Anda di halaman 1dari 18

HADIS TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu:
Muhammad Rofik Anwar, S.Pd.I M.Pd

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah


Hadis Pendidikan

Disusun oleh:
Ahmad Ariyadi (1911007)

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sang Pencipta alam
semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat
limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas dengan judul Pengelolaan Investasi dalam Asuransi Syariah.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Manajemen Asuransi syariah serta semua pihak yang
telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari
bawasannya kami hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wa’jala hingga
dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Petaling, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
A. Prinsip Operasional Asuransi Islam.......................................... 2
B. Investasi syariah........................................................................ 3
C. Produk-produk Asuransi syariah di Indonesia.......................... 4
D. Peraturan terkait Investasi Industri Perasuransian................... 6
E. Implementasi Akuntansi Asuransi Syariah dalam pengelolaan
dana investasi Asuransi Syariah................................................ 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14
A. Kesimpulan .............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi syariah dalam operasionalnya adalah saling tolong menolong dan
juga melindungi antar sesama nasabah asuransi syariah ini. Para setiap nasabah
asuransi syariah sendiri juga bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan juga antar
sesama nasabah asuransi syariah tersebut.
Investasi pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah. Dalam
Islam setiap harta ada zakatnya. Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun
akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong
setiap muslim untuk menginvestasikan hartanya agar bertambah.
Kewenangan pengelolaan dana asuransi syariah oleh lembaga syariah,
para nasabah asuransi syariah tersebut mempercayakan semua hal yang berkenaan
dalam hal untuk mengelola premi atau dana asuransi syariah para nasabah. Tidak
hanya mengelola dana premi asuransi syariah dari setiap nasabah, perusahaan
asuransi syariah ini juga diminta dan dipercaya untuk mengembangkan dana
asuransi tersebut di jalan yang benar dan pastinya halal. Dalam makalah ini akan
dibahas lebih rinci menganai pengelolaan investasi dalam asuransi syariah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimanakah prinsip Operasional Asuransi syariah ?
2. Apa sajakah Produk-produk Asuransi syariah di Indonesia ?
3. Bagaimanakah Implementasi Akuntansi Asuransi Syariah dalam
pengelolaan dana investasi Asuransi Syariah ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Operasional Asuransi Islam


Konsep dasar perasuransian Islam di Indonesia, tidak terlepas dari perilaku
umat Islam dalam memandang kelembagaan-kelembagaan yang ada untuk
kegiatan muamalahnya. Dari pengamatan terhadap perkembangan industri
asuransi di Indonesia, tampak bahwa baik pertumbuhan ini maupun rasio
pemegang polis asuransi dibandingkan jumlah penduduk Indonesia masih jauh
dibawah kemajuan yang dicapai negara lain.1
Terdapat beberapa solusi untuk menyiasati agar bentuk usaha asuransi
dapat terhindar dari unsur gharar, maisir, dan riba :
1. Gharar (Uncertainty) atau ketidakpastian ada dua bentuk:2
a. Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis
b. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerima uang
klaim itu sendiri
2. Maisir (Gambling), artinya ada salah satu pihak yang untung tetapi dilain
pihak justru mengalami kerugian. Dalam konsep takaful, apabila peserta tidak
mengalami kecelakaan atau musibah selama menjadi peserta, maka ia tetap
berhak mendapatkan premi yang disetor kecuali dana yang dimasukan
kedalam dana tabarru'
3. Unsur riba (usury) tercermin dalam konsep takaful dana premi yang terkumpul
diinvestasikan dengan prinsip bagi hasil, terutama mudharabah dan
musyarakah.
Adapun prinsip-prinsip asuransi Islam dijelaskan sebagai berikut:3
a. Saling bertanggung jawab hal ini sesuai dengan tuntunan hadist-hadist
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Hadist nabi Muhammad
SAW : “ Setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung jawab, dan

1
Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada
Media, 2006), Hal.175
2
Ibid, Hal.207
3
Ibid, hal. 182

2
setiap kamu bertanggung jawab atas orang-orang yang berada dibawah
tanggung jawabnya.” (diriwayat oleh Al Bukhari dan Muslim)
b. Saling bekerja sama untuk bantu membantu hal ini sebagaimana yang
diperintahkan Allah SWT, dalam Al Quran dan hadist Rasulullah SAW.
QS. Al-Maidah (5):2 “…..Dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran…”.
Hadist Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang memenuhi kebutuhan
saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya” (Diriwayatkan oleh Al
Bukhari dan Muslim dan Abu Daud)
c. Saling Melindungi dari segala kesusahan
QS. Quraisy (106) : 4 “(Allah) yang telah memberi makan kepada mereka
untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”
Hadist Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya seseorang yang beriman
itu ialah barangsiapa yang memberi keselamatan dan perlindungan
terhadap harta dan jiwa raga manusia” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

B. Investasi syariah
Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut syariah pada
prinsipnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemilik Harta (investor) terhadap
Pemilik Usaha (Emiten) untuk memberdayakan Pemilik Usaha dalam melakukan
kegiatan usahanya dimana pemilik harta (investor) berharap untuk memperoleh
manfaat tertentu. Karena itu, kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan pada
dasarnya sama dengan kegiatan usaha lainnya, yaitu memelihara prinsip kehalalan
dan keadilan.
Demikian juga investasi yang terdapat dalam asuransi syariah, investasi
yang dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah bertujuan untuk memperdayakan
dana yang terkumpul pada perusahaan asuransi dan mendapat manfaat dari dana
yang diinvestasikannya. Keuntungan dari hasil investasi dana rekening peserta
tersebut dibagi antara perusahaan asuransi dan peserta asuransi setelah dikurangi

3
biaya operasional perusahaan dengan prinsip mudharabah. Landasan Syar’I
Investasi:
“ Hai orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu…” (an-Nisa’:29).

C. Produk-produk Asuransi syariah di Indonesia


Produk asuransi syariah dipahami sebagai suatu model jaminan (proteksi)
yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan asuransi syariah untuk ditawarkan kepada
masyarakat luas agar ikut serta berperan sebagai anggota (peserta) dari sebuah
perkumpulan pertanggungan yang secara materi mendapat keamanan bersama.
Sedang proses marketing yang terjadi pada perusahaan asuransi syariah,
seharusnya tidak hanya bertumpu pada penjualan terhadap produk-produk yang
dikeluarkan oleh perusahaan tetapi lebih berorientasi pada penawaran
keikutsertaan untuk saling menanggung (takafuli) pada suatu peristiwa yang
belum terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sehingga uang yang disetor oleh
nasabah asuransi syariah merupakan dana tabarru yang sengaja diniatkan untuk
melindungi dia dan nasabah lainnya dalam menghadapi peril (peristiwa asuransi).
Adapun produk asuransi syariah yang sering dipakai dalam operasional
sebuah perusahaan asuransi syariah secara garis besar dapat dipilah menjadi dua,
yaitu produk asuransi syariah dengan unsur saving dan produk asuransi syariah
non saving. 4
a. Produk asuransi syariah dengan unsur saving adalah sebuah produk asuransi
yang didalamnya menggunakan dua buah rekening dalam setiap pembayaran
premi, yaitu rekening untuk dana tabarru (sosial) dan rekening untuk dana saving
(tabungan).
1. Rekening tabungan pada produk yang menggunakan unsur saving adalah
kumpulan dana yang merupakan milik peserta dan dibayarkan bila

4
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta:Prenada Media,
2004), Hal. 168

4
perjanjian berakhir, peserta mengundurkan diri atau peserta meninggal
dunia.
2. Rekening tabarru (khusus) adalah rekening yang berisi kumpulan dana
yang diniatkan oleh peserta sebagai derma untuk tujuan saling membantu
dan dibayarkan bila peserta meninggal dunia, perjanjian berakhir atau jika
ada surplus dana.

Tabel 1: Mekanisme Pengelolaan dana pada premi dengan unsur tabungan


b. Produk takaful yang tidak menggunakan unsur saving adalah kumpulan dana
dari peserta yang setelah dikurangi biaya pengelolaan dimasukan kedalam
rekening khusus (tabarru atau rekening dana sosial).
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah
Islam. Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi
(klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut
prinsip Al-Mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian
kerjasama antara perusahaan dengan peserta.6

5
http://www.asuransisyariah.net/2008/08/di-dalam-operasional-asuransi-syariah.html
6
Muhamad. 2014. Manajemen Keuangan Syari’ah: Analisis Fiqih dan
Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, hal. 155.

5
7

Tabel 1: Mekanisme Pengelolaan dana pada premi tanpa unsur tabungan


Perbedaan antara produk asuransi syariah dengan saving dan produk
asuransi syariah nonsaving terletak pada peruntukan kumpulan dana dari peserta.
Jika prosuk asuransi syariah nonsaving, dana yang terkumpul betul-betul
diarahkan dan diniatkan untuk kepentingan bersama dan untuk saling membantu
diantara peserta asuransi yang mengalami musibah. Sedang produk asuransi
syariah saving, dana peserta yang terkumpul di samping masuk rekening tabarru
(sosial) juga didistribusikan pada rekening tabungan (saving).

D. Peraturan terkait Investasi Industri Perasuransian


Pengaturan tentang batasan investasi juga terdapat di industri
perasuransian, yaitu terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Dan
Perusahaan Reasuransi, serta PMK Nomor 11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan
Keuangan Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah. Kedua PMK
tersebut merupakan perubahan dari KMK Nomor 424/KMK.06/2003 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransidan Reasuransi.
Sebelumnya pada KMK Nomor 424/KMK.06/2003, batasan untuk semua
bentuk investasi adalah 20% dari total investasi, kecuali investasi penempatan
pada satu pihak adalah 25%. Namun dalam pengaturan yang baru, terdapat

7
Ibid

6
perubahan antara lain pada butir-butir mengenai batasan-batasan investasi.
Perbedaan pengaturan di industri asuransi konvensional dengan asuransi syariah
terkait batasan investasi adalah sebagaimana dalam tabet berikut :8

Tabel Perbandingan Pengaturan Investasi Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah


Ketentuan Batasan Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
Investasi PMK Nomor. PMK Nomor.
53/PMK.010/2012 11/PMK.010/2011
Kesehatan Keuangan Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Asuransi dan Usaha
Perusahaan Reasuransi Reasuransi Dengan
Prinsip Syariah
Deposito berjangka pada Maksimal untuk setiap Maksimal untuk setiap
Bank, termasuk: Bank tidak melebihi Bank tidak melebihi 20%
deposit on call 15% dari jumlah dari jumlah investasi
deposito yang berjangka investasi
waktu kurang dari atau
sama dengan 1 (satu)
bulan
sertifikat deposito yang
tidak dapat
diperdagangkan (non
negotiable certificate
deposit)
Surat utang korporasi untuk setiap emiten untuk setiap emiten
atau sukuk korporasi paling tinggi 15% dari masing-masing paling
jumlah investasi tinggi 20% dari jumlah
seluruhnya paling tinggi investasi
50% dari jumlah seluruhnya paling tinggi
Investasi 40% dari jumlah
8
www.bapepam.go.id/syariah/publikasi/riset/pdf/kajian_simplikasi_prosedur_pengelolaan
_efek_syariah_pengelolaan _investasi.pdf

7
Investasi
Reksa dana untuk setiap Manajer untuk setiap Manajer
(atau syariah) Investasi paling tinggi Investasi masing-masing
15% dari jumlah paling tinggi
investasi 10% dari jumlah investasi
seluruhnya paling tinggi seluruhnya paling tinggi
50%dari jumlah 40% dari jumlah
Investasi Investasi
Emas murni paling tinggi 10% paling tinggi 20% dari
(sepuluh per seratus) jumlah investasi
dari jumlah investasi
Investasi berupa surat Paling kurang memiliki Paling kurang memiliki
berharga (atau sukuk) peringkat BBB atau yang peringkat yang termasuk
setara dari perusahaan dalam kat
pemeringkat efek yang egori 4 peringkat teratas
telah memperoleh izin dari perusahaan
dari Bapepam-LK pemeringkat efek yang
telah memperoleh izin
dari Bapepam-LK
Dari Tabel tersebut terlihat bahwa ada perbedaan persentase batasan
investasi antara asuransi konvensional dengan asuransi syariah. Misalnya sukuk
korporasi, di mana asuransi konvensional hanya diperbolehkan berinvestasi
maksimum 15%, sedangkan asuransi syariah diberi keleluasaan sampai dengan
maksimum 20%. Sedangkan untuk rating, asuransi syariah dapat melakukan
investasi berupa sukuk yang memiliki peringkat paling kurang yang termasuk
dalam kategori 4 peringkat teratas.
Lain daripada itu dana-dana asuransi yang berhasil dihimpun oleh lembaga
asuransi syariah tentu saja hanya boleh diinvestasikan ke dalam proyek-proyek
ataupun pembiayaan lainnya yang sesuai dengan syariah. Berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis,
Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan

8
Reasuransi dengan Sistem Syariah, jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan
perusahaan reasuransi Syariah terdiri dari:9
a. deposito dan sertifikat deposito syariah
b. sertifikat wadiah Bank Indonesia
c. saham syariah yang tercatat di bursa efek
d. obligasi syariah yang tercatat di bursa efek
e. surat berharga syariah yang diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah
f. unit penyertaan reksa dana syariah
g. penyertaan langsung syariah
h. bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi
i. pembiayaan kepemilikan tanah dan/atau bangunan, kendaraan bermotor,
dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan
pembayaran ditangguhkan)
j. pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil)
k. pinjaman polis

E. Implementasi Akuntansi Asuransi Syariah dalam pengelolaan dana


investasi Asuransi Syariah
Penetapan bentuk akad akan berdampak langsung pada sistem akuntansi
yang akan ditetapkan dan akad dalam asuransi syariah terdapat atas dua bentuk
akad, yaitu akad mudharabah dan akad wakalah.10
a. Akad Mudharabah
Dalam akad mudharabah terdapat pemisahan pengelolaan dana antara
dana pemegang saham dan dana peserta asuransi. Perusahaan bertindak sebagai
pemegang amanah untuk mengelola kontribusi yang diterima dari peserta yang
digunakan apabila diantara para peserta terjadi musibah.
Dilain pihak, peserta menyetujui bahwa dana yang disetor akan dikelola
secara profesional oleh operator (perusahaan asuransi) dan pada akhir periode

9
Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada
Media, 2006), Hal.212
10
Abdullah Amrin, Bisnis,ekonomi,Asuransi dan Keuangan Syariah, (Jakarta:PT
Gramedia,2009), Hal.58

9
bagi peserta yang tidak mengalami terjadinya klaim maka ia akan memperoleh
bagi hasil. Dengan demikian, dalam akad mudharabah ini dana yang dikelola oleh
operator merupakan milik peserta dan tidak dapat dipergunakan untuk
kepentingan pemegang saham. Oleh kaena itu, sistem akuntansi yang diterapkan
harus dipisahkan antara akuntansi dana pemegang saham dengan akuntansi dana
peserta asuransi.
contoh akad mudharabah adalah sebagai berikut:11
1. Keutungan penanggung yang diperoleh dari hasil pengelolaan premi
tabarru’ pada akhir pertanggungan akan dibagikan secara proposional
kepada seluruh tertanggung berdasarkan prinsip mudharabah dengan
nisbah 80% untuk penanggung dan 20% untuk seluruh tertanggung dengan
ketentuan :
a. Tertanggung tidak pernah menerima pembayaran atau sedang
mengajukan klaim atas polis
b. Tertanggung tidak membatalkan polis
2. Bagi hasil yang menjadi bagian tertanggung akan dihitung berdasarkan
premi yang diterima oleh penanggung yang dikalikan dengan rate bagi
hasil yang berlaku pada akhir pertanggungan polis.

11
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syariah
Modern. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, hal. 98-99.

10
Gambar 1: Pengelolaan dana investasi (Mudharabah)
b. Akad Wakalah
Dalam akad wakalah terdapat pemisahan pengelolaan dana antara dana
pemegang saham dan dana peserta asuransi. Perusahaan menerima dana tabarru’
dari peserta dan berhak menggunakannya untuk seluruh kegiatan perusahaan
sesuai dengan guna dan fungsi dana tabarru’ tersebut.

10

11
Gambar 2. Pengelolaan dana Investasi (Wakalah)
Contoh akad wakalah adalah sebagai berikut:
Perusahaan asuransi menerima akad wakalah untuk menginvestasikan
premi yang diterima dari tertanggung dengan konvensasi mendapat perlindungan.
Saat pertanggungan selesai, apabila ada kelebihan dana dari surplus underwriting,
maka kelebihan akan dibagikan sesuai nisbah 80% untuk penanggung dan 20%
untuk tertanggung.
Contoh aplikasi akutansi asuransi syariah akad mudharabah:12

PT. Amar’as
Surplus Underwriting Statement
Pendapatan underwriting Rp 500.000.000.000,00
Biaya retakaful (Rp 15.000.000.000,00)
Biaya klaim (Rp 25.000.000.000,00)
Cadangan premi (Rp 45.000.000.000,00)
Distribusi surplus Rp 415.000.000.000,00
underwriting

PT Amar’as
Profit and Loss Statement
Distribusi surplus underwriting Rp 415.000.000.000,00
Ditambah hasil investasi dari
deposit mudharabah Rp 12.000.000.000,00
Pembiayaan mudharabah Rp 10.000.000.000,00
Pembiayaan bai’ bitsaman ajil Rp 25.000.000.000,00
Saham Rp 1.500.000.000,00
Reksadana syariah Rp 2.500.000.000,00
Obligasi syariah Rp 3.500.000.000,00 +
Rp 470.000.000.000,00

12
Soemitra Andri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah”. Jakarta: Kencana, 2010

12
Bagian partisipan 20% (Rp 94.000.000.000,00)
Bagian untuk operator 80% Rp 376.000.000.000,00
Biaya-biaya operasional (Rp 200.000.000.000,00)
Rp 176.000.000.000,00

Mudharabah yang dibayar (Rp 12.000.000.000,00)


Laba rugi sebelum zakat dan pajak Rp 64.000.000.000,00
Zakat dan pajak (Rp 23.000.000.000,00)
Laba rugi setelah zakat dan pajak Rp 141.000.000.000,00

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Produk asuransi syariah yang sering dipakai dalam operasional sebuah
perusahaan asuransi syariah secara garis besar dapat dipilah menjadi dua, yaitu:
a. Produk asuransi syariah dengan unsur saving
b. Produk asuransi syariah tanpa unsur saving
Perbedaan antara keduanya terletak pada peruntukan kumpulan dana dari
peserta. Jika prosuk asuransi syariah nonsaving, dana yang terkumpul diarahkan
untuk kepentingan bersama dan untuk saling membantu diantara peserta asuransi
yang mengalami musibah. Sedang produk asuransi syariah saving, dana peserta
yang terkumpul di samping masuk rekening tabarru (sosial) juga didistribusikan
pada rekening tabungan (saving).
Jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi Syariah
sesuai Kep. Dirjen Keuangan terdiri dari: deposito dan sertifikat deposito syariah,
sertifikat wadiah Bank Indonesia, saham syariah yang tercatat di bursa efek,
obligasi syariah yang tercatat di bursa efek, surat berharga syariah yang
diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah, unit penyertaan reksa dana syariah,
penyertaan langsung syariah, bangunan atau tanah dengan bangunan untuk
investasi, pembiayaan kepemilikan tanah dan/atau bangunan, kendaraan bermotor,
dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran
ditangguhkan), pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil),
dan pinjaman polis

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Amrin. 2009. Bisnis,ekonomi,Asuransi dan Keuangan Syariah. Jakarta:


PT Gramedia
AM. Hasan Ali. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Prenada
Media
Wirdyaningsih, dkk. 2006. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada Media

Muhamad. 2014. Manajemen Keuangan Syari’ah: Analisis Fiqih dan Keuangan.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syariah Modern.
Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Soemitra Andri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah”. Jakarta: Kencana,
2010.
http://www.asuransisyariah.net/2008/08/di-dalam-operasional-asuransi-
syariah.html

15

Anda mungkin juga menyukai