1. Masalah dirumuskan
2. Agenda kebijakan ditentukan
3. Kebijakan dirumuskan
4. Keputusan kebijakan diambil
5. Kebijakan dilaksanakan
6. Kebijakan dievaluasi
d. Kebijakan publik pada bagian legislatif, yudikatif dan eksekutif
(belum)
3. OTDA DAN DESENTRALISASI
a. Pengertian otonomi dan desentralisasi
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik
Indonesia.
b. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan OTDA dan Desentralisasi
(belum)
e. sistem pemerintahan
(belum)
f. sistem pemilihan umum
Dalam pandangan prof. Kacung marijan, berdasarkan sistem pemilu bagi negara-
negara yang pernah menyelenggarakannya, jumlah sistem pemilu yaitu sistem
pluralitas/mayoritas (plurality/majority system), sistem perwakilan proporsional
(proportional representation), sistem campuran (mixed system), dan sistem-sistem
yang lain (other system).
1. Sistem distrik merupakan sistem pemilu yang didasarkan atas kesatuan
geografis.setiap kesatuan geografis memiliki satu wakil dalam dewan perwakilan
rakyat. Dinamakan sistem distrik karena wilayah negara dibagi dalam distrik-
distrik pemilihan yang jumlahnya sama dengan jumlah anggota badan perwakilan
rakyat yang dikehendaki. Jadi, tiap distrik diwakili oleh satu orang yang
memperoleh suara mayoritas.
2. Sistem proporsional ialah sistem dimana persentase kursi di badan perwakilan
rakyat yang dibagikan kepada tiap-tiap partai politik disesuaikan dengan jumlah
suara yang diperoleh tiap-tiap partai politik. Dalam sistem ini, para pemilih akan
memilih partai politik, bukan calon perseorangan seperti dalam sistem ditrik.
Akibatnya hubungan antara pemilih dengan wakil-wakilnya di badan perwakilan
rakyat tidak seerat dalam sistem distrik.
3. Sistem campuran (mixed system) pada dasarnya berusaha menggabungkan apa
yang terbaik di dalam sistem distrik dan sistem proporsional.
Di indonesia, pelaksaanaan pemilu yang telah berlangsung menggunakan sistem
pemilihan mekanis proporsional. Sistem pemilu ini dinilai cocok dengan keadaan
Indonesia, melihat kemajemukan masyarakat di Indonesia yang cukup besar. Adanya
usulan sistem pemilu distrik di Indonesia dikhawatirkan banyak kelompok yang tidak
terwakii suaranya terkhusus bagi kelompok kecil dalam masyarakat. Selain itu juga,
untuk mengubah suatu sistem pemilu dalam sebuah Negara tidaklah mudah. Maka dari
itu, sistem pemilu yang telah ada di Negara kita Indonesia, tentunya telah diperhitungkan
dengan matang dengan memperhitungkan kekurangan dan kelebihannya.
ADMINISTRASI PERPAJAKAN
a. Pengertian administrasi perpajakan
Gunadi (2005) memaparkan pengertian tentang administrasi perpajakan sebagai
berikut: “Semua kegiatan administrasi terlihat dalam kegiatan catat-mencatat, namun
demikian administrasi pajak adalah bukan kegiatan catat-mencatat biasa akan tetapi catat-
mencatat sebagaimana yang dipandu dan yang dikehendaki oleh peraturan perundang-
undangan. Jadi pengertian administrasi pajak adalah bagian dari pelaksanaan hukum
formal di bidang perpajakan dalam rangka menjalankan fungsi pelayanan, pengawasan
dan pembinaan, karena administrasi perpajakan melalui pelaksanaan tata usaha
perpajakan dan sarananya timbul bukan karena hasil imaginasi ataupun rekaan dari para
penyelenggara, akan tetapi disusun sebagai kehendak ketentuan formal perpajakan untuk
melaksanakan misi menjadikan ketentuan material perpajakan suatu kenyataan yang baik
dan benar. Sebagai salah satu instrumen pelaksanaan di bidang perpajakan dalam rangka
menjalankan fungsi pelayanan masyarakat, pengawasan masyarakat dalam rangka
pelaksanaan kewajiban perpajakan, dan pembinaan dari pelaksanaan pengawasan
dimaksud.”
b. Teori-teori perpajakan