Anda di halaman 1dari 5

Pernyataan sikap

Forum Ahli Kesehatan Masyarakat Nusantara Sehat

Sudah 5 tahun program Nusantara Sehat berjalan di negeri ini untuk menyelesaikan
permasalahan distribusi tenaga Kesehatan di Indonesia yang tidak merata. Program ini
merupakan pengembangan dari program PTT yang isinya hanya mendistribusikan tenaga
Dokter, Perawat dan Bidan. Saat bertransformasi menjadi Nusantara Sehat dan sejalan juga
dengan arah pembangunan Kesehatan yang berbasis Promotif dan Preventif tanpa
melupakan pelayanan Kuratif Rehabilitatif sejak 2015, Tenaga yang didistribusikan ke
daerah-daerah yang kekurangan tenaga kesehatan yang dibutuhkan sesuai dengan
Permenkes no 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas dan disesuaikan dengan kebutuhan di
daerah. Tenaga Kesehatan yang didistribusikan melalui program Nusantara Sehat ini terdiri
dari Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Tenaga Kesehatan Lingkungan, Ahli Teknologi
Laboratorium Medik, Tenaga Gizi, Tenaga Kefarmasian dan juga Tenaga Ahli Kesehatan
Masyarakat.

Sejak 2015 berdasarkan data di http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/info/ns sudah ada


827 Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat yang disalurkan ke daerah melalui program
Nusantara Sehat. Dari jumlah segitu, sudah banyak Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh
Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat di penempatannya.

Namun memang dalam pelaksanaan di lapangan masih banyak hambatan yang


dialami oleh tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat dalam menjalankan Tugas di penempatan
salah satunya yang paling sering dirasakan adalah lingkup pekerjaan yang diberikan kadang
tidak sesuai dengan profesi sebagai Ahli Kesehatan Masyarakat. Sebagai contoh banyak
dari Kami saat di penugasan hanya ditempatkan sebagai admin di puskesmas dikarenakan
program puskemas yang harusnya merupakan wilayah Kesehatan Masyarakat sudah terisi
penuh atau bahkan kadang kita diberikan tugas yang berlebih seperti misalnya harus
megang program promosi Kesehatan dan Kesehatan lingkungan. Kami melihat hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan 2 hal, pertama karena orang-orang di puskesmas masih belum
paham tupoksi dari seorang Ahli Kesehatan Masyarakat dan ini berhubungan dengan alasan
kedua yaitu karena definisi Ahli Kesehatan Masyarakat ini yang terlalu luas sehingga kadang
terjadi kebingungan terhadap Kami oleh Puskesmas setempat.

Selain permasalahan diatas, permasalahan lainnya yang kami hadapi selama


penugasan adalah mengenai isu keprofesian kami. Sebagai Profesi yang cukup baru diakui
sebagai Tenaga Kesehatan sesuai dengan regulasi, Kami merasakan sekali bahwa Ahli
Kesehatan Masyarakat ini masih akan terus berubah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan Sumber Daya Manusia (SDM) Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat. Tenaga
kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan secara sah
diakui untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan sesuai yang tercantum dalam Undang
Undang No. 36 tahun 2014 pasal 11 ayat (1). Berbeda dengan tenaga kesehatan lainnya
yang disebutkan dalam Undang Undang No. 36 tahun 2014, tenaga kesehatan masyarakat
dalam prakteknya perlu diakui bahwa masih memiliki permasalahan administratif di
antaranya syarat kepemilikan STR yang di peruntukan bagi tenaga kesehatan yang telah
lulus uji Kompetensi bagi mereka lulusan pendidikan profesi dan advokasi. Sementara telah
kita ketahui bersama tenaga kesehatan masyarakat bukanlah pendidikan keprofesian atau
advokasi melainkan pendidikan akademik, sehingga Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga
Ahli Kesmas dihentikan oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI) dikarenakan
adanya pihak yang menuntut bahwa STR Ahli Kesmas adalah sebuah mal administrasi.
Diluar apapun alasan dari penghentian STR tersebut Kami sadar bahwa kami bukanlah
Ahlinya untuk membahas mengenai penghentian tersebut, tapi bagi Kami penghentian
tersebut adalah sebuah kemunduran bagi profesi Kami sebagai Ahli Kesehatan Masyarakat.
Karena STR ini sangatlah vital bagi jenjang karir kami yang ingin bekerja di fasilitas
Kesehatan atau bekerja sebagai Tenaga Kesehatan.

Dalam tingkat keprofesian, pendidikan akademik berkedudukan di level 6 sementara


yang dipersyaratkan untuk mendapatkan sertifikat lulus uji kompetensi adalah level 7.
Situasi Inilah yang menjadi tidak ada kejelasan bagi tenaga kesehatan masyarakat, di satu
sisi tenaga kesehatan telah mampu memberikan dampak positif terhadap pembangunan
kesehatan dan di sisi lain tenaga kesehatan masyarakat terkendala dengan persyaratan
STR yang diwajibkan bagi setiap tenaga kesehatan. Hal ini disebabkan karena belum
adanya peraturan yang jelas dan spesifik yang mengatur tentang tenaga kesehatan
masyarakat. Dengan adanya peraturan yang mengatur tentang tenaga kesehatan
masyarakat akan dapat memberikan kejelasan tupoksi bagi tenaga kesehatan masyarakat
untuk lebih memberikan peran terhadap pembangunan kesehatan

Selain permasalahan tidak adanya peraturan yang mengatur tentang jenis tenaga
kesehatan masyarakat, masih ada sederet masalah yang menghambat seorang tenaga
kesehatan masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan, salah satunya
adalah terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun 2019 tentang puskesmas.
Peraturan ini sejatinya mengatur tentang upaya kesehatan yang dilakukan di tingkat
puskesmas. Jika lebih seksama dikaji bahwa dalam pasal 17 ayat (3) huruf c, disebutkan
ada tujuh (7) tenaga kesehatan yang diwajibkan untuk melakukan pelayanan kesehatan di
puskesmas dan salah satu tenaga kesehatan yang disebutkan adalah tenaga promosi
kesehatan dan ilmu perilaku. Padahal, sejatinya tenaga kesehatan masyarakat tidak hanya
berfokus pada satu disiplin ilmu yaitu promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Akan tetapi
tenaga kesehatan masyarakat harus juga memiliki dasar kemampuan lain meliputi ilmu :
epidemiologi kesehatan, biostatistika dan kependudukan, kesehatan dan keselamatan kerja,
kesehatan lingkungan, gizi masyarakat, kesehatan reproduksi, administrasi kebijakan
kesehatan.
Dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun 2019 tentang
Puskesmas tersebut, dirasa merugikan bagi seorang tenaga kesehatan masyarakat, dan
dirasa ada upaya mereduksi tenaga kesehatan masyarakat. Peraturan tersebut dinilai
sangat berbeda dengan peraturan sebelumnya yang menyebutkan tenaga kesehatan
masyarakat menjadi salah satu yang melakukan upaya kesehatan di lingkup puskesmas,
dengan menitikberatkan pada tenaga kesehatan masyarakat yang merupakan gabungan
disiplin ilmu yang telah disebutkan di atas, bukan hanya tentang tenaga promosi kesehatan
dan ilmu perilaku. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa dalam Undang Undang
No 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan disebutkan bahwa tenaga promosi kesehatan
dan ilmu perilaku masuk ke dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat.
Tenaga kesehatan masyarakat yang tergabung dalam program nusantara sehat
telah membuktikan bahwa ilmu kesehatan masyarakat mampu menjawab tantangan
pembangunan kesehatan dengan berusaha memberikan pelayanan preventif dan promotif
yang terbaik di penempatan masing masing dengan menerapkan semua sub bidang ilmu
yang dimiliki. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil kajian Tim Nasional Penanggulangan dan
Percepatan Daerah Tertinggal (TNP2K) menganggap bahwa program nusantara sehat
mampu menunjukkan secara positif peningkatan akses pelayanan maternal ( Kehamilan dan
Kelahiran), meningkatkan aktivitas penyuluhan dan konseling di posyandu, mampu
meningkatkan pengetahuan ibu terhadap kesehatan balita serta mampu mempengaruhi
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas. Hal ini tidak lepas dari peran
semua tenaga kesehatan masyarakat yang tergabung dalam program nusantara sehat yang
mampu mengimplementasikan seluruh disiplin keilmuan dalam meningkatkan pelayanan di
bidang preventif dan promotif.
Jangan sampai disahkannya PMK Nomor 43 Tahun 2019 yang merupakan salah
satu upaya dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam rangka perbaikan Pelayanan
Kesehatan di Lingkup Puskesmas untuk lebih baik malah menjadi sebuah kemunduran bagi
kami lingkup profesi Kesehatan Masyarakat. Karena Perubahan ini dirasa memberatkan
kepada Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Melihat kompleksitas permasalahan diatas, kami dari Forum Tenaga Kesehatan
Masyarakat program Nusantara Sehat mendesak Kementerian Kesehatan RI selaku
Regulator mengenai kebijakan Tenaga Kesehatan di bangsa ini dan IAKMI, Persakmi dan
PPKMI selaku organisasi yang menaungi keprofesian Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan :
1. Menerbitkan segera Peraturan Menteri Kesehatan tentang Tupoksi Tenaga
Kesehatan Masyarakat di fasilitas kesehatan sebagai amanat UU no 36 tahun 2014
tentang tenaga kesehatan.
2. Memperkuat rencana pengembangan isu keprofesian Kesehatan Masyarakat, agar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dapat memiliki jenjang karir yang jelas seperti profesi
Kesehatan lainnya. Untuk mendukung jenjang karir dalam profesi Kesehatan
Masyarakat alangkah baiknya dikembalikan ke PMK No 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas dimana Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat menjadi Tenaga Wajib di
Puskesmas dengan penempatan sesuai dengan peminatan yang diambil saat
pendidikan Sarjana. Dan untuk pemegang program yang berhubungan dengan
kesehatan masyarakat di Puskesmas seperti misalnya program promosi kesehatan
atau program surveilans Epidemiologi hanya diisi oleh Seorang Tenaga Ahli
Kesehatan Masyarakat.
3. Perlu adanya solusi Konkrit mengenai penghentian STR Ahli Kesehatan Masyarakat
yang sudah berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Karena di tahun ini ada banyak
teman-teman Kami yang status STR sudah habis masa berlakunya, namun tetap
diharuskan mempunyai STR yang aktif sebagai persyaratan agar bisa tetap terus
bekerja di fasilitas Kesehatan, bahkan ada banyak cerita dari teman-teman di daerah
yang tidak bisa bekerja di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas ataupun Rumah
Sakit sesuai dengan Keahlian yang dimiliki akibat masa berlaku STR habis di saat
STR Ahli Kesehatan Masyarakat sedang dihentikan oleh kemenkes sehingga tidak
bisa melanjutkan proses perpanjangan di KTKI. Kalau cerita-cerita kerugian akibat
penghentian STR Ahli Kesehatan Masyarakat yang dialami oleh para Sarjana
Kesehatan Masyarakat ini dimasukkan semua kedalam tulisan ini, mungkin tidak
akan cukup dengan 1 – 2 halaman karena saking banyaknya yang mengalami
kerugian akibat berlaku kebijakan tersebut.
Demikian Pernyataan Sikap dari Kami Forum Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat
program Nusantara Sehat menyikapi polemik yang ada di profesi Kesehatan masyarakat
dan penerapan PMK No 43 Tahun 2019. Semoga ada titik terang dan solusi konkrit dari
permasalahan tersebut dan menghasilkan pembangunan Kesehatan Bangsa ini lebih
baik lagi.

Indonesia, 17 Juni 2020


Farandi Agesti Ramadhan Rabiatul Adawiah
DKI Jakarta SULAWESI TENGGARA
Purna NS Individu 2017-2019 Riwayat penugasan:
Puskesmas Kahakitang, Kab. 1. Puskesmas balai
Sangihe, Sulawesi Utara karangan
2. Puskesmas biduk-biduk
3. Puskesmas batee

Anda mungkin juga menyukai