Dewi.
"Kenapa kamu nggak cepat-cepai lakukan tindakan
pencegahan?"
"Aku sedang memanggil Dewa Argon untuk
berkonsultasi dengannya. Sebab, tadi pun dari kamar aku
sudah melakukan pencegahan, tapi kayaknya
pencegahanku akan sia-sia. Racun itu dapat menembus
lapisan gaib yang kugunakan untuk menangkalnya."
"Kalau sampai gagal, penduduk di mukabumi ini bisa
mati semua dong," ujar Sandhi dengan napas cemas.
"Bukan hanya manusia, tapi semua bentuk kehidupan
dapat hancur akibat keganasan racun itu "
"Kiamat dong!" gumam Buron.
"Seperti itulah ancaman yang ada pada diri kita saat
ini"
"O, ya... kalau begitu, apa yang dikatakan Opa, benar.
Kiamat akan datang. Mungkin awan jingga itulah tanda-
tandanya."
"Opa siapa?" tanya Kumala kepada Niko yang tiba-tiba
bicara tentang ramalan seseorang yang dipanggilnya:
Opa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Opa itu seorang paranonnal, peramal ulung, yang


kutemukan beberapa hari yang lalu. Dia bilang, dalam
minggu ini Kiamat. akan datang dan benar-benar terjadi.
Aku nggak percaya. Tapi setelah melihat awan beracun
itu, aku jadi percaya dengan ramalannya ."
Niko menceritakan pertemuannya dengan seorang
lelaki tua yang akrab dipanggilnya: Opa. Lelaki itu
berusia sekitar 75 tahun, semua rambutnya sudah
beruban rata, badannya agak jangkung, tapi masih tegap
dan terkesan gagah. Niko bertemu dengan Opa dalam
sebuah pameran lukisan-lukisan bernuansa mistik. Opa
bukan salah satu pelukis yang mengadakan pameran
tersebut, tapi salah satu pengunjung galery yang dapat
menerangkan sisi gaib dari tiap lukisan.
"Bapak juga seorang pelukis?"
"Opa bukan pelukis, Opa nggak bisa melukis ini, Nak.
Tapi Opa tahu getaran gaib yang ada pada tiap lukisan
ini Pelukisnya pasti mengerjakan lukisan ini dengan
bantuan tangan gaib."
Sejak itulah Niko memanggil pak tua itu Opa.
"Opa, kebetulan saya reporter dari sebuah acara
mistik di station teve swasta, saya boleh mengetahui
banyak-banyak tentang apa yang Opa ketahui? Opa
bersedia kami wawancarai? Kebetulan kameraman saya
dan beberapa crew belum pulang, masih di mobil tuh.
Bisa kami wawancarai sebentar dengan Opa?"
"Kenapa tidak? He, he, he... Apa saja yang ingin,
kamu ketahui, Anak Muda?"
Banyak orang yang berkerumun di sekitar tempat Opa
diwawancarai. Mereka ikut mendengarkan apa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dibicarakan Opa dan Niko. Umumnya mereka terkesan


hanyut mengikuti pembicaraan tersebut, sehingga tidak
ada satu pun yang ikut bicara walau mereka terekam
oleh kamera.
"Dunia ini sudah rapuh, sebentar lagi langit akan
runtuh..."
Itu kata-kata Opa yang pertama ketika ia ditanya
apakah dirinya mengetahui banyak hal tentang masa
depan dunia. Jawaban seperti itu bukan ditentang oleh
Niko atau yang lain, namun justru disimak dan
direnungkan dalam benak mereka masing-masing,
Seolah-olah mereka hanyut dalam tiap ucapan Opa yang
bernada dakwah, ceramah, namun jugaberbau nujum. Ia
tak ubahnya seperti Nostradamus, peramal kelas dunia
yang hidup di abad ke 16.
"... saya tahu apa yang belum Anda ketahui, karena
memang saya adalah Anak Langit, yang turun ke bumi
dengan mengemban tugas memberi informasi kepada
Anda tentang kehancuran bumi, yang akan terjadi tidak
lama lagi Kiamat akan datang dalam hitungan hari,
bukan sebulan-dua bulan lagi, tapi sehari-dua hari lagi."
Mata tua Opa yang cekung menatap mereka yang
mengerumuninya secara satu-persatu, terutama mata
Niko Ketika ia berbalik menatap Niko kembali, ia
menemukan sesuatu yang disembunyikan dalam hati
Niko tadi, yaitu rasa tidak percaya dan penasaran. Oleh
karenanya, Opa pun berkata kepada Niko secara blak-
blakan.
"Anda dari tadi menyimak kata-kata saya, tapi tidak
mempercayai sepenuhnya. Bukankah begitu, Nak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Niko jadi salah tingkah.


"Mmm, eeehmm, sebenamya... mmmmh..."
"Begini saja, Anda percaya atau tidak, bahwa sebentar
lagi akan turun hujan dalam cuaca masih terang
benderang dan panas masih menyengat seperti saat
ini..!"
Mereka melirik ke langit. Terang. Panas matahari
masih sangat benderang. Gersang. Tapi lelaki tua itu
tampaknya yakin betul dengan apa yang diucapkannya.
Bukan hanya Niko saja, tapi beberapa orang yang
mendengarnya merasa sangsi atas ramalan Opa.
"Coba, sekarang Anda hitung dalam hati, satu, dua,
tiga... dan seterusnya. Belum sampai hitungan ke dua
puluh hujan sudah turun lebih dulu. Nggak percaya ya?
Coba saja hitung dalam hati mulai sekarang...!"
Tanpa diperintah lagi, orang-orang yang ada di sekitar
Opa ikut menghitung dalam hati. Demikian pula halnya
dengan Niko. Mereka menghitung: satu... dua... tiga...
empat... Dan, pada hitungan ke dua belas, tiba- tiba
gerimis datang. Matahari tetap benderang. Tak lama
kemudian gerimis berubah menjadi hujan agak deras.
Dan, orang-orang di sekitar Opa berlarian mencari
tempat teduh, karena wawancara itu dilakukan di luar
gedung. Niko dan crew-nya ikut kebingungan mencari
tempat meneduh, karena hujan semakin deras. Hanya
saja, hujan turun tak lama. Hanya tiga menit, kemudian
terang kembali tanpa setetes air pun yang turun dari
langit. Niko dan yang lainnya hanya bisa terbengong.
Hati mereka menggumam tanda sangat mempercayai
tiap kata-kata Opa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Gila Benar juga apa kata dia tadi, ya?"


"Wah, kalo gitu kiamat bener-bener bakalan tiba nih? !"
"Gue rasa dia bukan manusia biasa. Pasti malaikat
atau jenisnya, yang tahu tentang kiamat."
"Celaka! Kalo gitu aku harus bertobat sekarang juga!"
"Ah, mungkin apa yang dikatakannya cuma kebetulan
saja benar-benar menjadi kenyataan," pikir salah satu
crew-nya Niko. Tapi orang itu buru-buru buang muka,
karena Opa seperti mendengar suara hatinya, lalu
menatapnya dengan tatapan mata cekung yang
membuat jantungnya berdetak cepat. Bulu kuduknya
merinding. Dan, hal itu dirasakan pula oleh Niko.
sehingga Niko mulai menangkap adanya bahaya jika
pikiran Opa tidak segera dialihkan.
"Jadi... kapan tepatnya kiamat akan tiba, Opa?"
"Dalam minggu ini. Tanda-tandanya akan tampak
beberapa hari lagi. Tunggu saja, dan buktikan kebenaran
kata-kata saya, Nak."
Salah seorang yang mendengarnya segera mendekati
Opa dan memohon-mohon dengan wajah ketakutan.
"Tolong, Opa... tolong batalkan datangnya kiamat itu.
Saya belum siap untuk mati! Saya takut, Opa."
"Siapa yang ingin selamat dalam kiamat nanti, dia
harus ikut aku! Siapa yang tidak ikut aku, dia akan binasa
dalam beberapa hari lagi!"
"Saya mau ikut Opa, tapi keluarga saya harus ikut
Opa! Saya ingin dapat keselamatan bagi seluruh keluarga
saya, Opa!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Barang siapa mau selamat, dia harus jadi


pengikutku!"
"Saya mau, Opa!" celeluk seseorang di belakang sana.
Yang lain pun ikut bersahutan menyatakan mau menjadi
pengikut Opa.
"Apa benar sih?!" dalam hatinya Niko masih bertanya-
tanya, seakan ada sisa keraguan yang timbul-
tenggelam. Namun sebagai seorang yang bekeija untuk
sebuah infotaiment, Niko tidak boleh menuruti apa kata
hatinya sendiri. Tentunya dia tetap akan menjadikan
sesuatu yang unik itu menjadi salah satu rangkaian
informasi mistik sebagai matcri acaranya. Hal-hal gaib
yang bersifat kontroversial tidak boleh ia lewatkan begitu
saja, sepanjang masyarakat pemirsa rnenyukai
danmerigingiiikan materi tersebut.
"Nak...," kata Opa lagi kepada Niko, " ... meski pun
hatimu masih ragu, tapi Opa tidak keberatan menerima
kedatanganmu kerumah Opa sebelum kiamat itu terjadi.
Barangkali kamu ingin mengtahut lebih banyak lagi
tentang dunia yang sebentar lagi akan hancur ini, silakan
saja datang ke rumah Opa. Atau, mungkin sanak
saudaramu menginginkan keselamatan dari ancaman
kiamat, silakan bergabung dengan Opa. Pintu rumah Opa
terbuka lebar-lebar untuk dirimu, karena kamu telah
membantu menyebarkan kabar duka ini lewat media
tempatmu bekeija ."
"Terima kasih, Opa. Boleh saya minta alamat tempat
tinggal Opa?"
"Kenapa tidak? Catat saja..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Niko mencoba melupakan nujum sang Opa. Dalam


dunia mistik ia sudah terlalu sering menghadapi penipuan
yang.bermodus supranatural. Segala macam trick di
dunia supranatural sudah sering dijumpainya sehingga
turunnya hujan di siang hari bolong itu dianggapnya
suatu trick ala Opa yang belum diketahui rahasia
kebohongannya. Namun sekarang, kata-kata Opa
terngiang kembali di telinga Niko mengingat awan jingga
yang melapisi langit diyakini sebagai tanda-tanda akan
datangnya kiamat. Niko menjadi lebih cemas lagi setelah
mendengar keterangan Kumala Dewi mengenai awan
beracun itu, karena ia tak pernah menyangsikan kata-
kata Kumala yang pernah membangkitkan dirinya dari
kematian tragis.
Mendengar cerita tentang Opa, dahi Kumala sedikit
berkerut. Seperti ada yang dipikirkan secara serius.
Sandhi dan Buron pun ikut termenung seakan
berkomentar sendiri dalam hati kecilnya. Lalu, terdengar
suara Sandhi yang bertanya kepada Kumala. Pelan.
"Apakah orang itu adalah jelmaan dewa yang..."
"Bukan!" potong Kumala cepat. "Dari bicaranya
terkesan dia cari pengikut sebanyak-banyaknya supaya
mau menjadi pengikutnya. Aku khawatir dia punya aliran
sesat yang bertujuan mencelakakan keimanan
seseorang."
"Tapi bagaimana dengan tanda-tanda kiamat di atas
kita itu?" tanya Niko.
Kumala diam sesaat. Mungkin mencari kata-kata yang
tepat untuk menjelaskan alasannya. Sayangnya sebelum
ia sempat bicara, tanda-tanda lain muncul dan membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sandhi, Niko serta Buron mundur beberapa langkah dari


tempatnya masing-masing. Menjauhi Kumala .
Hembusan angin sejuk dan cahaya biru samar- samar
melintas di sekitar mereka, membuat mereka mundur.
Kumala justru diam dengan senyum cantik tersungging di
bibir ranumnya. Tak lama kemudian mereka melihat
sesosok pria muda tampan dan gagah sudah berada di
depan Kumala. Pria tampan berdagu belah itu
mengenakan jubah hijau dalamannya putih berhias
benang emas. Aroma wangi yang muncul dari tubuhnya
menyatu dengan aroma wanginya Kumala, membuat hati
mereka dihinggapi perasaan damai dan tenang. Mereka
mengenail betul siapa tamu yang datang dengan
hembusan angin sejuk dan bergeraknya selalu diikuti
bayang-bayang cahaya biru. Dia tak lain adalah si Dewa
Pengembara yang akrab dipanggil: Argontara Bhisma,
atau Argon, (baca serial Dewi Ular dalam episode:
'RAHASIA ANAK NERAKA").
"Maaf terlambat datang, Dewi Ada urusan yang harus
kuselesaikan dulu dengan piliak Kahyangan."
Senyum Kumala semakin mekar. Hatinya berseri- seri,
karena suara Argon mengandung getaran romantis yang
menjadi ciri khas dirinya.
"Nggak apa-apa. Aku nggak pernah bosan menunggu
kedatanganmu. Tapi, apakah kamu nggak mengalami
gangguan saat menembus dimensi kehidupan manusia
ini, Argon? Lihatlah di atas sana.. !"
"Aku nggak turun lewat dimensi langit, tapi menembus
bumi, karena mencari jalan yang cepat mencapai sini,
dan...," Argon berhenti bicara setelah mengangkat
kepala, mendongak ke langit, dan ekspresi wajahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mulai sedikit cemas. Rupanya ia langsung mengenaii


awan jingga yang sekarang semakin tebal itu.
"Celaka! Separah ini rupanya?!"
"Kan sudah kubilang dalam bisikanku tadi?"
"Tapi kupikir belum separah ini, Dewi. Hmm..." ia
manggut-manggut. Berpikir dengan sedikit lebih tegang
lagi.
Tiba-tiba sesuatu jatuh dari atas. Plook...! Lalu ada
yang jauh lagi, plook...! Dan, plook, plook...! Semua
mata tertuju pada benda yang jatuh itu.
Oh, ternyata bangkai burung. Seperti kedua ekor
burung yang tadi bangkainya jatuh lebih dulu, burung-
burung ini juga mati dalam keadaan menyedihkan,
Tanda-tanda keracunan terlihat jelas pada kondisi bulu
dan kepalanya yang biru legam, Bahkan bagian tubuh
lainnya juga biru legam .
"Apa becar ini tanda-tanda kiamat akan tiba?" bisik
Kumala, seakan ingin mencocokkan pendapat batinnya.
Dewa Argon menggeleng.
"Kalau dibiarkan memangya, kiamat. Tapi kita harus
mencegahnya, Dewi. Ini perbuatan Lokapura. Awal dari
datangnya Perang Maha gaib."
"Lokapura yang ada di balik awan jingga itu,
maksudmu? H:nm, sudah kuduga. Tapi aku kurang
percaya dengan dugaanku sendiri. Bodoh, memang."
"Siapa?"
"Aku yang bodoh."
Tangan Argon menepuk pelan pundak Kumala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak. Kamu tidak bodoh, Dewi. Kamu harus hentikan


awan beracun itu agar jangan sampai lebih , rendah lagi.
Kematian akan menghampar di permukaan alam ini jika
awan itu semakin rendah "
"Sudah kucoba menghentikan dan menetralkan
racunnya, tapi... aku gagal, A rgon."
"Kau belum gagal. Kau hanya tidak mengetahui ?
caranya."
"Adakah caranya yang lebih cepat?"
"Tentu saja ada."
"Kau mau memberitahukan padaku?? "
"Kenapa tidak?"
Kemudian Argon membawa Kumala berjalan ke
belakang bangunan pendapa. Sandhi, Buron dan Niko
tidak berani mengikuti langkah kedua anak dewa itu.
Mereka bertiga tahu, bahwa di belakang pendapa di
sana, Argon sedang bicara tentang suatu rahasia gaib
kepada Dewi Ular. Mereka bertiga hanya bertanya- tanya
dalam hati, rahasia gaib macam apa yang dibeberkan
Argon kepada Dewi Ular?
0o-dw-234-o0

2
TIGA pesawat penumpang jatuh di tiga tempat. Salah
satu korbannya ditemukan tewas dalam keadaan hancur,
tapi wajahnya biru legam. Para ahli menyimpulkan
aaanya uap beracun berkadar tinggi yang dihirup oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka dan mengakibatkan pilot pesawat kehilangan


kendali, lalu jatuhkan pesawat tersebut.
Keluarga Kumala mendengar kabar tersebut dari
siaran berita di salah satu televisi swasta. Lalu, mereka
berkesimpulan sama, bahwa pesawat-pesawat yang naas
itu diyakini telah terbang dalam batas ketinggian
tertentu, lalu awan beracun berhasil merusak seluruh
jaringan saraf mereka.
Kesimpulan lain yang mereka dapatkan adalah, bahwa
awan beracun sudah semakin rendah dan sebentar lagi
akan menewaskan seluruh kehidupan di muka bumi.
Diperoleh keterangan pula bahwa awan beracun bukan
hanya terdapat di atas wilayah Indonesia, tapi juga di
seluruh asia, bahkan seluruh dunia. Ini menandakan
Dewa Kegelapan memang ingin me- musnahkan
kehidupan inanusia di seluruh dunia.
"Ron, di daerah pegunungan sudah ada orang yang
tewas secara tiba-tiba. Lihat berita di FAN-TV. Coba
pindahkan chanel ke FAN-TV. Buruan...!" kata Sandhi
yang baru datang dari rumah sebelah. Buron yang
semula diam saja menikmati siaran sepak bola, kini buru-
buru memindah chanel tevenya, dan menemukan benta
yang dimaksud Sandhi.
Beberapa orang yang tinggal di pegunungan
keracunan udara. Tentu saja hal itu menandakan siapa
yang berada di tempat tinggi atau dataran tinggi, dia
akan mati karena awan jingga telah menebarkan
racunnya lebih ke bawah lagi. Repotnya, bahaya maut itu
tidak akan diketahui oleh si calon korban karena tidak
mengetahui dari mana datangnya, juga tidak mengenali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

apa penyebabnya. Kapan dan di mana racun itu telah


menjalar juga sulit diketahui secara awam.
"Gawat! Radiasi racun itu sudah semakin rendah!"
geram Buron seperti tak sabar namun juga jengkel
lantaran tidak bisa berbuat banyak menghadapi bahaya
seperti itu.
"Kenapa dia lama melakukan penangkalan?! Ada
gangguan apa ya?" sambil Sandhi mengenang Kumala
Dewi yang sedang berusaha menyingkirkan awan jingga
itu. Menurutnya sudah cukup lama Kumala pergi bersama
Argon. Sudah ada tiga jam. Mestinya sudah bisa
menghilangkan awan tersebut. Tapi kenyataannva justru
awan itu semakin rendah dan semakin menimbulkan
korban lebihbanyak lagi. Bukan hanya buning atau
hewan lainnya, tapi manusia sudah ada yang menjadi
korban keganasan awan beracun itu.
Tentu saja hal itu sangat diketahui oleh putri
tunggalnya Dewa Permana dan Dewi Nagadini itu. Tetapi
agaknya ia memang menghadapi suatu masalah di atas
sana. Kumala sudah sejak tadi merubah sosok dirinya
menjadi seekor naga cahaya. Naga cahaya itu berwama
hijau dan melesat ke atas, mendekati gumpalan awan
jingga. Di punggung naga cahaya itu duduk seorang
dewa tampan yang tak lain adalah Dewa Argontara
Bhisma. Dialah yang memandu arah perjalanan Dewi Ular
untuk melumpuhkan awan beracun.
"Jangan ke arah matahari, Dewi. Kau bisa terbakar
karena kekuatan racun yang bercampur panas matahari.
Ke arah selatan saja."
"Tak kurasakan hawa sejuk ada di sana, Argon!" suara
Kumala besar, karena dia dalam keadaan tidak menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gadis cantik seperti biasanya. Dan, suara itu hanya


didengar oleh Dewa Argontara. Sementara suara
Argonjuga hanya didengar oleh Kumala saja.
Di bumi, di sisi lain, beberapa orang sempat melihat
cahaya hijau meluncur di langit seperti roket. Mereka tak
dapat melihat bentuk naganya. Mereka hanya melihat
cahayanya yang menyerupai perjalanari roket berasap di
belakangnya.
Pada satu posisi tertentu naga cahaya tak dapat
bergerak lagi. Mereka seperti terkepung pusaran angin
kencang yang membuat naga cahaya hanya bisa
berputar dan berputar. Maju tak bisa, mundur pun tak
manipu. Hawa panas menyertai angin padat dari
berbagai arah itu.
"Argon, aku nggak bisa bergerak nih!"
"Kita terjebak pusaran petir, Dewi! Lekas keluar
darisini!"
"Keluar ke mana?! Aku nggak bisa bergerak?!"
Argontara Bhisma berdiri di atas punggung naga.
Kedua tangannya merapat. Telapak tangan digesekkan
satu kali dan dilepaskan keduanya ke arah kanan dan
kiri. Kilatan cahaya ungu terlepas dari kedua telapak
tangan itu. Claaap...! Bleeegaaaar...! Dentuman keras
teijadi. Naga hijau terlempar keluar dari pusaran petir.
Argon pun terpisah dari naga hijau yang sudah tidak
berbentuk cahaya lagi tapi berwujud naga bersisik emas
berbadan hijau.
"Argooonn...!"
Zlaaaap...! Zuuub, zuuub...!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Naga hijau berkelok melesat zig-zag, tahu-tahu


badannya sudah berada di bawah kaki Argon. Dewa
tampan bersuara romantis itu melayang dan jatuh di
punggung naga lagi. Jleeg...! Ia jatuh tengkurap seperti
memeluk badan naga dengan kedua tangannya.
"Cepat menjauuh...!" serunya, dan naga hijau melesat
kembali menjauhi pusaran petir.
"Hancurkan saja pusaran petit itu dari sini!"
"Jangan! Pusaran petir itu memang dipersiapkan untuk
melesakkan awan beracun ini, agar menyebar cepat ke
bumi pada saatnya nanti. Hey, kamu inasih
menggunakan napas mumi, Dewi?"
"Masih."
"Syukurlah Kalau nggak pakai napas murni kita sudah
hancur karena racun tadi. Gunakan terus, jangan lupa!"
"Ya. Tapi ke mana kita mencari sumber racunnya?"
"Coba ke arah timur."
"Aku bingung, yang mana arah timur?"
"Sebelah kiri kita"
Lalu, Dewi Ular berbentuk naga hijau bersisik emas itu
melesat kembali ke arah kiri. Dewa Argontara Bhisma
masih duduk di punggung naga, seperti kesatria yang
maju ke medan laga.
Akhirnya mereka temukan awan sejuk. Gumpalan
awan sejuk itu diyakini Argon sebagai pusat racun yang
paling berbahaya. Argon menyuruh Dewi Ular
menggunakan kesaktiannya untuk menghancurkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gumpalan awan sejuk, sebab hanya Kumala yang


memiliki kemampuan menghancurkan awan tersebut.
"Nah, sekarang gunakan kesaktianmu: Darah Berhala
Murka...!
"Wuuut.. ! " Dewa Argon melesat menjahui badan
naga lebih dulu. Ia berubah menjadi cahaya ungu seperti
bintang kecil. Pada saat itu Dewi Ular segera
menggunakan kesaktiannya yang bernama Darah Berhala
Murka, karena dia adalah keturunan dari Dewa
Murkajagat. Kesaktian milik kakeknya itu menurun
padanya dan digunakan hanya untuk menghancurkan
kekuatan gaib tingkat tinggi.
Kini tubuh naga bukan hijau lagi, tapi merah seperti
bara. Dalam keadaan begitu, naga tersebut meliuk-liuk
bagaikan menari di udara lepas, lalu tiba- tiba dari
mulutnya menyemburlah percikan cahaya merah yang
sangat banyak dan tertuju pada pusat gumpalan awan
sejuk.
Woooossssszzzz...!!
Blegaaaarrrrr....!
Luar biasa besarnya dentuman dahsyat yang terjadi
saat itu. Awan jingga segera berubah menjadi abu-abu,
makin lama makin gelap. Langit bergetar bagaikan mau
runtuh.
Mereka yang ada di bumi melihat perubahan awan
jingga menjadi hitam sebagai tontonan yang
mengagumkan. Tentu saja mereka tidak tahu bahwa
mereka baru saja diselamatkan dari ancaman
kepunahan. Mereka bahkan bertepuk tangan dan
tertawa-tawa menyaksikan perubahan cuaca yang cukup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

drastis itu. Karena, setelah awan menjadi hitam, lambat


laun berubah menjadi putih dan langit menjadi terang
kembali .
"Asyiiik, nggak jadi kiamat! Kiamat dibatalkan!"
"Horeee..., kita masih dapat hidup lebih lama lagi..!"
Orang-orang yang bersorak girang itu adalah mereka
yang berada di rumah Opa. Mereka senang sekali melihat
langit cerah kembali. Tanda-tanda kiamat
sudah.tersingkirkan, berarti mereka punya harapan untuk
hidup lebih lama lagi. Hampir semua yang menjadi
pengikut Opa merasa lega. Hanya Opa sendiri yang
bersungut-sungut memendam kejengkelan dalam
hatinya. Sepeitinya ia tak rela kiamat tak jadi datang.
"Kiamat nggak jadi datang kan, Opa?"
"Bukan nggak jadi datang, tapi tertunda!" sentak Opa
dengan kesal. Lalu, dengan caranya sendiri Opa
meyakinkan beberapa orang yang sudah terlanjur
mempercayainya, untuk membuat mereka yakin bahwa
kiamat akan datang dan saat ini sedang tertunda. Opa
juga mengatakan akan ada tanda-tanda kedua yang bisa
dijadikan isyarat akan kedatangan kiamat nanti.
"Sebentar lagi akan ada tanda-tanda kedua. Kalian
bisa lihat sendiri nanti."
"Kapan tanda-tanda itu akan muncul, Opa?"
"Tidak sampai satu minggu."
"Kalau ternyata tidak ada tanda-tanda bagaimana?"
"Kamu percaya nggak sama omongariku?! Kamu mau
selamat nggak?!" bentak Opa lagi dengan nada kesal.
Mata cekungnya menatap seakan menembus ke jantung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang itu. Jantung orang itu menjadi berdetak cepat dan


cepat sekali hingga dia terengah-engah. Ia pun pergi
menghindari tatapan mata Opa sambil memegangi
dadanya. Pada saat itu dadanya terasa sesak dan panas.
Entah mengapa.
"Dadaku kok jadi kayak gini, ya?" ia mengadu pada
seorang teman:
"Kebanyakan merokok kali luh."
"Ah, nggak juga. Biasanya...," orang itu tak mampu
melanjutkan kata-katanya. Ia tersedak, batuk satu kali,
lalu muntah.
"Hoeeek...!"
"Hahh...?!" temannya terbelalak kaget karena yang
dimuntahkan orang itu adalah darah hitam. Darah busuk
dan kotor. Orang itu muntah terus tiada henti- hentinya,
sampai akhimya ia terkulai, lalu meregang nyawa. Tak
bernapas lagi.
"Kenapa dia tadi?" bisik teman yang lain.
"Nggak tahu."
"Kan tadi ngomong ama elu?"
"Iya sih,tapi..."
"Ngomong apa dia?"
"Dia habis debat sama Opa, menyangsikan ramalan
Opa, lalu dia dipandang Opa, dadanya terasa panas
dan... dan... tahu-tahu dia batuk, lalu muntah. Muntah
darah. Terus mati."
"Wah, gawat...?!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu cemas dan melirik ke arah Opa yang ada di


ruang dalam. Matanya menampakkan rasa curiga dan
kecemasan yang mendalam. Yang lain juga demikian.
Tapi ada pula yang menyalahkan si korban. Pro-kontra
tentang Opa mulai bermunculan di antara orang-orang
yang semula mempercayai ramalan Opa dan bersedia
menjadi pengikutnya demi keselamatan jiwanya saat
kiamat tiba nanti. Pro-kontra itu telah membuat keruh
suasana karena menyebar sampai ke mana-mana,
didengar oleh orang yang tidak menjadi pengikut Opa.
Bahkan sampai juga di telinga Niko Madawi.
"Hallo... Sandhi, ya?" sapa Niko lewat HP-nya.
"Ya, kenapa? Ada apa, Nik?"
"Aku mau ngomong sama Kumala."
"Kumala lagi ada pembicaraan penting sama tamu,
mereka di pendapa. Ada apa? Ada pesan yang bisa
kusampaikan, Nik?"
"Tentang Opa."
"Hmm, orang yang pernah kamu ceritakan itu? Ada
apa dengan dia?"
"Ada keanehan lagi pada dirinya."
"Dia kecewa karena kiamat nggak jadi datang,
begitu?"
"Pokok masalahnya kayaknya sih soal itu, tapi...
dampaknya cukup menyedihkan pada diri beberapa
orang yang percaya padanya."
"Para pengikutnya, maksudmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"He, eh...! Ada tiga orang yang tewas gara-gara


kejengkelan Opa atas tertundanya kiamat. Ah, sebaiknya
aku ke situ aja deh..."
""Iya, Nik... Bagusan lu ke sini aja, biar bisa bicara
langsung sama Kumala, dan aku bisa jelas
mendengarnya."
Selesai bicara dengan Niko, Sandhi meletakkan
gagang telepon sambil diam tertegun. Ia merenungi
kata-kata Niko. Menurutnya, jika benar ada pengikut Opa
yang tewas akibat kekecewaan Opa atas tertundanya
kiamat, maka jelas sudah bahwa Opa bukan orang pintar
beraliran putih. Jelas bahwa Opa lebih menghendaki
kiamat tiba daripada tertunda.
"Jangan-jangan dia sendiri yang menciptakan tanda-
tanda kiamat?" pikir Sandhi masih tetap termenung
melamun di depan meja telepon.
Kumala duduk bersila di pendapa. Rambutnya yang
panjang digulung naik asal-asalan, mengenakan jepit
rambut warna hijau dari bahan viber berbentuk seekor
naga. Sisa rambutnya yang berjuntai di leher dan pundak
membuat ia semakin tambah cantik dan mempesona.
Bibirnya yang selalu tampak ranum dan basah sesekali
tersenyum, mendebarkan hati lawan jenisnya yang
memandang. Ia mengenakan blus potongan tank-top dan
celana jenis kulot ketat. Aroma wangi khas bunga
cendanagiri dari Kahyangan menyebar ke mana- mana.
Aroma wangi itu keluar dari tiap pori-pori tubuhnya yang
halus dan lembut selembut kulit bayi.
Meski pun ia sering tersenyum ramah dan mempesona
tapi ia tetap kelihatan anggun dan berkharisma. Ia
tampak seperti gadis terhormat dan disegani oleh lawan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jenis yang punya hobby iseng. Kumala Dewi bicara


dengan nada lembut, tapi memiliki aksentuasi yang
cukup tegas, berwibawa.
"Sudah berapa lama menjalin hubungan dengan
Ringgo "
"Antara.... tiga bulan. Dan, kami sudah terlalu jauh
melangkah. Artinya, sudah seperti suami-istri layaknya,
Kumala"
"Tinggal serumah?"
"Kadang ya, kadang dia pulang ke tempat kostnya,
atau aku yang datang ke tempat kostnya. Karena itulah,
aku merasa sangat kehilangan atas kepergiannya,
Kumala. Dia terpengaruh kata-kata mantan pacarnya
yang bemama Sisca itu, sehingga tega meninggalkan aku
untuk bergabung dengan kelompok Umat Pilihan."
"Bisa dijelaskan, siapa yang dimaksud Umat Pilihan itu,
Tante?"
"Menurutnya, Umat Pilihan adalah sekelompok
manusia yang akan selamat dan dijamin akan hidup
abadi pada saat kiamat datang nanti."
"Hmmm, itu...," Kumala Dewi manggut-manggut,
agaknya sekarang ia mulai paham apa yang dimaksud
dalam kasusnya sang tamu itu.
Ringgo adalah mahasiswa semester akhir yang
berperawakan tegap, gagah dan memiliki ketampanan
yang lumayan. Meski tak memiliki cambang dan kumis,
namun Ringgo memiliki sorot sepasang mata yang penuh
keromantisan. Sikapnya yang ramah dan supel membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tante Firda tertarik ketika mereka jumpa pada suatu


seminar beberapa waktu yang lalu.
Tante Firda sering merasa tergoda oleh lirikan mata
Ringgo yang mendebarkan hati, sehingga sebagai janda
yang sudah lima tahun ditinggal mati suami itu Tante
Firda merasa perlu untuk melakukan pendekatan. Bahkan
hasratnya sering meletup-letup setiap kali ia bicara
dengan Ringgo. Maka, pada suatu malam, pemuda
berambut ikal rapi itu diundang datang ke rumah dengan
alasan membicarakan rencana usaha baru di bidang
periklanan.
Malam itu adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh
Tante Firda. Wanita berperawakan tinggi, sekal dan
bertampang indo itu sudah mulai berdebar-debar
sebelum petang tiba, karena ia melihat langit mendung,
hujan akan turun. Itulah sebabnya ia berusaha
membujuk Ringgo melalui teleponnya agar segera datang
ke rumahnya. Kedua anaknya sedang bermalam di
rumah nenek, tinggal ia sendiri dan seorang pelayan
yang masih berusia muda. Meski pun Tante Firda sudah
berusia 39 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan
dan keelokan tubuh yang menggiurkan bagi kaum lelaki .
Maka, ketika Ringgo datang ke rumah itu sekitar pukul
tujuh lewat, hatinya pun merasa gundah lantaran Tante
Firda mengenakan gaun yang menggoda iman.
Perempuan berambut sebahu itu mengenakan gaun ketat
badan yang hanya sebatas paha, tak sampai menutup
lututnya.
Gaun itu tak berlengan, sehingga nyaris sebagian
besar kulit tubuhnya yang putih montok itu terlihat jelas
di mata Ringgo. Apalagi sikap duduknya sesekali tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seronok, membuat Ringgo berusaha menahan diri untuk


tidak kentara sering melirik ke arah yang menggiurkan
itu.
"Aku butuh seorang accounting untuk menangani
periklanan ini. Dan, aku harapkan kamu bisa menangani
nya, Ringgo."
"Kalau Tante percaya dengan saya, saya sanggup
menanganinya, asalkan...," Ringgo berhenti bicara,
memandang ke arah luar.
"Wah, hujan...?!" gumamnya pelan. Hujan memang
turun agak deras.
"Ah, cuek ajalah... cuma hujan ini, kan nggak gempa
bumi...," canda Tante Firda sambil tersenyum, hatinya
semakin girang karena cuaca inilah yang memang ia
harapkan di saat Ringgo ada di rumahnya. Kegirangan
Tante Firda bertambah setelah hujan menjadi sangat
deras. Pintu ruang tamu terpaksa ditutup karena
menghindari hembusan angin yang akan membawa
masuk butiran hujan. Pembicaraan masalah bisnis
dilanjutkan sebagai kamuflase belaka.
"Sudah pukul sepuluh, Tante..."
"Memangnya kenapa kalau pukul sepuluh? Pukul dua
belas pun nggak masalah. Kamu nggak usah khawatir
apa-apa selama di sini. Ditanggung aman dan nyaman
kok, hiii, hii..."
"Aman dan nyaman bagaimana?" senyum Ringgo
terkesan malu-malu.
"Yaah, aman. Nggak akan ada yang mengganggu
keasyikan kita berdua. Itu kalau kita asyik lho. Nyaman,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

artinya...yaah, enjoy aja. Nggak akan ada yang mengusik


keindahan kita berdua. Itu juga kalo kita bisa menikmati
keindahan berdua lho..."
Tendensius sekali kata-katanya, pikir Ringgo. Ia
semakin gelisah. Tante Firda pindah duduk di sofa
panjang, tepat di samping kanan Ringgo. Alasannya
menunjukkan berkas konsep keija yang telah dibuatnya
belum lama ini. Aroma wangi sensual tercium lembut
oleh Ringgo. Aroma sensual itu datang dari tubuh
mulusnya Tante Firda.
"Mau tambah minum, Ring? Kopi, mau?"
"Hmmm... nggak usahdeh," Ringgo kikuk.
"Nggak apa kok, biar aku bikinin kopi ya? Pelayanku
jam segini udah tidur, jadi aku suka bikin kopi sendiri "
Ketika Tante Firda mau berdiri, secara refleks Ringgo
mencekal tangan Tante Firda.
"Nggak usah repot-repot, Tante. Minuman ini aja
masih ada kok Belmn habis, dan... dan..."
Ringgo semakin salah tingkah karena mata Tante Firda
melirik pada pergelangan tangannya yang dipegang
Ringgo. Buru-buru Ringgo melepaskannya. Tapi Tante
Firda justru semakin menantang sikapnya. Ia duduk
kembali dengan lebih merapatkan diri pada Ringgo.
"Kenapa genggamanmu kau lepaskan? Pegang lagi
aja. Nggak apa-apa kok. Aku malah senang."
"Maaf, Tante..."
"Nggak apa-apa. Kamu boleh pegang aku di hagian
mana saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di bagian mana saja? Wah, nanti..."


"Nanti kita pindah ke kamar saja, bagaimana?"
Ringgo tersipu-sipu tak bisa memberi jawaban. Hati
Tante Firda semakin berdebar-debar.
"Aku yakin dia mau," ujarnya dalam hati. "Aku yakin
dia nggak akan menolak. Wajahnya merah, pertanda dia
malu tapi mau. Oooh... aku suka cowok yang kayak gini.
Dia pasti dapat memuaskan hasratku. Ooh, sudah lama
aku nggak bercinta, pasti nikmat bercumbu dengannya.
O, ya ampunn... celananya sudah menonjol?! Idiiih...
nakal juga yang ada di pangkuannya itu. Tapi dia sopan
dan nggak kurang ajar. Aku suka pria kayak dia..."
Malam semakin indah ketika topik pembicaraan
mereka sudah berganti, dari masalah bisnis menjadi
masalah erostis. Tante Firda suka sekali menggoda
Ringgo yang masih malu-malu, walau bukan berarti dia
masih peijaka tingting.
Trikk... klikk...!
Tante Firda mematikan lampu utama. Kini yang
menyala hanya lampu di sudut ruang tamu, yang
memakai kap berwarna cream. Suasana menjadi
remang-remang dan sepi. Hanya deru hujan yang
kedengaran samar- samar dari tempat mereka saling
duduk merapatkan diri.
"Kenapa lampunya diganti yang redup begini, Tante?"
"Biar kamu bebas memegangku, biar kamu nggak
malu kalau mau pegang aku. Pegang aja sekarang, gih..
! ''
"Hmm, say... saya harus pegang bagian mana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terserah, sesuka kamu. Pegang ini juga boleh,"


sambil tangan Ringgo diraihnya lalu diletakkan ke
dadanya. Ringgo gemetar.
"Napasmu memburu...," bisik suara Tante Firda.
"Sa... saya..."
"Sentuh lebih ke bawah lagi... yaah, jangan takut,
Sayang... Aku suka..."
"Sungguh? Tante... Tante suka...?"
"Yaah... suka...," sambil bibirnya merekah dan pelan-
pelan mendekati bibir Ringgo. Matanya menjadi sayu
ketika tangan Ringgo benar-benar turun, menyelusup di
balik gaun di dadanya, lalu mendesis karena tangan
Ringgo menyentuh kehangatan yang membukit.
Ringgo tertantang, dan menjadi bersikap pantang
mundur. Bibir yang ada di depannya segera dikecup.
Dilumat dengan lembut bersama remasan tangan yang
lembut pula. Tante Firda membalas dengan lumatan
mengganas. Ia merasakan nikmat yang luar biasa,
sehingga dahinya berkerut lantaran tak mampu
mengerang. Lidah Ringgo menjadi sasaran lumatan
ganas itu.
Ia enggan membawa pindah Ringgo ke kamar,
sehingga sofa pun mereka jadikan ajang kemesraan yang
paling indah menurutnya.
Sejak itu Tanle Firda sering menikmati kehangatan
yang melambungkan jiwanya ke puncak asmara. Ringgo
sering datang dan bermalam di rumahnya. Ringgo pandai
melambungkan jiwanya berkali-kali dalam satu malam,
sehingga Tante Firda sangat takut kehilangan pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu. Apapun yang diinginkan Ringgo selalu dipenuhi oleh


Tante Firda, termasuk materi. Janda kaya itu merasa
mampu menghidupi pasangan kencannya, sehingga
timbul ambisinya untuk memiliki Ringgo sepenuhnya.
"Lupakan pacar lamamu itu. Dia cuma
menyengsarakan dirimu, bukan?"
"Aku sudah lupakan dia kok Cuma, dia aja yang sering
ngebel ke HP-ku padahal..."
"Ganti nomor HP-mu dengan yang baru dan jangan
berikan nomornya pada si gadis jalang itu! Besok
kubelikan kamu nomor baru."
Namun pada suatu hari, Ringgo mengaku mendapat
telepon dari Sisca, mantan pacarnya. Dia merasa tidak
memberikan nomor HP-nya kepada Sisca. Diduga Sisca
mendapatkan dari teman akrab Ringgo yang bernama
Weldy itu. Tante Firda sangat cemburu jika Ringgo
terima telepon dari Sisca, sehingga sempat nekat
merampas HP Ringgo ketika Ringgo ditelepon Sisca dan
Tante Firda bicara kasar pada Sisca.
"Hey, perek jalang! Jangan telepon Ringgo lagi, ya!
Dia sudah muak padamu! Dia sudah menjadi milikku! Lu
silakan cari mangsa lain dari tempat mangkal lu! Di mana
sih mangkal lu? Di Monas?!"
"Perempuan mesum! Gue nggak bakalan mundur lu
tantangin begitu! Lihat, sebentar lagi Ringgo akan tunduk
sama gue dan jijik ama lu!"
Balasan ketus Sisca ternyata terbukti. Ringgo menjadi
kurang hangat lagi terhadap Tante Firda. Jika diminta
untuk datang ke rumah, Ringgo selalu beralasan untuk
tidak bisa datang. Bahkan beberapa hari yang lalu Tante
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Firda memergoki Sisca baru keluar meninggalkan tempat


kost Ringgo. Dan, ketika Tante Firda datang ke tempat
kost itu, Ringgo jadi uring-uringan tak jelas sebabnya.
Namun titik masalahnya adalah Ringgo tidak suka Tante
Firda datang ke tempat kostnya itu .
"Sorry, Tante... aku sudah nggak berani berbuat zinah
lagi. Sekarang kiamat sudah dekat, aku harus bertobat.
Aku mau menjadi Umat Pilihan saja! Biar aku bersama
Sisca, karena dialah yang akan membimbingku menjadi
Umat Pilihan. Aku akan bergabung dengan kelompoknya,
supaya bisa selamat pada saat kiamat datang nanti!"
Kata-kata itu menyakitkan hati Tante Firda. Yang lebih
menyakitkan lagi Ringgo diam-diam pindah tempat kost.
Tak jelas informasi yang didapat Tante Firda, di mana
Ringgo sekarang berada. Bahkan HP-nya sudah tidak
bisa dihubungi lagi. Tapi ada kabar kecil dari teman
kuliahnya, bahwa Ringgo sudah bergabung dengan
kelompok Umat Pilihan bersama Sisca. Umat Pilihan itu
meyakini akan datangnya hari kiamat pada bulan dan
tahun ini.
Tante Firda kalang kabut. Ia yakin Ringgo telah
diguna-guna Sisca supaya tunduk dan mau menjadi
pengikut Umat Pilihan. Oleh karena itu, Tante Firda
menghubungi Kumala Pewi atas petunjuk rekannya yang
sudah lama mengenal Kumala. Tante Firda meminta
bantuan pada Kumala untuk mengembalikan jati diri
Ringgo, dan membuat Ringgo kembali padanya.
"Sebenarnya saya bukan dukun ilmu pelet, Tante,"
kata Kumala saat menanggapi permohonan Tante Firda
dengan ramah dan lembut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tetapi yang menarik bagi saya adalah adanya Umat


Pilihan. Yang merasa yakin betul kiamat akan datang di
bulan ini. Saya yakin, pasti ada dalang menyesatkan di
balik isu kelompok Umat Pilihan. Dalang itulah yang
membantu Sisca mempengaruhi jalan pikiran Ringgo.
Yang perlu dicegah bukan hanya tindakan Sisca, namun
lebih cenderung pada tindak pcnyesatan umat itu. Saya
sudah tahu siapa dalangnya."
"Kalau begitu, tolong lumpuhkan dia, supaya Ringgo
sadar dan kembali padaku, Kumala...." Tante Firda
memohon-mohon sekali .
Kumala hanya tersenyum kalem. Namun bukan berarti
menyanggupi keinginan tamunya. Ia hanya ingin
menenangkan tamunya.
0o-dw-234-o0

3
KELOMPOK yang menamakan diri Umat Pilihan,
disinyalir sebagai sekte aliran sesat yang sedang
merekrut anggota sebanyak-banyaknya. Dugaan Sandhi
tidak salah, kelompok tersebut adalah para pengikutnya
lelaki tua yang akrab dipanggil Opa. Pria jangkung itulah
pimpinan mereka yang selalu meyakinkan tiap orang
bahwa sebentar lagi bumi akan hancur, kiamat akan tiba.
Mereka dihimbau untuk menjadi pengikutnya jika ingin
selamat dan hidup abadi pada saat kehancuran bumi
tiba.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kumala masih ingat pesan Dewa Argon sebelum dewa


romantis itu kembali ke Kahyangan setelah membantu
Kumala melumpuhkan awan beracun, tiga hari yang lalu.
"Lokapura mengirim utusan ke bumi, entah siapa.
Waspadalah dengan ancaman itu, Dewi."
"Kenapa bukan Lokapura sendiri sih vang muncul
kebumi? Aku jadi nggak sabar ingin segera berhadapan
dengannya, walau pun nggak harus perang. Mungkin
bisa adakan perundingan damai dengannya."
"Tidak mungkin Lokapura turun sekarang, Dewi."
"Lho, memangaya kenapa?"
"Lokapura sedang menunggu kelahiran anak
andalannya."
"Anak andalan? Maksudnya bagaimana tuh?"
"Anak itu akan lahir dari selirmas Lokapura yang
bernama Auro. Kelak anak itu akan menjadi anak paling
sakti di antara anak-anaknya Lokapura, bahkan bisa jadi
lebih sakti dari Lokapura sendiri."
"Kenapa begitu?"
"Karena Auro anak dari Penghulu Ibiis yang bernama
Bahoddam. Bahoddam terkenal sakti. Sebelum ia lenyap
selamanya, dia sudah berjanji akan mewariskan seluruh
kesaktiannya kepada cucunya yang berdarah hitam. Cucu
berdarah hitam diperoleh apabila Auro menikah dengan
Lokapura. Auro wanita yang hanya punya kesempatan
satu kali hamil dan beranak. Kehamilannya tidak cukup
hanya 9 bulan, tapi sembilan tahun menurut perhitungan
tahun bumi. Dan, sekarang Auro sudah waktunya
melahirkan bayi yang dikan- dungnyaitu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Argon kembali ke Kahyangan setelah sukses


membantu Kumala melumpuhkan awan beracun. Dan,
yang paling diingat oleh Kumala saat ini adalah pesan
Argon agar waspada kepada utusannya Lokapura yang
dikirim ke bumi. Naluri Kumala mengatakan, bahwa
utusan Lokapura sangat mengetahui apa saja yang akan
dan telah dilakukan oleh Lokapura. Tentunya utusan itu
juga berbekal kesaktian yang tidak bisa dianggap ringan.
"Buron, coba selidiki siapa sebenarnya lelaki tua yang
disebut sebagai Opa itu," perintah Kumala kepada Buron.
Waktu itu, Tante Firda sudah pulang, dan Niko belum
datang.
" Baru saja kubicarakan dengan Sandhi, kemungkinan
besar Opa bukan manusia biasa dan..."
"Berangkatlah sekarang juga!"
Claaaap... ! Buron berubah menjadi seberkas cahaya
kuning yang menyerupai meteor. Cahaya kuning kecil
berekor itu melesat menembus atap rumah tanpa suara
apapun.
Beberapa saat kemudian barulah Niko tiba di rumah
Kumala. Ia datang sendirian dengan wajah memendam
ketegangan. la iangsung menemui Kumala yang sedang
berada di dapur bersama Mak Bariah, membantu
pelayannya menangani masalah dapur.
"Dewi, ada kabar buruk tentang..."
"Ya, aku sudah dengar dari Sandhi."
"Bukan hanya itu saja, Dewi. Ada yang lebih gawat
lagi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Okey, tapi jangan sekarang. Pergilah ke ruang


makan. Duduklah di sana, dan tunggu aku beberapa
saat. Aku nggak mau pekerjaan dapurku terganggu "
"Tapi, Dewi..."
"Please...!" Kumala memohon dengan senyum dan
kesabaran. Niko tak mampu mengeraskan hatinya lagi, ia
terpaksa bergegas pergi dari dapur dan duduk di ruang
niakan ditemani Sandhi. Beberapa saat kemudian Kumala
datang, menghidangkan mie goreng buatannya, dibantu
oleh Male Bariah dalam menyiapkannya.
"Okey, sekarang bicaralah, tapi... cicipi dulu
masakanku ini."
"Aku bicara dulu baru cicipi masakanmu. Atau, bicara
sambil mencicipi masakanmu?"
Kumala tertawa kecil. "Okey-lah..."
"Korban bertambah. Sekarang, berita terakhir
kudapatkan dari temanku yang menjadi pengikut Opa,
katanya sudah ada enam orang yang tewas secara
misterius. Umumnya mereka habis terlibat adu debat
dengan Opa, dan kematian mereka sangat mendadak "
"Aku sudah suruh Buron untuk selidiki siapa
sebenarnya Opa. Sebab, ada kemungkinan dia utusannya
si Lokapura dengan satu misi khusus yang belum
tersimpulkan dengan jelas."
"Pantas kalau begitu," suara Niko seperti
menggumam.
Sandhi menimpali, "Apanya yang pantas "
"Dia mampu membuat semua mobil atau motor yang
diparkir di depan rumahnya menjadi mogok, nggak bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dihidupkan mesinnya. Hal itu membuat mereka yang


ingin pergi meninggalkan dia jadi batal lantaran
kendaraannya nggak bisa dipakai."
"Siapa temanmu yang menjadi pengikutnya itu?" tanya
Kumala.
"Danny. Dia ingin keluar dari kelompok itu tapi
terkesan dihalang-halangi oleh kekuatan gaib yang
membuatnya ragu-ragu terus. Opa ingin membawa
mereka ke suatu tempat, semacam pondok yang ada di
pinggiran kota. Konon, mereka akan dikukuhkan sebagai
Umat Pilihan dan akan diselamatkan pada saat kiamat
tiba nanti."
"Sudah berapa banyak pengikutnya?" tanya Sandhi.
"Mencapai puluhan, tapi belum ada 50 orang. Belum
sampai sebanyak itu. Danny lebih tahu soal itu."
"Jumlah itu akan semakin bertambah kalau tidak
segera dicegah," kata Kumala tetap kalem, sambil
menikmati mie goreng buatannya la memang selalu
tampak tenang selama deteksi gaibnya menunjukkan
kondisi yang belum terlalu parah. Itulah sebabnya ia
tugaskan Buron bukan turun tangan sendiri, karena ia
merasa kasus tersebut belum membahayakan seluruh
jiwa manusia.
Namun, kadang perhitungan logikanya memang
meleset. Walau tak terlalu jauh melesetnya Jika
lawannya pandai menyembunyikan potensi yang dimiliki,
deteksi gaib Kumala sering salah persepsi. Oleh sebab
itu, dia menugaskan Buron datang ke sana, menjaga
kalau sampai deteksi gaibnya kurang tepat pada sasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebagai jelmaan dari Jin Layon, Buron punya banyak


akal dan kesaktian dalam menghadapi masalah- masalah
yang bersifat mistik. Ia dapat merubah penampilannya
dari pemuda berambut kucai menjadi pemuda berwajah
tampan, atau yang sejenisnya lagi. Namun agaknya kali
ini Buron merasa belum memerlukan suatu penyamaran
semacam itu. Ia memposisikan dirinya sebagai penyusup
yang bisa berada di tengah-tengah para pengikut Umat
Pilihan itu.
"Mau ke mana kita ini, Mas?" tanya Buron sok akrab
kepada salah seorang lelaki yang baru keluar dari rumah
Opa. Mereka tampak bersiap-siap untuk melakukan
perjalanan, dan sedang berkumpul di halaman rumah
berdinding abu-abu itu.
"Lho, tadi kan Opa sudah bilang kalau kita mau
dipindahkan ke pondok. Di sana kita dapat pengukuhan
sebagai Umat Pilihan. Apa situ tadi nggak dengar Opa
kasih wejangan begitu?"
"Tadi aku lagi ke toilet, kali. Jadi nggak dengar
semua."
"Makanya kalau Opa lagi kasih wejangan, jangan
bergeser dari tempatmu sekejap pun. Penting itu!"
"Iya, ya...," Buron cengar-cengir sambil garuk- garuk
kepala. Agaknya yang diajak bicara itu orang yang masih
setia menjadi pengikut Opa dan sangat percaya dengan
apapun yang dikatakan Opa.
Lama-lama Buron menemukan satu kejanggalan.
Mereka akan pergi ke suatu tempat, tapi mengapa
mereka tidak segera pergi. Mereka berkumpul di halaman
itu, seperti menunggu jemputan. Sementara semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kendaraan mereka tidak ada yang digunakan. Timbu!


pertanyaan di hati Buron, mungkinkah Opa sudah
menyiapkan mobil jemputan untuk mengangkut mereka
yang jumlahnya sekitar 30 orang itu?
Tak berapa lama kemudian Opa muncul dari dalam
rumah. Semua pengikutnya bersiap-siap menghadap dan
mendengarkan apa yang dikatakan oleh lelaki tua itu.
"Bikin satu lingkaran dan berkumpullah menjadi satu!"
perintah Opa dengan suara tua yang masih berwibawa.
Maka, mereka segera membentuk lingkaran besar.
Beberapa orang bergandengan tangan dan
membentuk lingkaran, sisanya berada di tengah, di
dalam lingkaran. Termasuk Buron yang sejak tadi sangat
berhati-hati dalam melemparkan pandangan matanya ke
arah Opa. Ia takut keberadaannya diketahui oleh Opa
sebagai penyusup.
Sebab menurutnya, jika memang Opa orang berilmu
maka ia dapat merasakan getaran gelombang gaib dari
tempat lain. Mungkin juga dapat mengenali jenis
gelombang gaib jin yang dimilikinya.
"Aku harus mengosongkan diri," pikir Buron: "Kalau
jalur gaibku nggak kututup, dia dapat menangkap
gelombang gaibku. Tapi kalau jalur gaib kututup, aku
nggak bisa merasakan getaran gaib lain yang seharusnya
kukenali tingkatannya. Hmm, gimana enaknya?"
Setelah berpikir sejenak, Buron pun berpendapat
dalam hatinya.
"Okey, kututup sementara saja, sampai kutemukan
titik-titik kejanggalan yang perlu kuselidiki, baru kubuka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kembali jalur gaibku buat menembus titik kejanggalan


itu."
Salah seorang berseru, "Kami sudah siap, Opa."
"Baik. Sekarang... pejamkan mata kalian. Jangan ada
yang coba-coba buka mata sedikitpun. Bisa buta mata
kalian kalau berani buka mata sedikit saja."
Perintah itu sangat dipatuhi. Mereka memejamkan
mata dengan kepala tertunduk. Tapi Buron sengaja buka
mata sedikit tanpa takut ancaman buta seperti yang
dikataikan Opa tadi. Ia ingin tahu apayang teijadi saat itu
sebenarnya.
Tampak kedua tangan Opa sedikit terangkat, hanya
sebatas pinggang. Tak terlalu tinggi. Tapi pada saat itu
juga dari dalam tanah seperti muncul bias cahaya putih.
Terang dan makin lebar. Makin menyilaukan. Claaaap...!
Mata Buron perih seketika. Jalur gaibnya dibuka untuk
menetralisir rasa perih itu. Zzzzub...! Tiba-tiba cahaya
putih menyilaukan itu padam seketika. Buron kembali
menutup jalur gaibnya. Ia hanya merasakan hembusan
angin menjadi lebih seiuk ketimbang sebelumnya.
"Benar juga kata dia tadi, ada yang berani melek
sedikit aja, bisa langsung buta matanya!" pikir Buron
sebelum mendengar aba-aba dari Opa yang ditujukan
untuk para pengikutnya itu.
"Ya, cukup. .! Buka mata kalian!"
Semua membuka mata. Semua saling tercengang.
Mereka memandang ke sana-sini dengan kebingungan.
Ternyata mereka sudah bukan berada di depan rumah
berdinding abu-abu lagi. Mereka sudah berada di tempat
lain. Di pinggiran kota. Banyak pepohonan. Ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bangunan rumah seperti pondok berukuran panjang.


Halamannya sangat luas. Pohon bambu betjajar di salah
satu sisi. Terdengar suara arus air deras. Tak salah
dugaan mereka, di bawah pepohonan bambu itu terdapat
aliran arus sungai.
Mereka baru menyadari bahwa mereka telah dibawa
Opa ke pondok yang disebut-sebut sebagai pondok Umat
Pilihan. Mereka telah dipindahkan secara gaib. Hal itu
membuat hati mereka semakin percaya bahwa Opa
memang sang penyelamat yang mereka dambakan.
Kesaktian Opa merupakan jaminan akan kebenaran
seluruh ucapannya, terutama mengenai datangnya
kiamat dalam waktu dekat ini.
"Boleh juga atraksinya," gumam hati Buron
menanggapi keajaiban tersebut. Namun ia tetap bersikap
lowprofile, bahkan cenderung berlaga bego.
"Opa," seru salah seorang. "... apa yang akan kami
lakukan di pondok ini selain pengukuhan? Apakah kami
habis itu boleh puiang ke rumah masing-masing?"
"Untuk apa kamu pulang ke rumah ? Kamu mengikuti
aku berarti kamu sudah rela meninggalkan segala harta
milikmu, termasuk rumahmu. Bahkan saudara atau
keluargamu yang tidak mau ikut bersamamu harus kamu
relakan juga! Untuk apa kembali ke rumah?!"
"Hmm, maksud saya..."
"Kamu cari selamat apa cari mampus?!'
"Cari selamat, Opa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau cari selamat, tetaplah bersamaku! Kamu calon


Umat Pilihan yang tidak peduli lagi dengan hal- hal
duniawi! Paham?!"
"Hmm, iya... paham, Opa!"
"Sekarang, semua masuk ke balai agung .. ruangan
yan gada di tengah dalam sana! Tapi tunggu, tunggu...!"
cegah Opa membuat mereka yang mau bergerak tidak
jadi bergerak, semua mernperhatikan Opa. Masing-
masing bertariya dalam hati, ada apa dan mengapa
harus menunggu?
"Ada yang tidak beres di antara kalian!"
Mereka saling pandang satu dengan yang lain, seakan
saling menyimpan kecurigaan. Salah seorang berseru
kepada Opa.
"Tidak beres bagaimana, Opa? Siapa yang tidak beres
itu?"
"Aku mencium bau jin di antara kalian!"
Buron tersentak dalam hati, "Waduh, mati aku!
Ketahuan deh"
Opa masih berdiri di lantai teras yang memiliki anak
tangga tiga baris. Dari tempatnya berdiri ia memandang
ke setiap orang dengan tatapan mata tajamnya. Buron
berusaha berlindung di balik punggung seorang
perempuan gemuk yang takut mati itu. Tapi agaknya
Opa mencari bukan dengan mata, namun dengan
penciumannya. Barangkali karena radar gaibnya tidak
mampu mendeteksi gelombang gaibnya Buron, maka ia
rnenggunakan penciumannya. Dan, ternyata orang tua
itu hapal betul dengan bau khas keringat jin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hey, kamu yang pake kaos merah itu! Kemari kau...!


Hey:..!"
Buron makin mengkerut. "Waduh... gelombang gaib
bisa kusembunyikan. Dia mengenali bau keringat asliku?
Celaka!"
Semua orang jadi memandang Buron. Yang merasa
dekat dengan Buron segera menyingkir, karena Opa
sedang menghampiri dengan mata memandang tajam,
menandakan kegeraman amarahnya. Menyadari hal itu
Buron merasa tidak bisa mengelak lagi, tidak bisa
menutupi dirinya lagi, maka ia kembali membuka jalur
gaibnya.
"Sudah terlanjur kepergok begini, ngapain harus
menutup jalur gaibku. Di-on-kan lagi aja! Kepalang
tanggung, ah!"
Buron menarik napas dalam-dalam. Ia tidak bergeser
dari tempatnya. Ia terkesan siap menghadapi
kedatangan Op^ Dari wajahnya tidak terlihat rasa takut
sedikit pun. Bahkan cenderung santai.
"Apa yang kau lakukan di sini, hay anak jin?!"
Suara tua itu menggeram setelah berhenti melangkah
dalam jarak sekitar 10 meter dari tempat Buron berdiri.
"Kau telah memasuki wilayahku, tahu?!" sentak Opa
lagi.
Buron tersenyum kalem. Ngeselin.
"Yang memasuki wilayah siapa? Kau atau aku,
Paktua?!"
"Kau!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sudah lebih dulu ada di bumi ini, dan kau baru
saja datang karena ingin menyesatkan pikiran manusia,
bukan?!"
"Tutup mulutmu! Aku ini dewa dari Kahyangan!"
"Dewa...?! Oh, ya...?!" sikap Buron makin
mengesalkan lawannya. "Dewa cap apa kamu? Setahuku
nggak ada dewa strukturnya kayak kamu."
"Aku Dewa Chong...! Chonggunata, penguasa
binatang buas!"
"Emang ada apa dewa namanya Chonggunata?
Kayaknya nggak ada deh "
"Tentu saja kamu tidak tahu karena kamu bukan
penghuni Kahyangan!"
"Dewa gadungan kali luh...," ledek Buron sambil
cengar-cengir. Orang-orang yang ada di sekitar situ
merasa heran melihat Buron tidak ada takutnya sedikit
pun berhadapan dengan Opa. Di pihak lain, Opa semakin
berang mendengar kata-kata Buron. Ia merasa
dilecehkan di depan orang-orang yang mengagungkan
dirinya.
"Mulutmu memang harus dibrangus, Anak jin!
hiiihh...!"
Wuusst...! Opa seperti melemparkan piring ke aruh
Buron. Yang keluar dari lemparannya hanya percikan
cahaya merah pendek. Tapi tiba-tiba Buron tersentak
mundur dan tak mampu berteriak. Ia tak bisa
mengeluarkan suara apapun, karena mulutnya hilang.
Lubang mulut termasuk bibimya menjadi rata dengan
kulit daging-pipinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Halih.. .?! Tuh anak mulutnya hilang?!" cetus salah


satu dari mereka dengan mata terbelalak. Mereka pun
semakin takut dan menjauhi Opa Sementara Buron
berusaha meraba mulutnya dan tampak bingung setelah
mengetahui dirinya tidak bermulut lagi.
Wuut, wuuuut...! Buron mengibaskan kedua
tangannya seperti orang menari Kibasan kedua tangan
mengeluarkan asap kuning yang menyembur ke wajah
Opa. Tapi dengan satu kali tiupan mulut, asap kuning itu
pudar dan lenyap tanpa meninggalkan akibat apapun
pada diri Opa. Hanya saja, dedaunan yang ada di atas
mereka berguguran dan jatuh ke tanah dalam keadaan
menjadi kering'. Orang-orangyang melihat kejadian itu
terperangah lagi
"Gila! Asap kuning tadi bisa bikin daun rontok dan
kering seketika?! Wah, walau kena muka Opa gimana tuh
tadi ya?!" ujar salah seorang dengan bulu kuduk
merinding.
Tiba-tiba dari tangan kanan Opa keluar semacam paku
baja berukuran satu kelingking panjangnya. jumlahnya
sangat banyak. Zraaak! Paku-paku itu menerjang Buron.
Titik sasaran dada Buron. Tapi dengan cepat Buron
berubah menjadi cahaya kuning. Claaap..! Tak peduli
disaksikan orang banyak, Buron melesat ke atas
sehingga paku-paku itu lolos tak mengenai dirinya,
namun menancap di beberapa pohon. Pohon-pohon yang
terkena paku itu tiba-tiba mengkerut, layu, kemudian
kering. Dalam hitungan detik pohon- pohon itu tampak
jelas menjadi keropos dan rapuh .
Sekali lagi para pengikut Opa tercengang melihat
kesaktian Opa yang mampu membuat pohon segar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjadi rapuh dalam waktu sekejap. Namun mereka


juga kagum melihat Buron bisa berubah menjadi cahaya
kuning seperti meteor kecil. Ada yang kagum ada yang
ketakutan.
Ternyata Opa tidak hanya memiliki kesaktian sampai
di situ saja. Sinar kuningnya Buron dikejar dengan cara
merubah did menjadi sinar meraK sebesar telur burung.
Sinar merah itu memercik-mercikkan bunga api, dan
memburu sinar kuning. Di udara mereka bertabrakan.
Blegaaaaarrr...!
Ledakan yang terjadi akibat tabrakannya dua sinar tadi
membuat pohon sekitar mereka bergetar. Tanah juga
bergetar. Mereka berlarian mencari tempat aman karena
menyangka akan terjadi gempa. Suasana menjadi kacau.
Namun hanya beberapa saat saja. Suasana kacau reda
kembali setelah kedua sinar tadi berubah menjadi Opa
dan Buron. Hanya saja keadaan Biiron lebih
menyedihkan, namun juga ada segi menguntungkannya.
Buron terpental cukup jauh. Membentur batang pohon
besar. Terpuruk di sana dajam keadaan sekujur
tubuhnya tersayat-sayat, seperti habis dicabik-cabik
dengan kuku-kuku tajam. Dari wajah sampai kaki
mengalami luka cabikan. Tapi keadaan mulutnya yang
tadi merapat dan hilang, kini sudah muncul kembali.
Normal seperti semula. Hanya saja dengan keadaan bibir
berdarah seperti habis kena cakar. Sementara Opa
terpental tak seberapa jauh, dan mendaratkan kakinya di
atas tanah dengan tegak. Hanya separoh wajahnya yang
tampak memar.
"Pergi kau dari sini!" sentak Opa, suaranya berubah
serak dan besar. Menyeramkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi Buron tidak merasa gentar sedikitpun. la bangkit


dengan menyeringai menahan sakit di sekujur tubuhnya.
Lalu, mengambil sikap ingin menyerang lagi. Sebelum
Buron banyak bergerak, Opa segera melompat dalam
posisi tengkurap, melayang cukup jauh jaraknya, dan
dalam perjalanan melayang ke arah Buron itulah ia
berubah menjadi seekor harimau. Blaaab...!
"Gggrroooww...!!"
Harimau loreng itu mengaum. Ukurannya yang besar
membuat suaranya menggema ke mana-mana. Buron
sempat terkejut melihatnya Namun lagi-lagi ia harus
meloloskan diri dari ancaman maut dengan cara melesat
dan berubah menjadi cahaya kuning mirip meteor kecil.
Claap,wuuus...! Tahu-tahu ia sudah berada di tempat
lain, jauh dari tempatnya semula. Harimau loreng itu
membentur pohon. Bruusk! Namun dalam sekejap ia
sudah berbalik arah. Matanya yang merah nanar mencari
mangsanya dengan liar. Ketika dilihatnya Buron sudah
berada di tempat lain, harimau itu melayang bagaikan
terbang.
"Grrraaaaaooowww...!!!"
Buron sempat berpikir, "Kalau gue keluarin jati diri
gue, wah... orang segini banyak bisa pingsan semua?!
Salah-salah ada yang mati terinjak kakiku nanti. Jangan!
Kuhantam saja pakai aji Tapak Siluman...!"
Claaap...! Buron keluarkan cahaya menyerupai petir
berlarik-larik banyaknya. Cahaya kuning itu menghantam
tubuh harimau yang sedang melayang. Blaaam...! Tapi
justru harimau itu sekarang menjadi ada dua ekor, sama
bentuk dan ukurannya. Buron terkejut, dan segera
menghindar dari tempatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Oh, ternyata sebelum dua ekor harimau itu


menyentuhkan kakinya ke tanah, sudah muncul lagi dua
ekor harimau baru yang berlawanan arah dengan
keduanya tadi. Dua ekor harimau itu seakan-akan keluar
dari bagian pantat dan segera menyerang Buron
bersamaan.
"Grrraaaoww...!! Gggrrrrrrhh...!"
Buron keteter menghadapi lawannya. Karena kedua
harimau baru itu bukan hanya menyerang secara fisik,
tapi juga mengeluarkan sinar merah dari masing-masing
matanya. Sinar merah itu membuat Buron semakin
kebingungan. Akhirnya dia adu dengan sinar jingga yang
keluar dari matanya dan kedua lubang hidungnya.
Claaaap... ! .
Jegaaar, bleeegaaarrr...!!
Ledakan dahsyat itu melemparkan Buron dengan kuat,
membentur pohon dan membuat pohon itu retak,
bagaikan mau terbefah secara vertikal. Sementara pohon
lainnya ada yang tumbang, ada yang hanya patah
dahannya. Orang-orang yang menyaksikan pertarungan
itu ada yang terluka dan patah kakinya karena tertimpa
patahan dahan. Sedangkan dua ekor harimau yang
mengeluarkan sinan merah tadi lenyap tinggal yang
pertama. Bahkan seekor lagi juga ikut lenyap. Jadi yang
tersisa adalah harimau jelmaan Opa.
Bagaimana keadaan Buron? Parah.
"Aduuuh, kepalaku retak kali nih! Yaa, ampuun
bocor...," ia meraba darah yang mengucur dan meleleh
membasahi pipinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ilmunya tinggi. Aku nggak mampu menahan


serangannya. Dadaku terasa jebol sampai ke belakang.
Gawat! Aku harus segera temui Kumala, lukaku... ooohh,
lukaku mengandung racun, sepertinya. Badanku panas
sekali?!"
Sebelum harimau jelmaan Opa menyerang lagi, Buron
sudah berubah menjadi cahaya kuning lagi, lalu lenyap
dalam kecepatan tinggi. Ia merasa akan hancur jika tetap
bertahan menghadapi kesaktian Opa. Dan, ia tak ingin
mati konyol akibat kebodohannya. Tak peduli apa kata
lawannya nanti, yang penting ia harus menghindar
secepatnya.
"Dia bukan tandinganku...!" tegasnya dalam hati.
Sportif.
Kumala Dewi sedang bicara dengan Niko dan Sandhi
di ruang makan. Tahu-tahu mereka dikejutkan oleh suara
gaduh dari atas seperti suara atap rumah yang rubuh.
Niko dan Sandhi terlonjak dari tempat duduknya. Kumala
tetap tenang hanya sedikit berkerut dahi. Namun ia tetap
bangkit dan agak mundur dari kursinva. Tak lama
kemudian sebuah benda jatuh tepat di atas meja makan
setelah sekilat tampak cahaya kuning datang dari atas.
Gebraaaak, praaang...!
"Astaga...?! Burooon?!" pekik Niko karena sangat
terkejut melihat keadaan Buron penuh luka
menyedihkan.
"Kumala...dia...!"
"Tenang, aku tahu dia terluka," kata Kumala
memotong ucapan Sandhi. Saat itu Buron setengah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pingsan, masih bisa mengerang namun sulit mengangkat


badan dan kepalanya.
"Hmmm, lukanya beracun. Sangat bahaya," gumam
Kumala, kemudian segera melakukan gerakan seperti
menaburkan bunga. Yang keluar dari tangannya adalah
percikan cahaya hijau bening, seperti percikan bunga api
yang indah. Cahaya itu menaburi sekujur tubuh Buron.
Tubuh itu mengeluarkan asap pada setiap lukanya.
Namun beberapa saat kemudian tiap luka tampak
mengering. Bahkan merapat dan akhimya semua luka
cabikan itu kembali pulih seperti sediakala, kecuali
pakaian Buron yang masih tetap tercabik-cabik tak
karuan.
Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Buron
adalah apa yang membuatnya penasaran dalam hati.
"Emang ada, dewa yang namanya Dewa Chong?"
"Yang ada Dewa Chonggunata."
"Ada?! Dewa apa tuh?"
"Dewa Chonggunata adalah dewa penguasa binatang
buas, sejenis harimau, singa dan sebagainya."
Buron menepak jidatnya sendiri. Plaak...!
"Mati aku!"
"Memangnya kenapa?" tanya Sandhi jadi penasaran.
"Aku habis tarung dengan Dewa Chong."
"Kau gila, apa?! Dewa dilawan?!" kecam Sandhi.
Kumala berkata, "Dewa Chonggunata adalah suami
dari bibiku; Dewi Anggraini. Dia adik tiri ibuku. Berarti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dewa Chonggunata adalah pamanku. Kenapa kamu


sampai bertarung melawan beliau?"
"Dia adalah Opa!"
"Hahh...?!" semua terkejut.
"Dewa Chong menjelma menjadi Opa, pemimpin sekte
Umat Pilihan itu!"
Kumala Dewi tertegun, tak habis pikir kenapa
pamannya sendiri menjadi penyebar berita tentang
kedatangan kiamat? Kenapa pamannya menjadi pihak
yang dicurigai beraliran sesat?
0o-dw-234-o0

4
DENGAN kepala dingin dan emosi tenang, Kumala
mendatangi pondok Umat Pilihan. Tentu saja Buron
sebagai pemandunya. Mereka hanya berdua. Sandhi
tidak ikut. Mereka tidak menggunakan mobil, tapi
menggunakan jalur gaib. Tidak ada orang yang tahu
bahwa Kumala dan Buron pergi ke pondok itu, karena
keberadaan mereka tertutupi lapisan jalur gaib.
Setibanya di sana, Buron diam terbengong Ia tampak
bingung, juga memendam rasa kesal dalam hatinya.
"Di mana pondok itu berada, Ron?"
"Ya, disini"
"Yang benar dong Di sini mana? Cuma pohon bambu
dan belukar yafig ada. Pohon rambutan, pohon sawo
dan... ini kebun kosong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hmm, eeh... iya sih, kebun kosong."


Buron benar-benar sulit bicara, karena di situ mereka
tidak menemukan bangunan serba kayu jati yang
panjang dan berhalaman luas. Tidak ada teras beranak
tangga tiga baris, dan tidak ada pohon yang terbelah
atau pun tumbang. Tapi pepohonan bambu yang tumbuh
di tanggul sungai memang ada Jalanan berbatu menuju
jalan raya juga ada. Pohon rambutan yang terbelah
vertikal juga masih ada, bahkan masih utuh. Tidak ada
tanda-tanda tempat itu pernah didatangi sekelompok
orang yang menjadi pengikut Opa.
"Sialan!" geram Buron. "Rupanya dia lebih dulu
memindahkan pondok dan pengikutnya ke tempat lain!"
"Tapi kamu yakin memang di sinilah tadi kamu
bertarung dengan Dewa Chong?"
"Yakin sekali!" tegas Buron. "Ciri-ciri alam sekelilingnya
masih kukenali. Rumah di seberang sana juga tadi kulihat
ada. Posisi pondok itu bersimpangan jalan batu dengan
rumah yang ada di sana, yang kelihatan bagian
belakangnya itu, Kumala."
"Hmm, ya, ya, ya...," Kumala Dewi manggut- manggut
sambil memandang ke sana-sini. "Kamu tertipu oleh
pandangan gaibnya Atau dia kabur lebih dulu sebelum
aku datang kemari! Mungkin dia tahu kalau kamu akan
mengadu padaku dan aku akan kemari."
Buron melacak dengan radar gaibnya. Begitu juga
Kumala. Tapi mereka tidak menemukan jejak gaib di
sekitar tempat itu. Mereka sulit menemukan ke mana
arah kepergian Opa bersama para pengikutnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Atau...," kata Kumala, "... mereka memang


dipindahkan oleh Opa ke alam gaib?"
"Kalau begitu aku akan mencarinya di alam gaib!"
"Tunggu, sebentar!" sergah Kumala, membuat Buron
batal merubah dirinya menjadi sinar kuning.
"Ada apa?" tanya Buron.
Kumala menggelengkan kepala, seperti ada sesuatu
yang ingin didengarnya. Sesuatu itu jaraknya terlalu
jauh, hingga hanya terdengar samar-samar. Itulah
sebabnva ia bungkam tak menjawab pertanyaan Buron,
dan Buron sendiri segera diam karena tahu ada suara
yang ingin dijangkau oleh pendengaran batin Kumala.
"Ada yang memanggilku," kini Kumala berbisik. Buron
mencoba mempertajam pendengarannya tapi masih
belum menangkap apa-apa.
Pelan-pelan kaki Kumala melangkah mendekati
rumpun bambu. Buron mengikuti dalam jarak cukup
dekat. Di bawah rumpun bambu ada lereng tebing
pendek berakhir pada aliran sungai. Buron memandang
ke arah permukaan air sungai yang coklat ke kuning-
kuningan. Tapi arah pandangan mata Kumala tidak
tertuju ke sungai, melainkan ke semak akar bambu.
Buron jadi ikut-ikutan memandang ke situ juga.
"Nyaiii. .Nyaiii.."
Buron dan Kumala saling beradu pandang.
"Kamu dengar suara itu?"
"Ya, sekarang aku dengar. Ada yang memanggil Nyai.
Apakah kamu yang dipanggil?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Menurutmu, apakah kamu pantas dipanggil Nyai?"


"O, iya, ya... goblok amat gue ini!"
"Udah lama gobloknya...," sahut Kumala lalu tidak
mempedulikan Buron lagi. Ia melangkah pelan-pelan
mendekati arah datangnya suara.
"Awas!" sergah Buron. Refleks tangannva langsung
mencekal pundak Kumala supaya langkah kaki Kumala
terhenti.
"Kenapa?"
"Ada ular besar tuh!"
"Aku tahu. Kenapa kamu? Takut?"
"Hati-hati, kamu nanti dimakan ular besar itu!"
"Kamu tahu, aku siapa? Dewi Kebo?"
"Dewi Ul... oo, iya. ... kamu Dewi Ular, ya? Kenapa
aku jadi khawatirkan dirimu? Itu kan anak buahmu yang
melingkar di sana!" Buron tertawa sendiri, cengar-cengir
malu.
Seekor ular besar melingkar di antara akar bambu.
Ular itu berwarna coklat dengan tepian perut berwarna
kuning. Besarnya seukuran betis orang dewasa.
Panjangnya sekitar 7 meter. Pada bagian ekornya
tampak tertindih bongkahan batu sebesar satu kepal
tangan orang dewasa. Namun, justru akibat tertindih
batu yang tak seberapa itulah sang ular tidak dapat
bergerak Seperti tertindih batu sebesar gajah. Aneh
sekali.
"Nyaii .. tolonglah aku,'' pinta suara ular tersebut.
Hanya pendengaran batin yang dapat menangkap suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ular itu seperti suara perempuan. Berarti ular tersebut


adalah ular betina.
"Cuma ketindihan batu sekecil itu dia nggak bisa
bergerak? Kok bego amat dia, ya?" bisik Buron.
"Kamu yang bego. Batu itu pasti bukan sembarang
batu. Coba kamu yang angkat batu itu, kalau bisa...
jago!"
Benar juga. Buron mencoba mengangkat dengan
tangan satu, ternyata tidak kuat. Dengan tangan dua,
juga tidak kuat. la kerahkan tenaga gaibnya untuk
mengangkat batu yang menindih ekor ular, ternyata
tetap tidak kuat. Padahal ukuran batu relatif kecil untuk
seekor ular yang besarnya satu betis orang dewasa itu.
"Bisa, Ron?"
Sambil nyengir malu Buron menggeleng.
Kumala Dewi diam sesaat, kemudian dengan
menggunakan dua jari dan tanpa tenaga batu itu
ditepisnya. Pluuk. . .! Batu itu terpental sejauh tiga
meter. Ekor ular pun bebas dari himpitan batu
berkekuatan sangat besar.
"Terima kasih, Nyai Dewi," kata ular betina itu.
"Siapa yang melakukan hal ini padamu?"
"Dewa Chong, Nyai."
Tersentak hati Kumaja mendengar jawaban itu. Buron
hanya menggumam dan manggut-manggut. Setidaknya
ia merasa lega karena ada"bukti lain yang mengetahui
bahwa ada pihak yang mengaku sebagai Dewa Chong di
tempat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah yang kau maksud adalah leiaki tua berbadan


jangkung dan akrab dipanggil sebagai Opa?"
"Benar, Nyai. Dia berubah menjadi harimau ketika
hendak membawa pergi para pengikutnya Harimau itu
mengetahui keberadaanku di sini dan dia menyerangku.
Aku berusaha melawannya sebisa-bisaku, akhirnya ia
menindihkan dengan batu itu tndi "
"Sekarang di mana dia ! "
"Membawa pergi para pengikutnya. Nyai ."
"Ke mana? Kau tahu7"
"Dengar-dengar dia mau membawa pengikutnya ke
Kahyangan."
Sekali lagi Kumala Dewi dan jelmaan jin Layon itu
saling beradu pandang. Heran dan agak kagrt
mendengar jawaban ular tadi.
"Ke Kahyangan?!" gumam Buron. "Nggak semudah itu
membawa manusia ke Kahyangan. Apa kamu nggak
salah dengar, Sobatku yang cantik?"
Ular betina itu menjawab, "Tidak, aku tidak salah
dengar. Aku mendengar dengan jelas bahwa Dewa
Chong akan membawa para pengikutnya pindah ke
Kahyangan Biar aman dari gangguan pihak mana pun
Bangunan pondoknya pun dibawanya ke Kahyangan
juga, Nyai."
Kumala Dewi tertegun sebentar. Berpikir.
"Semudah itukah paman Dewa Chonggunata
membawa manusia masuk Kahyangan? Hmm, kalau toh
benar begitu, pasti beliau punya alasan yang kuat. Kalau
memang pihak Kahyangan menerima aku bisa komplein
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada para penguasa Kahyangan, mengapa dapat


menerima kehadiran manusia dengan mudah? Sementara
aku sendiri baru boleh diizinkan masuk Kahyangan kalau
sudah mendapatkan cinta sejati. Aku harus menemui
paman Dewa Ardhitaka selaku komandan pasukan
perbatasan wilayah Kahyangan,"
Setelah berpamitan dengan ular betina itu, Kumala
dan Buron pulang ke rumah. Kumala mempersiapkan diri
untuk menghadap Dewa Ardhitaka, penjaga perbatasan
wilayah Kahyangan. Tetapi baru saja Kumala dan Buron
tiba di rumah, telepon telah menyambutnya. Telepon
datang dari Tante Firda.
"Kumala, aduuuh... aku sangat berterima kasih sekali
atas bantuanmu, ya? Terima kasih banyak, Kumala..."
"Hmm, iya... hmm, sama-sama, Tante." Kumala-
tampak bingung.
"Kamu benar-benar hebat, seperti yang diceritakan
orang-orang. Aku benar-benar kagum dan salut pada
reputasimu, Kumala."
"Hmm, iya... eeh, tapi... ucapan terima kasih Tante
tadi untuk masalah apa nih? Saya jadi bingung sendiri."
"Jangan berlagak bingung deh... Kan berkat bantuan
Kumala sekarang Ringgo sudah balik."
"Ringgo?!"
"Iya, Ringgo meninggalkan kelompok Umat Pilihan dan
dia memilih kembali ke rumahku. Sekarang dia ada
bersamaku. Dia kelihatan kangen sekali sama aku lho,"
berderai tawa Tante Firda. Tergambar keceriaan hatinya
saat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kapan dia pulangnya, Tante ? "


"Tadi, pukul lima lewat dikit," jawabnya di sela tawa
riang. Kumala Dewi melirik jam dindingnya yang
menunjukkan pukul tujuh malam kurang.
"Ya, syukurlah kalau Ringgo sudah piilang. Dia baik-
baik saja kan, Tante?"
"O, ya. Dia baik-baik saja. Sehat. Bahkan... hii, hii,
hii... bahkan kelihatannya kangen sekali sama aku lho..."
Tawa cekikikan Tante Firda masih belum habis meski
pun ia sudah meletakkan gagang telepon Karena pada
saat ia selesai bicara dengan Kumala dari telepon yang
ada di dalam kamarnya, saat itu juga Ringgo muncul dari
kamar mandi Ringgo baru selesai mandi dan hanya
mengenakan celana dalam. Badannya tampak segar,
dadanya bidang, dan semua itu mengundang keceriaan
tersendiri di hati Tante Firda. Ia segera menyambut
Ringgo yang sedang menggantungkan pakaiannya di
tempat gantungan.
"Sudah selesai mandinya, Sayang? Aku baru mau
nyusul ke dalam kamar mandi, buat mandiin kamu."
"Kelamaan mandi nggak baik buat Tante. Nanti keburu
moodnya hilang," jawab Ringgo dengan senyum
mendebarkan. la biarkan tangan Tante Firda merayapi
dada dan pinggangnya.
"Kamu benar, Ringgo. Kalau kelamaan ditinggal kamu,
aku kehilangan gairah. Cuma kamu yang bisa membakar
gairahku dan..."
Tante Firda tidak bisa melanjutkan kata-katanya
karena Ringgo segera mengecup bibirnya. Bibir itu bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hanya dikecup tapi juga dilumat dan dinikmati dengan


menggebu-gebu. Tante Firda membalas tak kalah ganas.
Bahkan tangannya berhasil menyelusup ke dalam celana
Ringgo, membuat celana itu pada akhirnya terlepas.
"Ooh, Sayang... Oouuh, cumbu aku terus, aku sangat
rinduu...!" ujarTante Firda di sela desah napas yang
terputus-putus.
Ia menggelinjang ketika Ringgo menyusuri leher
dengan ciuman panasnya. Bahkan tangan Tante Firda
membantu melepaskan gaunnya sehingga kini ia sudah
seperti bayi baru lahir. Ringgo mendorongnya hingga
punggung Tante Firda merapat di dinding samping meja
rias. Di sana ciuman Ringgo mengganas ke arah dada,
Tante Firda mengerang, memekik-mekik sambil
meremas-remas kepala Ringgo penuh kegemasan.
"Oooh, yaaah... teruskan, Sayang... teruskan...!"
rengek Tante Firda seperti anak kecil.
Ia menekan pundak Ringgo sehingga pemuda itu
menjadi berlutut. Tentu saja sasaran ciumannya sudah
bukan bibir atau dada lagi. Kaki kiri Tante Firda
diletakkan di atas bangku rias, dan Ringgo semakin
merendahkan badan. Ciumannya bertambah ganas dan
rakus. Ciuman rakus itu sangat disukai oleh Tante Firda,
sehingga tanpa berpikir panjang ia merintih, meraung,
mengerang-erang sebagai lambang curahnya segunung
kenikmatan yang membahagiakan hati. Tentu saja
napasnya pun semakin terputus-putus dan tak menentu,
karena sebentar-sebentar harus mendesah ditikam
kenikmatan lidah Ringgo.
Di kamar Tante Firda terjadi pergumulan mesra yang
menghebohkan emosi cinta keduanya. Tapi di sisi lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pergumulan yang terjadi bukan atas dasar cinta dan


birahi, namun karena perasaan heran dan kecurigaan.
Pergumulan itu terjadi baik dalam hati Kumala maupun
dalam perbincangannya dengan Buron dan Sandhi.
"Masalahnya sekarang adalah, apakah benar Opa'
membawa mereka ke Kahyangan, atau mengembalikan
mereka ke rumah masing-masing?"
Sandhi mengomentari persoalan yang diajukan Buron
itu.
"Yang perlu kita ketahui, apakah yang kembali ke
rumah itu benar-benar Ringgo, atau sosok lain yang
menyerupai Ringgo?" Agaknya pertanyaan Sandhi yang
perlu direnungkan lebih dulu oleh Kumala. Tidak
menutup kemungkinan orang yang kembali dari pondok
Umat Pilihan itu adalah orang yang sudah kehilangan jati
dirinya. Oleh karena itu Kumala perlu menghubungi Niko,
karena Niko sempat mencatat beberapa nama-nama
orang yang menjadi pengikut Opa, termasuk teman Niko
yang bernama Danny.
"Nik...," sapa Kumala melalui teleponnya.
"Ya, kenapa?"
"Kamu masih simpan nama-nama orang yang jadi
pengikut Opa?"
"Masih, tapi nggak lengkap."
"Tapi ada alamat mereka?"
"Sebagian ada.".
"Kamu tahu rumah temanmu yang bernama Danny
itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tahu. Dia dekat dengan rumah tanteku. Kenapa sih?"


"Coba kamu cek kebenarannya, apakah dia sudah
pulang ke rumah atau belum. Sebab, kudengar pengikut
Opa ada yang sudah pulang. Maksudku..."
"Siapa?"
"Ringgo, cowoknya Tante Firda. Nah, coba kamu lihat
apakah Danny juga sudah pulang ke rumah dan
keadaannya baik-baik saja atau nggak "
"Okey. Nanti aku hubungi kamu Aku memang sedang
menuju ke rumah tanteku untuk ambil barang. Nanti
kusempatkan mampir ke rumah Danny."
Selesai bicara dengan Niko, telepon berdering kembali.
Langsung saja Kumala yang menyambutnya.
"Hallo... Ada apa, Nik?"
"Aku, Lala. . . Bukan Niko."
"Oohm Ray...? Sorry, kukira kamu Niko. Baru saja aku
telepon Niko. Baru aja kututup. Kamu di mana, Ray?"
Hati Kumala sempat berdesir indah. Rayo Pasca bukan
orang jauh. Rayo Pasca adalah laki-laki yang selama ini
mengisi hatinya. Tapi karena kesibukan masing-masing
dalam karirnya, ia dan Rayo jadi jarang berkomunikasi.
Hanya telepon saja yang kadang mempererat hati
mereka, dan menjadi obat rindu selama ini.
"Aku ada di rumah temanku: Hervan. Kamu bisa
datang ke-sini, Lala? Aku butuh bantuanmu."
"Hervan yang mana, Sayang? Yang punya toko buah?"
"Benar. Kamu pernah kuajak datang ke rumahnya
beberapa kali, kan? Masih ingat rumahnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, ya... masih dong, Sayang. Apa aku harus ke situ


sekarang?"
"Kalau bisa secepatnya, Lala. Ada kasus misteri di sini,
menyangkut tentang adiknya yang bernama Sisca."
"Sisca...?!" Kumala berkerut dahi mencoba
mengenang apakah ia pemah bertemu adik Hervan atau
hanya sekedar mendengar nama Sisca saja. Tapi belum
sempat ia dapatkan ingatannya itu, Rayo sudah kembali
bicara.
"Istri Hervan tewas dibunuh Sisca. Jantungnya
dimakan."
"Apa...??!"
"Pelayannya yang memergoki kejadian sadis itu.
Untung dia sempat kabur, melarikan diri ketika Sisca
menyantap jantung iparnya."
"Gila?!"
"Datanglah secepatnya, Lala. Aku yakin ini berkaitan
dengan dunia mistik, karena menurut keterangan
Hervan, Sisca sudah beberapa hari nggak pulang. Ia
menjadi pengikut aliran Umat Pilihan. Dan, kabarnya
baru tadi sore dia kembali di saat Hervan jalan- jalan
dengan kedua anaknya. Istri Hervan sedang sakit, jadi
nggak ikut jalan-jalan. Makanya..."
"Iy, iya... iya aku kesana sekarang juga!" Kumala
dengan kesan terburu-buru dan sedikit tegang Kini ia
tahu bahwa Sisca yang dimaksud pasti Sisca yang
diceritakan Tante Firda, yaitu mantan pacar Ringgo.
Kali ini Kumala datang ke TKP bersama Sandhi,
menggunakan mobil BMW-nya yang berwarna hijau giok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jarak tempuh tidak terlalu lama, dan tempat sudah


diketahui dengan jelas, jadi Kumala merasa tidak perlu
menggunakan jalur gaibnya.
Tiba di sana disambut oleh Rayo Pasca. Sebuah
ciuman di pipi diberikan Rayo sebagai tanda kasih sayang
sekedarnya. Lalu, Rayo membawa Kumala ke ruang
tengah, tempat mayat istrinya Hervan sedang dibawa ke
ambulance oleh pihak kepolisian. Kumala sempat melihat
sebentar keadaan mayat itu. Robek dadanya. Ada bekas
luka bakar lebar. Dan. . kehilangan jantungnya seperti
yang dikatakan Rayo dalam telepon tadi.
Lebih jelasnya lagi Kumala mendengar penuturan dari
Sarmi, pelayan berusia 25 tahun, yang menyaksikan
sendiri adegan sadis itu dilakukan oleh Sisca.
"Saya tidak tahu awalnya, tapi saya dengar Non Sisca
memaksa Nyonya untuk jadi pengikut Umat Pilihan.
Nyonya tetap tidak mau. Terus... entah gimana, karena
saya nggak berani dekat-dekat, saya mendengar suara
Nyonya menjerit pendek. Saya curiga, tapi saya nggak
berani melongok. Lama sekali suasana sepi. Saya makin
penasaran. Lalu, saya pura-pura menaruh tempat sendok
di meja makan sambil melirik apa yang terjadi di ruang
tengah, dan saat itulah saya lihat jelas... jelas sekali!"
Sarmi menangis lagi dengan bibir gemetaran. Kumala
menenangkan dengan menyalurkan hawa murninya
lewat kepala Sarmi. Lalu, ketika Sarmi tenang kembali,
iapun melanjutkan penuturannya.
"Saya lihat dengan jelas, Non Sisca merogoh sesuatu
dari dalam tubuh Nyonya yang sudah terkapar di lantai
tak bergerak sedikit pun. Dari dalam tubuh Nyonya, Non
Sisca mengeluarkan sesuatu... daging apalah... saya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nggak jelas, belum tahu kalau itu jantung... terus saya


lihat, Non Sisca memakannya dengan tenang sekali,
seperti tidak berdosa sedikit pun. Melihat kengerian itu
saya hampir pingsan. Tapi saya kuatkan diri... saya coba
keluar lewat pintu garasi, lari ke samping rumah, dan
terus ke rumah tetangga... sampai di depan pintu rumah
Tuan Budi itu, saya nggak kuat, lalu jatuh pingsan...
Anaknya Tuan Budi yang tolong saya dan menyadarkan
saya... Terus saya cerita sama mereka. Dan. . terus...
mereka kemari, tapi Non Sisca sudah nggak ada. Terus...
terus..."
"Ya, udah... cukup, cukup...." potong Kumala, merasa
kasihan pada Sarmi yang tampak shock sekali
menghadapi peristiwa mengerikan itu. Bahkan menurut
keterangan Rayo, tadi Sarmi tidak bisa bertutur selancar
sekarang. Setelah mendapat usapan di kepala dari
Kumala Dewi, Sarmi bicara lancar. Hawa murni yang
disalurkan Kumala lewat tanganriya itu membuat Sarmi
menjadi lebih tenang dari sebelumnya.
Tentu saja semua orang yang mendengar penjelasan
itu merasa merinding bulu kuduknya. Jantung mereka
ikut berdetak-detak membayangkan kengerian tersebut.
Kumala sempat melihat luka parah pada dada korban
tadi. Ada luka bakar yang membentuk telapak tangan.
Lalu, teropong Mata Dewa-nya digunakan, dan ia melihat
jelas saat korban sebelum tewas. Sisca memukul dada
korban tidak terlalu keras. Tapi dada itu terbakar
membekas telapak tangan, lalu bolong. Dari luka itulah
Sisca mengambil jantung dan memakannya tanpa rasa
berdosa sedikit pun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dapatkah kau melacak ke mana perginya Sisca?" bisik


Rayo.
"Akan kucoba. Aku butuh tempat sepi."
"Mungkin... bisa di dak atas, tempat menjemur
pakaian."
"Boleh."
"Aku akan minta izin keluarga Hervan dulu "
Setelah meminta izin, Rayo Pasca membawa Kumala
ke tempat menjemur pakaian, atap rumah. Sandhi tetap
ikut mendampingi majikan cantiknya. Di sana memang
sepi. Tidak ada siapa pun. Tempatnya terbuka. Langit
tampak berbintang cerah. Kumala Dewi duduk bersila
dengan hanya beralaskan selembar koran. Rayo dan
Sandhi berdiri tidak jauh dari tangga. Tidak ada yang
berani bicara sedikit pun. Mereka tak ingin mengganggu
konsentrasi Kumala yang sedang melakukan sebuah
ritual pelacakan energi gaib.
Sebab, menurut Kumala, tangan Sisca tidak mungkin
dapat melubangi dada korbannya dengan mudah jika
tidak memiliki energi gaib cukup tinggi. Energi gaib itu
jelas bukan milik Sisca pribadi. Sebab tadi keluarga Sisca
sempat menjelaskan bahwa Sisca bukan orang yang
memiliki ilmu gaib atau black magic apapun. Maka
disimpulkan oleh Kumala, energi gaib yang dimiliki Sisca
adalah energi titipan. Tentunya bertujuan untuk
melakukan tindakan sadis seperti yang sudah
dilakukannya terhadap istri Hervan.
Energi gaib itu akan dapat terlacak oleh radar gaibnya
Kumala apabila tidak memiliki kekuatan yang bersifat
memprotek energi tersebut. Dengan merentangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kedua tangan Kumala Dewi dapat merasakan getaran


gaib lain yang berada dalam radius 1 kilometer dari
tempatnya berada. Dan, rupanya Sisca memang belum
jauh dari rumah tersebut. Kumala merasakan adanya
energi gaib cukup kuat di arah timur. Tangan kanannya
bergetar lembut. Tapi mata Sandhi dan Rayo dapat
meliha getaran tangan itu. Sandhi berbisik sangat pelan
di telinga Rayo.
"Dapat nih kayaknya..."
Rayo hanya mengangguk. Ia menahan diri karena
jantungnya berdebar-debar seirama getaran tangan
Kumala. Ketika tangan itu bergerak semakin kuat,
jantung Sandhi dan Rayo ikut deg-degan makin kuat
juga. Namun beberapa saat kemudian, Kumala
menghentikan meditasinya. Saat itu angin berhembus
cepat. Ia berdiri memandang ke atas. Rayo dan Sandhi
ikut memandang ke atas. Oh, teryata langit sudah tidak
secerah tadi. Bintang sudah tidak ada. Kini gumpalan
mendung hitam tampak sedang bergerak dari berbagai
arah, menuju ke satu titik, yaitu tepat pada langit di atas
kepala-Kumala.
"Tolong bilang sama petugas polisi yang masih ada di
bawah, suruh mereka bersiap-siap menyambut
kedatangan Sisca. Aku sudah berhasil menariknya agar
kembali datang kemari!"
Sandhi dan Rayo bergegas turun. Tapi sebelum
mereka turun, Kumala buru-buru berpesan pada mereka.
"Kau saja, Ray...! Biar Sandhi di sini bersamaku."
"Okey..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bilang sama mereka, jangan ada yang menye- rang


Sisca. Dia masih ganas. Pengaruh gaib hitamnya besar
sekali. Aku menanknya terus dari sini Kalau sudah
datang, aku akan menanganinya."
"Polisi?"
"Polisi hanya memberi jalan dan mengamankan yang
lain. Jangan ada yang menyerang atau menangkapnya.
Berbahaya. Bisa timbulkorban baru nanti. Paham, ya
Ray?"
"Ok. Paham."
Rayo segera turun, Sandhi tetap di atas walau tak
tahu harus berbuat apa ia di atas. Ia hanya
memperhatikan Kumala yang masih melakukan gerakan-
gerakan ritual dengan lembut, tanpa menguras tenaga
Sandhi hanya merasakan hembusan angin semakin
kencang. Awan hitam di langit semakin tebal, semakin
berkumpul di atas kepala mereka. Tampak pula kilatan
cahaya petir di kejauhan sana. Cahaya petir yang sangat
fauh di balik awan hitam itu sesekali menoreh terang,
membuat jantung Sandhi seperti disayat dengan pedang.
"Mengerikan suasana alam saat ini?" pikir Sandi.
"Kalau aku harus sendirian di atas sini, ooh. .. ogah!
Nggak rnauaku berdiri sendirian di sini. Mendingan..."
"San...!" panggil Kumala, membuat Sandhi tersentak
kaget dan jantiingnya seperti mau copot.
"Hmm, eeh, iya... kenapa?"
Kumala masih membelakangi Sandhi .
"Bilangin Rayo, suruh menahan Hervan. Aku
merasakan adanya ledakan emosi dalam diri Hervan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan dilampiaskan pada Sisca nanti. Tolong suruh Hervan


tahan emosi, atau... entah bagaimana caranya, yang
pentingjangan ada yang sentuh Sisca dulu sebelum aku
datang menyambutnya. Cepetan, San...!"
"Oh, hmm, iya, iya...!"
Sandhi pun buru-buru menuruni tangga. Kakinya
tergelincir karena tegang terburu-buru. Ia sempat jatuh
menggelinding. Tapi segera dapat kuasai diri. Tak sampai
ke bawah. Ada memar kecil di tulang keringnya. Ia
bangkit kembali dan buru-buru menghampiri Rayo.
Dugaan Kumala benar, ternyata saat itu Hervan
sedang mempersiapkan sebilah parang yang diambilnya
dari dalam kamar begitu ia mendengar dari Rayo bahwa
Sisca mau datang.
0o-dw-234-o0

5
SISCA berambut lebat sepanjang punggung. Badannya
sekal dan tergolong tinggi. Wajahnya cantik, tapi
memiliki mata lebar bertepian hitam maskara. Dadanya
tidak semontok dada Tante Firda.
Ketika ia datang, rambutnyatak teratur. Masih ada sisa
darah di sudut bibirnya Tapi tangan dan bagian mulut
lainnya sudah bersih dari darah. Entah di mana dia
mencuci tangannya. Mata yang lebar itu memandang
hampa. Kosong tapi menaku'tkan. Semua orang,
termasuk polisi yang menangani kasus kematian istri
Hervan merasa ngeri memandang mata itu. Mereka
menjauhi Sisca meskipun pihak kepolisian ada yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengeluarkan pistol secara diam-diam, sekedar untuk


beijaga-jaga.
"Pembunuh biadaaaab... !!"
Semua orang terkejut mendengar suara teriakan
histeris yang meledak secara tiba-tiba. Teriakan histeris
itu datang dari Utha, adik kandungnya istri Hervan,
cowok berbadan kurus semi preman. Utha muncul dari
balik tanaman perdu, menyerang Sisca dengan sebilah
badik di tangan.
Amukan Utha tidak mengejutkan Sisca. Tapi ekspresi
wajah Sisca berubah menjadi bengis. Hujaman badik
berhasil ditangkis dengan kibasan tangan Sisca. Plaaak ..!
badik terlempar seketika. Utha menjerit histeris sambil
sempoyongan.
"Aaaaaaaaaaaahhkk...!!"
"Hahh ..?!" semua orang terperangah kaget dan ngeri
melihat tangan Utha hangus terbakar dari batas
pergelangan sampai mendekati siku. Bagian itulah yang
tadi terkena tepisan telapak tangan Sisca. Dan, melihat
penyerangnya kesakitan, Sisca segera menyambar baju
Utha, ia mengayunkan telapak tangannya ke dada Utha.
Bapat dibayangkan, dada itu pasti akan jebol seperti
yang dialami almarhumah istri Hervan.
"Hentikan...!"
Suara tegas itu menggema ke mana-mana.
Menggetarkan setiap hati orang yang mendengarnya.
Membuat gerakan Sisca berhenti secara tiba-tiba. Seperti
tidak bisa bergerak untuk beberapa detik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si pemilik suara aneh itu tak lain adalah Kumala Dewi


la segera menghampiri Sisca. Menarik tangan Utha yang
tidak terluka dan melemparkan tubuh kurus itu ke
belakangnya, seperti melemparkan boneka kapas.
Wuusss ..! Utha memang jatuh terkapar di depan kaki
petugas polisi, namun dia selamat dari hantaman tangan
Sisca yang sangat berbahaya itu. Kini pandangan mata
Sisca tertuju pada Kumala dengan tajam dan buas.
"Kau bukan Sisca!" tegas suara Kumala, tidak
menggema seperti saat memerintahkan untuk berhenti
tadi.
"Aku Sisca...! Kau siapa, hah?!"
"Kau pasti mengenaliku. Kau bukan Sisca! Pergi kau
dari raganya!"
"Keparat!" gumam Sisca sambil segera melakukan
penyerangan. Kedua tangannya seperti hendak
mencakar, mencabik-cabik tubuh Kumala. Secepatnya
Kumala melayang mundur dengan kedua kaki
mengambang di udara, 20 centimeter dari permukaan
tanah. Suuuuut....!
"Haaaarrggggghhh...!!" Sisca pun melayang seperti
terbang.
Kumala sedikit merendahkan badan, lalu jarinya
menyentil di udara depannya. Teesss ..! Sentilan itu
mengeluarkan cahaya hijau sebesar kelereng. Zlaaap...!
Cahaya itu tepat mengenai ketiak Sisca. Desss!
"Aaahhhkk...!!" Sisca memekik panjang lajatuh
tersungkur dan tak sadarkan diri lagi. Kumala Dewi
berdiri tegak kembali, napasnya menghembus panjang
pertanda merasa lega.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah dia...?"
"Dia pingsan," sahut Kumala kepada Rayo yang
tampak ragu untuk mendekati Sisca. Kumala pun
menambahkan kata setelah melihat ada asap putih
keluar dari punggung Sisca Ialu lenyap dalam tempo
singkat.
"Kekuatan gaib hitam telah lenyap dari dirinya. Dia
bergerak bukan atas kehendak pribadinya. Dia
ditumpangi kekuatan iblis atau sejenisnya, yang
membuat dia menjadi tak sadar atas segala tindakannya,
dan memiliki kekuatan maut yang mematikan."
Kumala Dewi segera mengobati lengan Utha. Tidak
sampai dua menit, luka yang menyakitkan dan sangat
parah itu dapat pulih seperti sedia kala. Bahkan setelah
itu dia minta izin kepada Hervan untuk menyusul jenazah
istri Hervan ke rumah sakit. Menurutnya, jenazah tidak
perlu diotopsi lagi.
"Kamu ikut aku bersama Rayo. Aku butuh bertemu
dengan jenazah istrimu," katanya setelah ia ingat
sesuatu yang sejak tadi ia lupakan. Petugas dari
kepolisian pun ada yang ikut dalam mobil BMW nya
Kumala. Petugas itu adalah teman baiknya Sersan
Burhan, yang sudah lama mengenal Kumala Dewi
sebagai konsultan di kepolisian.Sementara itu, petugas
polisi yang lain segera mengamankan Sisca untuk dibawa
ke kantor poltsi, karena dikhawatirkan akan menjadi
korban pelampiasan dendam bagi para keluarga istri
Hervan. Sisca sendiri ketika siuman merasa bingung,
mengapa ia sudah berada di rumah, dan dia tidak
mengetahui apa saja yang telah terjadi di rumah
tersebut. la sempat menjerit sedih ketika diberitahu istri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hervan, alias iparnya, tewas dalam keadaan mengerikan.


la menyangkal keras ketika dikatakan sebagai pembunuh
tunggal iparnya.
Kumala Dewi dan rombongan tiba di rumah sakit. la
langsung menemui dokter yang menangani otopsi mayat
istri Hervan. Tentu saja jenazah belum diapa- apakan.
Diam-diam tangan Kumala menyentuh mayat tersebut.
Kekuatan maha gaib mengalir dalam diri Kumala, yang
membuat luka parah di dada mayat menjadi merapat
kembali. Dan yang paling fantastis bagi mereka adalah
melihat istri Hervan hidup kembali. Segar bugar seperti
tak pernah kehilangan jantung.
Sandhi tidak terlalu heran melihat hal itu karena ia
tahu, di dalam diri Kumala terdapat kekuatan gaib dari
sebuah pusaka tua yaitu Pedang Equador. Kekuatan
keramat pedang pusaka itulah yang membuat Kumala
dapat menghidupkan orang mati selama kematiannya
masih disebabkan oleh hal-hal yang bersifat mistik atau
gaib, bukan kematian kodrat. (Baca serial Dewi Ular
daiam episode: "M1STERI RONA ASMARA").
Ring tone HP terdengar, khas ring tone dari HPnya
Kumala. Segera Kumala menyambut dering telepon itu
karena di layar HP muncul nama Niko.
"Kenapa, Nik?"
"Danny... hmmm, aku... aku baru dari rumah Danny."
"Ada kejadian apa di sana? Suaramu tegang sekali."
"Danny makan jantung mamanya... hmm,
maksudku..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tahu," jawab Kumala pelan, seperti merasa


sangat prihatin. Tapi ia tidak terlalu terkejut karena
sudah menduga akan mendapat kabar seperti itu.
"Sekarang di mana Danny-nya? A da di situ?"
"Nggak ada. Dia... dia entah kemana... adiknya yang
perempuan juga tewas. Jantungnya dimakan. Ooh,
mengerikan sekali, Dewi..."
"Aku akan ke situ sama Rayo. Di mana alamatnya,
atau... kamu bicara dulu sama Rayo, aku mau bicara
dengan dokter dan petugas polisi yang ada di sini."
Kumala menyerahkan HP-nya kepada Rayo.
"Niko punya kabar serupa. Cari tahu di mana alamat
korban yang jelas, kita akan ke sana. Aku mau bicara
dulu dengan dokter Wika."
Sandhi ikut terperanjat mendengar kabar bahwa
teman Niko baru saja membunuh ibu dan adiknya, lalu
kedua korban jantungnya dimakan. Maka, segera saja ia
simpulkan bahwa orang yang pulang dari pondok Umat
Pilihan pasti akan membunuh dan memakan jantung
orang lain.
"Okey, kita langsung ke rumah Danny, temui Niko
dulu!" kata Kumala dengan langkah tergesa-gesa
memasuki mobilnya, Tapi sebentar kemudian dia keluar
lagi. Pindah ke mobilnya Rayo.
"Aku ikut mobilmu saja."
"Kenapa?"
"Emang nggak boleh aku kangen kamu," jawabnya
seraya menahan senyum. Berlagak ketus. Tapi hatinya
terbius. Ya, terbius oleh tawa lirih Rayo yang terasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghangat di hatinya. Ciuman kecil diberikan Rayo di


pipi Kumala. Malam bagaikan berbunga indah Semerbak
wangi cinta membungkus jiwa-jiwa mereka .
Sayang sekali kemesraan yang begitu romantis cukup
hanya sesaat saja. Kumala tidak mau larut dalam
kehangatan cinta sementara di sisi lain masih banyak
manusia yang harus diselamatkan. Oleh karena itulah,
Kumala segera kembali fokus pada persoalan yang
sedang dihadapi, yang menyangkut keselamatan umat
manusia dibumi.
"Kalau Sisca begitu, Danny begitu, berarti Ringgo pun
mengalami hal yang sama."
"Siapa Ringgo itu?"
Secara singkat Kumala menceritakan kehadiran Tante
Firda dan persoalan yang dihadapi janda kaya itu. Ia
menaruh curiga pada keselamatan Tante Firda.
"Jangan-jangan Tante Firda juga dimakan jantungnya
oleh Ringgo?" gumam Kumala bernada cemas.
"Hubungi saja teleponnya kalau kau punya," saran
Rayo, dan Kumala mengikuti saran kekasihnya. Ia
menghubungi nomor telepon rumah Tante Firda. Sampai
lama berdering tidak ada yang menyambut. Ia juga
menghubungi nomor HP-nya janda kaya itu. Tapi juga
tidak ada yang menerima teleponnya. Kecurigaan
semakin bertambah besar.
Dewi Ular segera melakukan hubungan gaib dengan
asistennya, yaitu Buron. Dalam posisi duduk bersandar
santai, ia bicara pelan, dan Rayo mengetahui
pembicaraannya itu bukan ditujukan padanya. Rayo
sudah terlalu sering melihat Kumala melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hubungan gaib dengan Buron sehingga tidak merasa


aneh lagi. Justru ikut membantu dengan cara
membungkam diri, tidak ikut bicara sepatah kata pun.
"Kamu tahu rumah Tante Firda, kan?"
Terdengar suara gaib Buron di telinga batin Kumala.
"Nggak tahu."
Rayo tidak mendengar suara Buron.
"Cari energi gaib besar di komplek perumahan Griya
Cendana. Kalau kau temukan energi besar di sana,dekati
dia. Itu energi gaib hitamnya Ringgo. Kemungkinan besar
Tante Firda jadi korbannya."
"Baik. Aku akan ke sana."
"Di mana pun kau temukan energi gaib yang dapat
sampai menusuk ulu hatimu, itulah energi gaib sesat dari
Opa. Temui orang itu dan hancurkan energi gaibnya, tapi
selamatkan orangnya"
"Akan kucoba!" tegas Buron, selalu siap menerima
perintah dan tugas berbahaya seperti itu.
"Aku melihat kelemahan mereka ada di ketiak. Hantam
ketiaknya."
"Ketiak kanan atau kiri?"
"Salah satu kau hantam, lumpuh semuanya "
"Baik. Aku paham, Kumala."
"Berangkat sekarang juga!"
"Aku berangkat!"
Napas panjang dihembuskan, pertanda Kumala telah
selesai melakukan hubungan gaib dengan asistennya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jika sudah begitu barulah Rayo berani bicara atau


bertanya pada kekasihnya.
"Untung kamu bisa cepat mengetahui titik kelemahan
Sisca tadi. Bagaimana cara mengetahuinya?"
"Dengan mata batin. Aku melihat cahaya merah kecil
di ketiaknya. Biasanya bayangan cahaya seperti itu
adalah titik kelemahan dari kekuatan gaib yang ada pada
diri orang tersebut."
"Lalu...," kata-kata Rayo terputus lantaran HP Kumala
berdering.
"Apa, Nik?"
Oh, rupanya Niko yang menelepon. Suaranya masih
gugup seperti saat meneleponnya tadi.
"Aku dapat kabar lain. Saudaranya temanku,
mengalami hal yang sama. Orang itu juga baru saja
membunuh pelayannya, dimakan jantungnya. Dia juga
pengikut sekte Umat Pilihan, sama dengan Danny"
"Okey, kita bicarakan nanti. Nggak sampai lima menit
lagi aku tiba di alamat rumah Danny."
Sekali lagi Kumala menghembuskan napas panjang
karena merasa sangat prihatin dan sedih atas kejadian
yang dialami oleh para korban. Ia juga sedih lantaran
pelakunya tidak menyadari apa yang telah diperbuat
olehnya. Maka, terdengar suara Kumala menggeram
jengkel sambil matanya menerawang jauh ke depan.
"Kalau benar semua ini perbuatan paman Dewa
Chonggunata, aku akan menuntut pihak Kahyangan agar
membuang Dewa Chong keluar dari Kahyangan.
Memalukan sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bidadari cantik jelita itu memendam kejengkelan.


Maka, ketika ia tiba di TKP atas kematian mamanya
Danny, ia langsung mengerahkan kesaktiannya,
mengundang balik Danny seperti yang dilakukan kepada
Sisca. Dan, ketika pemuda itu datang dengan sisa darah
masih melumuri sebagian tangannya, Kumala langsung
menghantam. Melumpuhkan tanpa ampun lagi. Ia juga
menghidupkan kembali mayat mama dan adiknya Danny.
Malam itu kota Jakarta menjadi heboh. Di mana-mana
terjadi kasus pembunuhan yang memakan jantung
korban. Rupanya para pengikut Opa menyebar ke mana-
mana, sehingga pihak kepolisian pun dibuat kalang kabut
dengan munculnya kasus seperti itu secara serempak.
Mau tak mau Kumala Dewi dan Buron bekeija keras
untuk menghentikan teror yang mulai meresahkan
masyarakat ibukota.
Tapi anehnya, Buron menemukan Ringgo dan Tante
Firda dalam keadaan baik-baik saja. Menurut pengakuan
Buron kepada Kumala yang menyusul ke rumah Tante
Firda, ketika Buron berhadapan dengan Ringgo, ia
memang melihat dan merasakan getaran energi gaib
berbahaya pada diri Ringgo. Buron sempat berkeiahi
dengan Ringgo, dan berhasil melumpuhkan energi gaib
itu dengan pukulan bercahaya di bawah ketiak Ringgo.
Ringgo pingsan sesaat. Tante Firda nyaris mengamuk
pada Buron Tapi setelah Buron menjelaskan tindakannya
atas perintah Kumala, kemarahan Tante Firda pun reda.
Ketika Kumala tiba di rumah Tante Firda, keadaan Ringgo
sudah siuman. Setiap kali orang yang habis kehilangan
energi gaibnya, pingsan, sadar, dan merasa linglung
sesaat. Sepertinya ia tidak menyadari apa yang ia
lakukan selama kembali ke rumah. Tapi mereka masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ingat apa saja yang mereka lakukan di pondoknya Opa.


Begitu pula dengan Ringgo, ia dapat menjelaskan banyak
hal yang diingatnya tentang suasana di pondok .
"Kamu ingat, aku pemah berada di antara kalian di
pondok?" tanya Buron yang berdiri di samping Kumala.
"O, ya... sekarang aku baru ingat. Kamu yang
berkelahi melawan Opa, dan Opa menjadi harimau, lalu
kamu babak belur, ooh... ya, ya, sekarang aku jadi ingat
betul tentang kamu."
"Babak belurnya nggak usah disebut," gumam Buron
sedikit bersungut-sungut.
"Ringgo," kata Kumala dengan suara lembutnya. "...
boleh aku tahu, kenapa kamu tidak memakan jantung
Tante Firda seperti Sisca memakan jantung iparnya, atau
Danny yang memakan jantung mama serta adiknya?"
"Pesan Opa memang begitu."
"Apa pesannya?"
"Untuk menjadi Umat Pilihan yang dapat selamat dari
datangnya kiamat, dan yang kelak akan menguasai dunia
baru, masing-masing dari kami harus memakan sepuluh
jantung manusia. Jantung yang dipilih adalah jantung
manusia sesat..."
"Dalam pengertian bagaimana yang dimaksud manusia
sesat itu?"
"Manusia sesat adalah manusia yang menolak saat
diajak untuk bergabung dengan kelompok kami, dan
merendahkan martabat serta kesucian Umat Pilihan.
Orang seperti itulah yang harus dimakan jantungnya.
Dirobek dadanya, dan diambil jantungnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Darimana kalian bisa merobek dada manusia dengan


mudah?"
"Nggak tahu. Tapi kami diberi kekuatan oleh Opa,
yang menurutnya disebut kekuatan Ajidewa."
Buron menatap Kumala Dewi.
"Aku seperti pernah dengar kekuatan Ajidewa itu."
"Kesaktian milik paman Chonggunata," kata Kumala.
Kemudian ia kembali bertanya kepada Ringgo.
"Apakah semua pengikut Opa dibekali Ajidewa?"
"Ya. Semuanya. Opa berubah menjadi seekor harimau,
yang pemah bertarung dengan dia...," Ringgo menuding
Buron."... lalu masing-masing tangan kami dijilat oleh
lidah harimau itu. Katanya, dengan cara begitu maka
kami sudah dibekali kekuatan Ajidewa yang dapat untuk
merogoh jantung manusia sesat dengan mudah."
"Bukan itu saja," sahut Kumala. "Tapi jiwa kalian juga
telah dirasuki oleh jiwa jahat, dan kesadaran kalian telah
dibekukan. Air liur harimau membuat seluruh gerak dan
kesadaran kalian mudah dikendalikan dari jauh. Tentu
saja oleh Opa sebagai pengendalinya."
"Kekuatan air liur itukah yang bersumber di ketiak?"
tanya Buron kepada Kumala, dan Kumala hanya
menganggukkan kepala.
"Lalu, kenapa kau tidak memakan jantung Tante
Firda?"
"Tante bersedia menjadi pengikut Umat Pilihan. Tante
menerima tawaranku untuk ikut ke pondok dan menjadi
anggota kami. Jadi, aku tidak boleh memakan
jantungnya. Justru harus memberi perlindungan, serta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melayani segala keinginan Tante Firda. Kami diwajibkan


menjadikan orang-orang seperti Tante sebagai saudara,
bilamana perlu diperlakukan sebagai majikan kami.
Maka, ketika Tante menyatakan kesediaannya ikut
denganku ke pondok, aku harus melayani semua
keinginan Tante."
"Pantas ditelepon tidak mau angkat, rupanya mereka
sedang asyik bercinta habis-habisan," pikir Kumala.
Bibirnya menyunggingkan senyum kecil dan tipis sekali.
Tante Firda sendiri berkata, "Pada dasarnya aku tidak
ingin kehilangan Ringgo lagi. Karena itulah, apa yang ia
inginkan dariku aku penuhi. Dia tawarkan aku untuk ikut
menjadi anggota Umat Pilihan, aku bersedia asal aku
jangan kehilangan dia. Aku harus merebut dia dan
ancaman cinta Sisca."
"Ya, saya memahami kondisi Tante saat ini," ujar
Kumala pelan sambil manggut-manggut kecil.
"Pelayanku juga ditawari untuk ikut menjadi anggota
Umat Pilihan oleh Ringgo, dia iya-iya saja. Nggak
menolak."
"Maka dari itu saya nggak boleh menyakiti pelayan
Tante," timpal Ringgo dengan polosnya.
"Berapa jumlah pengikut Opa sebenarnya?" kali ini
pertanyaan datang dari mulut Rayo yang sejak tadi
menjadi pendengar yang baik.
"Seingat saya... ada 38 orang, termasuk tiga di
antaranya remaja belasan tahun: Wawan, Johan, dan
Tika. Mereka bertiga masih tergolong ABG."
"Kenapa bisa ikut bergabung dalam kelompok itu?'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mereka mengikuti orang tua, hmm... setahuku kalau


yang bernama Tika, dia ikut karena ajakan kakaknya;
Yesnia."
Kumala Dewi segera memandang Buron.
"Apakah tadi kau temukan tiga remaja itu?"
Buron menggeleng.
"Yang berhasil kulumpuhkan tadi sepertinya... dewasa
semua. Beberapa di antaranya sudah cukup umur"
"Kalau begitu ketiga remaja itu juga berbahaya dan
harus segera dilumpuhkan sebelum menelan 30 korban "
Buron manggut-manggut.
"Berangkat sekarang, dan carilah mereka. Beritahu
aku di mana posisi para korban."
"Baik," jawab Buron, kemudian tanpa malu-malu lagi,
meski pun di depan Tante Firda dan Ringgo, ia berubah
menjadi sinar kuning, lalu melesat menembus langit-
langit ruang tamu.
Tante Firda agak terkejut dan tampak takut. Tapi
Ringgo tidak, karena Ringgo pernah melihat hal seperti
itu ketika Buron bertarung dengan harimau jelmaan Opa.
Malam semakin larut. Kumala tidak mau menunda
masalah itu. Ia harus segera menuntaskan. Ancaman
maut yang dihadapi manusia itu bukan masalah yang
bisa ditunda-tunda.
"Ringgo," kata Kumala lagi,"... sebenarnya kau sangat
beruntung, karena tanganmu tidak sempat berlumuran
darah Tante Firda Paling tidak, rasa penyesalan tidak
seperti yang dialami oleh Sisca dan yang lainnya. Tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

apakah sekarang kamu masih punya niat untuk kembali


ke pondok Umat Pilihan?"
Ringgo menggelengkan kepala, lalu menarik napas
dalam-dalam.
"Sekarang aku sudah menyadari kebodohanku. Aku
juga menyesal, mengapa aku bisa terpedaya dan sangat
mengagungkan Opa, waktu itu. Doktrin yang diajarkan
sangat kuat dan cepat merasuki jiwa kami. Cepat
membuat diriku meyakini semua yang dikatakannya."
"Ia bukan hanya sekedar menycbarkan doktrin pada
kalian, tapi juga memiliki pengaruh kuat, menyebarkan
pengaruh semacam sihir atau hipnotis kepada kalian.
Bisa melalui pandangan matanya, bisa lewat getaran
gelombang suaranya."
"Memang matanya sungguh menakutkan kalau dipikir-
pikir. Setiap orang beradu pandang dengannya, terasa
jantungnya dicengkeram Aku sendiri kalau terlalu lama
memandang matanya, terasa sekujur tubuhku menjadi
lemas. Tak memiliki daya untuk berbuat apapun selain
patuh padanya."
Rayo berbisik pada Kumala, "Apakah pamanmu
memiliki kekuatan semacam itu?"
"Untuk hal ini aku nggak tahu."
Tante Firda berkata kepada Ringgo, "Sebaiknya kamu
jangan kembali lagi ke sana deh, Ring. Aku takut kalau
kamu menjadi sesat."
"Seandairtya aku harus kembali ke pondok pun aku
nggak tahu jalannya, Tante."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"O, jadi kamu nggak ingat lagi di mana pondok itu


berada?" tanya Kumala Dewi.
Ringgo menggeleng lugu.
"Aku nggak ingat. Tapi kalau rumah pertama kami
berkumpul, aku masih ingat. Rumah berdinding abu-abu
itu ada di daerah barat. Daerah rawan banjir. Tapi dari
situ kami dipindahkan ke pondok."
"Secara gaib pemindahannya?"
" Ya. Menggunakaacahaya menyilaukan."
"Ya, ya... aku sudah pernah dengar ceritanya dari
Buron. Lalu, pondok itu sendiri di mana, kamu nggak
ingat?"
"Nggak tahu jalannya."
"Apakah benar set el ah di pondok kalian segera
dipindahkan, di bawa ke Kahyangan?"
"Hmmmm, menurut Opa sih begitu. Kami dipindahkan
ke Kahyangan untuk menerima kekuatan Ajidewa. Dan,
lagi-lagi kami dibawa dengan kendaraan berupa cahaya
menyilaukan. Cahaya itu muncul dari dalam tanah, lalu...
tahu-tahu kami sudah berada di tempat lain, bukan
pondok berkayu jati."
"Seperti apa tempat itu?"
"Indah sekali.. Seperti sebuah istana berlantai tiga.
Memiliki taman yang teduh, indah, bunga-bunga
semerbak mewangi, tapi semuanya serba berwarna
jingga."
"Serbajingga?" gumam Tante Firda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Iya. Pohon, rumput, batu, semuanya serba jingga.


Hanya beberapa bunga kecil yang punya warna lain.
Ranting dan dahan pohon pun warnanya jingga. Bagus
sekali."
"Itu bukan Kahyangan!" potong Kumala.
Rayo menatapnya, "Bukan Kahyangan? Lalu...?"
"Alam lain, entah kekuasaan siapa, tapi yang jelas
bukan alam di Kahyangan Warna jingga tidak menjadi
dominan di Kahyangan."
"Jadi, maksudmu... Opa itu bukan pamanmu?"
"Seandainya dia pamanku, memang bisa saja dia
membawa mereka ke alam lain. Yang jelas bukan
Kahyangan."
"Lalu, mengapa kami dibawa ke pondok dari rumah
pertama? Mengapa tidak langsung dibawa ke alam itu
saja?" tanya Ringgo yang merasa janggal dengan proses
pemindahan tersebut.
"Barangkali mulanya Opa ingin mengukuhkan kalian di
pondok, tapi karena pondok kemasukan penyusup, yaitu
Buron, dia tidak mau aktivitas kalian terganggu oleh
kedatangan penyusup-penyusup berikutnya, karena
itulah ia pindahkan kalian ke alam lain. Yaitu, suatu
tempat yang tidak mudah dijangkau oleh manusia biasa."
"Kamu dan Buron sempat mencarinya, ya?"
"Ya, dan kami tidak menemukan jejak mereka, Ray.
Tempat itu jelas tempat yang tersembunyi dari
jangkauan kekuatan gaib siapa pun, kecuali kekuatan
gaibnya Opa dan mungkin para sekutunya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Ringgo bicara lagi dari masa bungkamnya


sekitar hampir satu menit itu.
"Tapi seingatku Opa memang mengaku sebagai Dewa
Chong, penghuni Kahyangan, yang ditugaskan
menyelamatkan kami sebagai Umat Pilihan "
"Apakah kau pernah melihat sosok penampilannya
yang asli, yang bukan sebagai Opa maupun bukan
sebagai harimau?"
"O, ya... pernah. Yaitu ketika kami berada di alam
serba jingga."
"Seperti apa bayangandari penampilan sosoknya?"
"Jenggot dan kumisnya hitam tapi panjang selewat
dada. Ia mengenakan topi, semacam kopia .. memiliki
untaian manik-manik indah. Seperti memiliki sepasang
telinga panjang pada topinya..."
"Hmmm,terus...?"
"Dia memakai jubah merah panjang, pada jubahnya
ada hiasan seperti bordir gambar naga, hiasan itu di
tengah jubah. Wajahnya dingin dan bersih."
Kumala diam termenung beberapa saat. Ketika Ringgo
selesai menceritakan ciri-ciri penampilan Opa yang
sebenarnya, Kumala pun mendapat bisikan dari Rayo.
"Kau mengenali ciri penampilan seperti itu?"
"Ya. Itu ciri penampilan Paman Dewa Chonggunata.
Aku pernah jumpa beliau dulu, waktu di perbatasan
Kahyangan. Tapi... apa sih sebenarnya yang membuat
paman Chong jadi seganas itu kepada manusia?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tentunya bukan hanya Dewi Ular, tapi Rayo pun ingin


tahu sebabnya.
0o-dw-234-o0

6
PUKUL 2 kurang, malam semakin sunyi. Kumala Dewi
masih menunggu kabar dari Buron. la dan Rayo masih di
rumah Tante Firda. Sandhi juga ikut ada di sana. Niko di
rumah Hervan, sesekali ia menelepon Kumala
menyampaikan kabar baru.
Ketika Kumala ingin pamit pulang, akan menunggu
laporan dari Buron di rumahnya saja, tiba-tiba HP-nya
berdering.
"Kumala, ini aku..."
"Audy...? Kau pakai nomor baru?"
"Ya. Nomor khusus untuk kamu "
"Ke mana saja kau, dari kemarin kuhubungi mailbox
terus?"
"Aku baru datang dari Cirebon. Baru saja sampai di
apartemen. Temyata di sini ada kejadian mengerikan,
Kumala"
"O, ya? Kejadian apa?"
"Salah satu dari Satpam penjaga apartemenku tewas
di tempat parkir. Dadanya bolong. Jantungnya hilang."
"Ooh...?!" keluh Kumala dengan nada sedih. "Pasti itu
perbuatan salah satu dari ketiga remaja itu "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hey, rupanya kamu sudah tahu, ya? Memang


menurut keterangan Satpam yang lainnya, tadi ada anak
ABG nyasar kemari. A nak gadis. Oleh si korban ia dibawa
ke tempat parkir. Entah itu anak menanyakan tentang
apa. Tahu-tahu, anak itu pergi tak jelas ke mana
arahnya. Satpam yang satunya menemukan korban
setengah jam kemudian. Keadaan korban sangat
mengerikan."
"Audy... lacak energi gaib yang ada di sekitarmu. Pasti
anak itu belum jauh. Tarik kembali dia dengan
kekuatanmu. Hantam di bagian ketiaknya Dia penganut
aliran sesat yang sekarang sedang mencari korban, harus
memakan sepuluh jantung orang yang menolak menjadi
anggota sekte tersebut."
"Oh...?! Rupanya ada kasus yang cukup berat,ya?"
"Lakukan saja. Aku akan menuju ke apartemenmu.
Jangan pindahkan mayat korban. Aku akan mencoba
untuk menolongnya."
Sebagai teman dekat, Kumala tahu persis kekuatan
Audy Dulu, dia bermusuhan dengan Audy, karena Audy
sebenarnya jelmaan dari mahluk alam gaib, yang
bernama Nyimas Kembangdara. Dia termasuk pengawal
kepercayaannya Dewa Kegelapan. Tapi karena merasa
dikhianati oleh pihak Dewa Kegelapan, dan Kumala
berhasil melumpuhkannya, maka kini ia berpihak pada
Kumala dan hidup sebagai manusia biasa, cantik, sexy
serta doyan bercinta, dengan nama Audy, (Baca serial
Dewi Ular dalam episode: "KUPU-KUPU 1BL1S").
Dalam mendapatkan pusaka Pedang Equador, Audy
juga turut berperan membantu Kumala. Dia bukan hanya
memiliki kesaktian tinggi, tapi juga memiliki akal dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kecerdasan yang cukup. Dia mahluk yang cerdik dan


pemberani.
Remaja ABG yang berhasil menyantap jantung Satpam
itu dapat dipastikan dialah yang disebut Ringgo bernama
Tika. Karena hanya dialah remaja putri yang ikut dalam
kelompok Umat Pilihan. Masalahnya, kenapa Buron tidak
berhasil menemukan anak itu, dan sampai sekarang
belum ada kabarnya? Apakah dua remaja lainnya sudah
berhasil dilumpuhkan oleh Buron di suatu tempat?
"Buron... di mana kamu?" Kumala melakukan
komunikasi gaib di saat ia meluncur ke apartemennya
Audy bersama Rayo. la berada dalam mobil Rayo,
sementara Sandhi mengikuti dari belakang dengan BMW-
nya. Yang ada di dalam mobil Sandhi bukan hanya
Ringgo, tapi Tante Firda ikut juga. Ringgo ikut karena
ingin membantu Kumala meyakinkan orang-orang yang
butuh keterangan murni tentang Opa. Ringgo juga
bersedia memberi penjelasan kepada Kumala sewaktu-
waktu ada yang perlu ditanyakan padanya.
"Buroooon...! Heey, kenapa nggak nyahut!"
Tidak ada kabar, tidak ada jawaban, tidak ada tanda-
tanda yang pasti tentang keberadaan Buron. Hal ini
membuat Kumala menjadi cemas. Tapi kecemasannya
harus ditunda karena ia sudah dekat dengan
apartemennya Audy Di sana orang banyak sudah
berkumpul. Seorang polisi berpakaian preman yang
sudah kenal akrab dengannya juga sudah menunggu.
Sersan Burhan. Ganteng, gagah dan masih lajang.
"Selamat malam, Bang," sapa Kumala pelan, agar
yang lain tak mendengar kalau dia memanggil Sersan
Burhan dengan sebutan Bang. Dalam keadaan formil,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kumala tetap memanggil Sersan Burhan dengan sebutan


Pak, atau Bapak. Karena, memang dengan cara begitulah
Kumala menghargai dan menghormati seorang sahabat
di mana saja ia berada.
"Mayat korban masih di tempat. Audy melarang kami
untuk membawanya pergi," kata Sersan Burhan sambil
mengiringi langkah Kumala dari mobil sambil menuju
tempat di mana mayat Satpam itu berada.
"Di mana Audy sekarang?"
"Di balkon kamarnya, lihat itu...!" Sersan Burhan
menuding ke atas, ke kamar Audy yang di lantai 8.
Tampak Audy sedang berdiri dengan kedua tangan
dilipat di dada. Ia diam saja, memandang kearaah jauh.
Ia tak hiraukan kesibukan orang-orang yang ada di
bawah balkonnya.
"Hm, rupanya iabelum berhasil menarik kembai.' gadis
ABG yang memakan jantung korban itu" kata Kumala
dalam hati. Lalu, ia mengirimkan suara gaib kepada
Audy.
"Tarik keulu hatimu energinva, kunci di situ!"
Suara batin itu didengar oleh Audy Terbukti gadis
cantik dan sangat sexy itu tampak menganggukkan
kepala. Pendek. Tapi jelast erlihat oleh Kumala: Lalu,
saran itu ia lalukan dengan tetap tanpa suara.
Hanya saja, kini salah satu tangan Audy diangkat ke
atas. Seperti sedang meradar suatu kekuatan gaib yang
ada di tempat jauh. Hal itu ia lakukan hingga beberapa
saat lamanya. Tetap tidak mempedulikan kesibukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang-orang yang menangani mayat Satpam di tempat


parkir, bawah balkonnya itu.
"Bang," bisik Kumala. "Aku minta bantuan, singkirkan
orang-orang ini supaya nggak mengerumuni tempat kita.
Aku nggak mau mereka tahu apa yang kulakukan pada
mayat itu nanti. Aku nggak mau ada kesan arogan atau
pamer kekuatan."
"Ya, ya.. aku ngerti," Sersan Burhan menganggukkan
kepala. Lalu, dengan dibantu anak
buahnya, ia menyuruh orang-orang menyingkir jauh
dari tempat tersebut. Kumala tidak ingin dilihat orang
saat ia menghidupkan mayat Satpam. Karena, ia takut
dinilai sombong dan pamer kesaktian di depan orang
banyak.
Dengan sentuhan lembut, Satpam itu berhasil
dihidupkan kembali Jantungnya yang hilang dapat
kembali lagi. Lukanya merapat dan lenyap. Ia hanya bisa
terbengong-bengong bingung, seakan tak tahu apa yang
sudah terjadi atas dirinya.
"Aku berhasil..." Kumala mendengar suara Audy bicara
lewat jalur gaib.
"Bagus. Aku akan menyambutnya dari bawah."
"Dia sedang menuju kemari. Berlari-lari."
Kumala segera bicara dengan Sersan Burhan.
"Bang, sekali lagi aku minta bantuan Abang... tolong
amankan tempat ini, terutama pintu masuk kemari. Tapi
jangan ada yang menyentuh dia. Dia berbahaya, Bang.
Dia dapat membunuh dengan tangan kosong . ."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Okey, okey... akan kuperintahkan anak buahku untuk


mengamankan pintu gerbang itu..."
Tak berapa lama seorang gadis remaja bercelana
pendek dengan blus ketat muncul. Rambutnya pendek,
badannya agak gemuk. Tapi terkesan kekar. Mungkin
memang hobi berolahraga. Gadis itu adalah Tika, yang
tangannya masih berlumuran darah, narnun sudah ada
yang terhapus, sebagian tampak mengering di tangan.
"Itu dia anaknya! Ya, itu pembunuhnya!" seru Satpam
teman korban. Ia mencabut pentungnya. Tapi
gerakannya segera ditahan oleh anak buah Sersan
Burhan Satpam itu ditenangkan walau naluri balas
dendam demi membela teman satu korp masih
menggebu-gebu
"Hhhrrrrrkkh...!"
Tika menyeringai dengan mengeluarkan suara
mengerang, menyeramkan. Semua orang menjadi
merinding dan mundur menjauhi tempat mereka. Tika
tampak panik melihat orang banyak sudah berkumpul di
situ. Nalurinya menangkap adanya bahaya, sehingga ia
mulai menyeringai dan siap-siap menghadapi bahaya
tersebut.
"Tenang, Tika... tenang. .," bujuk Kumala yang
melangkah menghampirinya tanpa rasa takut sedikit pun.
"Siapa yang mengundangku datang kemari, hahrr...?!"
"Kami cuma ingin kau pergi dari raga Tika."
"Aku Tika!"
"Bukan. Kau bukan Tika! Kau pecundangnya Opa!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Haaaggrrrhh...!!"Tiba-tiba Tika melompat seperti


harimau ingin menerkam mangsanya. Kumala Dewi
sudah siap, tapi ternyata ada yang lebih siap lagi.
Seberkas sinar merah berbentuk seperti mata pisau
melesat dari atas. Claaap...! Langsung mengenai ketiak
Tika, Deess...!
"Aaaaahhhkkk ..!!"
Tika memekik lengking dan panjang. Ia jatuh
tersungkur. Menyedihkan sekali. Ia mengalami kejang
sesaat, seperti halnya Sisca, kemudian terkulai lemah
tanpa daya lagi. Ia pingsan. Asap tipis mengepul dari
punggung Tika. Lenyap dalam sekejap.
"Tepat sekali tindakanmu," ujar Kumala pelan, sangat
pelan. Tapi matanya melirik keatas Balkon. Pasti kata-
kata itu ditujukan untuk Audy. Karena, sinar merah tadi
datang dari tangan Audy .
Wanita berdada montok itu lenyap dari balkon. Sedetik
kemudian sudah berada di belakang Kumala tanpa
disadari oleh orang-orang yang sibuk dan heboh sendiri
terhadap apa yang dilihatnya tadi. Kumala tidak terkejut
karena ia sudah menduga Audy akan menyusulnya turun
dan menghampirinya.
"Kenapa anak itu memiliki Ajidewa ? Bukankah itu
milik pamanmu Dewa Chonggunata?" bisik Audy.
Kemudian ia mengikuti langkah Kumala. Mereka berada
di tempat yang sepi. Tidak teiganggu oleh suasana
heboh di seberang sana. Tempat sepi itu adalah
pinggiran lapangan tenis yang bercahaya remang-
remang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau mengenali energi yang ada pada diri anak itu,


rupanya?"
"Dari caranya menyimpan energi di ketiak, aku sangat
mengenali kesaktian itu sebagai kesaktian Ajidewa, milik
pamanmu. Aku pernah berhadapan dengan beliau, tapi
kalah. Aku bukan tandingannya."
"Pantas kau mengenalinya."
"Sebenarnya apa sih yang teijadi di Jakarta ini?"
"Apakah selama kamu di Cirebon kamu nggak lihat
ada awan jingga yang mengandung racun tinggi?"
"Ya, aku melihatnya. Tapi bukankah sudah ada yang
melumpuhkan racun itu? Kau pasti yang melumpuhkan.
Iya, kan?"
"Dibantu oleh Argon "
"O, dewa romantis itu? Terus?"
"Awan itu menjadi modal isu datangnya kiamat dalam
waktu dekat ini. Isu itu yang membuat seorang lelaki tua
yang akrab dipanggil Opa merekrut anggota untuk sekte
sesatnya yang bemama Umat Pilihan."
Kumala Dewi menjelaskan duduk perkara sebenarnya
kepada Audy. Agaknya selama beberapa hari ini Audy
sibuk bercinta dengan pria asal Cirebon, sehingga ia tidak
mengikuti perkembangan kabar tentang kehidupan mistis
di ibukota. Oleh karenanya, ia sangat antusias
mendengarkan penjelasan dari Kumala, seperti seorang
murid menyimak ajaran dari gurunya.
"Dilihat dari ciri-ciri kesaktiannya, juga penampilan
yang diceritakan oleh.. siapa tadi? Ringgo?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, Ringgo."
"Nah, dilihat dari keterangan itu semua, memang aku
sependapat bahwa dia adalah Dewa Chong, penguasa
binatang buas. Tetapi setahuku Dewa Chonggu nggak
jahat kok. Khususnya untuk manusia dan sesama
penghuni Kahyangan, dia nggak sejahat itu."
"Aku juga berpendapat begitu. Tapi bukti dan
keterangan para saksi mengarah ke situ, Audy."
"Apakah pamanmu merasa dikecewakan oleh pihak
Kahyangan, sehingga ia bikin ulah kayak gitu?
Menyebarkan isu kiamat dan sebagainya? Mungkinkah
demikian?"
"Kemungkinan selalu saja bisa terjadi. Tapi naluriku
mengatakan, tindakan yang dilakukan Opa itu bukan
tindakan kesatriadari Kahyangan. Cenderung naluri iblis
yang berbuat demikian."
"Yaaah, benar juga sih. Tapi..."
"Sekarang aku mau tanya ama kamu, selain paman
Dewa Chonggu, mungkinkah ada pihak Iain yang
memiliki kesaktian seperti itu?"
Audy diam sesaat. Berpikir keras. Tiba-tiba wajahnya
ceria.
"Nah, iya... aku ingat, ada pihak lain yang selalu iri
dengan kesaktian pamanmu."
"Siapa?"
"Adik tiri Dewa Chonggu... Dewa Changka. Dalam
sejarahnya, Dewa Changka selalu berselisih dengan
Dewa Chonggu sejak kecil. Ia merasa iri dan selalu ingin
lebih unggul dari Dewa Chonggu. Akibatnya, menjelang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dewasa Dewa Changka diusir dari Kahyangan karena


melakukan kesalahan besar, dan namanya dicoret dari
daftar para dewa penghuni Kahyangan. Changka
akhirnya bergabung dengan Dewa Kegelapan, si
Lokapura. Dia menjadi penasihat. Salah satu dari sekian
banyak penasihat istananya Lokapura adalah Changka.
Aku juga pernah berselisih dengannya sewaktu aku
menjadi pelindung para selirnya Lokapura. Ilmunya
tinggi, aku sempat dibuatnya babak belur kala itu. Tapi
aku belum kalah. Cuma, segera dilerai oleh Lokapura
sendiri."
"Hmmm... kurasa dialah yang mengaku-aku sebagai
Dewa Chonggu."
Kumala Dewi manggut-manggut sambil menggumam.
"Pasti dia datang ke bumi membawa misi dari
Lokapura tuh."
"Ya, kurasa begitu. Dia akan mengacaukan kehidupan
manusia, merekurt manusia agar mau jadi pengikut
Lokapura, membunuh yang menolak menjadi
pengikutnya dan... ya, ya... aku ingat pesan Argon,
bahwa Lokapura mengirim utusan ke bumi, tapi tidak
diketahui dengan jelas, siapa yang diutus. Kurasa Dewa
Changka itulah utusan Lokapura."
"Utusan di awal kedatangan kiamat, maksudnya.
Sebab, mereka mengistilahkan akibat terjadinya Perang
Maha gaib nanti adalah kiamat total bagi umat manusia
dibumi"
"Kalau begitu, aku harus..."
Kata-kata Kumala terhenti akibat suara menderu dari
kejauhan. Suara itu seperti deru suara hujan dari arah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

timur. Tapi makin lama makin jelas dan menyerupai


suara banjir besar. Bergemuruh. Bahkan bumi mulai
bergetar, seakan ada gempa yang melanda alam
sekitamya. Angin pun berhembus makin lama semakin
kuat. Bulu lftjduk setiap orang jadi merinding. Mereka
yang berkumpul di pintu gerbang Apartemen mulai
bergegas masuk ke lobby. Mereka dicekam perasaan
takut. Tika yang sudah siuman dibimbing Sersan Burhan
ke lobby juga.
"Lala...!" seru Rayo mencemaskan kekasihnya. Ia
melambaikan tangan menyuruh Kumala masuk ke lobby.
Tapi Kumala dan Audy tetap tenang di tempat. Mereka
memandang ke sana-sini, terutama ke atas.
Menyadari hal itu Rayo segera masuk ke lobby.
Agaknya-Kumala dan Audy sedang mencari sumber
datangnya suara gemuruh menyeramkan itu. Sersan
Burhan dan yang lainnya juga tidak berani menyuruh
Kumala masuk ke lobby, karena pada umumnya mereka
tahu kedua wanita cantik itu saiing memiliki kesaktian
untuk menghadapi bahaya apapun.
Pagar lapangan tenis bergetar, seperti ada yang
mengguncang-guncangnya dengan kuat. Suaranya
gaduh sekali.
"Ada yang mau datang kayaknya," gumam Kumala.
"Aku merasakan hawa panas dari timur " bisik Audy.
"Mungkin...," Kumala berhenli bicara, karena tiba-tiba
ia melihat seberkas sinar merah kebiru-bir lan. Sinar itu
meluncur jatuh di tengah lapangan tenis Buuummm...!
Seluruh tempat terguncang. Seperti ada benda besar
jatuh di tengah lapangan tenis. Satpam yang bertugas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

malam itu, yang bukan menjadi korban tadi, segera


menyalakan Iampu di lapangan tenis, karena dia ingin
tahu benda apa yang jatuh di sana hingga menggetarkan
seluruh bangunan.
"Lihat, orangmu itu...!" sentak Audy.
Kumala juga terkejut melihat Buron terkapar dalam
keadaan sekujur tubuhnya nyaris hancur. Yang lebih
mengerikan lagi, Buron bukan berswujud manusia, tapi
menggunakan wujud aslinya, yaitu Jin Layon. Ukuran
badannya sangat besar, tinggi 7 meter dan sangat
mengerikan. Namun tubuh besar itu sekarang terkapar
nyaris tanpa gerakan sama sekali. Ia tak ubahnya seperti
seonggok sampah yang menjijikkan, karena lukanya
teramat banyak.
Tak jauh dari Jin Layon tampak seraut wajah dingin
beijenggot panjang dan berkumis panjang juga,
mengenakanjubah merah. Ia berdiri di udara lepas tanpa
alas berpijak.
"Changka...!!" seru Audy dengan geram
kemurkaannya. Ia menembus pagar lapangan tenis yang
tcrbuat dari anyaman besi itu. Kumala Dewi pun
menembus pagar tersebut seperti asap. Tak
mengakibatkan getaran<dan tak menimbulkan suara.
Blaaasss... !
"Biar aku yang menghapinya!" kata Audy. "Aku masih
punya dendam pribadi padanya."
"Hati-hati..."
Changka melayang-layang mengelilingi tubuh Jin
Layon yang tak bergerak dan mengucurkan cairan hijau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kehitam-hitaman. Baunya busuk. Suara Changka


menggema menandakan kemurkaannya yang besar.
"Aku tidak punya urusan denganmu, Nyimas
Kembangdara! Urusanku dengan gadis keparat itu!" Ia
menuding Kumala Dewi yang tetap tampak tenang.
Meskipun tenang tapi Kumala diam-diam mempelajari.
keadaan musuhnya, sekaligus memperhatikan keadaan
asisten gaibnya itu.
"Kau berhadapan denganku dulu, Changka! Sebelum
kau berurusan dengan Dewi Ular, kita masih punya
hutang dendam. Selesaikan dulu!"
"Urusanmu itu gampang! Menghancurkan congormu
semudah membalikkan telapak tanganku! Tapi aku harus
menuntut tanggung jawab dari anak Permana itu! Semua
pengikutku dihancurkan olehnya, dan dua pengikut
remajaku dihancurkan oleh begundal jin busuk ini!"
"Maaf, Paman... apakah Paman yang bernama Dewa
Chonggunata? " Kumala menyapa dengan lemah lembut
dan sangat tenang.
"Benar! Aku adalah pamanmu, Dewi Ular!"
"Paman tiri!" sahut Audy.."Paman Sesat yang tak patut
ditiru tingkah lakunya!"
"Tutup mulutmu!"
Seeet...! Changka seperti melemparkan sesuatu, dan
tiba-tiba Audy kehilangan mulutnya, seperti yang pemah
dialami Buron. ia kebingungan tak dapat bicara. Ia
kerahkan kesaktiannya untuk mengembalikan mulutnya,
namun agaknya ia tidak berhasil Hal itu membuatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjadi sangat marah, lalu mpnyerang Changka dengan


puktulan bersinar petir. claaap !
Bluuuuuubbb...!
Satu kali kibasan lengan jubahnya yang panjang,
Changka berhasil meredam pukulan petirnya Audy. Tak
ada ledakan selain letupan berasap abu-abu. Audy
semakin berang. la terbang seperti kupu-kupu dengan
kedua tangan direntangkan Dari kedua lengannya keluar
cahaya berbentuk menyerupai sayap kupu-kupu.
Wuuurrrrtt...! Ia menerjang Changka yang sedang
melayang-layang di udara. Namun, sebelum mencapai
jarak dua meter Changka sudah mengibaskan jubahnya
dengan gerakan memutar. Wuuunng...! Dan angin
sangat besar, padat, menerjang tubuh Audy
Buu'uuhhk...! Gubraaasss...! Audy terlempar, jatuh
terbanting ke belakang. Ia tak dapat berteriak karena tak
memiliki mulut.
Akibat dari sapuan angin jubah, Audy mengeluarkan
darah dari lubang hidung dan telinganya. Seandainya ia
punya mulut, maka ia akan memuntahkan darah segar
dari mulutnya. Sebab, dada Audy merasa seperti dijebol
dengan kekuatan sangat besar. Ia memvgangi dadanya
dengan mata terpejam menahan sakit. Kumala Dewi
segera hienyentilkan jarinya. Teesss.. ! Cahaya hijau
bening, kecil, melesat dari senti lan jarinya, mengenai
dada Audy. Dalam bebferapa kejap saja rasa sakit Audy
hilang. Bahkan kini mulutnya mulai tampak kembali.
Cahaya hijau kecil itu telah memudarkan kekuatan
sihimya Changka.
"Gadis keparat!" geram Changka. "Jangan pamer
kesaktian di depanku kau, hah?! Terimalah ini...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wuuuussst...!
Cahaya bola api dilemparkan dari tangan Changka.
Kumala Dewi baru berpaling menatapnya, tahu-tahu
sudah diserang cahaya bola api. Ia tak sempat
menghindar, sehingga harus menahannya dengan sinar
hijau yang membentang di depan tubuhnya. Sinar itu
muncul dari kibasan tangan kirinya. Sinar itu yang
menjadi perisai dan dihantam oleh cahaya bola api.
Bleeegaaaarrr...!
Dentuman hebat terjadi. Pagar lapangan tenis yang
tinggi bergetar hebat. Ternyata tubuh Kumala pun
terpental jauh hingga membentur pagar kawat tersebut.
Braaazzkk...!!
"Kau hancurkan pekerjaanku, maka kuhancurkan
hidupmu, Dewi keparat! Hhlirrrggghh... !"
Changka menyerang kembali dengan kilatan cahaya
biru dari tiap ujung jarinya. Kumala Dewi menghadang
dengan cahaya hijau dari kedua matanya. Terjadi
dentuman dahsyat lagi akibat benturan kedua cahaya
sakti itu, dan membuat Kumala terlempar ke atas, lalu
jatuh terbanting dengan sangat menyedihkan.
Brrrukk...!
"Uuhk...!" Kumala mengerang kesakitan. Ia jatuh tak
jauh dari Audy. Lalu. Audy segerar mendekat dengan
satu kali merangkak.
"Hantam tepat di pusarnya!"
Wuuusss...! Angin besar datang dari pukulan Changka
berikutnya. Angin besar itu membuat Kumala dan Audy
terdorong keras dan berguling-guling hingga membentur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sisi pagar lapangan yang lain. Changka terus menghujani


Kumala dengan pukulan mautnya. Tapi sejauh ini Kumala
masih bisa menahan diri, walau tak diberi kesempatan
untuk membalas.
Dari luar lapangan tenis terdengar suara Rayo berseru.
"Bangkit, Lala...! Lumpuhkan dia...!"
Suara itu terdengar jelas di telinga Kumala dan
membuat semangat Kumala terbakar. Dalam sekejap
saja ia melambung ke atas dan bersalto di udara. Ketika
turun tangannya sudah mengeluarkan cahaya hijau
seperti laser yang langsung menghantam perut Changka.
Claaap...! Deeessss ..!
Bluummmmm....!!
"Aaahhk...!!" Changka mendelik, terdorong mundur
hingga membentur pagar lapangan tenis. Mulutnya yang
ternganga mengeluarkan busa. Belum sempat kaki
Changka menapak ke tanah, Kumala segera melepaskan
pukulan serupa dan sasarannya pada bagian perut lagi.
Tepat mengenai pusar Changka Claaap, bluuummm ..!
"Aaaakkhhhrrr...!" Changka kelojotan, seperti tersiram
air panas. Matanya terbeliak-beliak dan mulutnya
menyemburkan busa biru. Ia jatuh terkapar di lantai
lapangan tenis. Kumala Dewi menarik napas, menutup
rasa sakitnya dengan hawa murni.
"Eaaaahhkk...!" Audy rrienjerit, ternyata ia
menghantam Changka dengan pukulan bersinar merah
seperti cakram. Blaaanr.. !
Changka mengerang dengan suara menggema.
Tubuhnya melambung ke atas akibat pukulan itu. Namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di pertengahan jaraknya yang mau turun ke bawah, tiba-


tiba ia merapatkan kedua tangan, lalu lenyap bagaikan
ditelan udara malam. Yang tersisa hanya gema suaranya,
besar dan menyebar ke mana-mana .
"Akan kubalas kau, Dewi Ular ,.! Akan kuhancurkan
kau Kembangdara...! Tunggu kedatanganku yang kedua
bersama kiamat besar nanti!"
Gema suara itu lenyap ditelan malam. Di kejauhan
terdengar suara ayam berkokok. Ternyata mereka sudah
berada di ambang fajar. Kumala Dewi segera
menyentuhkan tangannya di dahi Jin Layon. Seketika itu
juga sekujur tubuh Jin Layon bercahaya hijau fosfor, tapi
lama-lama menciut, dan akhirnya berubah menjadi wujud
Buron. Seluruh lukanya hilang. Kesehatan Buron pun
pulih.
"Aku berhasil melumpuhkan kedua anak itu, tapi tiba-
tiba aku dihajar oleh bangsat itu tadi tanpa diberi
kesempatan untuk membalasnya," Buron mengadu
kepada Kumala seperti anak kecil. Audy mencibir,
menertawakannya.
"Sudah, sekarang sudah saatnya kita pulang," kata
Kumala. "Coba ingat-ingat ... berapa jumlah mereka yang
kau lumpuhkan ? Aku sudah melumpuhkan 21 orang,
bersama si Tika barusan. Kau berapa?"
"Aku... tujuh belas orang yang berhasil kulumpuhkan,
termasuk dua anak muda itu tadi, di daerah timur sana."
"Berarti sudah genap 38 orang pengikut Opa yang
telah kita selamatkan dari bencana kiamat muda. Artinya
belum waktunya kiamat mereka sudah termakan isu akan
datangnya kiamat. Kasihan sekali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Syukurlah kalau sudah terselamatkan semuanya,"


kata Rayo yang kini berada di samping Kumala, ia
tampak lega dan senang melihat keberhasilan kekasihnya
menangkal bencana kiamat muda itu.
"Kau pasti keberatan kalau kiamat datang beneran,"
sambil Kumala tersenyum memandangi kekasihnya.
"Aku hanya menyayangkan cinta kita yang baru
bertunas akan hancur. Bagiku itulah kiamat yang
kutakuti, Lala."
Kemudian, Kumala membiarkan dirinya dipeluk oleh
Rayo Pasca. Fajar menyingsing, membawa cahaya
kehangatan bagi terpautnya dua hati yang terbungkus
cinta dan kasih sayang.
Pada saat itu, setiap orang ikut merasakan hangatnya
cinta dan saling ingin hidup dalam selimut kemesraan .
SELESAI
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Anda mungkin juga menyukai