Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMERIKSAAN CDC-CROSSMATCH SEBAGAI SALAH SATU


PARAMETER KECOCOKAN TRANSPLANTASI ORGAN

Disusun oleh :

KELOMPOK A
1. KELOMPOK PKL RS SAIFUL ANWAR MALANG
2. KELOMPOK PKL RSD dr. SOEBANDI JEMBER
3. KELOMPOK PKL RSUD dr. SOEDONO MADIUN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PROGRAM STUDI D-IV ALIH JENJANG ANALIS
KESEHATAN
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun guna
memenuhi tugas Seminar Praktek Kerja Lapangan di RS Saiful Anwar Malang,
RSD dr. Soebandi Jember dan RSUD dr. Soedono Madiun. Penyusunan makalah
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik rekan-rekan, dosen
pembimbing serta dosen narasumber.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami sadari masih banyak sekali kekurangan baik dari sisi
penulisan maupun isi dari makalah ini, untuk itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Surabaya, Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
1.4 Manfaat..............................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................7
2.1 Transplantasi Organ...........................................................................................7
2.1.1 Pengertian Transplantasi Organ..................................................................7
2.1.2 Jenis-Jenis Transplantasi Organ..................................................................7
2.1.3 Efek Samping Pasca Transplantasi Organ................................................11
2.2 Pemeriksaan Laboratorium Sebelum Transplantasi Organ...............................12
2.3 Manfaat CDC-Crossmatch bagi Pasien Transplantasi Organ...........................12
2.4 Pemeriksaan CDC-Crossmatch........................................................................12
2.4.1 Prinsip CDC-Crossmatch..........................................................................12
2.4.2 Metode Pemeriksaan.................................................................................13
2.4.3 Spesimen yang digunakan........................................................................13
2.4.4 Alat dan Bahan.........................................................................................13
2.4.5 Prosedur pemeriksaan CDC-Crossmatch..................................................14
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................22
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran................................................................................................................22
Daftar Pustaka................................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran saat ini telah

berkembang dengan pesat. Salah satu diantaranya adalah teknik transplantasi

organ manusia. Transplantasi organ manusia merupakan suatu teknologi medis

untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi lagi dengan organ dari

manusia lain yang masih berfungsi dengan baik. Di Indonesia transplantasi hanya

boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan, yang

melakukannya atas dasar adanya persetujuan dari donor maupun ahli warisnya

(pasal 65 ayat 1 UU No. 36/2009). Dokter yang melakukan transplantasi adalah

dokter yang bekerja di RS yang ditunjuk oleh Menkes (pasal 11 ayat 1 PP

18/1981). Ada dua jenis transplatasi yang sering digunakan didunia medis, yaitu

transplantasi dari donor orang yang meninggal dan donor yang masih hidup.

Transplantasi organ dari donor hidup mendatangkan lebih banyak

permasalahan dari segi etika dan moral maupun resiko akibat dari transplantasi

baik dari resipien maupun pendonor (Saifullah, 2016). Rsiko yang paling sering

terjadi adalah penolakan organ transplantasi, hsli ini dapat mengakibatkan

rusaknya jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa

menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang

terjadi secara tiba-tiba dan bias berujung pada kematian (Soejipto,2010)

Untuk mengurangi resiko transplantasi organ diperlukan sebuah uji yang

dapat menggambarkan kecocokan antara oragan yang akan didonorkan kepada

resipien, sehingga penolakan dari tubuh resipien terhadap organ yang didonorkan

dapat diminimalisir. Salah satu metode pemeriksaan yang sering digunakan

4
adalah CDC (Complement Dependent Cytoxic) dan HLA (Human Leukocyte

Antigen) untuk melihat kecocokan dari organ yang didonorkan dengan resipient.

CDC merupakan pemeriksaan yang didasarkan pada reaksi antara antibodi tubuh

resipient (alloantibodi) dengan organ yang didonorkan (allograft), yang dapat

menyebabkan penolokan atau disfungsi organ yang didonorkan (Pena, et al.,

2013), sehingga diharapkan dengan melakukan pemeriksaan ini resiko penolakan

terhadap organ yang donorkan dapat diketahui lebih awal dan menghindari risiko

terbesar yaitu kematian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan transplantasi organ?

2. Apa jenis-jenis tranplantasi organ?

3. Bagaimana efek samping pasca transplantasi organ?

4. Apa saja pemeriksaan laboratorium sebelum transplantasi organ?

5. Apa yang dimaksud dengan CDC-Crossmatch?

6. Bagaimana manfaat pemeriksaan CDC-Crossmatch bagi pasien transplantasi

organ?

7. Bagaimana Proses Penatalaksanaan Pemeriksaan CDC-Crossmatch?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari transplantasi organ

2. Mengetahui jenis-jenis transplantasi organ

3. Mengetahui efek samping pasca transplantasi organ

4. Mengetahui pemeriksaan laboratorium sebelum transplantasi organ

5
5. Mengetahui definisi pemeriksaan CDC-Crossmatch

6. Mengetahui manfaat pemeriksaan CDC-Crossmatch bagi pasien transplantasi

organ

7. Mengetahui proses penatalaksanaan pemeriksaan CDC-Crossmatch

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan penegetahuan mengenai transplantasi organ

2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai pemeriksaan laboratorium untuk

transplantasi organ

3. Menambah wawasan pengetahuan mengenai pemeriksaan CDC-Crossmatch

4. Menjadi rujukan pemeriksaan untuk melakukan transplantasi organ

6
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Transplantasi Organ

2.1.1 Pengertian Transplantasi Organ

Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yakni ‘to transplant’ yang berarti

‘to move from one place to another’ artinya: ‘berpindah dari satu tempat ke

tempat yang lain’. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk

pemindahan alat dan atau jaringan organ tubuh manusia yang berasal dari tubuh

sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat

atau jaringan organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik

2.1.2 Jenis-Jenis Transplantasi Organ

Transplantasi merupakan hal luar biasa ditemukan dalam dunia kedokteran

modern. Melibatkan donasi organ dari satu manusia kepada manusia lain yang

menjadikan ribuan orang diseluruh dunia setiap tahunnya terselamatkan jiwanya.

A. Berdasarkan Pemberi Organ (Pendonor)

Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor atau jaringan tubuh, maka

transplantasi dapat dibedakan menjadi:

1. Transplantasi Dengan Donor Hidup

Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ

tubuh seseorang yang hidup kepada orang lain atau ke bagian lain dari tubhnya

sendiri tanpa mengancam kesehatan. Biasanya yang dilakukan adalah

transplantasi ginjal, karena memungkinkan seseorang untuk hidup dengan satu

ginjal saja. Akan tetapi mungkin bagi donor hidup juga untuk memberikan

7
sepotong/sebagian dari organ tubuhnya misalnya paru, hati, pankreas dan usus.

Juga donor hidup dapat memberikan jaringan atau selnya degeneratif, misalnya

kulit, darah dan sumsum tulang.

2. Transplantasi Dengan Donor Mati Atau Jenazah

Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ

atau jaringan dari tubuh jenazah orang yang baru saja meninggal kepada tubuh

orang lain yang masih hidup. Pengertian donor mati adalah donor dari seseorang

yang baru saja meninggal dan biasanya meninggal karena kecelakaan, serangan

jantung, atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam kasus ini, donasi organ akan

dipertimbangkan setelah usaha penyelematan mengalami kegagalan. Pasien

mungkin meninggal dalam kamar emergensi ataupun dalam kondisi mati batang

otak. Jenis organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki

kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas, hati,

jantung dan hati

B. Berdasarkan Dari Penerima Organ (Resipien)

Sedangkan ditinjau dari sudut penerima organ atau resipien, maka

transplantasi dapat dibedakan menjadi:

1. Autogaft

Autotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat

lain dalam tubuh orang itu sendiri. Biasanya transplantasi ini dilakukan pada

jaringan yang berlebih atau pada jaringan yang dapat beregenerasi kembali.

Sebagai contoh tindakan skin graft pada penderita luka bakar, dimana kulit donor

berasal dari kulit paha yang kemudian dipindahkan pada bagian kulit yang rusak

8
akibat mengalami luka bakar. Kemudian dalam operasi bypass karena penyakit

jantung koroner.

2. Isograft

Termasuk dalam autograft adalah "syngraft" atau isograft yang merupakan

prosedur transplatasi yang dilakukan antara dua orang yang secara genetik identik.

Transplantasi model seperti ini juga selalu berhasil, kecuali jika ada permasalahan

teknis selama operasi. Operasi pertama ginja yang dilakukan pada tahun 954

merupakan operasi transplantasi syngraft pertama antara kembar identik.

3. Allograft

Allograft adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh

seseorang ke tubuh orang lain. Misalnya pemindahan jantung dari seseorang yang

telah dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih hidup. Kebanyakan sel

dan organ manusia adalah Allografts.

4. Xenotransplantation

Xenotransplantation adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari

species bukan manusia kepada tubuh manusia. Contohnya pemindahan organ dari

babi ke tubuh manusia untuk mengganti organ manusia yang telah rusak atau

tidak berfungsi baik.

5. Transplantasi Domino (Domino Transplantation)

Merupakan multiple transplantasi yang dilakukan sejak tahun 1987. Donor

memberikan organ jantung dan parunya kepada penerima donor, dan penerima

donor ini memberikan jantungnya kepada penerima donor yang lain. Biasanya

dilakukan pada penderita "cystic fibrosis" (hereditary disease) dimana kedua

parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah untuk mengganti jantung dan

9
paru sebagai satu kesatuan. Biasanya jantung dari penderita ini masih sehat,

sehingga jantungnya dapat didonorkan kepada orang lain yang membutuhkan.

6. Transplantasi Dibagi (Transplantation Split)

Kadangkala donor mati khususnya donor hati, hatinya dapat dibagi untuk

dua penerima, khususnya dewasa dan anak, akan tetapi transplatasi ini tidak

dipilih karena transplantasi keseluruhan organ lebih baik.

C. Berdasarkan Dari Sel Induk (Stem Cell)

Sedangkan khusus mengenai transplantasi sel induk dibedakan menjadi:

1. Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)

Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang

besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk.

Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoetik.

2. Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)

Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk

yang terkandung tidak sebanyak pd sumsum tulang untuk jumlah sel induk

mencukupi suatu transplantasi.biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony

stimulating factor (G-CSF). Transplantasi dilakukan dengan proses yang disebut

Aferesis.

3. Transplantasi sel induk darah tali pusat (Stem cord)

Darah tali pusat mengandung sejulah sel induk yang bermakna dan

memiliki keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulangatau dari

darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat

telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang

dapat menyelamatkan jiwa.

10
Transplantasi sel induk merupakan infusi dari sel induk yang sehat kepada

tubuh pasien itu sendiri. Transplantasi sel induk dilakukan apabila sumsum tulang

berhenti memproduksi sel induk yang sehat. Sama dengan transplantasi lainnya

jenis transplantasi induk ada yang sifatnya autograft yaitu tubuh sendiri yang

menghasilkan kemudian ditransplantasi kedalam tubuh sendiri. Allograft apabila

berasal dari donor orang lain asalkan cocok, biasanya yang masih ada hubungan

darah, akan tetapi saat ini bisa juga didapatkan dari donor orang lain. Perlakuan

ini biasanya dilakukan untuk leukemias, lymphomas, dan kelainan lain dari

sumsum tulang. Yang terakhir adalah tandem transplant merupakan Transplantasi

“dobel autograft”, sel induk dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dilakukan dosis

tinggi chemo, kemudian ditransplantasikan 2 kali ke pasien itu sendiri biasanya

dengan jarak 6 bulan. Cara ini digunakan untuk penyakit cancer jenis tertenut,

termasuk multiple myeloma, Hodgkin disease, and nonHodgkin lymphoma.

2.1.3 Efek Samping Pasca Transplantasi Organ

1. Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien (hyperacute, acute or

chronic)

Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi jika sistem Created by Patricia

Soetjipto, Universitas Indonesia 17 kekebalan resipien tidak dikendalikan, maka

organ yang dicangkokkan biasanya ditolak. Penolakan biasanya terjadi segera

setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu

bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah

ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan

pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan maupun organ yang

11
dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah dan

perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba.

2. Kematian

Akibat penekanan anti penolakan maka menyebakan penurunan kekebalan

tubuh yang berakibat dapat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga

menimbulkan dapat menimbulkan komplikasi hingga berakibat kematian.

2.2 Pemeriksaan Laboratorium Sebelum Transplantasi Organ

1. Pemeriksaan dengan CT (computed tomography) scan atau MRI (magnetic

resonance imaging)

2. Test jantung dengan electrocardiogram (EKG) atau echocardiogram

3. Test darah lengkap, hitung darah, kimia darah dan skrinning terhadap viruses

like hepatitis B, CMV, and HIV

4. Human Leukocyte Antigen (HLA) dan Complement Dependent Cytotoxic

(CDC)

2.3 Manfaat CDC-Crossmatch bagi Pasien Transplantasi Organ

Adapun manfaat dari CDC-Crossmatch bagi Pasien Transplantasi Organ

adalah mengetahui reaksi antara sel limfosit donor dan pasien serta mengetahui

kecocokan organ yang akan didonorkan.

2.4 Pemeriksaan CDC-Crossmatch

2.4.1 Prinsip CDC-Crossmatch

Anti HLA antibodi berikatan dengan antigen yang berada dipermukaan

membran sel limfosit. Setelah berikatan komplement akan aktif kemudian

menghasilkan bentuk antigen antibodi kompleks yang mendorong lisisnya sel. Sel

12
yang lisis akan terdeteksi dengan adanya zat warna yang masuk kedalam sel yang

mati. Reaksi ini akan dihentikan dengan penambahan formalin. Antigen yang ada

dipermukaan sel tidak bereaksi dengan antibodi dan tidak terwarnai dengan zat

warna disebut reaksi negatif. Antigen yang ada dipermukaan sel bereaksi dengan

antibodi dan terwarnai dengan zat warna disebut reaksi positif.

2.4.2 Metode Pemeriksaan

Metode pemeriksaan yaitu immunofluoresence.

2.4.3 Spesimen yang digunakan

Darah ACD (Acid Citrate Dextroce)

2.4.4 Alat dan Bahan

Alat:

a. Tabung reaksi 5 mL

b. Mikropipet

c. Rak magnet

d. Pipet disposable

e. Timer

f. Well 96

g. Mikroskop fluorescence

Bahan:

a. Darah ACD

b. Pb citrate 1x

c. Fluorobead B dan Fluorpbead T

d. RPMI

e. Limfosit T Developer 1x

13
f. Cation negative (serum golongan darah AB)

g. Limfosit B dan limfosit T

h. AHG

i. Complemen kelas I dan II

j. Kontrol positif ALSG limfosit T

k. Kontrol negative ALSM Limfosit B

l. Fluoroquench

2.4.5 Prosedur pemeriksaan CDC-Crossmatch

A. Isolasi limfosit T

1. Pipet darah 2 ACD 2 mL ke dalam tabung 5 mL

2. Siapkan Fluorobead T reagen lalu vortex selama 10 detik

3. Masukkan 100 µL Fluorobead T ke dalam tabung yang berisi darah

4. Tutup tabung secepatnya lalu bolak-balik tabung sebanyak 2-3 kali

5. Homogenkan selama 3 menit di suhu ruang (jangan melebihi 4 menit)

6. Tambahkan 2 mL developer 1x. Tutup dan bolak-balik tabung sebanyak 2-

3 kali

7. Buka tutup tabung dan letakkan tabung di magnet pemisah selama 3 menit

8. Pisahkan dan buang supernatant dengan pipet disposable. Keluarkan

tabung dari magnet pemisahnya. Resuspend bead dengan PBS 1x sebanyak 1-

2 mL dan kocok pelan. Masukkan tabung ke magnet pemisah selama 1 menit.

Ulangi langkah ini sebanyak 3 kali sampai mendapatkan ceel beadsnya.

9. Lalu labelkan tabung dan larutkan kembali cell beadsnya dengan 0,5 mL

RPMI.

B. Isolasi Limfosit B

14
1. Pipet darah ACD 5 mL ke dalam tabung 15 mL

2. Tambahkan 5 mL larutan PBS sitrat lalu tutup tabung dan bolak-balik

3. Siapkan Fluorobead B reagen lalu vortex selama 10 detik

4. Masukkan 100 µL Fluorobead B ke dalam tabung yang berisi darah

5. Tutup tabung secepatnya lalu bolak-balik tabung selama 5 menit

6. Buka tutup tabung dan letakkan tabung sampel di magnet pemisah selama

5 menit

7. Pisahkan dan buang supernatant dengan pipet disposable. Keluarkan

tabung dari magnet pemisahnya. Resuspend bead dengan PBS citrate

sebanyak 2-3 mL dan kocok pelan-pelan. Masukkan tabung ke magnet

pemisah selama 1 menit. Ulangi langkah ini sebanyak 4 kali sampai

mendapatkan cell beadsnya.

8. Lalu labelkan tabung dan larutkan kembali cell beadsnya dengan 0,5 mL

RPMI.

HLA (Human Leukosit Antigen) Typing

Pemeriksaan HLA Typing bertujuan untuk melihat tingkat kecocokan (alel

possible) menggunakan metode Flow cytometri, dimana semakin banyak alel

yang cocok maka organ semakin compatible untuk didonorkan. Tingkat ke

cocokan yang harus dimiliki adalah minimal 3 alel.

Alat dan Bahan :

1. Qiagen protease (protein kinase k)

2. Darah ACD

3. Buffer Al

15
4. Ethanol absolute

5. Buffer AW dan AE

6. DNA stock

7. Primer

8. Dmix

9. Taq

10. Denaturasi Buffer

11. Neutralisasi buffer

12. Hibridization bead ,ix

13. Wash buffer

14. SAFE solution

15. Tabung mikrosentrifuge

16. Vorteks

17. Sentrifuge

18. Spindown

19. Colection tube

20. Spin kolom

21. PCR tube

22. Laminary air flow

23. Pipet mikro

Prosedur Kerja :

a. Ekstraksi DNA

1. 20 µL Qiagen protease dipipet kedalam tabung mikro sentrifuge

2. Tambahkan 200 µL darah ACD, kemudian tambahkan 200 µL buffer Al lalu

16
di vorteks 15 menit

3. Inkubasi 56⁰C selama 10 menit lalu di spindown

4. Tambahkan 200 µL ethanol absolute setelah itu di vortex kemudian di

spindown

5. Pindahkan sampel ke spindown dan centrifuge 6000 xg selama 1 menit

6. Tempatkan spindown dalam collection tube yang baru, buang collection tube

yang bersifat filtrate

7. Tambahkan buffer AW 500 µL kemudian centrifuge 6000 xg selama 1 menit,

kemudian ulangi langkah kerja no. 6

8. Tambahkan buffer AW 500 µL kemudian centrifuge 2000 xg selama 3 menit

9. Ulangi lagi langkah no. 6 lalu sentrifuge 2000 xg selama 1 menit

10. Lalu ulangi lagi langkah no.6

11. Tambahkan 200 µLbuffer AE, inkubasi pada suhu kamar selama 1 menit

kemudian centrifuge 6000 gx selama 1 menitas

12. Baca konsentrasi DNA dengan nano drop (20 ng/µL, purity 1,65-1,8) jika

hasil lebih dari 20 ng/µL lalu diencerkan dengan buffer AE hingga

konsentrasi 20 ng/µL (simpan DNA stock pada -20⁰C)

13. Panaskan DNA yang sudah diencerkan pada suhu 56⁰C selama 5 menit.

Sebelum dilanjutkan pada proses amplifikasi

b. Amplifikasi

1. Buat campuran primer dan Dmix sesuai tabel

2. Pipet 2 µL DNA sampel kedalam well tray PCR tube lalu tambahkan Taq

kedalam campuran Primer-Dmix-Taq kemudian di vortex

3. Tambahkan 180 µL campuran Primer-Dmix-Taq (master mix) dalam well

17
PCR tube yang berisi DNA sampel

4. Tutup tray dengan seal lalu masukkan dalam termal cycler. Jalankan program

Lab-AMP (± 90 menit)

5. Simpan amplifikan dalam tray pada suhu -20⁰C sampai digunakan atau untuk

keproses denaturasi

c. Denaturasi

1. Pipet 5 µL amplikan kedalam PCR tube

2. Tambahkan 2,5 µL denaturasi buffer kemudian divortex dan diinkubasi pada

suhu ruang selama 10 menit

3. Tambahkan 5 µL neutralisasi buffer lalu divortex

d. Hibridisasi

1. Buatlah campuran reagen bead mix dan hibridization buffer / HBM sesuai

tabel lalu divortex

2. Pipet 38 µL HBM kedalam tiap well PCR tube, tutup tray dengan seal

kemudian divortex

3. Masukkan tray dalam thermocyler pada suhu 60⁰C. Jnalankan program Lab-

Hibrid selama 15 menit

4. Lalu tray diletakkan diatas tray holder . Buka seal dengan cepat dan

tambahkan 100 µL wash buffer (WB) kedalam tiap well kemudian tray

ditutup dengan seal dan disentrifuge selama 1000-3000 g selama 15 menit

5. Buka seal, buang WB dengan cepat tambahkan 100 µL WB dalam tiap well

tutup tray dengan seal lalu sentrifuge

6. Ulangi pencucian dengan WB sekali lagi kemudian buang WB

e. Labelling

18
1. Bualah campuran 1x SAPE Solution

2. Pipet 50μl 1x SAPE Solution kedalam tiap well, tutup tray dengan seal,

kemudian divortex.

3. Masukkan tray dalam thermocycler (60⁰C). Jalankan program labhibrid, 5

menit.

4. Keluarkan tray, letakkan diatas tray holder, buka seal dan cepat tambahkan

100μl WB, kedalam tiap well tutup tray dengan seal dan sentrifuge 1000-

1300g, selama 5 menit.

5. Buka seal, kemudian buang WB danditambahakan 70 μl WB dalam tiap well,

campu menggunakan up down, kemudian pindahkan kedalam reading plate.

6. Tutup tray dengan aluminium foil, simpan dalam ruang gelap pada 4⁰C

sampai siap dibaca pada labscan 100

HLA Antibodi

Pemeriksaan HLA antibodi memastikan pasien tidak memiliki antobodi spesifik

yang menolak sel donor, untuk menghindari rejeksi dengan pemeriksaan secara

flowcyto metri. Semakin banyak antibodi yang dimiliki oleh pasien maka, hal ini

dapat memungkinkan adanya perusakan organ oleh antibodi yang resipient.

Alat dan Bahan:

Alat:

1. Vortex

2. Centrifuge plate

3. Reading plate and seal

4. Timer count down

19
5. Pipet mikro

6. Labscan 100 luminex

7. Tempat sampah bahan medik

Bahan:

1. Labscreen single antigen HLA class 1 dan class 2

2. PE-conjugate goat anti-human igG (simpan dalam suhu ruang tanpa cahaya)

3. Labscreen negatif control

4. Phosphat buffer saline 10x

5. Aquadest steril

6. Serum pasien (darah dengan antikoagulan ACD yang disentrifuge 4400 rpm

selama 15 menit)

7. Etanol 70%, chlorine 0,5%

Prosedur Kerja

a. Binding

1. Vortex bead mix selama 20 detik

2. Pipet 5μl masing-masing bead mix (LS1 dan LS2) kedalam well reading plate

3. Tambahkan 20μl serum pada well sampel dan 20μl LSNC pada well control

pada masing-masing bead dan campur dengan baik

4. Tutup tray dengan seal, vortex dengan pelan, inkubasi 30 menit pada suhu

ruang di tempat gelap

5. Buat wash buffer 1x dari wash buffer 10x sesuai dengan keperluan

6. Buka seal, tambahkan 150μl Wash buffer dalam tiap well, tutup dengan seal,

vortex dan sentrifuge 1300 rpm selama 5 menit

7. Ulangi langkah 6 sekali lagi dan buat igG-PE (LS-AB2) 1x dari igG-PE 100x

20
8. Buka seal dan flick wash buffer

b. Labelling

1. Pipet 100μl igG-PE kedalam well, tutup well, tutup seal, vortex kemudian

inkubasi 30 menit pada suhu ruang ditempat gelap

2. Sentrifuge 1300rpm selama 5 menit, buka seal dan flick

3. Tambahkan 200μl wash buffer kedalam tiap well, tutup dengan seal vortex

sentrifuge 1400 rpm selama 5 menit

4. Buka seal, flick wash buffer, ulangi langkah 3 sekali lagi. Selama proses

sentrifuge buat pBS 1x dari PBS 10x

5. Buka seal, flick wash buffer, tambahkan 70μl 1x PBS kedalam tiap well,

tutup sengan seal kemudian vortex

6. Buka seal, baca dengan labscan 100 atau simpan dalam gelap pada suhu 4⁰c

(sampai 24 jam)

21
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yakni ‘to transplant’ yang berarti ‘to

move from one place to another’ artinya: ‘berpindah dari satu tempat ke tempat

yang lain’. Mengetahui pengertian dari transplantasi organ.

2. Jenis-jenis transplantasi organ dibagi atas berdasarkan pemberi organ

(pendonor), berdasarkan dari penerima organ (resipien), dan berdasarkan

dari sel induk (stem cell).

3. Efek samping dari pasca transplantasi organ adalah kemungkinan

terjadinya penolakan oleh tubuh resipien (hyperacute, acute or chronic)

dan kematian.

4. Pemeriksaan laboratorium sebelum transplantasi organ yaitu pemeriksaan

dengan CT, Test jantung dengan electrocardiogram, Test darah lengkap,

hitung darah, kimia darah dan skrinning terhadap viruses like hepatitis B,

CMV, and HIV dan HLA.

5. Manfaat dari CDC-Crossmatch bagi Pasien Transplantasi Organ adalah

mengetahui reaksi antara sel limfosit donor dan pasien serta mengetahui

kecocokan organ yang akan didonorkan.

6. Pemeriksaan CDC-Crossmatch terdiri atas isolasi limfosit T dan isolasi

limfosit B.

3.2 Saran

22
Diperlukan ketelitian dan kesabaran dalam mengerjakan CDC-Crossmatch

serta pemahaman teori-teori yang mendukung pemeriksaan CDC-Crossmatch

sebagai pemeriksaan kecocokan transplantasi organ.

Daftar Pustaka

Soejipto, Patricia. 2010. Naskah Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia. Pasca Sarjana Universitas Indonesia

Simbolon, Melinda. 2013. Transplantasi Organ Tubuh Terpidana Mati. Fakultas


Hukum Universitas Udayana : Bali
Machmud, Syahrul. 2013. Penegakan Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi
Dokter Yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek. Mandar Maju :
Bandung
Pena, Jeremy. Fitzpatrick, Donna. Saidman, Susan. 2013. Complement-Dependent
Cytotoxicity. Springer Science Business Media
Gunawansa, Nalaka. Rathore, Roshni. Sharma, Ajay. 2017. Crossmatch
Strategies in Renal Transplantation: A Practical Guide for the Practicing
Clinician. National Institute of Nephrology Dialysis and Transplant. Sri
Lanka
Kumar A, Mohiuddin A, Sharma A, El Kosi M, Halawa A. 2017. An Update on
Crossmatch Techniques in Transplantation. Department of Nephrology,
Zulekha Hospital, Dubai, UAE
Saifullah. 2016. Transplantasi Organ Tubuh. Al-murshalah, 2(1).

23

Anda mungkin juga menyukai