Anda di halaman 1dari 8

KOMPETENSI GURU

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR MENUJU GURU PROFESIONAL

Oleh:
Sri Hendrawati, M.Pd

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sederhana, guru berarti orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta
didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu, tidak hanya di lembaga formal, tetapi bisa juga di mesjid, di rumah,
di mushala atau tempat lainnya. Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu adalah faktor kewibawaan. Masyarakat
menganggap bahwa guru adalah sosok yang pantas digugu dan ditiru, bahkan ada sebuah
peribahasa yang menyatakan bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Hal ini
menunjukkan bahwa guru adalah sosok teladan, sosok yang mengemban tugas mulia.
Tugas dan tanggungjawab seorang guru tidaklah sekedar mengajarkan ilmu pengetahuan,
melainkan lebih kompleks dari itu. Seorang guru tidak hanya mengemban amanah sebagai
pengajar, tetapi sekaligus sebagai seorang pendidik. Dengan demikian menjadi seorang guru
tidaklah mudah, menjadi guru tidak cukup hanya berbekal pengetahuan saja, melainkan harus
ditunjang dengan kompetensi lain yang mendukung tugas dan tanggungjawabnya itu.
Pada masa kolonial Belanda, guru diangkat dari orang-orang yang semula tidak terdidik dan
terlatih secara khusus untuk menjadi guru, kemudian berangsur-angsur mengalami perubahan
hingga kini. Pada masa sekarang, untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah, sebagai
contoh jika seseorang ingin menjadi guru di tingkat di sekolah dasar, maka ia harus memiliki
kualifikasi akademik minimal S1 (strata 1). Sejak diterbitkannya undang-undang guru dan
Dosen No. 14 tahun 2005 maka guru memiliki payung hukum dan telah diakui bahwa tugas
yang diembannya adalah sebuah tanggung jawab yang memenuhi kriteria tanggung jawab
professional. Kehadiran UU Guru dan Dosen tersebut merupakan upaya dan perjuangan yang
panjang yang ditempuh oleh para guru di Indonesia agar diakui keberadaannya sebagai
sebuah profesi.
Sebagai sebuah jabatan profesi, maka seorang guru harus memiliki kompetensi profesional.
Kriteria jabatan professional menurut Soetjipto, et.al. (1994) adalah bahwa jabatan itu
melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan
persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang
bersinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan
baku perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi professional, dan
mempunyai kode etik yang ditaati oleh anggotanya.
Menurut Djamarah (2005), guru adalah figur pemimpin, sekaligus arsitektur yang
membangun dan membentuk jiwa dan watak peserta didik. Dengan demikian guru memiliki
banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian dan
aktualisasi diri. Hal ini juga memberikan pengertian bahwa tugas guru tidak hanya sebagai
suatu profesi melainkan sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut seorang guru untuk mengembangkan
profesionalitasnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai
sebuah profesi maka guru mengemban amanah untuk dapat mengajarkan, membimbing,
melatih dan mendidik peserta didik, serta mendorong tumbuh kembangnya potensi peserta
didik menjadi manusia yang utuh baik secara fisik, maupun secara rohaniah.
Tugas kemanusiaan adalah salah satu segi dari tugas guru yang tak terlepas dari kehidupan di
masyarakat dan interaksi sosial. Dengan demikian tugas dan peranan guru tidak hanya
dibatasi oleh dinding atau tembok kelas, tetapi merupakan penghubung antara sekolah dan
masyarakat. Dalam kehidupannya di masyarakat, seorang guru hendaknya menjadi model
sebagai sosok individu yang utuh, memiliki citra positif, teladan dan bahkan menjadi figur
dari sebuah kualitas pendidikan itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka menjadi seorang guru harus dilandasi oleh panggilan jiwa
sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik dan ikhlash. Guru harus mendapatkan haknya
secara proporsional dengan gaji yang layak dan patut diperjuangkan melebihi profesi lainnya,
sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan kualitas belajar peserta didik bukan
hanya sebuah slogan di atas kertas.
Sebagai sebuah jabatan profesi, maka pemerintah memayungi jabatan guru dalam Undang-
Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005. Hal tersebut ditindalanjuti dengan terbitnya
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru yang akan dibahas secara rinci dalam makalah ini.

B. Permasalahan
Beranjak dari pemikiran latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Kompetensi Paedagogik Guru?
2. Bagaimana Kompetensi Kepribadian Guru?
3. Bagaimana Kompetensi Sosial Guru?
4. Bagaimana Kompetensi Profesional Guru?

C. Prosedur Pemecahan Masalah


Prosedur pemecahan masalah mengenai “Guru sebagai Pendidik Profesional” ini berkaitan
dengan masalah pengertian, fungsi, dan komponen-komponen guru profesional yang
mengacu kepada literatur-literatur atau teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan
“Guru Sebagai Pendidik Professional”.

D. Sistematika Uraian
Sistematika uraian makalah ini memuat tiga hal. Pertama Pendahuluan yang berisikan latar
belakang, masalah atau permasalahan, prosedur pemecahan masalah dan sistematika uraian.
Kedua Isi atau Pembahasan yang berisikan teori-teori yang relevan dengan permasalahan dan
uraian pembahasan. Ketiga adalah Kesimpulan yang berisikan makna dari hasil
diskusi/uraian yang telah dibuat.

II. KOMPETENSI GURU


Menurut Rachman (Intisari, 1997) menyatakan bahwa seorang guru harus memenuhi 5
kompetensi, yaitu: 1) Kompetensi idealisme, motivasi jauh ke depan, keterikatan pada agama
dan falsafah bangsa; 2) Kompetensi akademis, ilmu yang akan diberikan harus dikuasai
secara mendetail dan luas, serta mampu mentransfer dan mentransformasikan
pengetahuannya kepada anak didiknya; 3) Kompetensi profesionalisme, memiliki legalitas
formal untuk profesinya; 4) Kompetensi kepribadian, seorang guru harus stabil, gembira,
bersemangat, positif, partisipatif, dan tidak pengeluh. Potensi-potensi kepribadian tersebut
memungkinkan tumbuhnya suatu komunikasi yang menghasilkan anak yang berwawasan
luas dan berencana ke depan; dan 5) Kompetensi sosial, guru harus mampu menempatkan
dirinya sebagai makhluk sosial yang berada di antara masyarakat, pemerintah dan harapan
orang tua serta anak.
Kehadiran Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberi peluang
kepada pengajar (guru dan dosen) untuk bersikap professional. Dalam Undang-Undang
tersebut setidaknya ada empat kompetensi yang sepatutnya dimiliki oleh guru dan dosen,
yaitu: 1) Kompetensi Paedagogik; 2) Kompetensi Profesional; 3)Kompetensi Kepribadian;
dan 4) Kompetensi Sosial.

A. Kompetensi Paedagogik Guru


Pedagogik artinya ilmu mendidik atau ilmu pendidikan, sedangkan pedagogi berarti
pendidikan. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogiek, kata turunan dari perkataan
paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. Paedagogia berasal dari kata
“paedos/paes”, yang berarti anak, dan “agogos/ago”, yang berarti mengantar atau
membimbing. Paedagogos, berarti “seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno
yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah”. Dari kata
paedagogos lahir kata paedagoog (bahasa belanda), yang artinya pendidik atau ahli didik. Jadi
secara harfiah pedagogik itu berarti “pembantu laki-laki yang pekerjaannya mengantar anak
majikannya ke sekolah”. Secara kiasan pedagogik diartikan sebagai “seorang ahli yang
membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu”. Secara istilah pedagogik itu adalah ilmu
pendidikan atau ilmu mendidik, yang berarti ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik (Ngalim Purwanto, 2004). Menurut J.
Hoogveld “pedagogik adalah Ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah
tujuan tertentu, yaitu mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”.
Guru sepatutnya memahami pedagogik hingga dapat mengemban amanah dalam
membelajarkan peserta didik dengan langkah dan cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik peserta didik. Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 10
kompetensi paedagogik yang harus dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai
berikut.
Tabel 1. Kompetensi Paedagogik Guru Kelas SD/MI

B. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku guru itu sendiri
yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terppancar dalam prilaku sehari-hari.
Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru
menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia sikap pribadi yang
dijiwai oleh filsafat pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban
bagi kelestarian bangsa dan negaranya trmasuk dalam komponen kompetensi kepribadian
guru, dengan demikian pemahaman kompetensi kepribadian guru harus dimaknai sebagai
suatu wujud sosok manusia yang utuh.
Guru bukan hanya pelatih, pengajar dan pembimbing , tetapi juga sebagi cermin tempat
peserta didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan peserta didik dapat
belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu
menjadi orang yang mengerti diri peserta didik dengan segala problematikanya, guru juga
harus mempunyai wibawa sehingga peserta didik segan terhadapnya.
Kemampuan pribadi guru menurut Sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagai berikut: 1)
Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebaga guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya; 2) Pemahaman, penghayatan dan
penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru; dan yang terakhir, 3)
Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai penutan, teladan bagi para siswanya.
Sedangkan Kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut: 1)
Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan
iman dan ketakwaannya kepada Tuhannya; 2) Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang
lain, oleh karena itu perlu dikembangkan rasa percaya diri dan tanggung jawab; 3) Guru
senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta
didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan
toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta
didik maupun masyarakat; 4) Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam
menumbuhkembangkan budaya berfikir kritis di masyarakat; 5) Menjadi guru baik tidak
semudah membalikkan telapak tangan; 6) Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai
dengan pembaharuan baik dalam bidang profesi maupun spesialisasinya; 7) Guru mampu
menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembagaan, kurikuler sampai
tujuan mata pelajaran; 8) Hubungan manusiawi yaitu kemampuan guru untuk dapat
berhubungan dengan orang lain atas dasar saling menghormati antara satu dengan yang
lainnya; 9) Pemahaman diri; 10) Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam
mengembangkan profesinya sebagai innovator dan creator
Dari uraian diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa kepribadian guru mencakup
perilaku manusia cara individu yang dibatasi oleh norma-norma yang berlaku bersumber
kepada falsafah hidupnya serta nilai-nilai yang berkembang di tempat guru
berada.kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yng berhubungan dengan
kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang mendukung pelaksanaan tugas guru.
Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi kepribadian yang harus
dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut.
Tabel 2. Kompetensi Kepribadian Guru Kelas SD/MI

C. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai
bagian yang tidak dipisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai
anggota masyarakat dan Warga Negara . Lebih dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup
kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada
waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Guru ada dan hidup di masyarakat. Masyaerakat dalam proses pembangunna sekarang
menganggap guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan , keterampilan
yang cukup luas, yang mau ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan, guru
diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunan. Fungsi kompetensi sosial
guru, yaitu:
1. Motivator dan innovator dalam pembangunan pendidikan
Sebagai ilustrasi guur yang berada di desa berperan sebagai agen perubahan di masyarakat
desa berusaha aktif dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat desa dengan senantiasa
memberikan motivasi kepada masyarakat untuk ikut serta menyukseskan program wajib
belajar dan mendorong mereka untuk tetap menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih
tinggi.
2. Perintis dan pelopor pendidikan
Sebagai contoh kepeloporan yang dicontohkan guru dalam kegiatan penggalangan dana dari
masyarakat yang mampu untuk memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi yang kurang
mampu di skeolahnya.
3. Penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan
Sebagai seorang guru yang memiliki kemampuan dalam ilmu pengetahuan dituntut untuk
senantiasa berusaha melakukan berbagai penemuan khususnya berkaitan dengan permasalah
pendidikan yang ada di masyarakat.sehingga diharapkan dari penemuannya dapat dilakukan
pencarian solusinya baik secara individu maupun kelembagaan.
4. Pengabdian
Menyadari akan tuntutan yang lebih besar terhada tanggung jawab guru di masyarakat maka
guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan perlu melibatkan diri dalam kegiatan di
masyarakat yang relevan dengan dunia pendidikan terutama dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa .

Adapun yang menjadi ruang lingkup kompetensi sosial guru menurut (Sanusi,1991)
mengungkapkan bahwa “kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai
guru”.
Menurut Amijaya (1984) menyatakan bahwa kompetensi kemasyarakatan atau kompetensi
sosial seorang guru sudah barang tentu erkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Jenis-
jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru menurut Wijaya (1994)adalah
sebagai berikut: 1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua; 2) Bersikap
simpatik; 3) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah; 4) Pandai bergaul
dengan karyawan sekerja dan mitra pendidikan; dan 5) Memahami dunia sekitarnya
(lingkungan).
Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi sosial yang harus dimiliki
oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut.

Tabel 3. Kompetensi Sosial Guru Kelas SD/MI

D. Kompetensi Profesional Guru


Kompetensi professional yang merupakan kemampuan dasar guru menurut (Cooper, 1984)
terbagi ke dalam empat komponen, yaitu: 1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan
tingkah laku manusia; 2) mempunyai pengetahuan dan kemampuan bidang studi yang
dibinanya; 3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan
bidang studi yang dibinanya; dan 4) mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.
Sedangkan menurut Johnson (1980) komponen kompetensi professional bagi guru yaitu: 1)
Penguasaan materi pelajaran; 2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan; 3) Penguasaan proses kependidikan dan keguruan. Lebih lanjut Depdikbud
(1980) merinci ketiga kelompok kemampuan tersebut menjadi sepuluh kemampuan dasar,
yaitu: 1) Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya; 2)
Pengelolaan konsep belajar mengajar; 3) Pengelolaan kelas; 4) Penggunaan media dan
sumber pembelajaran; 5) Penguasaan landasan-landasan kependidikan; 6) Pengelolaan
interaksi belajar mengajar; 7) Penilaian prestasi belajar siswa; 8) Pengenalan fungsi dan
program bimbingan dan penyuluhan; 9) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi
sekolah; dan 10) Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan
untuk kepentingan peingkatan mutu pengajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli seperti tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Kompetensi Profesional adalah kompetensi yang berkaitan dengan penguasaan guru
terhadap materi pelajaran yang luas dan mendalam yang memungkinkan guru membimbing
dan mengajar peserta didik yang memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum yang berlaku.
2. Kompetensi professional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan
profesi yang memenuhi berbagai keahlian dibidang pendidikan atau keguruan.
3. Kompetensi professional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang
belajar dan tingkah laku manusia , bidang studi yang dibinanya , sikap yang tepat tentang
lingkungan PBM dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi profesional yang harus
dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut.

Tabel 4. Kompetensi Profesional Guru Kelas SD/MI

III. KESIMPULAN DAN SARAN


Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan . Pendidik, peserta didik (siswa) dan tujuan pendidikan
merupakan komponen utama pendidikan ketiganya membentuk suatu triangle, jika hilang
salah satu komponen , hilang pulalah hakikat pendidikan . Dalam situasi-situasi tertentu tugas
guru dapat Sebagai pendidik professional guru bukan saja dituntut untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
profesional. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa: ”Pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.”
Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia baik di mata peserta didik, masyarakat juga
yang paling penting adalah guru adalah pekerjaan yang paling mulia di mata Tuhan Yang
Maha Esa, namun hal ini akan terwujud manakala profesi ini dilaksanakan dengan tulus
ikhlas dan rasa senang serta cinta terhadap anak sebagai perserta didik sebagai titipan dari
sang maha pencicpta yang harus dididik dan dibesarkan dengan hal-hal yang positif.
Dalam tugasnya guru senantiasa harus memperhatikan empat kompetensi yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional.
Keempat kompetensi tersebut merupakan suatu pernyataan atau rumusan tentang kriteria
yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap kompetensi pedagogik, professional,
kepribadian, dan sosial guru yang layak dan berkompeten. Kompetensi pedagogik adalah
kemampuan guru dalam mengelola peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran, evaluasi hasil belajar, penelitian
kelas, dan pengembangan pesertu didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Misi pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan ekarang berjalan mau tidak mau
ditata kembali, manakala keluaran lembaga pendidikan guru di masa depan mampu
menujkkan kompetensinya sebagai manusia Indonesia baru. Dalam era globalisasi seperti
saat ini disamping guru memiliki keempat komptensi yang telah di sebutkan di atas juga guru
harus dapat menyesyuaikan diri mengikuti perkembangan zaman yaitu dengan cara
menguasai teknologi katrena pendidikan bersifat dinamis dan teknologi tidak dapat
dipisahkan dan saling mendukung terhapa kemajuan pendidikan.hal sesuai dengan salah satu
falsafah yang menyatakan baha jika ingin menguasai dunia maka harus memenguasai
teknologi.
Kedua belas kemampuan yang dikemukakan oleh Rath berkenaan dengan pelaksanaan
pengajaran dan pengembangan kemampuan dalam mengajar. ada satu hal yang tidak
dinyatakan secara eksplisit Rath yaitu penguasaan materi atau bahan pelajaran. Penguasaan
kemampuan proses harus terjalin secara utuh dengan penguasaan isi, baik yang berasal dari
disiplin ilmu dari kehidupan masyarakat. Dua kemampuan terakhir dari Rath tidak berkenaa
dengan teknis pengajaran, tetapi dengan kegiatan yang lebih luas, yaitu partisipasi dalam
kegiatan di sekolah dalam masyarakat biasa dan masyarakat professional. Untuk dapat
berpartisipasi dalam situasi-situasi tersebut selain harus menguasai kemampuan tekns
pendidikan dan penguasaan bidang studi juga penguasaan kemampuan social, seperti
kepemimpinan, hubugan social, dan komunikasi dengan orang lain.
Sepuluh kemampuan dasar yang dirumuskan Depdikbud sebenarnya baru merupakan rincian
kelompok kemampuan pertama (kemampuan professional), belum dirinci lebih jauh, padahal
cukup penting. Diantara kemampuan sosial dan personal yang paling mendasar yang harus
dikuasai guru adalah idealisme, Idealisme dalam pendidikan. Penguasaan dan penggunaan
dua belas kemampuan dari Depdikbud, hanya akan optimal apabila didasari oleh adanya
idealisme, yaitu cita - cita luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.
Perbuatan mendidik harus dilandasi oleh sikap dan keyakinan sebagai pengabadian pada
nusa, bangsa, dan kemanusiaan, untuk mencerdaskan bangsa, untuk melahirkan generasi
pembangunan atau generasi penerus yang lebih andal, dan sebagainya. Kalau perbuatan
mendidik hanya di dorong oleh kebutuhan memperoleh nafkah, maka guru-guru hanya akan
bekerja ala kadarnya, bekerja secara mekanistis dan formalitas. Idealisme seharusnya dimliki
oleh setiap profesi, karyawan, bahkan setiap orang. Idealisme dalam perbuatan mendidik
akan menumbuhkan rasa cinta terhadap pekerjaan pendidikan , terhadap para siswanya dan
sebagainya. Dengan dasar rasa cinta itu guru akan berbuat yang terbaik bagi peserta didik,
bagi pendidikan. Idealisme dan rasa cinta mendasari dan menjiwai semua perilaku mendidik,
menghidupkan kemampuan-kemampuan professional yang dimiliki. tanpa idealisme dan rasa
cinta itu kemapuan-kemampuan professional yang dimiliki hanya akan seperti lampu yang
kekurangan minyak. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: 1)
Seorang guru harus bisa membuat anak menyadari pentingnya mempelajari setiap mata
pelajaran; 2) Seorang guru harus bisa membuat anak terbiasa terhadap apa yang tidak
dikenalnya dengan memberi latihan yang kontinyu, konsisten, dan konsekwen (3K), untuk
menumbuhkan sense of regularity (kesadaran keteraturan); 3) Seorang guru harus bisa
memberitahukan pemahaman atau membimbing anak menemukan pemahaman; dan 4)
Seorang guru harus bisa membimbing anak untuk mengamalkan ilmu pengetahuan sesuai
dengan harmoni kehidupan (sense of harmony).

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta:
Depdiknas.
Kurniawan. (2008). Empat Kompetensi Guru Masa Depan. Suara Daerah Majalah Pendidikan
Jawa Barat. Bandung: Grafindo Media Pratama
Purwanto, Ngalim. (2004). Ilmu pendidikan teoritis dan praktis. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Satori. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka
Sukmadinata. Nana Syaodih. (2008). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Trianto. (2007). Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi dan
Kesejahteraan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Diposkan oleh Sri Hendrawati, M.Pd di 22.17.00

Anda mungkin juga menyukai