Dosen Pengampu:
Muhammad Rofik Anwar, S.Pd.I M.Pd
Disusun oleh:
Ahmad Ariyadi (1911007)
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
A. Prinsip Operasional Asuransi Islam.......................................... 2
B. Investasi syariah........................................................................ 3
C. Produk-produk Asuransi syariah di Indonesia.......................... 4
D. Peraturan terkait Investasi Industri Perasuransian................... 6
E. Implementasi Akuntansi Asuransi Syariah dalam pengelolaan
dana investasi Asuransi Syariah................................................ 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14
A. Kesimpulan .............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi syariah dalam operasionalnya adalah saling tolong menolong dan
juga melindungi antar sesama nasabah asuransi syariah ini. Para setiap nasabah
asuransi syariah sendiri juga bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan juga antar
sesama nasabah asuransi syariah tersebut.
Investasi pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah. Dalam
Islam setiap harta ada zakatnya. Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun
akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong
setiap muslim untuk menginvestasikan hartanya agar bertambah.
Kewenangan pengelolaan dana asuransi syariah oleh lembaga syariah,
para nasabah asuransi syariah tersebut mempercayakan semua hal yang berkenaan
dalam hal untuk mengelola premi atau dana asuransi syariah para nasabah. Tidak
hanya mengelola dana premi asuransi syariah dari setiap nasabah, perusahaan
asuransi syariah ini juga diminta dan dipercaya untuk mengembangkan dana
asuransi tersebut di jalan yang benar dan pastinya halal. Dalam makalah ini akan
dibahas lebih rinci menganai pengelolaan investasi dalam asuransi syariah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimanakah prinsip Operasional Asuransi syariah ?
2. Apa sajakah Produk-produk Asuransi syariah di Indonesia ?
3. Bagaimanakah Implementasi Akuntansi Asuransi Syariah dalam
pengelolaan dana investasi Asuransi Syariah ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada
Media, 2006), Hal.175
2
Ibid, Hal.207
3
Ibid, hal. 182
2
setiap kamu bertanggung jawab atas orang-orang yang berada dibawah
tanggung jawabnya.” (diriwayat oleh Al Bukhari dan Muslim)
b. Saling bekerja sama untuk bantu membantu hal ini sebagaimana yang
diperintahkan Allah SWT, dalam Al Quran dan hadist Rasulullah SAW.
QS. Al-Maidah (5):2 “…..Dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran…”.
Hadist Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang memenuhi kebutuhan
saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya” (Diriwayatkan oleh Al
Bukhari dan Muslim dan Abu Daud)
c. Saling Melindungi dari segala kesusahan
QS. Quraisy (106) : 4 “(Allah) yang telah memberi makan kepada mereka
untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”
Hadist Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya seseorang yang beriman
itu ialah barangsiapa yang memberi keselamatan dan perlindungan
terhadap harta dan jiwa raga manusia” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
B. Investasi syariah
Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut syariah pada
prinsipnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemilik Harta (investor) terhadap
Pemilik Usaha (Emiten) untuk memberdayakan Pemilik Usaha dalam melakukan
kegiatan usahanya dimana pemilik harta (investor) berharap untuk memperoleh
manfaat tertentu. Karena itu, kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan pada
dasarnya sama dengan kegiatan usaha lainnya, yaitu memelihara prinsip kehalalan
dan keadilan.
Demikian juga investasi yang terdapat dalam asuransi syariah, investasi
yang dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah bertujuan untuk memperdayakan
dana yang terkumpul pada perusahaan asuransi dan mendapat manfaat dari dana
yang diinvestasikannya. Keuntungan dari hasil investasi dana rekening peserta
tersebut dibagi antara perusahaan asuransi dan peserta asuransi setelah dikurangi
3
biaya operasional perusahaan dengan prinsip mudharabah. Landasan Syar’I
Investasi:
“ Hai orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu…” (an-Nisa’:29).
4
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta:Prenada Media,
2004), Hal. 168
4
perjanjian berakhir, peserta mengundurkan diri atau peserta meninggal
dunia.
2. Rekening tabarru (khusus) adalah rekening yang berisi kumpulan dana
yang diniatkan oleh peserta sebagai derma untuk tujuan saling membantu
dan dibayarkan bila peserta meninggal dunia, perjanjian berakhir atau jika
ada surplus dana.
5
http://www.asuransisyariah.net/2008/08/di-dalam-operasional-asuransi-syariah.html
6
Muhamad. 2014. Manajemen Keuangan Syari’ah: Analisis Fiqih dan
Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, hal. 155.
5
7
7
Ibid
6
perubahan antara lain pada butir-butir mengenai batasan-batasan investasi.
Perbedaan pengaturan di industri asuransi konvensional dengan asuransi syariah
terkait batasan investasi adalah sebagaimana dalam tabet berikut :8
7
Investasi
Reksa dana untuk setiap Manajer untuk setiap Manajer
(atau syariah) Investasi paling tinggi Investasi masing-masing
15% dari jumlah paling tinggi
investasi 10% dari jumlah investasi
seluruhnya paling tinggi seluruhnya paling tinggi
50%dari jumlah 40% dari jumlah
Investasi Investasi
Emas murni paling tinggi 10% paling tinggi 20% dari
(sepuluh per seratus) jumlah investasi
dari jumlah investasi
Investasi berupa surat Paling kurang memiliki Paling kurang memiliki
berharga (atau sukuk) peringkat BBB atau yang peringkat yang termasuk
setara dari perusahaan dalam kat
pemeringkat efek yang egori 4 peringkat teratas
telah memperoleh izin dari perusahaan
dari Bapepam-LK pemeringkat efek yang
telah memperoleh izin
dari Bapepam-LK
Dari Tabel tersebut terlihat bahwa ada perbedaan persentase batasan
investasi antara asuransi konvensional dengan asuransi syariah. Misalnya sukuk
korporasi, di mana asuransi konvensional hanya diperbolehkan berinvestasi
maksimum 15%, sedangkan asuransi syariah diberi keleluasaan sampai dengan
maksimum 20%. Sedangkan untuk rating, asuransi syariah dapat melakukan
investasi berupa sukuk yang memiliki peringkat paling kurang yang termasuk
dalam kategori 4 peringkat teratas.
Lain daripada itu dana-dana asuransi yang berhasil dihimpun oleh lembaga
asuransi syariah tentu saja hanya boleh diinvestasikan ke dalam proyek-proyek
ataupun pembiayaan lainnya yang sesuai dengan syariah. Berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis,
Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
8
Reasuransi dengan Sistem Syariah, jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan
perusahaan reasuransi Syariah terdiri dari:9
a. deposito dan sertifikat deposito syariah
b. sertifikat wadiah Bank Indonesia
c. saham syariah yang tercatat di bursa efek
d. obligasi syariah yang tercatat di bursa efek
e. surat berharga syariah yang diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah
f. unit penyertaan reksa dana syariah
g. penyertaan langsung syariah
h. bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi
i. pembiayaan kepemilikan tanah dan/atau bangunan, kendaraan bermotor,
dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan
pembayaran ditangguhkan)
j. pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil)
k. pinjaman polis
9
Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada
Media, 2006), Hal.212
10
Abdullah Amrin, Bisnis,ekonomi,Asuransi dan Keuangan Syariah, (Jakarta:PT
Gramedia,2009), Hal.58
9
bagi peserta yang tidak mengalami terjadinya klaim maka ia akan memperoleh
bagi hasil. Dengan demikian, dalam akad mudharabah ini dana yang dikelola oleh
operator merupakan milik peserta dan tidak dapat dipergunakan untuk
kepentingan pemegang saham. Oleh kaena itu, sistem akuntansi yang diterapkan
harus dipisahkan antara akuntansi dana pemegang saham dengan akuntansi dana
peserta asuransi.
contoh akad mudharabah adalah sebagai berikut:11
1. Keutungan penanggung yang diperoleh dari hasil pengelolaan premi
tabarru’ pada akhir pertanggungan akan dibagikan secara proposional
kepada seluruh tertanggung berdasarkan prinsip mudharabah dengan
nisbah 80% untuk penanggung dan 20% untuk seluruh tertanggung dengan
ketentuan :
a. Tertanggung tidak pernah menerima pembayaran atau sedang
mengajukan klaim atas polis
b. Tertanggung tidak membatalkan polis
2. Bagi hasil yang menjadi bagian tertanggung akan dihitung berdasarkan
premi yang diterima oleh penanggung yang dikalikan dengan rate bagi
hasil yang berlaku pada akhir pertanggungan polis.
11
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syariah
Modern. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, hal. 98-99.
10
Gambar 1: Pengelolaan dana investasi (Mudharabah)
b. Akad Wakalah
Dalam akad wakalah terdapat pemisahan pengelolaan dana antara dana
pemegang saham dan dana peserta asuransi. Perusahaan menerima dana tabarru’
dari peserta dan berhak menggunakannya untuk seluruh kegiatan perusahaan
sesuai dengan guna dan fungsi dana tabarru’ tersebut.
10
11
Gambar 2. Pengelolaan dana Investasi (Wakalah)
Contoh akad wakalah adalah sebagai berikut:
Perusahaan asuransi menerima akad wakalah untuk menginvestasikan
premi yang diterima dari tertanggung dengan konvensasi mendapat perlindungan.
Saat pertanggungan selesai, apabila ada kelebihan dana dari surplus underwriting,
maka kelebihan akan dibagikan sesuai nisbah 80% untuk penanggung dan 20%
untuk tertanggung.
Contoh aplikasi akutansi asuransi syariah akad mudharabah:12
PT. Amar’as
Surplus Underwriting Statement
Pendapatan underwriting Rp 500.000.000.000,00
Biaya retakaful (Rp 15.000.000.000,00)
Biaya klaim (Rp 25.000.000.000,00)
Cadangan premi (Rp 45.000.000.000,00)
Distribusi surplus Rp 415.000.000.000,00
underwriting
PT Amar’as
Profit and Loss Statement
Distribusi surplus underwriting Rp 415.000.000.000,00
Ditambah hasil investasi dari
deposit mudharabah Rp 12.000.000.000,00
Pembiayaan mudharabah Rp 10.000.000.000,00
Pembiayaan bai’ bitsaman ajil Rp 25.000.000.000,00
Saham Rp 1.500.000.000,00
Reksadana syariah Rp 2.500.000.000,00
Obligasi syariah Rp 3.500.000.000,00 +
Rp 470.000.000.000,00
12
Soemitra Andri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah”. Jakarta: Kencana, 2010
12
Bagian partisipan 20% (Rp 94.000.000.000,00)
Bagian untuk operator 80% Rp 376.000.000.000,00
Biaya-biaya operasional (Rp 200.000.000.000,00)
Rp 176.000.000.000,00
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produk asuransi syariah yang sering dipakai dalam operasional sebuah
perusahaan asuransi syariah secara garis besar dapat dipilah menjadi dua, yaitu:
a. Produk asuransi syariah dengan unsur saving
b. Produk asuransi syariah tanpa unsur saving
Perbedaan antara keduanya terletak pada peruntukan kumpulan dana dari
peserta. Jika prosuk asuransi syariah nonsaving, dana yang terkumpul diarahkan
untuk kepentingan bersama dan untuk saling membantu diantara peserta asuransi
yang mengalami musibah. Sedang produk asuransi syariah saving, dana peserta
yang terkumpul di samping masuk rekening tabarru (sosial) juga didistribusikan
pada rekening tabungan (saving).
Jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi Syariah
sesuai Kep. Dirjen Keuangan terdiri dari: deposito dan sertifikat deposito syariah,
sertifikat wadiah Bank Indonesia, saham syariah yang tercatat di bursa efek,
obligasi syariah yang tercatat di bursa efek, surat berharga syariah yang
diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah, unit penyertaan reksa dana syariah,
penyertaan langsung syariah, bangunan atau tanah dengan bangunan untuk
investasi, pembiayaan kepemilikan tanah dan/atau bangunan, kendaraan bermotor,
dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran
ditangguhkan), pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil),
dan pinjaman polis
14
DAFTAR PUSTAKA
15