DISUSUN OLEH :
ROSDIANTI RUKMANA
193203074
FAKULTAS KESEHATAN
YOGYAKARTA
2020
MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU KEKERASAN
Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai pemimpin
(“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua) orang. Ketua tim adalah perawat yang berperan
sebagai kepala ruangan, penanggung jawab “shif” perawat primer, ketua tim atau staf
perawat, yang penting ditetapkan sebelum melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf
perawat, dokter atau konselor yang telah terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan
oleh tim krisis adalah sebagai berikut:
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan melindungi
klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa digunakan dirumah
sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar isolasi. Klien dibatasi pergerakannya
karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan
orang lain dan memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan. Langkah-langkah
pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:
· Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
· Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk mengakhiri
tindakan.
· Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri, dan
kebersihan kamar.
· Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon klien dan
alasan penghentian pembatasan gerak.
Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri atau orang lain atau
strategi tindakan yang lain tidak bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien
dengan mengikat tungkai klien. Tindakan pengekangan masih umum digunakan perawat
disertai dengan penggunaan obat psikotropik. Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan:
· Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga diri klien
yang berkurang karena pengekangan.
· Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan nyaman.
· Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan bukan
hukuman.
· Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf. Dan Jangan
mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis. Dan ikatan tidak terjangkau
klien.
· Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman.
· Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi kerjasama
klien pada tindakan.
b) Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap (dua) jam. Dan
perubahan posisi tidur.
· Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara
bertahap. Dan kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu
persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian kembali
ke lingkungan semula.