Ppam Kel 4
Ppam Kel 4
KRISIS BENCANA
Disusun oleh :
Lusiana (F0G018006)
UNIVERSITAS BENGKULU
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yg Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul " pelayanan keluarga berencana pada krisis
kesehatan (situasi tanggap darurat bencana)", Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Allah SWT. Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
kelebihan dan kekurangan dari KB, serta dampak positif maupun dampak
negatf dari pelaksanaan KB.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan KB pada krisis Kesehatan (Situasi Tanggap
Darurat Bencana ) ?
2. Apa itu Need Assassment/penilaian kebutuhan ?
3. Apa saja layanan KB berkualitas tinggi ?
4. Bagaimana layanan KB berkualitas tinggi ?
5. Bagaimana Sumber Daya Manusia pada krisis Bencana ?
6. Bagaimana cara KIE pada Krisis bencana ?
7. Bagaimana cara pelayanan KB pada krisis bencana ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian dan tujuan KB pada krisis
Kesehatan (Situasi Tanggap Darurat Bencana )
2. Untuk mengetahui Need Assassment/penilaian kebutuhan
3. Untuk mengetahui Apa saja layanan KB berkualitas tinggi
4. Untuk mengetahui layanan KB berkualitas tinggi
5. Untuk mengetahui Sumber Daya Manusia pada krisis Bencana
6. Untuk mengetahui cara KIE pada Krisis bencana
7. Untuk mengetahui cara Bagaimana pelayanan KB pada krisis bencana
5
BAB II
PEMAHASAN
6
pelayanan KB. Para tokoh agama dan tokoh masyarakat juga harus
dilibatkan untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan sesuai
dengan budaya setempat. Infrastruktur, nilai‐nilai agama, etika, latar
belakang budaya dan kompetensi serta keterampilan tenaga kesehatan
dari daerah yang terkena bencana mempunyai pengaruh penting
terhadap pelayanan yang akan dijalankan. Walaupun pprogram kb
bukan merupakan komponen ppam, adalah hal penting untuk tetap
menjamin kketersedian alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan guna
mencegah drop out peserta kb yang bisa berlanjut menjadi kehamilan
tidak diinginkan (ktd). pada awal bencana, beberapa peserta kb
mungkin akanberusaha untuk melanjutkan metode kontrasepsi yang
biasa mereka gunakan sebelum terjadinya bencana.
Segera setelah situasi stabil, perempuan (dan pasangan mereka)
mungkin ingin memulai, mengganti atau menghentikan metode
kontrasepsi. Sebelum suatu metode KB digunakan harus dilakukan
konseling KB dan harus secara realistis mencerminkan metode yang
ada karena layanan KB lengkap mungkin belum tersedia hingga tahap
selanjutnya dari program. Jadi pada saat bencana, kita hanya focus
untuk menyediakan kontrasepsi bagi pasangan yang sebelum bencana
sudah menggunakan alat KB sebelumnya dan tidak melakukan seluruh
komponen dari program KB pada kondisi normal seperti pencarian
akseptor baru, penyuluhan KB, pelatihan dll seperti pada kondisi
normal. Lihat perbedaan komponen KB antara PPAM saat bencana
dan Kesehatan Reproduksi Komprehensif saat situasistabil/normal:
7
Setiap klien KB memiliki hak atas kerahasiaan dan privasi serta untuk
secara sukarela memilih suatu metode KB. Metode kontrasepsi umumnya
digunakan oleh perempuan tetapi laki‐laki seringkali sebagai pengambil
keputusan dalam keluarga. Oleh karena itu, para laki‐laki tersebut harus menerima
informasi yang tepat, dan didorong untuk mampu berperan aktif dalam proses
pengambilan keputusan berKB. Keterlibatan aktif ini akan memastikan bahwa
pengambilan keputusan ber‐KB merupakan tanggung jawab bersama, sehingga
akan tercapai hasil yang maksimal. Masalah dan kekhawatiran mengenai KB pada
situasi darurat bencana mencakup:
8
f. Kurangnya akses terhadap layanan KB menyebabkan meningkatnya KTD
dan kemungkinan aborsi yang tidak aman.
2. Tujuan Pelayanan KB
Konsultasi KBKontak pertama dengan klien dapatdilakukan :
a. Pendaftaran dan pencatatanriwayat kespro dan riwayatmedis
b. Pemeriksaan fisik
c. Konseling mengenai motedo KByang tersedia dan pilihan
kliendengan mempertimbangkanrisiko IMS/HIV serta
riwayatmedis
d. Menyediakan metodekontrasepsi pilihan danpenjelasan
mengenaipenggunaannya
e. Lakukan konseling mengenaipemakaian kontrasepsi yangbenar
pada klien, tempat untukmengakses kontrasepsi darurat jika
diperlukan, serta jelaskankemungkinan efek samping
f. Menjadwalkan kunjungan ulang
g. Mendokumentasi kunjungan
9
bencana, Penilaian awal untuk memahami kebutuhan dan permintaan KB
pada situasi darurat bencana yang dapat dilakukan, adalah:
1. Memperoleh informasi mengenai kepercayaan, kebudayaan
masyarakat dan sikap mereka terhadap kontrasepsi
2. Menilai kompetensi tenaga kesehatan
3. Mengumpulkan informasi mengenai prevalensi kontrasepsi
berdasarkan metode.
4. Melakukan verifikasi ketersediaan dan kesinambungan alat
kontrasepsi.
5. Menentukan ketersediaan dan fungsi dari fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
10
D. Kesempatan untuk Layanan KB
Rancanglah pelayanan KB sehingga dapat mudah diakses dan
nyaman. Lakukan pelayanan KB dipusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas), Pos Kesehatan dan melalui jalur distribusi berbasis
masyarakat. Ketersediaan kontrasepsi ditempat‐tempat konsultasi
merupakan hal yang sangat penting: jangan memberikan pelayanan yang
membuat klien sulit untuk memperoleh metode KB tertentu, seperti
diapotik atau lokasi lain. Perkecualian adalah untuk metode‐metode yang
memerlukan prosedur pembedahan yang tidak tersedia di tempat layanan
konsultasi (Misalnya sterilisasi sukarela). Terapkan suatu sistem rujukan
untuk klien yang memilih metode KB, yang memerlukan prosedur
pembedahan. Untuk memastikan adanya integrasi KB ke dalam layanan‐
layanan yang lebih komprehensif, para petugas Kespro, manajer program
dan penyedia pelayanan KB harus menerapkan petunjuk berikut ini:
1. Pastikan bahwa informasi KB diberikan selama konseling, Asuhan
Pasca Keguguran,`sebelum prosedur apapun dilakukan dan jika klien
tertarik, pilihan metode KB nya harus tersedia dalam konseling paska
prosedur.
2. Layanan kontrasepsi untuk laki‐laki masih terbatas pada kondom dan
sterilisasi sukarela, tetapi mereka juga dapat terlibat dalam pemilihan
metode KB lain bersama pasangan mereka.
3. Ketika seorang perempuan datang untuk memeriksa kehamilan, tanya
apakah ia menggunakan metode KB sebelum hamil dan apakah ia
ingin melanjutkan metode tersebut atau memulai metode KB yang
baru lagi setelah melahirkan.
4. Ketika seorang perempuan datang untuk mendapatkan layanan nifas,
tanyakan apakah ia menggunakan metode KB atau tidak, lalu lakukan
konseling berdasarkan kebutuhannya.
11
E. Sumber Daya Manusia
1. Aturlah suatu sistem supervisi pelayanan KB dengan seorang Bidan
atau Dokter yang memiliki pengalaman manajemen.
2. Identifikasikan dan rekrut anggota masyarakat yang terdampak
(Kader) atau staf lokal dari masyarakat setempat yang memiliki
keterampilan dan pengalaman untuk memberikan layanan KB
berkualitas.
3. Pastikan adanya supervisi dan pelatihan petugas lapangan untuk
melaksanakan pendistribusian berbasis masyarakat. Masukkan hal‐hal
berikut ke dalam pelatihan petugas lapangan: cara mengenali masalah‐
masalah medis yang harus dirujuk, keterampilan untuk
menindaklanjuti klien, kemudian caramenangani sikap dan keyakinan
klien terhadap KB.
12
bagian penting untuk memastikan adanya kinerja yang berkualitas tinggi.
Unsur‐unsur dari program pelatihan penyedia layanan KB terdiri dari:
1. Kompetensi teknik.
2. Keterampilan komunikasi dan konseling.
3. Keterampilan administratif.
13
3. Kepekaan terhadap kebutuhan kelompok‐kelompok khusus
(Misalnya remaja, orang‐ orang cacat, ODHA (Orang Dengan HIV
AIDS))
4. Teknik‐teknik komunikasi seperti dialog interaktif terbuka dengan
klien, mendorong klien untuk berbicara, mendengarkan secara
aktif, mengklarifikasi, meminta klien untuk mengungkapkan
kembali pemahaman mereka, memahami perasaan klien dan
merangkum diskusi.
5. Mendokumentasikan metode yang dipilih.
G. Pelayanan KB
Kontak pertama antara penyedia dan klien dapat dilakukan:
14
1. Pendaftaran dan pencatatan riwayat Kespro dan riwayat medis
2. Pemeriksaan fisik (Jika diindikasikan dari riwayat) yang mungkin
mencakup pemeriksaan panggul (Misalnya untuk memeriksa
perdarahan dari vagina yang tidak jelas penyebabnya)
3. Konseling mengenai metode kontrasepsi yang tersedia dan pilihan
klien dengan mempertimbangkan risiko IMS/HIV serta riwayat medis
4. Menyediakan metode kontrasepsi pilihan dan penjelasan mengenai
cara penggunaannya
5. Lakukan konseling mengenai pemakaian kontrasepsi yang benar
kepada klien, termasuk cara penggunaan, apa yang harus dilakukan
apabila lupa minum dan tempat untuk mengakses kontrasepsi darurat
jika diperlukan. Selain itu, jelaskan kemungkinan efek samping, dan
yakinkan kembali klien bahwa ia dapat kembali ke fasilitas kesehatan
kapan saja untuk penanganan efeksamping atau untuk mengganti
metode KB.
6. Menjadwalkan kunjungan lanjutan atau kunjungan oleh petugas
lapangan
7. Berikan tanggal kunjungan ulang kepada pengguna KB baru.
Kunjungan lanjutan semacam ini akan memberikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya mengenai penggunaan kontrasepsi dan
efek samping yang mungkin telah dialaminya.
8. Mendokumentasi kunjungan dengan menggunakan materi
pengumpulan data standar dan catatan pasien.
Pada beberapa metode KB seperti pil, kondom dan suntik, klien harus
memiliki kontak berulang dengan penyedia pelayanan distribusi berbasis
masyarakat atau Bidan untuk memperoleh kontrasepsi. Ketika pengguna
telah terbiasa dengan suatu metode, kunjungan lanjutan dapat ditentukan
sendiri oleh pengguna. Sesering apapun frekuensi kunjungan lanjutan,
klien harus diyakinkan mengenai akses segera jika ia mengalami
kesulitan. Ketika mengatur kunjungan lanjutan, penyedia layanan KB
harus peka terhadap kemampuan membaca klien dan menggunakan alat
15
bantu yang sesuai untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan
dipahami oleh klien. Diagnosa Diagnosa Kehamilan Kehamilan Diagnosa
kehamilan sangat penting karena seorang penyedia pelayanan KB tidak
boleh memberikan metode KB kepada klien yang sedang hamil.
Kemampuan untuk mendiagnosa kehamilan fase awal akan bervariasi
tergantung pada sumber daya dan kondisi. Tes kehamilan yang dapat
diandalkan akan sangat berguna tetapi mungkin tidak tersedia.
Pemeriksaan dalam, jika dilakukan oleh penyedia layanan yang terampil
akan memberikan hasil yang dapat diandalkan dalam rentang waktu 8‐10
minggu sejak hari pertama periode menstruasi terakhir. Jika tak satu pun
dari kedua pilihan tersebut dapat dilakukan, daftar periksa di halaman
berikut ini dapat digunakan oleh penyedia layanan, untuk meyakinkan
bahwa klien tidak sedang hamil.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk
terbanyak di dunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan
penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang
berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang
besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi tersebut menyebabkan
beban negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban negara juga
menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak
disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu menampung
seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran, kriminalitas,
yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
18