Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH PPAM KESEHATAN REPRODUKSI PADA

KRISIS BENCANA

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS


KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

Dosen Pengampu : Yetti Purnama, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh : Kelompok 4

Disusun oleh :

Davina salsabila (F0G018014)

Riska Dewa Sefti (F0G018032

Levia Yuniar Eferli (F0G018042)

Lusiana (F0G018006)

Ica Herlina (F0G018008)

Dwi Deva Fitriani (F0G018024)

Amelia Devi Fitria (F0G018034)

Cristian Metari (F0G018040)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AJARAN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yg Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul " pelayanan keluarga berencana pada krisis
kesehatan (situasi tanggap darurat bencana)", Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Allah SWT. Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.

Bengkulu, 24 Maret 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 4


B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan KB pada krisis Kesehatan (Situasi tanggap darurat


Bencana .................................................................................................. 6
B. Need Assessment Penilaian Kebutuhan ................................................. 9
C. Layanan KB berkualitas Tinggi.............................................................. 10
D. Kesempatan Untuk Layanan KB ........................................................... 11
E. SDM ....................................................................................................... 12
F. KIE ......................................................................................................... 14
G. Pelayanan KB ......................................................................................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk
terbanyak di dunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan
penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang
berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang
besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi tersebut menyebabkan
beban negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban negara juga
menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak
disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu menampung
seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran, kriminalitas,
yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat.
Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk
memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya,
maka pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih
besar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
menggalakkan program KB (Keluarga Berencana). Program KB pertama
kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Soeharto yaitu saat Orde Baru.
Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran
anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-
tanggung, KB diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari
lapisan bawah hingga lapisan atas dalam masyarakat. Oleh sebab itu
makalah ini disusun untuk mengetahui seluk beluk mengenai
penyelenggaraan KB di Indonesia, mulai dari sejarah, proses pelaksanaan,

4
kelebihan dan kekurangan dari KB, serta dampak positif maupun dampak
negatf dari pelaksanaan KB.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan KB pada krisis Kesehatan (Situasi Tanggap
Darurat Bencana ) ?
2. Apa itu Need Assassment/penilaian kebutuhan ?
3. Apa saja layanan KB berkualitas tinggi ?
4. Bagaimana layanan KB berkualitas tinggi ?
5. Bagaimana Sumber Daya Manusia pada krisis Bencana ?
6. Bagaimana cara KIE pada Krisis bencana ?
7. Bagaimana cara pelayanan KB pada krisis bencana ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian dan tujuan KB pada krisis
Kesehatan (Situasi Tanggap Darurat Bencana )
2. Untuk mengetahui Need Assassment/penilaian kebutuhan
3. Untuk mengetahui Apa saja layanan KB berkualitas tinggi
4. Untuk mengetahui layanan KB berkualitas tinggi
5. Untuk mengetahui Sumber Daya Manusia pada krisis Bencana
6. Untuk mengetahui cara KIE pada Krisis bencana
7. Untuk mengetahui cara Bagaimana pelayanan KB pada krisis bencana

5
BAB II
PEMAHASAN

Pelayanan Keluarga Berencana Pada Krisis Kesehatan (Situasi Tanggap Darurat


Bencana)
A. Pengertian dan Tujuan KB pada Krisis Kesehatan (Situasi Tanggap
Darurat Bencana)
1. Keluarag Berencana Pada Situasi Krisis Bencana
Keluarga Berencana (KB) memungkinkan pasangan usia subur
mengatur jumlah anak yang diinginkan. Pemakaian metode KB
berpotensi untuk menghindari 32% dari semua kematian Ibu dan
hampir 10% kematian anak, sekaligus menurunkan angka kemiskinan
dan kelaparan. Selain itu, penggunaan metode KB berperan terhadap
pemberdayaan perempuan, pendidikan dan stabilitas ekonomi. Terkait
dengan risiko kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan, infeksi
menular seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus
(HIV), aborsi tak aman, seks tanpa pelindung dan seks tidak aman
merupakan faktor risiko kedua untuk kecacatan dan kematian pada
masyarakat miskin di dunia. Metode KB merupakan cara yang aman,
efektif dan murah untuk disediakan. Demikian pula dengan tingginya
kebutuhan KB pada situasi darurat bencana (Buku Pedoman Lapangan
antar‐Lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana,
2010).
Setiap pasangan usia subur memiliki hak untuk memilih
metode kontrasepsi, baik pada ada kondisi normal maupun pada situasi
bencana. Situasi didaerah bencana merupakan faktor penting yang
berpengaruh pada harapan, persepsi kebutuhan dan permintaan akan

6
pelayanan KB. Para tokoh agama dan tokoh masyarakat juga harus
dilibatkan untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan sesuai
dengan budaya setempat. Infrastruktur, nilai‐nilai agama, etika, latar
belakang budaya dan kompetensi serta keterampilan tenaga kesehatan
dari daerah yang terkena bencana mempunyai pengaruh penting
terhadap pelayanan yang akan dijalankan. Walaupun pprogram kb
bukan merupakan komponen ppam, adalah hal penting untuk tetap
menjamin kketersedian alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan guna
mencegah drop out peserta kb yang bisa berlanjut menjadi kehamilan
tidak diinginkan (ktd). pada awal bencana, beberapa peserta kb
mungkin akanberusaha untuk melanjutkan metode kontrasepsi yang
biasa mereka gunakan sebelum terjadinya bencana.
Segera setelah situasi stabil, perempuan (dan pasangan mereka)
mungkin ingin memulai, mengganti atau menghentikan metode
kontrasepsi. Sebelum suatu metode KB digunakan harus dilakukan
konseling KB dan harus secara realistis mencerminkan metode yang
ada karena layanan KB lengkap mungkin belum tersedia hingga tahap
selanjutnya dari program. Jadi pada saat bencana, kita hanya focus
untuk menyediakan kontrasepsi bagi pasangan yang sebelum bencana
sudah menggunakan alat KB sebelumnya dan tidak melakukan seluruh
komponen dari program KB pada kondisi normal seperti pencarian
akseptor baru, penyuluhan KB, pelatihan dll seperti pada kondisi
normal. Lihat perbedaan komponen KB antara PPAM saat bencana
dan Kesehatan Reproduksi Komprehensif saat situasistabil/normal:

7
Setiap klien KB memiliki hak atas kerahasiaan dan privasi serta untuk
secara sukarela memilih suatu metode KB. Metode kontrasepsi umumnya
digunakan oleh perempuan tetapi laki‐laki seringkali sebagai pengambil
keputusan dalam keluarga. Oleh karena itu, para laki‐laki tersebut harus menerima
informasi yang tepat, dan didorong untuk mampu berperan aktif dalam proses
pengambilan keputusan berKB. Keterlibatan aktif ini akan memastikan bahwa
pengambilan keputusan ber‐KB merupakan tanggung jawab bersama, sehingga
akan tercapai hasil yang maksimal. Masalah dan kekhawatiran mengenai KB pada
situasi darurat bencana mencakup:

a. Keinginan untuk melanjutkan metode KB yang digunakan sebelum krisis


terjadi
b. Tekanan pada perempuan untuk melahirkan demi mengembalikan jumlah
populasi. Beberapa ibu ingin mengganti anaknya yang telah meninggal
atau hilang.
c. Sejumlah ibu tidak ingin hamil dalam situasi tak stabil karena mereka
mungkin harus pindah lagi.
d. Perpisahan keluarga.
e. Kewenangan perempuan untuk mengontrol kesuburan mungkin terkikis
oleh perubahan sosial

8
f. Kurangnya akses terhadap layanan KB menyebabkan meningkatnya KTD
dan kemungkinan aborsi yang tidak aman.
2. Tujuan Pelayanan KB
Konsultasi KBKontak pertama dengan klien dapatdilakukan :
a. Pendaftaran dan pencatatanriwayat kespro dan riwayatmedis
b. Pemeriksaan fisik
c. Konseling mengenai motedo KByang tersedia dan pilihan
kliendengan mempertimbangkanrisiko IMS/HIV serta
riwayatmedis
d. Menyediakan metodekontrasepsi pilihan danpenjelasan
mengenaipenggunaannya
e. Lakukan konseling mengenaipemakaian kontrasepsi yangbenar
pada klien, tempat untukmengakses kontrasepsi darurat jika
diperlukan, serta jelaskankemungkinan efek samping
f. Menjadwalkan kunjungan ulang
g. Mendokumentasi kunjungan

B. Needs Assessment //penilaian penilaian kebutuhan


Need assessment (analisis kebutuhan) adalah proses analisis data
dalam mengidentifikasi gap(kesenjangan) antara kinerja saat ini dengan
kinerja yang diharapkan sehingga dapat diperoleh data mengenai
kebutuhan pelatihan.Informasi kebutuhan pelatihan tersebut akan
membantu organisasi dalam menyusun program pelatihan/diklat sehingga
pelatihan tidak salah sasaran dan tidak terjadi penghamburan. Dengan
berkoordinasi untuk mengumpulkan informasi terkait Kesehatan
Reproduksi (Kespro) dari populasi yang terkena dampak, Dinas Kesehatan
setempat, kantor BKKBN, tokoh agama,tokoh masyarakat, dan lembaga
non pemerintah yang bekerja dibidang kespro serta KB. Lakukan suatu
kajian terhadap tentang program KB di daerah setempat sebelum terjadi

9
bencana, Penilaian awal untuk memahami kebutuhan dan permintaan KB
pada situasi darurat bencana yang dapat dilakukan, adalah:
1. Memperoleh informasi mengenai kepercayaan, kebudayaan
masyarakat dan sikap mereka terhadap kontrasepsi
2. Menilai kompetensi tenaga kesehatan
3. Mengumpulkan informasi mengenai prevalensi kontrasepsi
berdasarkan metode.
4. Melakukan verifikasi ketersediaan dan kesinambungan alat
kontrasepsi.
5. Menentukan ketersediaan dan fungsi dari fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.

Lakukan diskusi dengan para laki‐laki, perempuan (Termasuk para


tokoh, penyedia pengobatan tradisional, dukun bayi), remaja dan
organisasi setempat, guna memperoleh saran mengenai lokasi
penyelenggaraan layanan, waktu pelayanan kesehatan, tingkat privasi dan
kerahasiaan yang diperlukan untuk memastikan penggunaan layanan
secara maksimal serta dapat diterima. Diskusi dapat dilakukan untuk laki‐
laki secara terpisah dari para perempuan, tergantung pada budaya dan
norma‐norma setempat Focus Group Discussion (FGD).

C. Layanan KB Berkualitas Tinggi


Pelayanan KB berkualitas tinggi adalah pelayanan yang dapat
memenuhi kebutuhan pasangan usia subur dengan memberi kesempatan
pada mereka untuk membuat keputusan berdasarkan informasi,
menyediakan metode kontrasepsi yang bisa dipilih, prosedur yang aman
dan pelayanan yang berkesinambungan. Petugas kesehatan harus
memberikan informasi yang akurat dan lengkap kepada klien sehingga
baik perempuan maupun laki‐laki yang datang dapat dengan suka rela
memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan masing‐
masing.

10
D. Kesempatan untuk Layanan KB
Rancanglah pelayanan KB sehingga dapat mudah diakses dan
nyaman. Lakukan pelayanan KB dipusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas), Pos Kesehatan dan melalui jalur distribusi berbasis
masyarakat. Ketersediaan kontrasepsi ditempat‐tempat konsultasi
merupakan hal yang sangat penting: jangan memberikan pelayanan yang
membuat klien sulit untuk memperoleh metode KB tertentu, seperti
diapotik atau lokasi lain. Perkecualian adalah untuk metode‐metode yang
memerlukan prosedur pembedahan yang tidak tersedia di tempat layanan
konsultasi (Misalnya sterilisasi sukarela). Terapkan suatu sistem rujukan
untuk klien yang memilih metode KB, yang memerlukan prosedur
pembedahan. Untuk memastikan adanya integrasi KB ke dalam layanan‐
layanan yang lebih komprehensif, para petugas Kespro, manajer program
dan penyedia pelayanan KB harus menerapkan petunjuk berikut ini:
1. Pastikan bahwa informasi KB diberikan selama konseling, Asuhan
Pasca Keguguran,`sebelum prosedur apapun dilakukan dan jika klien
tertarik, pilihan metode KB nya harus tersedia dalam konseling paska
prosedur.
2. Layanan kontrasepsi untuk laki‐laki masih terbatas pada kondom dan
sterilisasi sukarela, tetapi mereka juga dapat terlibat dalam pemilihan
metode KB lain bersama pasangan mereka.
3. Ketika seorang perempuan datang untuk memeriksa kehamilan, tanya
apakah ia menggunakan metode KB sebelum hamil dan apakah ia
ingin melanjutkan metode tersebut atau memulai metode KB yang
baru lagi setelah melahirkan.
4. Ketika seorang perempuan datang untuk mendapatkan layanan nifas,
tanyakan apakah ia menggunakan metode KB atau tidak, lalu lakukan
konseling berdasarkan kebutuhannya.

11
E. Sumber Daya Manusia
1. Aturlah suatu sistem supervisi pelayanan KB dengan seorang Bidan
atau Dokter yang memiliki pengalaman manajemen.
2. Identifikasikan dan rekrut anggota masyarakat yang terdampak
(Kader) atau staf lokal dari masyarakat setempat yang memiliki
keterampilan dan pengalaman untuk memberikan layanan KB
berkualitas.
3. Pastikan adanya supervisi dan pelatihan petugas lapangan untuk
melaksanakan pendistribusian berbasis masyarakat. Masukkan hal‐hal
berikut ke dalam pelatihan petugas lapangan: cara mengenali masalah‐
masalah medis yang harus dirujuk, keterampilan untuk
menindaklanjuti klien, kemudian caramenangani sikap dan keyakinan
klien terhadap KB.

Ciptakan kesadaran dikalangan masyarakat bahwa para petugas lapangan


ini berada di bawah supervisi Bidan atau Dokter dan klien dapat menemui
Bidan atau Dokter tersebut jika membutuhkan layanan klinis atau
konseling. Seperti halnya semua layanan Kespro, semua orang yang
terlibat dalam pemberian layanan KB harus menghormati pendapat dan
pilihan klien. Guna memastikan penggunaan kontrasepsi yang
berkesinambungan dan meningkatkan penerimaan layanan KB, penyedia
layanan harus berjenis kelamin sama dengan klien, memiliki latarbelakang
budaya yang sama dengan klien, serta memiliki keterampilan
berkomunikasi yang kuat. Semua tenaga kesehatan yang memberikan
layanan KB harus menerima pelatihan tentang metode‐metode kontrasepsi
dan konseling seperti yang tercantum dalam daftar dibawah ini. Pelatihan
harus ditambah dengan penyegaran secara berkala. Pada saat program KB
meluas, pelatihan magang dan praktik dibawah supervisi merupakan

12
bagian penting untuk memastikan adanya kinerja yang berkualitas tinggi.
Unsur‐unsur dari program pelatihan penyedia layanan KB terdiri dari:

1. Kompetensi teknik.
2. Keterampilan komunikasi dan konseling.
3. Keterampilan administratif.

Kompetensi Kompetensi Teknik Teknik . Tenaga kesehatan harus


memiliki pengetahuan mengenai hal‐hal berikut:

1. Metode kontrasepsi termasuk cara penggunaan metode secara benar,


keuntungan, kerugian metode serta efektivitas metode.
2. Cara kerja, efek samping, penanganan efek samping, komplikasi, serta
tandatanda bahaya.
3. Instruksi untuk penggunaan atau cara pemakaian
4. Persyaratan medis dan interaksi obat.
5. Keterampilan teknis terkait dengan pemberian setiap metode KB,
misalnya pencegahan infeksi, pemasangan dan pelepasan alat KB
dalam rahim (IUD) atau susuk hormonal.
6. Ketersediaan alat kontrasepsi.
7. Dokumentasi dan pencatatan
8. Rujukan berdasarkan pengambilan keputusan klinis

Keterampilan Keterampilan Komunikasi Komunikasi dan dan Konseling


Konseling. Dalam komponen pelatihan ini, penyedia layanan KB harus
memiliki keterampilan-keterampilan berikut ini:

1. Sikap tidak menghakimi terhadap pemakai kontrasepsi dan non‐


pemakai kontrasepsi, dengan menghormati pilihan mereka,
menjaga martabat, privasi dan kerahasiaan klien.
2. Menanggapi rumor dan kesalah pahaman dengan bijaksana dan
berdasarkan bukti‐ bukti

13
3. Kepekaan terhadap kebutuhan kelompok‐kelompok khusus
(Misalnya remaja, orang‐ orang cacat, ODHA (Orang Dengan HIV
AIDS))
4. Teknik‐teknik komunikasi seperti dialog interaktif terbuka dengan
klien, mendorong klien untuk berbicara, mendengarkan secara
aktif, mengklarifikasi, meminta klien untuk mengungkapkan
kembali pemahaman mereka, memahami perasaan klien dan
merangkum diskusi.
5. Mendokumentasikan metode yang dipilih.

Keterampilan administratif mencakup penyimpanan catatan,


pengendalian inventaris, dan pengawasan distributor berbasis
masyarakat. Tekankan pada keterampilan yang diperlukan untuk
melakukan tugas‐tugas ini, mengapa keterampilan ini penting, dan
bagaimana serta kapan tugas‐tugas tersebut harus dikerjakan.

F. Bagaimanakah Melakukan, Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)


dalam Layanan KB
Konseling klien merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan
KB. Bahan- bahan KIE yang sesuai dan dapat diterima secara budaya akan
membantu setiap individu dan para pasangan dalam memilih penggunaan
alat kontrasepsi. Informasi tersebut harus mencakup keuntungan dan
keterbatasan dari tiap metode KB, penjelasan mengenai pemakaian yang
benar dan metode darurat seandainya terjadi kegagalan. Selain itu, bahan‐
bahan bacaan dengan gambar dan contoh‐contoh kontrasepsi untuk
diperlihatkan pada klien juga sangat membantu, khususnya ditempat‐
tempat dimana tingkat melek huruf masih rendah. Pada saat program KB
meluas, pastikan bahwa materi KIE diadaptasi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang disediakan.

G. Pelayanan KB
Kontak pertama antara penyedia dan klien dapat dilakukan:

14
1. Pendaftaran dan pencatatan riwayat Kespro dan riwayat medis
2. Pemeriksaan fisik (Jika diindikasikan dari riwayat) yang mungkin
mencakup pemeriksaan panggul (Misalnya untuk memeriksa
perdarahan dari vagina yang tidak jelas penyebabnya)
3. Konseling mengenai metode kontrasepsi yang tersedia dan pilihan
klien dengan mempertimbangkan risiko IMS/HIV serta riwayat medis
4. Menyediakan metode kontrasepsi pilihan dan penjelasan mengenai
cara penggunaannya
5. Lakukan konseling mengenai pemakaian kontrasepsi yang benar
kepada klien, termasuk cara penggunaan, apa yang harus dilakukan
apabila lupa minum dan tempat untuk mengakses kontrasepsi darurat
jika diperlukan. Selain itu, jelaskan kemungkinan efek samping, dan
yakinkan kembali klien bahwa ia dapat kembali ke fasilitas kesehatan
kapan saja untuk penanganan efeksamping atau untuk mengganti
metode KB.
6. Menjadwalkan kunjungan lanjutan atau kunjungan oleh petugas
lapangan
7. Berikan tanggal kunjungan ulang kepada pengguna KB baru.
Kunjungan lanjutan semacam ini akan memberikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya mengenai penggunaan kontrasepsi dan
efek samping yang mungkin telah dialaminya.
8. Mendokumentasi kunjungan dengan menggunakan materi
pengumpulan data standar dan catatan pasien.

Pada beberapa metode KB seperti pil, kondom dan suntik, klien harus
memiliki kontak berulang dengan penyedia pelayanan distribusi berbasis
masyarakat atau Bidan untuk memperoleh kontrasepsi. Ketika pengguna
telah terbiasa dengan suatu metode, kunjungan lanjutan dapat ditentukan
sendiri oleh pengguna. Sesering apapun frekuensi kunjungan lanjutan,
klien harus diyakinkan mengenai akses segera jika ia mengalami
kesulitan. Ketika mengatur kunjungan lanjutan, penyedia layanan KB
harus peka terhadap kemampuan membaca klien dan menggunakan alat

15
bantu yang sesuai untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan
dipahami oleh klien. Diagnosa Diagnosa Kehamilan Kehamilan Diagnosa
kehamilan sangat penting karena seorang penyedia pelayanan KB tidak
boleh memberikan metode KB kepada klien yang sedang hamil.
Kemampuan untuk mendiagnosa kehamilan fase awal akan bervariasi
tergantung pada sumber daya dan kondisi. Tes kehamilan yang dapat
diandalkan akan sangat berguna tetapi mungkin tidak tersedia.
Pemeriksaan dalam, jika dilakukan oleh penyedia layanan yang terampil
akan memberikan hasil yang dapat diandalkan dalam rentang waktu 8‐10
minggu sejak hari pertama periode menstruasi terakhir. Jika tak satu pun
dari kedua pilihan tersebut dapat dilakukan, daftar periksa di halaman
berikut ini dapat digunakan oleh penyedia layanan, untuk meyakinkan
bahwa klien tidak sedang hamil.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk
terbanyak di dunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan
penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang
berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang
besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi tersebut menyebabkan
beban negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban negara juga
menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak
disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mampu menampung
seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran, kriminalitas,
yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan, Buku Pedoman Rasional Kesehatan Reproduksi dalam


situasi Bencana. 2014

UNFPA.2010 Pedoman Lapangan Antar Lembaga Kesehatan Reproduksi


dalam situasi Darurat Bencana : Revisi untuk Perempuan Lapangan.
Jakarta : UNFA

18

Anda mungkin juga menyukai