Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CHF


(Congestive Heart Failure)

Disusun Oleh

ROSDIANTI RUKMANA
193203074

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CHF
(Congestive Heart Failure)

Disusun Oleh :
ROSDIANTI RUKMANA
193203074

Telah Disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Mengesahakan,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

A. Konsep Keluarga
1. Defenisi Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
perkawinan, atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama
lain. Sementara itu, keluarga menurut WHO (1969) dalam Harmoko (2014) adalah
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau
perkawinan. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) dalam Harmoko (2014), keluarga
adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.

2. Jenis-jenis Keluarga
Jenis-jenis keluarga dikelompokkan secara tradisional dan modern (Harnilawati,
2013 ; Harmoko, 2014).
a. Secara Tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yag hanya terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya
2) Keluarga besar (extended family) yaitu inti ditambah anggota keluarga lai yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman, bibi)
b. Secara modern
1) Tradisional nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu, dan ank) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri

3) Middle Age/Aging Couple


Suami sebagai pencari uang, istri di rumah kedua-duanya bekerja di rumah, anak-
anak meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier
4) Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mampunyai anak yag keduanya atau
salah satu bekerja di rumah.
5) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6) Dual carrier : yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak
7) Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.
Keduanya saling bertemu pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult : wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
9) Three generation : yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional : yaitu anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti
11) Communal : yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group marriage yaitu satu rumah terdiri dari dua orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain
dan semua orang tua dari anak-anak.
13) Unmarried parent and child yaitu ibu dan anak adopsi
14) Cohibing couple : yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
menikah.
15) Gay and Lesbian family : yaitu keluarga dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.

3. Peran Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam
konteks keluarga. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu .
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sebagai berikut (Harnilawati,
2013).
1. Ayah sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom,
dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok sosial, serta
anggota sebagai anggota masyarakat dan lingkungan.
2. Ibu, sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung anak-
anak, pelindung keluarga, salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota
kelompok masyarakat dan ingkungan disamping dan disamping juga sebagai pencari
nafkah tambahan keluarga.
3. Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental,
sosial, dan spiritual.

4. Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga sebagai berikut (Harmoko, 2014).
1. Tahap I Pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu suami dan istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, secara psikologis keluarga sudah memiliki keluarga baru. Suami istri
yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru
karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari.
2. Tahap II Keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Kehamilan dan
kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri. Keluarga juga perlu
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
3. Tahap III Keluarga denga anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat anak berusia 31 bulan (2,5 tahun) sampai usia 5 tahun.
Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada
orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya agar kebutuhan anak, suami,
istri dan pekerjan dapat terpenuhi. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)
Tahap ini dimulai saat anak tertua memasuki usia 6 tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga sangat sibuk. Anak-anak memiliki aktifitas dan
minat sendiri, serta orang tua mempuanyai aktivitas berbeda dengan anak.
5. Tahap V Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai usia 20 tahun. Thap ini merupakan tahapan yang sulit karena orang
tua melepas otoritas dan membimbing anak untuk bertanggungjawab. Seringkali
muncul konflik antara orang tua dan remaja karena remaja menginginkan kebebasan
untuk melakukan aktivitasnya.
6. Tahap VI Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
Tahap ini dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
bergatung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orang tua. Orang tua dapat merasa kehilangan peran dalam
merawat anak dan merasa kosong karena anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah
lagi.
7. Tahap VII Keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada
fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpsahan dengan anak, dan
perasaan gagal sebagai orang tua.
8. Tahap VIII Keluarga usia lanjut
Tahap ini dimulai pada saat salah satu pasangan pension, berlanjut salah satu
pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pension merupakan realitas yang tidak
dapat dihindari karena berbagai stressor (seperti berkurangnya pendapatan, perasaan
menurunnya prosuduktivitas dan fungsi kesehata)n serta kehilangan yang harus
dialami.

5. Tugas perkembangan keluarga


Menurut Harmoko (2014) tugas perkembangan keluarga yaitu:
1. Tugas perkembangan keluarga tahap I pasangan baru atau keluarga baru
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
b. Menetapkan tujuan bersama
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial
d. Merencanakan anak (KB)
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi
orang tua
2. Tugas perkembangan keluarga tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama
a. Persiapan menjadi oaring tua
b. Membagi peran dan tanggung jawab
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g. Mengadakankebiasaan keagamaan secara rutin
3. Tugas perkembangan keluarga tahap III keluarga dengan anak prasekolah
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti seperti: kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa nyaman
b. Membantu anak ntuk bersosialisasi
c. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
d. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot)
e. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
f. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Tugas perkembangan keluarga tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat
belajar
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
d. Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak
5. Tugas perkembangan keluarga tahap V keluarga dengan anak remaja
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja
yang sudah bertambah dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Tugas perkembangan keluarga tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
c. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya
d. Berperan sebagai suami, iatri, nenek, dan kakek
e. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya
7. Tugas perkembangan keluarga tahap VII keluarga usia pertengahan
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial
dan waktu santai
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasitua
d. Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluarga
e. Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakrabam pasangan
8. Tugas perkembangan keluarga tahap VIII keluarga usia lanjut
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.

6. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones (2010) sebagai berikut.
1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama yaitu mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berinteraksi denan orang lain
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah.
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga
4. Fungsi ekonomi adalah fungsi memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan yang
memenuhi kebutuhan keluarga
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
6. Fungsi pendidikan adalah keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar
terhadap pendidikan anak-anaknya untuk mengahadapi kehidupan dewasanya.
7. Fungsi religious adalah keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan.
8. Fungsi rekreasi adalah keluarga merupakan tempat melakukan kegiatan yang dapat
mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

7. Tugas kesehatan Keluarga


Tugas kesehatan keluarga dalam Muhlisin (2012), yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
8. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga keluarga terhadap
anggota keluarga, berupa dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dan dukungan emosional (Friedman, Bowden, & Jones, 2010).
1. Dukungan informasional : keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi
2. Dukungan penilaian atau penghargaan : keluarga bertindak membimbing dan menengahi
pemecahan masalah,
3. Dukungan instrumental : keluarga sebagai sumber pertolongan praktis dan konkrit,
dalam hal kebutuhan keuangan, makan, minum, istirahat
4. Dukungan emosional: keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirhat serta
pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi

9. Pengkajian Keluarga
Pengkajian keluarga dalam Friedman, Bowden, & Jones (2010) mencakup hal-hal
berikut.
1. Pengakajian Genogram
Pengkajian genogram adalah suatu diagram yang menggambarkan komposisi
keluarga, genogram sebagai alat pengkajian informative yang digunakan untuk
mengetahui riwayat keluarga. Minimal 3 generasi dan diberi tanda anggota keluarga
yang serumah. Adanya Tipe keluarga, suku bangsa, agama, status ekonomi keluarga dan
aktivitas rekreasi keluarga.
2. Pengkajian Ecomap
Pengkajian ini terdiri dari: informasi lingkungan dalam rumah, informasi
lingkungan diluar rumah, informasi tetangga dan masyarakat, informasi jaringan social
dan sumber – sumber yang bermanfaat bagi keluarga, dan gambarkan ecomap keluarga.
3. Pengkajian Family Attachment
Pengkajian ini terdiri dari : riwayat perkembangan keluarga sampai saat ini,
struktur keluarga (struktur peran keluarga), fungsi keluarga (fungsi afektif, fungsi
sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi)
4. Pengkajian Tree Wellbing
Pengkajian ini terdiri dari : sejarah confrontasi masa lalu dengan permasalahn
keluarga, dengan mengevaluasi bagaimana keluarga menghadapi masalah saat ini, dan
perhatian keluarga terhadap factor resiko masalah yang kemungkinan terjadi saat ini dan
yang akan datang, pilih dan centang pada salah satu gambar pada family tree wellbing
sesuai dengan kondisi kesejahteraan keluarga saat ini.

B. Konsep Penyakit Gagal Jantung


1. Definisi Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan (Kasron, 2012). CHF adalah kondisi dimana
fungsi jantung memompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak
cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Wijaya, 2014). Gagal jantung adalah
sindroma klinik yang ditandai oleh adanya kelainan pada struktur atau fungsi jantung
yang mengakibatkan jantung tidak dapat memompa darah untk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan (Rachma, 2014).

2. Penyebab Gagal Jantung Kongestif


Penyebab CHF dalam Evans (2015), Kasron (2012) sebagai berikut.
1. Infark miokardium
Nekrosis miokardium yang disebabkan tidak adekuatnya pasokan darah akibat
sumbatan akut pada arteri koroner, sehingga menurunkan fungsi sistolik.
2. Miokarditis
Terjadinya peradangan pada miokardium membuat lapisan otot jantung yang
bertugas untuk pemompaaan jantung, akan merangsang kontraksi jantung pemompaan
menjadi berkurang kinerjanya.

3. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah, membuat jantung bekerja keras untuk mengedarkan
darah dan secara otomatis otot jantung akan menebal untuk mengimbangi kinerja.
4. Kelainan otot jantung
Biasanya disebabkan adanya penurunan kontraktilitas pada jantung. Kondisi ini
mendasari penyebab kelainan fungsi otot meliputi aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
5. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung, terjadi hipoksia dan asidosis atau penumpukan asam laktat.

3. Mekanisme Kompensasi pada Gagal Jantung Kongestif


Mekanisme kompensasi berikut merupakan usaha tubuh untuk mempertahankan
jantung pada tingkat normal atau mendekati normal. Namun dengan berlanjurkan gagal
jantung maka kompensasi akan semakin kurang efektif (Muttaqin, 2014).
a. Respon Sistem Saraf Simpatis
Menurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan meningkatkan respon
simpatis kompensatorik meningkatnya aktivitas adrenerjik simpatis mengeluarkan
katekolamin. Hal ini menyebabkan denyut jantung akan maksimal untuk
mepertahankan curah jantung.
b. Respon Renin-Angiotensin-Aldosteron
Aktivasi system RRA menyebabkan retensi natrium dan air sebagai respon
baroreseptor terhadap perubahan volume dan tekanan darah. Dengan adanya
mekanisme ini, curah jantung akan meningkat.

c. Hipertrofi Ventrikel
Hipertrofi ventrikel merupakan respon jantung untuk tetap mempertahankan
kontraksi gagal jantung

4. Patofisiologi Gagal Jantung Kongestif

5. Pathway Gagal Jantung Kongestif

Infark miokard,
miokarditis,
Regurgitasui mitral Kelainan irama
Hipertensi kardiomiopati
jantung

Beban tekanan ↑ Beban kerja ↑ Kontraksi jantung ↓

Gagal jantung

Gagal jantung
kanan Gagal jantung
kiri
Distensi vena
Suplai darah ke Hipertensi
jugularis, oedem
jaringan ↓ dan pulmonalis
anasarka, asites
sel

Oedem paru
Kelebihan Intoleransi
cairan tubuh aktivitas Sesak napas

Ketidakefektifan Ketidakefektifan
performa peran bersihan jalan
napas

6. Manifestasi klinis Gagal Jantung Kongestif


Manifestasi yang paling membedakan antara gagal jantung kiri dengan gagal jantung
kanan sebagai berikut (Muttaqin, 2014).
a. Gagal jantung kiri :
1) Edema pulmo,
2) penurunan perfusi jaringan
3) Sesak napas,
4) intoleransi aktivitas,
5) sianosis
b. Gagal jantung kanan : Peningkatan vena jugularis, edema perifer/eodem anasarka,
asites

7. Pemeriksaan Diagnostik Gagal Jantung Kongestif


Pemeriksaan diagnostik CHF dalam Muttaqin (2014), Evans (2015), Kasron (2012),
Wijaya (2014) sebagai berikut.
1. EKG
Menunjukan fibrilasi atrium dan hipertrofi ventrikel. Penyebab CHF iskemik akan
terdapat gelombang Q yayng mengindikasikan infark miokardium sebelumnya dengan
ST elevasi.
2. Foto thoraks
Pemeriksaan ini menunjukkan bayangan pembesaran jantung akibat dilatasi dan
bayangan alveolar karena edema.
3. Ekokardiografi
Ekokardiografi ini dapat dilakukan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi
ventrikel kiri. Gambaran yang sering muncul pada pemeriksaan ekokardiografi gagal
jantung yaitu akibat penyakit jantung sistemik, kardiomiopati dilatasi dan kelainan
katup
4. Tes laboratorium darah
Pada laboratorium darah dilakukan pemeriksaan enzim hepar, elektrolit, analisa
gas darah, dan albumin.
5. Ultrasonografi Doppler
Pemeriksaan menunjukan gelombang kontinu dapat digunakan untuk menilai
regurgitas katup dan pirau intrakardiak.
6. Curah jantung
Diukur dengan suatu lumen termodilusi yang dihubungkan ke komputer.
Pengukuran berbagai tekanan dilakukan pada interval yang dianjurkan dokter dan
terapi obat-obatan disesuaikan berdasar pada hasil pengukuran tersebut.
7. Urine adanya warna urine yang pekat dan Na meningkat
8. Fraksi Ejeksi
Ejection Fraction (EF) atau fraksi ejeksi menunjukkan perbandingan jumlah
darah yang dipompa dibagi jumlah darah yang ada di ruang ventrikel kiri. Semakin
rendah fraksi ejeksi semakin sedikit darah yang dipompa dibanding jumlah darah yang
ada (AHA, 2017).
a. Normal EF : 50-70%
b. Kurang dari 40% : Hipertrofi atau CHF
c. Lebih dari 70% : Hipertrofi kardiomiopati
(AHA, 2017)
8. Penatalaksanaan Gagal Jantung Kongestif
Penatalaksanaan CHF dalam Muttaqin (2014), Evans (2015), Kasron (2012), dan
Wijaya (2014) sebagai berikut :
1. Non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Pengurangan konsumsi garam atau diet rendah garam < 4 gram/hari untuk
menurunkan edema
b) Penurunan BB atau diet rendah lemak
c) Menghindari konsumsi alkohol
d) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
e) Pada CHF akut pembatasan cairan <1,5 liter/hari
f) Mengurangi beban kerja jantung melalui pembantasan aktivitas fisik
2. Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Terapi sedatif
Pengobatan sedatif berfungsi untuk mengurangi kegelisahan. Diberikan pada
pasien yang mengalami gagal jantung berat. Contoh obat : phenobarbital dengan
dosis 15-30 mg dalam 4 kali sehari.
b) Diuretik
Bertujuan mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi
kongesti pulmonal pada disfungsi diastolik. Contoh furosemide meningkatkan
pengeluaran cairan.
c) ACE inhibitor
Bertujuan membantu peningkatan COP dan menurunkan kerja jantung. Contoh
obat : digoxin untuk meningkatkan kontraktilitas & beta bloker untuk mengurangi
denyut jantung, mencegah iskemia, dan menurunkan tekanan darah.
d) Digitalis
Terapi digitalis bertujuan sebagai obat yang digunakan untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi, serta peningkatan efisiensi jantung.
e) Mengurangi beban awal dengan pembatasan garam dan pemberian diuretik oral
f) Meningkatkan kontraktilitas dengan cara pemberian obat inotropic
g) Mengurangi beban akhir dengan cara pemberian vasodilator

9. Diagnosa Keperawatan yang dapat Muncul Gagal Jantung Kongestif


1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan masalah sirkulasi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
3. Kelebihan cairan tubuh berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
4. Ketidakefektifan performa peran

10. Rencana keperawatan

DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN NOC NIC
1 Intoleran Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas
aktivitas b/d keperawatan selama 3 kali 1. Pertimbangkan
masalah pertemuan jam masalah kemampuan klien dalam
sirkulasi intoleransi aktivitas teratasi berpartisipasi melalui
dengan kriteria hasil aktivitas spesifik
2. Bantu klien dan keluarga
Toleransi terhadap
untuk mengdentifkasi
aktivitas
kelemahan dalam level
1. Frekuensi nadi saat
aktivitas tertentu
beraktivitas dari cukup
3. Bantu klien untuk
terganggu (3) menjadi
mengidentivikasi
sedikit terganggu (4)
aktivitas yang di inginkan
2. Tekanan darah sistolik
4. Bantu klien untuk
dari cukup terganggu
menjadwalkan waktu
(3) menjadi sedikit
spesifik terkait dengan
terganggu (4)
aktivitas harian
3. Tekanan darah diastolik
Perawatan jantung :
dari cukup terganggu
rehabilitasi
(3) menjadi sedikit
1. Monitor toleransi pasien
terganggu (4)
terhadap aktvitas
2. Instruksikan pasien
mengenai perawatan diri
Manajemen diri :
pada saat mengalami
Penyakit Jantung nyeri dada
3. Instruksikan pasien
1. Mengikuti program diit
mengenai aturan
yang direkomendasikan
berolahraga
dari skala kadang-kadang
4. Instruksikan pada pasien
menunjukkan (3)
dan keluarga mengenai
ditingkatkan ke sering
resep yang tepat factor
menujukkan (4)
resiko jantung (mis.
2. Melakukan kehidupan
menghentukan kebiasaan
rutin seperti biasa
merokok, diet),
dipertahanakan pada
sebagaimana mestinya
sering menujukkan (4)
5. Intruksikan pasien dan
3. Menyeimbangan
keluarga untuk mengenai
aktivitas fisik dan
pertimangan khusu
istirahat dipertahankan
terkait aktivitas sehari-
pada secara konsisten
hari (misal pembatasan
menunjukkan
aktivitas dan meluangkan
waktu istirahat
6. Instruksikan pasin dan
keluarga mengenai resep
pengobatan yang tepat

2 Ketidakefek Setelah dilakukan tindakan Airway management


tifan keperawatan selama 3 kali 1. Posisikan pasien untuk
bersihan pertemua, masalah memaksimalkan ventilasi
jalan napas ketidakefektifan jalan napas 2. Identifikasi pasien
berhubunga pasien teratasi dengan perlunya pemasangan
n dengan kriteria hasil: alat jalan napas buatan
Status pernapasan: 3. Lakukan fisioterapi dada
kepatenan jalan napas jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan
1. Frekuensi pernapasan
batuk efektif atau
dari (1) deviasi berat dari sunction
kisaran normal menjadi 5. Auskultasi suara napas,
catat adanya suara napas
(5) tidak ada deviasi dari
tambahan
kisaran normal 6. Berikan bronkodilator
2. Irama pernapasan dari bila perlu
7. Atur intake untuk cairan
(1) deviasi berat dari
mengoptimalkan
kisaran normal menjadi keseimbangan
(5) tidak ada deviasi dari 8. Monitor respirasi dan
kisaran normal status O2
Terapi oksigen
3. Kedalam inspirasi dari
1. Pertahankan jalan napas
(1) deviasi berat dari yang paten
kisaran normal menjadi 2. Pertahankan posisi pasien
(semi fowler)
(5) tidak ada deviasi dari
3. Observasi adanya tanda-
kisaran normal tanda hipoventilasi
4. Kemampuan untuk 4. Monitor adanya
kecemasan pasien
mengeluarkan sekret dari
terhadap oksigenasi.
(1) deviasi berat dari
kisaran normal menjadi
(5) tidak ada deviasi dari
kisaran normal

3 Kelebihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan


Volume keperawatan selama 3 kali 1. Monitor tanda-tanda vital
Cairan pertemuan jam masalah 2. Masukkan urin kateter
berhubunga intoleransi aktivitas teratasi 3. Catat intake dan output
n dengan dengan kriteria hasil cairan
gangguan 4. Kaji lokasi dan luas
Keseimbangan cairan
mekanisme edema
1. Tekanan darah dari
regulasi 5. Berikan deuretik yang
sangat terganggu 1
diresepkan
menjadi sedikit
6. Dukung pasien dan
terganggu 4
keluarga untuk
2. Denyut nadi dari
membantu dalam
sangat terganggu 1
pemberian makan yang
menjadi sedikit
baik
terganggu 4
7. Konsultasikan dengan
3. Keseimbangan intake
dokter jika ada tanda
dan output dari sangat
gejala keleihan volume
terganggu 1 menjadi
cairan yang menetap
sedikit terganggu 4
4. Edema perifer dari
berat 1 menjadi ringan
4
4 Ketidakefek Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Sistem
tifan keperawatan selama 1 x 24 Dukungan
performa jam, masalah
1. Identifikasi respon
peran ketidakefektifan performa
psikologis terhadap
berhubunga peran teratasi dengan
situasi dan ketersediaan
n dengan kriteria hasil :
dukungan
penyakit Fungsi keluarga
2. Identifikasi tingkat
fisik
1. Kelurga mampu dukungan keluarga,
merawat anggota dukungan keuangan, dan
keluarga yang memiliki sumber lainnya
ketergantungan 3. Monitor situasi keluarga
dipertahankan pada saat ini dan jaringan
secara konsisten dukungan
menujukkan 4. Jelaskan kepada pihak
2. Anggota keluarga bisa penting bagaimana
saling mendukung mereka bisa membantu
dipertahankan pada
secara konsisten
menujukkan
3. Anggota keluarga bisa
saling membantu satu
sama lain dipertahankan
pada secara konsisten
menujukkan
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (2017) HF and Your Ejection Fraction Explained. Terdapat di
http://www.heart.org/idc/groups/heart-
public/@wcm/@hcm/documents/downloadable/ucm_481884.pdf [Diakses pada 4 Oktober
2017]
Brunner, & Sudarth., (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Evans., (2015). Sistem Kardiovaskular. Indonesia : Elsevier
Harmoko, S., (2014) Asuhan Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Harnilawati (2013) Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan : Pustaka As-
Salam
Kasron (2015). Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta : Nuha Medika
Muttaqin, A., (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta : Salemba Medika
Tjahyono, T.C., (2014). Buku Praktik Kardiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Udjianti, W.J., (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Wijaya, A.S & Putri, Y.M., (2014). Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori
Dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai