Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2017
Angka Kematian Ibu diseluruh dunia 216/100.000 Kelahiran Hidup (KH) atau
hampir sekitar 830 wanita meninggal akibat hal terkait dengan kehamilan dan
persalinan. 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang, terutama
yang tinggal di daerah pedesaan dan diantara masyarakat miskin (WHO 2017).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 bahwa
proporsi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan sebesar 95,4%,
sedangkan yang tidak melakukan pemeriksaan sebanyak 4,6%. Jumlah ibu yang
melakukan pemeriksaan tertinggi di Bali yaitu 99,6%, dan terendah di Papua yaitu
71,7%. Cakupan ANC K4 di Indonesia sebesar 70,4%. Angka cakupan ANC K4
tertinggi di Bali yaitu 90,3%, sedangkan ANC K4 terendah di Papua sebesar
56,3%.
Cakupan K1 (Kunjungan Kehamilan pertama) adalah jumlah ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali
sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu
hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Elemen tindakan yang
harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi
minimal di tiap trimester, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan
0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan
dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan).
Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan,
dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes, 2016 )
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas
sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang

1
dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada
hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29
sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari enam jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kemenkes, 2015). Pada tahun 2016 rata-
rata cakupan pelayanan ibu nifas di Provinsi Sumatera Utara adalah 86,76% .
Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI)
adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012). Di Negara berkembang
seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu yang sehabis
melahirkan.
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan dilakukan
untuk mengurangi resiko tersebut, antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan neonatus KN
(Kunjungan Neonatal) 0-28 hari minimal tiga kali, satu kali pada usia 0-7 hari
(KN1) dan dua kali lagi pada usia 8 hingga 28 hari (KN3). Persentase tahun 2016
sebanyak KN1 (95.21%) dan KN3 (91.14%) (Profil Kesehatan Prov Sumut,
2016).
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87
Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, program Keluarga
Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20
tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua
melahirkan (di atas usia 35 tahun)
Konsep Continiuty of Care adalah paradigma baru dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak. Dimensi pertama dari kontinu ini
adalah waktu meliputi; sebelum hamil, kehamilan, pesalinan, hari-hari dan tahun-
tahun kehidupan. Dimensi kedua dari Contiuty of care adalah tempat yaitu
menghubungkan berbagai tingkat pelayanan dirumah, masyarakat dan kesehatan
(Kemenkes RI, 2015).

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan kebidanan secara continuity of care kepada Ny.Z
mulai dari hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluaraga berencana dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan Asuhan kebidanan pada masa kehamilan Trimester III secara
continuity of care pada Ny.Z
2. Melakukan Asuhan kebidanan pada masa persalinan pada Ny.Z
3. Melakukan Asuhan kebidanan pada masa nifas pada Ny.Z
4. Melakukan Asuhan kebidanan BBL pada bayi baru lahir
5. Melakukan Asuhan Kebidanan KB pada Ny.Z

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Klien
Dapat menambah wawasan klien umumnya dalam perawatan kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana, serta dapat mengenali
tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan kb
1.3.2 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
mengaplikasikan teori di lapangan, yang sebelumnya telah diperoleh selama
perkuliahan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan terjadinya ketika seorang wanita melakukan


hubungan seksual dengan seorang pria yang mengakibatkan bertemunya sel telur
dengan sel sperma yang disebut pembuahan (fertilisasi) (Gusti, dkk , 2017).
Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan pada
ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka seluruh sistem
genetalia wanitamengalami perubahan yang mendasaruntuk mendukung
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim selama proses kehamilan
berlangsung (Hutahaean, 2016).

2.1.2 Asuhan Kehamilan


a. ) Pengertian Asuhan Kehamilan
Asuhan kehamilan (antenatal care) adalah pengawasan sebelum
persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Dilakukan dengan observasi berencana dan teratur terhadap ibu hamil
melalui pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini terhadap komplikasi
dan penyakit ibu yang dapat mempegaruhi kehamilan (Purwoastuti, 2015).

Asuhan kehamilan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi


tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
kehamilan. Pelaksanaan asuhan kehamilan bertujuan utuk memfasilitasi hasil yang
sehat dan positif bagi ibu dan bayi dengan cara membina hubungan saling percaya
antara ibu dan bidan, memantau kemauan kehamilan dan kesejahteraan ibu dan
bayi, mempersiapkan kelahiran yang aman, meningkatkan pemahaman ibu
tentang kesehatan melalui pendidikan kesehatan, dan mendeteksi komplikasi yang
dapat mengancam jiwa ibu dan bayinya (Mandriwati, 2017). Secara umum tujuan
asuhan kehamilan, adalah sebagai berikut :

4
1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu,
dan tumbuh kembang janin.
2. Meigkatka da mempertahankan kesehatan fisik, mental, da sosial
ibu dan bayi.
3. Menemukan secara dini adanya gangguan dan kemungkinan
komplikasi yang terjadi selama kehamilan.
4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat bagi ibu
dan bayi dengan trauma yang seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI ekslusif
dapat berjalan normal.
6. Mempersiapkan ibu dan keluarga untuk dapat berperan dengan
baik dalam memelihara bayi agar tumbuh dan berkembang secara
normal.
b. ) Kunjungan Antenatal Care
Menurut WHO (2010), Antental Care adalah pengawasan sebelum
persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Antenatal care juga merupakan cara penting untuk memonitoring dan
mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal,
ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan
antenatal (Prawihardjo, 2006). Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberi
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (SPK) (Depkes,
2009). Kunjungan antenatal care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

Sesuai dengan evidence based pratice, pemerintah telah menetapkan


program kebijakan ANC, (Pantiawati, 2010) sebagai berikut :

5
1. Kunjungan ANC( Antenatal Care )
Dilakukan miniman 4X selama kehamilan
a) Kunjungan trimester I sebelum usia kehamilan 14 minggu
b) Kunjungan trimester II usia kehamian 14-28 minggu
c) Kunjungan trimester III usia kehamilan 28-36 minggu dan lebih
dari 36 minggu
2. Pemberian Suplemen Mikronutrien
Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual
hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan).
3. Imunisasi TT 0,5 cc
c. ) Standar Pelayanan Asuhan Pada Kehamilan
Menurut Kemenkes (2015) Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan
kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang
dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua,
dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus
memenuhi elemen pelayanan 10 T sebagai berikut :

1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.


2. Pengukuran tekanan darah.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi.
Tetanus adalah peyakit yang disebabkan oleh racun bakteri Clostridium
tetani. Tetanus disebut juga lockjaw karea pederitanya kerap mengalami kejang
otot rahang. Bakteri tetaus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka. Jika ibu
terinfeksi bakteri tersebut selama proses persalinan infeksi dapat terjadi pada
rahim ibu dan pusat bayi yang baru lahir (tetanus neonatorum).

Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Wanita Usia Subur


Imunisasi Pemberian Selang Waktu Masa
Imunisasi Minimal Perlindungan

6
T1 Pada K1 ANC

T2 4 Minggu setelah T1 3 Tahun

TT WUS T3 6 Minggu setelah T2 5 Tahun

T4 12 Minggu setelah T3 10 Tahun

T5 12 Minggu setelah T4 25 Tahun

(Sumber : Gusti, 2017)


6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana).
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya).
10. Tatalaksana kasus.

2.1.3 Panduan Pelayanan ANC oleh Bidan pada Masa Pandemi Covid 19

1. Tidak ada keluhan bumil diminta menerapkan isi buku KIA dirumah.
Segera ke fasyankes jika ada keluhan / tanda bahaya
2. Ibu membuat janji melalui Telepon/WA, ANC pada trimester pertama
1x kolaborasi dg dr. utk pemeriksaan kes,
3. Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar dengan
kewaspadaan Covid-19. Dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades
tentang status ibu (ODP/PDP,Covid+)
4. ANC dilakukan sesuai standar (10T) dengan APD level 1. Lakukan
skrining faktor resiko. Jika ditemukan faktor resiko rujuk sesuai
standar.
5. Ibu hamil pendamping dan tim kesehatan yang bertugas menggunakan
masker dan menerapkan protokol pencegahan covid-19:
6. Tunda kelas Ibu hamil / dilakukan secara online

7
7. Konsultasi kehamilan, KIE dan Konseling dapat dilakukan secara
online (Pandu pengisian P4K)

2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah seragkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan (32-42 minggu), disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu, lahir spotan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
pada ibu da bayi (Purwoastuti,2015)
Persalinan normal merupakan proses pengeluaran buah kehamilan cukup
bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta, dan selaput ketuban, dengan
persentasi kepala (posisi belakang kepala), dari rahim ibu melalui jalan lahir (baik
jalan lahir lunak maupun kasar), dengan tenaga ibu sendiri (tidak ada intervensi
dari luar) (Ilmiah, 2014).

2.2.2 Fisiologis Persalinan


1. Perubahan Fisiologis Persalinan Kala I
Persalinan kala I fase pembukaan 1-10 cm, proses ini dapat terjadi dengan
sendirinya. Berikut ini perubahan fisiologis kala I (Ilmiah, 2015) :
a) Uterus
Uterus terbagi atas 2 bagian segmen bawah rahim, dan segmen atas rahim
yang dibentuk oleh corpus uteri dan segmen bawah rahim yang dibentuk oleh
istmus uteri, perubahan pada bentuk rahim dimana tiap kontraksi sumbu
panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang maupun muka
belakang berkurang, artinya tulang punggung jadi lebih lurus dan dengan
demikian kutup atas anak tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah di
tekan ke dalam PAP, dan perubahan pada serviks dimana pembukaan dari
serviks adalah pembesaran yang tadinya berupa satu lubang dengan diameter
beberapa millimeter menjadi lubang yang dapat dilalui kira-kira 10 cm.
b) Vagina

8
Dalam kala 1 ketuban ikut merenggangan ke atas vagina yang sejak
kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui oleh
anak. Setelah pecah ketuban, segala perubahan terutama pada dasar panggul
direnggang menjadi saluran dengan dinding yang tipis. Waktu kepala sampai di
vulva, lubang vagina menghadap ke depan atas terlihat dari luar perenggangan
oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis
sedangkan anus menjadi terbuka.
c) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi (sistolik rata-rata naik 15(10-
20) mmHg, diastol naik kira-kira 5-10 mmHg). Antara kontraksi tekanan darah
kembali normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan cemas
juga akan meningkatkan tekanan darah.
d) Sistem Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob da anaerb meningkat secara berangsur.
Ditandai dengan peningkatan suhu, nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan
yang hilang, disebabkan karena kecemasan, dan aktivitas otot skeletal.
e) Suhu Tubuh
Peningkatan suhu tubuh saat persalinan karena peningkatan metabolisme.
Peningkatan ini jangan melebihi 0,5o c sampai 1o c.
f) Detak Jantung
Pada setiap kontrasi sekitar 400 ml darah di keluarkan dari uterus dan
masuk ke dalam vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah antung sekitar
10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan, dan sekitar 30% sampai 50%
pada tahap kedua persalinan. Tekanan darah meningkat, sedangkan nadi
menurun untuk sementara. Selama ibu melakukan manuver valsava, janin
dapat mengalami hipoksia. Proses ini akan pulih kembali saat ibu menarik
nafas.
g) Sistem Pernafasan
Terjadi sedikit peningata laju pernafasan dianggap normal.
h) Perubahan Sistem Ginjal
Peningkatan filtrasi glomelurus dan peningkatan aliran plasma ginjal. Pada
trimester ke dua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi

9
kandung kemih dapat teraba di atas simpisi pubis. Selama persalinan wanita
dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai
alasan : Oedema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak yaman,
sedasi, dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini
merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kera fisik selama persalinan.
i) Sistem Gastrointestinal
Motilasi lambung dan absorpsi makanan padat berkurang, pengurangan
getah bening, pegosongan lambung menjadi sangat lambat, mual da muntah
bisa terjadi sampai ibu mencapai kala I.
j) Sistem Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/ 100 ml, selama persalinan dan akan
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca bersalin
kecuali ada perdarahan postpartum.

2. Perubahan Fisiologis Persalinan Kala II


Asuhan persalinan kala II, dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai
bayi lahir. Perubahan fisiologis secara umum yang terjadi pada parsalinan kala II
(K, Sukarni, 2013) :
a. His menjadi lebih kuat da lebih sering
b. Timbul tenaga untuk meneran
c. Perubahan dasar panggul
d. Lahirnya fetus
Respon Fisiologis Persalinan Kala II :
1) Kardivaskuler
a. Kontraksi menurun aliran darah menuju uterus sehingga jumlah
darah dalam sirkulasi ibu meningkat.
b. Resistensi perifet meningkat sehingga tekanan darah meningkat.
c. Saat mengejan cardiac output meningkat 40-50%.
d. Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15 mmHg saat kontraksi.
e. Janin normal dapat beradaptasi tanpa masalah.

10
f. Oksigen yang menurun selama kotraksi meyebabkan hipoksia tetapi
dengan kadar yang masih adekuat tidak menimbulkan masalah
serius.
2) Respirasi
a. Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler., konsumsi
oksigen meningkat.
b. Percepatan pematangan surfaktan, dimana penekanan pada dada
selama proses persalinan membersihkan paru-paru janin dari cairan
yang berlebihan.
3) Pengaturan Suhu
a. Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu..
b. Kehilangan cairan meningkat oleh karena meningkatnya kecepatan
dan kedalaman respirasi.
4) Urinaria
a. Perubahan
1) Ginjal menekan urine
2) Berat jenis meningkat
3) Ekskresi urine trace
4) Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung
kemih menurun
5) Musculoskeletal
a. Hormon relax menyebabkan pelunakan kartilago di antara tulang.
b. Fleksibilitas pubis meningkat.
c. Nyeri punggung.
d. Tekanan kotraksi mendorong janin sehingga terjadi fleksi
maksimal.
6) Saluran Cerna
a. Praktis inaktif selama persalinan.
b. Proses pencernaan dan pengosongan lambung memanjang.
7) Sistem Syaraf
a. Kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin.

11
2 Perubahan Fisiologis Persalinan Kala III
Perubahan terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus
(spontan atau dengan stimulus) setelah kala II selesai. Berat plasenta
mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan.
Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode
ekspulsi plasenta.
Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Kerena tempat perlekatan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta
akan terlipat, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan
permukaan kavum uteri, tempat implatasi plasenta. Akibatnya, plasenta akan
terlepas dari tempat implatasiya (Ilmiah, 2015)

3 Perubahan Fisiologis Persalinan Kala IV


Kala IV adalah kala pengawasan 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir
untuk memantau kondisi ibu. Setelah kelahiran plasenta dan selaput ketuban. Jika
masih ada sisa plasenta dan selaput yang tertinggal dalam uterus akan menggangu
kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit
uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena
itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu
dilakukan kompresi bimanual.
2.2.3 Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Purwoastuti (2015) tanda-tanda persalian di bagi menjadi bagian,
yaitu :
1.Tanda Kemungkinan Persalinan
b. Nyeri pinggang yang samar, ringan, menggangu, dan dapat hilang-
timbul
c. Kram pada bagian perut bawah seperti saat menstruasi dan biasanya
disertai dengan rasa tidak nyaman dipaha.

12
d. Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertakan
dengan kram perut atau gangguan pencernaan.
e. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil
melakukan banyak aktivitas dan keinginan persiapan bagi bayi.
2.Tanda Awal Persalinan
a. Kontraksi cenderung mempunyai panjang, kekuatan, dan frekuensi
yang sama. Kontraksi berlangsung singkat atau terus menerus
selama beberapa jam sebelum berhenti atau mulai berkembang.
b. Aliran lendir yang bernoda darah dari vagina
c. Rembesan cairan ketuban dari vagina karena robekan kecil pada
membran.
3.Tanda Positif Persalinan
a. Kontraksi menjadi lebih lama, lebih kuat, dan atau lebih dekat
jaraknya bersama dengan berjalannya waktu, biasanya disebut
“sakit” atau “sangat kuat” dan terasa di daerah perut atau pinggang,
atau keduanya.
b. Aliran cairan ketuban yang deras dari vagina.
c. Leher rahim membuka sebagai respons terhadap kontraksi yang
berkembang.

2.2.4 Tahap Persalinan


1) Persalinan Kala I
Menurut Walyani, 2016 proses pembukaan serviks pada wanita yang
hamil untuk pertama kalinya (primigravida), terdiri dari 2 fase, yaitu:
a) Pembukaan Serviks
Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap (10 cm). Proses pembukaan serviks sebagai akibat
his terbagi menjadi 2 fase, yaitu :
 Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai pembukaan 4 cm
 Fase Aktif

13
a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi adekuat/ 3 kali atau lebih dalam
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b. Serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap
(10 cm).
c. Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d. Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu:
 Periode Akselerasi, berlangsung selama 2 jam
sampai menjadi pembukaan 4 cm
 Periode dilatasi maksimal, berlangsung salama 2
jam pembukaan dan berlangsung ceopat dan menjadi 9
cm
 Periode Dislerasi, berlangusng lambat dama waktu
2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10/lengkap
Untuk melihat perbedaan fase yang dilalui, antara ibu yang
primigravida dan multigravida dapat kita lihat :
Perbedaan Fase Primigravida dan Multigravida

Primigravida Multigravida
Kala 1 : 12 Jam Kala I : 8 Jam
Kala II : 1,5- 2 Jam Kala II : 30 Menit- 1 Jam
Kala III : 30 Menit Kala III : 15 Menit
Lama Persalinan : 14,5 Jam Lama Perslinan : 8 Jam, 15 menit
Sumber : Walyani, 2016

Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi


No Parameter Frekuesi pada fase Frekuesi pada fase
laten Aktif
1. Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
2. Suhu Setiap 4 jam Setiap 4 jam
3. Nadi Setiap 30 menit Setiap 30 menit
4. DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
5. Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
6. Perubahann Serviks Setiap 4 jam Setiap 2-4 jam
7. Penurunan Bagian Setiap 4 jam Setiap 2-4 jam
Terendah Janin
8. Urine Setiap 2 jam Setiap 2 jam

14
Sumber : Ilmiah, 2015

2) Persalinan Kala II

Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi
tiap 2-3 menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi
gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetri dengan dominasi di fundus uteri,
mempunyai amplitudo 40-60 mmHg, dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari
12 mmHg. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 1,5 jam dan pada
multigravida 0,5 jam.
3) Persalinan Kala III

Pada tahap ini adalah pengeluara plasenta 6-15 menit setelah bayi
dikeluarkan. Setelah bayi dilahirkan lengkap dan gunting tali pusatnya, pegang
kedua kaki bayi dan bersihkan jalan nafas. Bila bayi belum menangis rangsanglah
supaya menangis, bila perlu dengan resusitasi. Selanjutnya rawatlah tali pusat dan
sebagainya. Kemudian kosongkan kandung kemih ibu. Lahirkan plasenta 6-15
menit. Jangan tergesa-gesa menarik plasenta untuk melahirkannya bila plasenta
belum lepas. Setelah plasenta lahir, periksa dengan cermat apakah ada selaput
ketuban yang tertinggal atau plasenta lepas. Periksa ukuran plasenta dan beratnya.
Cara mengetahui lepasnya plasenta:
1. Metode Kustner
Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah
diatas simpisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam vagina berarti
plasenta telah lepas.
2. Metode Strassman
Tangan kanan mengangkat tali pusat, tangan kiri mengetok fundus
uteri. Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta belu lepas.
3. Metode Klien
Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti mengejan tali
pusat masuk lagi, berarti tali pusat belum lepas dari dinding uterus.
4)Persalinan Kala IV

Yakni 1 jam plasenta keluar. Kala ini bertujuan untuk menilai perdarahan
(maksimal 500 ml) dan baik tidakya kotraksi uterus. Yang harus diperhatikan

15
yaitu, kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat
genetalia lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
kandung kemih kosong, luka-luka perineum terawat dengan baik dan tidak ada
hematom, ibu dan bayi dalam keadaan baik. Keadaan ini harus sudah dicapai
dalam waktu 1 jam setelah plasenta lahir lengkap.

2.2.5 Asuhan Persalinan Normal


o Lima Aspek Benang Merah
Menurut lima aspek dasar atau disebut lima benang merah dalam asuhan
kebidanan dalam asuhan persalinan dirasa sangat penting dalam memberikan
asuhan persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan aman. Berbagai aspek
tersebut melekat pada setiap peralinan baik normal maupun patologis. Kelima
aspek ni selalu berlaku daam penatalaksanaan persalinan. Lima benang merah
dalam asuhan persalinan (Indrayani, 2016), yaitu :
1. Membuat keputusan klinik
2. Asuhan sayang ibu dan bayi
3. Pencegahan infeksi
4. Pencatatan (Rekam medik)
5. Rujukan

o Asuhan persalinan
Asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup serta
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
kamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga secara optimal (Indrayani, 2016).

Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan asuhan yang diberikan


secara bersih dan aman selama persalinan berlangsung. Menurut (Prawirohardjo,
2016). APN terdiri dari 60 langkah yaitu :

1. Mengenali tanda dan gejala kala II yaitu ibu mempunyai keinginan


untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin kuat pada rektum dan

16
vaginanya, perineum menonjol dan menipis, vulva-vagina dan sfingter
ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan.
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial dan
mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan memasukkan alat suntik sekali
pakai ke dalam wadah partus set.
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau
tisu bersih.
5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.
Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik.
7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT dan buang kapas yang terkontaminasi
dan lepas sarung tangan apabila terkontaminasi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, lakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan
amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat kepala
sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160) kali/menit.
Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
11. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran.

17
12. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
13. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
14. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan. 17. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara
tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung abyi dengan kain
atau kassa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi.Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali
pusat lewat kepala bayi atau jika terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik
lalu gunting diantaranya.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis. Gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

18
Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang
berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jar-jari lainnya).
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi
diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit leih rendah dari
tubuhnya.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, ambl tindakan yang sesuai.
30. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin.
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakuakan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 unit IM di gluteus atau sepertiga atas paha kanan ibu bagian luar,
setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

19
35. Letakkan satu bagian tangan di atas kain yang berada di perut ibu, tepat
di tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
kearah atas dan belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak llahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
kontraksi berikutnya.
Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, minta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat kearah bawah dan kemudian kea rah atas, mengikuti kurva jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali
pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15
menit menegangkan tali pusat, berikan dosis ulang oksitosin 10 unit IM,
lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh, minta keluarga untuk
menyiapkan rujukan, ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya,
segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 setelah bayi lahir, jika
terjadi perdarahan lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban robek, lakukan
eksplorasi.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.
Menilai Perdarahan

20
40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.
41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42. Menilai ulang uterus, pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan
klorin, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau mengikat dengan simpul mati
sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat lagi satu simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan kain
bersih dan kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uuterus dan perdarahan pervaginam
yaitu setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin, setiap 15 menit
pada 1 jam pertama, setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin
Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik. Jika ditemukan laserasi yang
memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anastesi local
dengan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus
memanggil bantuan medis.
51. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

21
52. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca salin dan setiap 30 menit selama jam
kedua pascasalin. Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascasalin dan lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan
53. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
55. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberi ASI dan anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minum dan makan.
57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
60. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.

2.2.6 Panduan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan pada Masa Pandemi


Covid 19
1.) Jika ada tanda-tanda bersalin, segera hubungi Bidan melalui telepon/WA.
Bidan melakukanskriningfaktorresikotermasuk resiko infeksi covid-19. Apabila
ada faktor resiko, segera rujuk ke PKM / RS sesuai standar
2.) Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dengan kewaspadaan Covid-
19. Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang status ibu apakah
sedang isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid+)

22
3.) Pertolongan persalinan dilakukan sesuai standarAPN, lakukan IMD &
Pemasangan IUD paska persalinan dengan APD level2, dan menerapkan protokol
pencegahan penularan covid-19 - pada ibu bukan PDP, Covid+ (Pasien dan
pendamping maks 1 orang menggunakan masker
4.) Jika tidak dapat melakukan pertolongan persalinan, segera berkolaborasi dan
rujuk ke PKM / RS sesuai standar
5.) Keluarga/pendamping dan semua tim yang bertugas menerapkan protokol
pencegahan penularan COVID-19.
6.) Melaksanakan rujukan persalinan terencana untuk Ibu bersalin dengan risiko,
termasuk risiko ODP/PDP/Covid + sesuai standar.

2.3 Nifas
2.3.1 Pengertian Nifas
Masa nifas adalah setelah usai melakukan proses persalinan ini akan
berlangsung selama 6 minggu atau berkisaran 40 hari, dimana dalam hal ini
ditujukan beberapa gejala dengan mengeluarkan darah segar dari mulut raim tak
jarag bahka ada yang mengeluarka darah segar dari mulut rahim dimaa sel-sel
darah tersebut merupaka sisa dari plasenta, dinding rahim da kotoran bayi selama
ada didalam kadungan (Sukarni, 2013).
Masa nifas atau perineum dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu (Prawirohardjo, 2016).
2.3.2 Asuhan Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah periode berakhirnya persalinan (akhir kala III persalinan
sampai akhir 6 minggu pertama postpartum). Nifas adalah sejak 1 jam setelah
plasenta lahir sampai akhir minggu ke-6 atau berlangsungnya selama 42 hari
(Walyani, 2017).
Asuhan masa nifas bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik
fisik maupun psikologis, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, menangani atau merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu atau bayinya
(Pratami, 2016).

23
Menurut Kemenkes, (2016) bahwa pelayanan kesehatan ibu nifas adalah
pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-
kurangnya 3 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai
dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28
pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Masa nifas dimulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Jenis
pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari :
1. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu).
2. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
3. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain.
4. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif.
5. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu
nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana.
6. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

b. Jadwal Kunjungan Nifas


Frekuensi kunjungan masa nifas menurut Astutik, (2015) :
1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan
3. Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tabel 2.7
Jadwal Kunjungan Pada Ibu Selama Dalam Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam post - Mencegah perdarahan masa nifas karena
partum atonia uteri
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan
- Memberi konseling pada ibu atau anggota
keluarga tentang mencegah perdarahan
masa nifas
- Pemberian asi awal
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
- Menjaga bayi tetap sehat.

24
2 6 hari post -
Memastikan involusi uterus berjalan
partum normal ; uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
- Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan,
- cairan dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu post Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
partum
4 6 minggu post - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
partum penyulit yang ibu atau bayi alami
- Memberikan konseling untuk KB secara
dini
(Sumber : Walyani, dkk, 2017)

2.3.3 Panduan Pelayanan Nifas & Bbl oleh Bidan pada Masa Pamdemi
Covid-19
1.) Tidak ada keluhan agar menerapkan isi buku KIA, lakukan pemantauan
mandiri, jika ada keluhan/tanda bahaya pada ibu / BBL segera ke fasyankes
2.) Pelayanan nifas dan BBL, dengan membuat janji melalui telepon/WA
3.) Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dengan kewaspadaan Covid-
19. Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang status ibu apakah
sedang isolasi mandiri(ODP/PDP/Covid+).
4.) Pelayanan nifas & BBL dilakukan sesuai standar menggunakan APD level 1
dan menerapkan protokol pencegahan Covid-19
5.) Jika tidak dapat memberikan pelayanan, Bidan segera berkolaborasi danrujuk
ke PKM/RS
6.) Lakukan Asuhan esensial bayi baru lahir, Imunisasi tetap diberikan sesuai
rekomendasi PPIDAI
7.) Tunda kelas Ibu balita atau dilakukan secara online

25
8.) Konsultasi nifas & BBL,KIE,Konseling laktasi, pemantauan tumbuh kembang
dilaksanakan secara online
9.) Ibu nifas, pendamping & semua tim yang bertugas menggunakan masker dan
menerapkan protokol pencegahan Covid-19

2.4. Bayi Baru Lahir


Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan
genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang
melewati vagina tanpa memakai alat (Tando, 2016)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 miggu
dega berat bada sekitar 2.500-3.000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm
(Sondakh, 2013).
2.4.1 Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Asuhan segera bayi baru lahir
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2014).
Asuhannya adalah sebagai berikut (Indrayani, 2016) :
1. Klem dan potong tali pusat
a) Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3
cm dari pusat pangkal bayi (tinggalkan kira-kira satu cm diantar klem-
klem tersebut).
b) Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari
antara gunting dari tangan kiri anda.
c) Pertahankan kebersihan pada saat menolong tali pusat. Ganti sarung
tangan anda bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan
pisau atau gunting yang steril atau disenfeksi tingkat tinggi (DTT).
d) Periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih terjadi perdarahan,
lakukan peningkatan ulang yang lebih kuat.
2. Jagalah bayi agar tetap hangat
a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu.

26
b) Gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh
c) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap
15 menit.
3. Kontak dini dengan bayi
a) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini anatara
ibu dan bayi penting untuk:
1) Kehangatan- mempertahankan panas yang benar pada bayi
baru lahir.
2) Ikatan batin dan pemberian ASI.
b) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap”
(dengan menunjukan reflex rooting).
4. Pernapasan
Sebagian besar bayi akan bernapas spontan. Pernapasan bayi sebaiknya
diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.
a) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit
b) Jika bayi tidak segera bernapas. Lakukan hal-hal berikut
1) Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat
2) Gosoklah punggung bayi dengan lembut
c) Jika bayi masih belum mulai bernapas setelah 60 detik mulai
resusitasi
d) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi
pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali/menit) berilah
oksigen kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal prongs
e) Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat
mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Yang lazim dipakai
adalah larutan perak Nitrat atau Neosropin dan langsung diteteskan pada mata
bayi segera setelah bayi lahir.

5. Nilai APGAR

27
Sebagai alat yang dikembangkan untuk mengkaji kondisi fisik bayi pada
saat kelahiran. Lima dimensi, yaitu denyut jantung, upaya napas, tonus otot,
respons terhadap rangsangan, dan warna. Diberi nilai nol, satu, atau dua. Oleh
sebab itu, nilai maksimum adalah 10. Namun, nilai ini tidak selalu tercapai
karena kebanyakan bayi memiliki warna tangan dan kaki yang biru segera
setelah kelahiran (Baston, 2013).
6. Pemberian Vitamin K
Asuhan kebidanan pada keluarga baru belum lengkap hingga isu vitamin K
disampaikan dan didiskusikan sebagai tindakan untk mecegah penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir.
7. Tungkai
Observasi bayi harus menunjukkan luruh tungkai bergerak dengan sama.
Setiap lengan harus diangkat untuk inspeksi aksila, dan selanjutnya
menghitung jumlah jari. Awalnya, kepala akan jatuh kebelakang, kemudian
menjadi sejajar sebelum jatuh ke dada saat kedua pergelangan tangan
digenggam dan ditarik ke posisi duduk. Panjang kaki harus sama.

2.5 Keluarga Berencana ( KB )


2.5.1 Pengertian Kelurga Berencana

Keluarga berencana atau dengan kata lain penggunaan kontrasepsi adalah


upaya untuk mencegah kehamilan, dapat bersifat sementara atau permanen dan
penggunaannya dapat mempengaruhi fertilisasi (Astutik, 2015).
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
oencegahan kehamilan dan perencamaam keluarga (Purwoastuti, 2015).

a. Metode alat Kontrasepsi efektif


Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki
mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang didalam rahum
(Purwoastuti, 2015)
1. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant)

28
a) Pengertian Implant
Implant adalah kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah kulit,
dilakukan pada bagian lengan atau atau dibawah siku melalui insisi
tunggal dalam bentuk kipas (Pinem, 2014)
b) Keuntungan Implant
1. Daya guna tinggi (kegagalan 0,2 sampai 1 kehamilan per 100
perempuan)
2. Memberikan perlindungan jangka panjang (5 tahun)
3. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut
4. Tidak perlu dilakukan periksa dalam
5. Tidak menggangu kegiatan senggama dan juga tidak
mengganggu produksi ASI
6. Bebas dari pengaruh estrogen. Klien hanya perlu kembali ke
klinik bila ada keluhan
7. Dapat dicabut setiap saat jika menurut kebutuhan
c) Keuntungan Nonkontrasepsi
1. Mengurangi nyeri haid dan mengurangi jumlah darah haid
2. Mengurangi/memperbaiki anemia
3. Menurunkan terjadinya kanker endometrium
4. Menurunkan angka kejadian endometriosis
5. Mengurangi kejadian kelainan jinak payudara
6. Memberikan perlindungan terhadap beberapa penyebab penyakit
radang panggul
d) Kerugian/Keterbatasan Implant
1. Nyeri kepala, pening/pusing kepala
2. Peningkatan/penurunan berat badan
3. Nyeri payudara
4. Perubahan mood atau kegelisahan
5. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS
6. Memerlukan tindak pembedahan minor untuk memasang/insersi
dan pencabutannya, sehingga klien tidak dapat menghentikan

29
sendiri pemakaiannya sesusi dengan keinginan, tetapi harus pergi
ke klinik untuk pencabutan
7. Efektivitas menurun jika menggunakan implant bersamaan
dengan penggunaan obat untuk epilepsi dan tubrjulosis.
8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per
100.000 perempuan pertahun)
e) Yang Boleh Menggunakan Implant
1. Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki
anak
2. Menginginkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi dan jangka
panjang
3. Menyusui dan memerlukan kontrasepsi
4. Pasca persalinan dan tidak menyusui
5. Pasca keguguran
6. Tidak menginginkan anak lagi tetapi tidak mau sterilisasi
7. Tekanan darah <180/110 mmHg, masalah pembekuan darah atau
anemia bulan abit
8. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung
progesteron
9. Riwayat kehamilan ektopik
10. Sering lupa minum pil
f) Yang Tidak Boleh Menggunakan Implant
1. Hamil atau diduga hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli
4. Penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas
5. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
6. Gangguan toleransi glukosa
7. Benjolan/karsinoma payudara/riwayat karsinoma payudara
8. Tumor/neoplasma ginekologi
9. Miom uteru dan kanker payudara
g) Cara Kerjanya

30
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat pergerakan
spermatozoa
2. Mencegah ovulasi
3. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium
h) Waktu Inersi Implant
1. Yang terbaik pada saat siklus haid hari ke 2 sampai hari ketujuh
atau jangan melewati 5-7 hari setelah haid mulai. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan.
2. Setiap saat (diluar siklus haid) asal dapat dipastikan ibu tidak
hamil. Bila implantdiinsersikan setelah hari ke 7 siklus haid,
klien jangan melakukan senggama atau menggunakan metoda
kontrasepsi lain selama 7 hari saja.
3. Pasca persalinan antara minggu ke 6 sampai 6 bulan, menyusui,
insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak
dibutuhkan penggunaan kontrasepsi lain.
4. Bila setelah 6 minggu persalinan haid kembali, insersi dapat
dilakukan setiap saat tetapi ibu jangan melakukan senggama
selama 7 hari saja atau menggunakan metoda kontrasepsi lain
selama 7 hari saja.
5. Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya dengan implant, asal saja kontrasepsi terdahulu
6. digunakan dengan benar dan ibu dapat tidak hamil, maka insersi
dapat dilakukan setiap saat.
7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal
kecuali Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), implat dapat
diisersikan pada siklus haid hari ke 7, dan klien jangna
melakukan senggama selama 7 hari, atau menggunakan metoda
kontrasepsi lain selama 7 hari saja. Maka AKDR segera dicabut.
8. Pasca keguguran dapat segera diinsersikan.
i) Instruksi Kepada Klien

31
1. Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam
pertama pasca insersi. Tujuannya untuk mencegah infeksi pada
luka insersi.
2. Perlu disampaikan bahwa kemungkinan ada rasa yeri,
pembengkakan, atau lebam didaerah insisi. Keadaan ini, tidak
berbahaya atau tidak perlu dikhawatirkan.
3. Pekerjaan rutin haria tetap dilakukan, tetapi hindari benturan,
gesekan atau penekanan pada daerah insersi.
4. Selma 48 jam balutan penekanan jangan dibuka dan plester
dipertahankan sampai luka sembuh (biasanya 5 hari).
5. Setelah luka sembuh, daerah insersi dapat disentuh dan dicuci
dengan tekanan yang wajar.
6. Segera ke klinik atau hubungi dokter bila ada masalah seperti
berikut : ada tanda-tanda infeksi misalnya demam, peradangan
atau rasa sakit yang menetap selama beberapa hari, perdarahan
pervaginam yang banyak, amenorea disertai nyeri pada perut
bagian bawah, rasa nyeri pada lengan, luka bekas insisi
mengelurkan darah atau nanah, ekspulsi batang implant, sakit
kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur, nyeri dada hebat,
diduga hamil. Sebelum menggunakan implant harus digali
informasi dari klien da dari berbagai sumber utuk mendapatkan
data mengeanai riwayat kesehatan, aspek sosial budaya, dan
agama yang dapat mempengaruhi respon klien, serta dilakukan
pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan untuk memastikan apakah
klien boleh atau tidak menggunakan implant.
b. Kontrasepsi sederhana tanpa alat
a. )   Senggama Terputus
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan
sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan
dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar ( Handayani,2014)
Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu
tahu kapan spermanya keluar.

32
b.  ) Pantang Berkala (sistem berkala)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri
dalam masa subur.Selain sebagai sarana agar cepat hamil,kalender juga
difungsikan untuk sebaliknya alias mencegah kehamilan.
Cara ini kurang dianjurkan karena sukar dilaksanakan dan membutuhkan
waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu, kadang juga istri kurang terampil dalam
menghitung siklus haidnya setiap bulan.
c.Kontrasepsi Sederhana dengan alat
a) Kondom
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yang
sudah populer di masyarakat. Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya
terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi penis yang berdiri
(tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah dibuktikan
dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit
seksual, termasuk HIV/AIDS
Manfaat pemakaian kontrasepsi kondom :
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mengganggu kesehatan klien
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
5. Murah dan dapat dibeli secara umum
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatah khusus
7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda

b) Diafragma
Diafrgma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks(karet)
yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks.
Jenis kontrasepsi diafragma :
1)    Flat spring (flat metal band)
2)    Coil spring (coiled wire)
3)    Arching spring)

33
Cara kerja kontrasepsi diafragma :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat kontrasepsi diafragma :
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
4. Tidak mengganggu kesehatan klien
5. Tidak mengganggu kesehatan sistemik

c)Spemisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk
menon-aktifkan atau membunuh sperma.
Jenis kontrasepsi spermasida :
a)    Aerosol
b)    Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvablefilm
c)    Krim
Cara kerja kontrasepsi spermisida :
Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat pergerakan
sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Manfaat kontrasepsi spermisida :
1. Efektif seketika (busa dan krim)
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
4. Tidak mengganggu kesehatan klien
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
6. Mudah digunakan
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
8. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

d) KB Suntik

34
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal  
1.    KB Suntik 1 bulan (kombinasi)
Adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat dan 5 mg esestradiol
sipionat yang diberikan injeksi I.m sebulan sekali (Cyclofem). Dan 50 mg
roretindron enantat dan 5mg Estradional Valerat yang diberikan injeksi I.m
sebulan sekali
Keuntungan menggunakan KB Suntik
 Praktis, efektif dan aman dengan tingkat keberhasilan lebih dari 99%.
dan Tidak membatasi umur
 Obat KB suntik yang 3 bulan sekali (Progesteron saja) tidak
mempengaruhi ASI dan cocok untuk ibu menyusui

Kerugian menggunakan KB Suntik


 Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual, pendarahan berupa
bercak di antara masa haid, sakit kepala dan nyeri payudara
 Tidak melindungi dari IMS dan HIV AIDS
 
Indikasi:
Wanita usia 35 tahun yang merokok aktif
 Ibu hamil atau diduga hamil
 Pendarahan vaginal tanpa sebab
 Penderita jantung, stroke, lever, darah tinggi dan kencing manis
 Sedang menyusui kurang dari 6 minggu
 Penderita kanker payudara
2.    KB  Suntikan 3 bulan.
Depo Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron yang digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang kuat dan
sangat efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat termasuk dalam golongan
kontrasepsi ini. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti kontrasepsi
hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk program postpartum oleh

35
karena tidak mengganggu laktasi.
Keuntungan KB suntik 3 bulan
-        Resiko terhadap kesehatan kecil.
-        Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
-        Tidak di perlukan pemeriksaan dalam
-        Jangka panjang
-        Efek samping sangat kecil
-        Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

Kerugian KB suntik 3 bulan


1. Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang
banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
2. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
3. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
4. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
5. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
6. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang
7. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan
jerawat.

e) KB Pil
1. Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon yang
mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara teratur.
2.Pil khusus – Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat
pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim
(merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma.
Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim)
sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.
 

36
Kontra indikasi Pemakaian Pil
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita
hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker kandungan,
hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal melalui vagina,
kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma), penderita sesak napas,
eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah kepala).

f) AKDR ( Alat Kontrasepsi dalam Lahir)


AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita
merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu
diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan
mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada
wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena
itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap
tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.
Jenis-jenis AKDR :
1.    Copper-T
2.    Copper-7
3.    Multi Load
4.    Lippes Loop

g) Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi
bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu
pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat
kontrasepsi yang konvensional.
Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil
kecil sekali. Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah
kesukarelaan dari akseptor.

h) Vasektomi

37
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
Indikasi kontrasepsi vasektomi:
            Vasektomi merupakan upaya untuk menghenttikan fertilis dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

2.5.2 Asuhan Pada Keluarga Berencana


a. Pengertian
Menurut Kemenkes, (2016) bahwa keluarga berencana merupakan salah
satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T
yaitu Terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), Terlalu sering
melahirkan, Terlalu dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas
usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan
yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Keluarga berencana juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta
perempuan. Pelayanan KB meliputi penyediaan informasi, pendidikan, dan cara-
cara bagi keluarga untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak,
berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan
berhenti mempunyai anak.

b. Program KB di Indonesia
1. Program KB
Menurut UUD No 10 Tahun 1991 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Program KB adalah upaya peningkatan
kepedulian dan oeran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningatan kesejahteraan kecil, bahagia dan
sejahtera. Dengan mengonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker

38
uterus dan ovarium. KB juga memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan
suami, istri, keluarga, dan masyarakat. Selain pengetahuan, pasangan suami-istri
harus memiliki akses terhadap pelayanan kontrasepsi yang berkualitas. Sehingga,
mereka mudah merencanakan kehamilan seperti yang diinginkan dan menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan (Purwoastuti, 2015)
2. KIE dalam Pelayanan KB
a) Defenisi KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
Komunikasi adalah prses seseorang mengirimkan pesan kepada orang
lain yang dilakukan dengan “kata” atau “bahasa”. Informasi adalah
pemberiahuan yang diberikan kepada seseorang atau media kepada orang
lain sesuai dengan kebutuhannya. Edukasi adalah suatu rangkaian kegaitan
yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan terarah, dengan
partisipasi aktif dari individu ke kelompok maupun masyarakat sosial,
ekonomi, dan budaya.
b) Tujuan KIE
1. Meningkatkan pengetahuan, sikao dan praktik KN sehingga
penambahan peserta baru.
2. Mmebina kelestarian peserta KB
3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat
menjamin berlangsungnya proses penerimaan.
4. Mendorong terjadinya pembuahan perubahan perilaku ke arah
yang positif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik
masyarakat.
c) Jenis KIE
1. KIE individu : suatu proses KIE timbul secara langsung antara
petugas KIE dengan individu sasaran program KB.
2. KIE kelompok : suatu proses KIE timbul secara langsung antara
petugas KIE dengan kelompok (2-15 orang)
3. KIE masa: tentang program KB yang dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalma
jumlah besar.
d) Prinsip Langkah KIE

39
1. Memperlakukan klien dengan sopan, baik, dan ramah.
2. Memahami, menghargai, danmenerima keadaan ibu sebagaimana
adanya.
3. Memberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana da mudah
dipahami.
4. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh
dari kehidupan sehari-hari.
5. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan resiko yang
dimiliki ibu.
3. Konseling KB
Suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seorang kepada orang
lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui
pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat didalamnya.
4. Informed Consent
Persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarga atas informasi dan
penjelasan mengenai tidakan medis yang akan dilakukan terhadap klien. Setiap
tindakan medis yang beresiko harus persetujuan tertulis ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan (klien) dalam keadaan sadar dan sehat.

2.5.3 Panduan Pelayanan KB Oleh Bidan pada Masa Pandemi Covid 19


1.) Tidak ada keluhan, Akseptor IUD / Implan dapat menunda untuk control
ke Bidan. Pelayanan KB baru/kunjungan ulang-membuat janji melalui
telp/WA
2.) Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dgn kewaspadaan
Covid-19. Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades untuk
informasi ttg status ibu (ODP/PDP/Covid+)
3.) Pelayanan KB dilakukan sesuai standar menggunakan APD level 1 atau 2.
Konseling memotivasi menggunakan MKJP –tidak perlu kontrol rutin
(kecuali ada keluhan) -New Normal

40
4.) Kunjungan ulang akseptor suntik/Pil tidak dapat diberikan, untuk
sementara ibu menggunakan kondom/pantang berkala/senggama terputus–
bidan dapat kerjasama dengan PLKB untuk distribusi pil
5.) Akseptor, pendamping dan semua tim yang bertugas menggunakan
masker dan menerapkan protokol pencegahan covid-19:
6.) Konsultasi KB, Penyuluhan dan Konseling dilakukan secara online -
dimotivasi dan di dorong utk beralih menggunakan MKJP –pilihan yang
tepat diera New Normal tidak perlu control rutin

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan ANC

Tanggal : 15 Maret 2020 Pukul : 13.30 Wib

3.1.1. Identitas/Biodata

Nama ibu : Ny. Z Nama Suami : Tn. P

Umur : 35 tahun Umur : 40 tahun

41
Agama : Kristen Agama : Kristen

Suku : Batak Suku : Batak

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl.Amir Hamzah Alamat : Jl.Amir Hamzah

No Hp : 081265225695 No. Hp :-

3.1.1 Data Subjektif


1. Kunjungan saat ini : Kunjungan pertama
Keluhan utama : Sering BAK, dan nyeri pinggang
2. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama berumur 20 tahun
3. Riwayat menstruasi
Menarche umur : 14 tahun
Siklus : 29 hari
Teratur/tidak : Teratur
Dismenore : ada
Banyaknya : 3x ganti pembalut
Lamanya : 5 hari
HPHT : 12-09-2019
TTP : 19-06-2020
4. Riwayat kehamilan
a. Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 10 minggu.
Frekuensi : Trimester I 2 kali
Trimester II 1 kali
Trimester III 2 kali
b. Pergerakan janin yang pertama sekali : saat usia kehamilan 20
minggu
c. Pola Nutrisi
1. Makan : Porsi makan 3 kali sehari

42
Minum : Air putih > 5 gelas/hari
2. Pola eliminasi
BAB : 1 x sehari, konsistensi padat, warna kekuningan.
BAK : 6-7 x sehari, warna jernih.
3. Kegiatan sehari hari : Memasak, membersihkan rumah.
4. Istirahat/tidur : Siang ± 2 jam, Malam ± 8 jam.
5. Seksualitas : seminggu 1x, tidak ada
keluhan
a. Personal hygien
1. Kebiasaan Mandi : 2 x sehari
2. Kebiasaan membersihkan vulva : Setiap kali
mandi dan BAK.
3. Kebiasaan mengganti pakaian dalam : Setiap kali
mandi/ jika pakaian dalam basah.
4. Jenis pakaian dalam yang digunakan : Kaos
5. Imunisasi TT I : Sudah pernah
TT II: Sudah Pernah
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tangga Usia Jenis Tempat BBL Nifas


l Kompli Penol
No Kehamil Persa Persalin BB/ Kead J Kead Lakta
kasi ong
Lahir an linan an PB aan K aan si

H A M I L Bidan I 29 IN I Baik

30-05 Aterm Bidan

7. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan : Tidak ada


8. Riwayat kesehatan
1)Penyakit sistemik yang pernah/sedang di derita : Tidak ada
2) Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga : Tidak ada
3) Riwayat keturunan kembar : Tidak ada
4) Kebiasaan-kebiasaan

43
a. Merokok : Tidak ada
b. Minum jamu-jamuan : Tidak ada
c. Minum-minum keras : Tidak ada
d. Perubahan pola makan : Tidak ada
9. Keadaan Psikososial spiritual
a. Kelahiran ini : Di inginkan
b. Pengetahuan ini tentang kehamilannya : Baik
c. Penerimaan terhadap kehamilan saat ini : Baik
d. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan : Baik
e. Ketaatan ibu dalam beribadah : Baik

3.1.2 Data Objektif


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda vital
TD : 110/80 mmhg
Temp : 36°C
HR : 80 kali per menit
RR : 20 kali per menit
4. TB : 156 cm
BB : 69 kg
BB Sebelumnya : 55 kg
LILA : 29 cm
5. Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak ada
Cloasma gravidarum : Tidak ada
Mata :Conjungtiva merah muda, sklera tidak
ikteri, tidak ada oedem palpebra
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Payudara :Bentuk simetris, aerola mammae
hiperpigmentasi, putting susu menonjol,

44
tidak ada benjolan, dan adanya pengeluaran
kolostrum dari puting susu.
Abdomen :Bentuk simetris, tidak ada luka bekas
operasi
Ektremitas : Varises tidak ada, Refleks Patella Positif
Genetalia : Varises tidak ada, bekas luka.
Anus : Anus tidak ada hemoroid.
6. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
a. Inspeksi
Bentuk : Simetris
Bekas Luka : Tidak ada
Stria gravidarum : Tidak ada
b. Palpasi
Leopold I :TFU Pertengahan Pusat dan prosesus
xyphoideus (px) (30cm).
Leopod II :Pada sebelah kanan perut ibu teraba bagian
panjang memapan, dan pada bagian kiri
perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin
Leopod III :Teraba satu bagian bulat, keras, dan
melenting
Leopod IV : Belum masuk PAP ( Convergent )
c. Auskultasi
DJJ : 149 kali per menit
Interval : Teratur
Punctum Maximum : Kuadran Kanan Bawah ibu
7. Pemeriksaan penunjang :
Hb : 12,9 gr%

3.1.3. Analisa
Ny. Z G1 P0 A0, usia kehamilan 32-34 minggu, punggung kanan (pu-ka),
presentasi kepala, janin tunggal, kepala belum masuk PAP, janin hidup, keadaan
ibu dan janin baik.

45
3.1.4. Penatalaksanan
1. Memberitahu kepada Ny. Z bahwa keadaan umum dan tanda-tanda
vital ibu baik, dan bayinya dalam keadaan sehat.
Keadaan ibu Keadaan janin
TD : 110/80 mmhg DDJ : 149 kali per menit
Temp : 37°C
HR : 80 kali per menit
RR : 20 kali per menit
Hb : 12,9 gr%
Ibu sudah mengetahui keadaanya
2. Memberikan dukungan moril pada ibu bahwa kehamilan merupakan
proses alamiah tetapi harus tetap diperiksa untuk mendeteksi adanya
kelainan.
Ibu merasa tenang setelah mendapatkan dukungan
3. Menjelaskan kepada ibu nyeri pinggang pada ibu hamil merupakan hal
yang fisiologi, karena kehamilan ibu semakin membesar sehingga
menyebabkan nyeri pada pinggang.
Ibu sudah mengerti penkes yang diberikan dan ibu tampak sudah tidak
merasa cemas .
4. Memberikan penkes tentang rasa sakit di perut bawah ibu dan sering
BAK.
Bahwa sakit pada perut di bagian bawah dan sering BAK merupakan
hal fisiologis jadi untuk mengurangi rasa sakit perut bagian bawah
dianjurkan untuk tidur dengan posisi miring kiri atau miring kanan dan
untuk mengatasi sering BAK maka ibu dianjurkan untuk tidak banyak
minum pada malam hari.
Ibu sudah mengerti tentang penkes yang diberikan.
5. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan, seperti : perdarahan yang
keluar dari jalan lahir Perdarahan pervaginam tidak normal adalah
merah, banyak, atau perdarahan dengan rasa, perdarahan kehamilan
lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak/sedikit,

46
nyeri, sakit kepala yang hebat yang serius adalah sakit kepala yang
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat, pandangan
yang tiba-tiba menjadi kabur atau berbayang perlu diwaspadai karena
bisa mengacu pada tanda bahaya kehamilan, bengkak di wajah dan
jari-jari tangan, nyeri perut yang hebat, menetap, dan tidak hilang
setelah beristirahat, bayi kurang bergerak seperti biasa bayi harus
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam, gerakan bayi akan
lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat, dan bila ibu
makan dan minum dengan baik. Jika terdapat keluhan di atas,
sebaiknya ibu segera datang ke klinik atau pelayanan kesehatan
terdekat.
Ibu mengerti tentang penkes yang diberikan.
6. Memberi penkes tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian
ASI eksklusif bayi baru lahir .
Ibu mengerti dan mau untuk IMD dan pemberian ASI.
7. Memberikan tablet asam folat 1x1 hari berguna dalam perkembangan
janin dan beritahu ibu diminum pada malam hari sesudah makan
dengan air putih atau jus yang mengandung vitamin C guna untuk
membantu proses penyerapan yang lebih baik.
Ibu mau diberi tablet asam folat dan ibu bersedia meminumnya
8. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang dua minggu yang
akan datang
Ibu bersedia dan akan datang dua minggu yang akan datang atau
apabila ada keluhan.

3.2 Asuhan Persalinan


3.2.1 Data Pada Kala I
1. Pengumpulan Data
Tanggal : 19 Juni 2020 Pukul : 20.00 WIB
3.2.2 Subjektif
1. Alasan Datang Ke klinik :Ibu ingin bersalin.
2. Keluhan Utama :Ibu merasa mulas menjalar kepinggang

47
dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan Ibu sejak pukul 16.00 WIB
3.2.3 Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
2. TTV
TD : 120/80 mmHg RR : 24 Kali/menit
Suhu : 37°C Pols : 82 Kali/menit
3. Pemeriksaan fisik
1) Mata
a. Konjungtiva : Merah Muda
b. Sklera :Tidak Ikterus
c. Oedem palpebra :Tidak ada pembengkakan
2) Dada
a) Mammae : Simetris
b) Aerola mammae : Hitam
c) Puting susu : Menonjol
d) Benjolan :Tidak ada
e) Pengeluaran Colostrum :Tidak ada
4. Pemeriksaan Khusus
a) Abdomen
Inspeksi :Membesar dan Asimetris, linea nigra, striaelivide.
5. Palpasi
Leopold
a. Leopold I
Teraba bagian lunak bundar, TFU pertengahan simfisis dan Prosesus
Xiphodeus (px) (30cm).
b. Leopold II
Teraba satu bagian memanjang dan memapan disisi kanan perut ibu, dan
di sisi kiri perut ibu teraba bagian kecil janin.
c. Leopold III

48
Teraba satu bagian bulat, keras dan tidak dapat digoyangkan (kepala).
d. Leopold IV
Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen).
e. TBBJ
(TFU – 11) x 155 = ( 30-11) x 155 = 2.945 gram.
f. Auskultasi DJJ
Punctum maksimum : Kuadran kanan bawah pusat.
Frekuensi : 140 kali/menit
g. HIS
Frekuensi : 3 Kali dalam 10 menit
Durasi/Lama : 25 Detik
6. Pemeriksaan dalam
a. Pengeluaran : Lendir bercampur darah
b. Konsistensi serviks : Kenyal
c. Pembukaan : 4 cm
d. Ketuban : Utuh
e. Presentasi kepala : Hodge III
f. Demominator : Ubun-ubun kecil (UUK)
7. Ekstremitas
a. Oedem pada tangan/jari : Tidak Ada
b. Oedem ekstremitas bawah : Tidak Ada
c. Varices : Tidak Ada
d. Refelks patella : Kiri (+) kanan (+)

3.2.4 Analisa
Diagnosa : Ibu inpartu kala I Fase Aktif
Masalah : Perut ibu merasa mules
Kebutuhan : Ibu dianjurkan untuk berjalan disekitar klinik.

3.2.5 Penatalaksanaan
1. Memberi informasi kepada ibu tentang pemeriksaan yang dilakukan.

49
TD : 120/80 mmHg RR : 22 kali/menit
Pols : 82 x/i Suhu : 37°C
Ketuban utuh, pembukaan 4 cm, persentasi kepala, DJJ 142 kali/menit
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.
2. Menganjurkan ibu jalan-jalan untuk membantu mempercepat pembukaan
jalan lahir dan didampingi keluarga.
Ibu bersedia berjalan-jalan.
3. Menganjurkan ibu untuk beristirahat apabila sudah mulai merasa lelah.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK.
5. Memberitahu ibu agar tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap dan
menjelaskan cara meneran yang baik kepada ibu yaitu dengan menarik nafas
panjang dan mengeluarkan seperti membatukkan disaat ibu merasakan sakit,
menyarankan pada ibu untuk memilih posisi yang baik dan meneran yang
baik.
6. Mempersipkan alat-alat persalinan.
Alat-alat yang akan digunakan untuk bersalin sudah dipersiapkan.
7. Memberikan motivasi pada ibu untuk semangat dalam menghadapi
proses persalinan.
8. Mengikut sertakan keluarga untuk mendampingi ibu dan memberikan
dukungan pada ibu.
9. Mengobservasikan kemajuan persalinan TTV, his, DJJ setiap ½ jam.
3.3 Data Perkembangan Pada Kala II
3.3.1 Subjektif
Ibu sudah merasa ingin meneran, perutnya semakin sering terasa mulas dan
merasa ingin BAB dan ibu tampak gelisah.
3.3.2 Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :Baik
Kesadaran :Composmentis
Tanda vital
a. TD : 130/80 mmHg
b. RR : 24 kali/menit

50
c. Suhu : 37°C
d. Pols : 84 kali/menit
e. His : 5 kali dalam 10 menit selama 55 detik
f. DJJ : 145 kali/menit
2. Pemeriksaan khusus kebidanan
a. Inspeksi Anogenital
Pada genetalia terlihat perineum menonjol, vulva dan anus membuka.
b. Pemeriksaan dalam
Portio tidak teraba, pembukaan servik 10 cm ( lengkap), ketuban sudah
pecah jernih, kepala berada di dasar panggul ( hodge IV), posisi UUK ka-
dep tepat di koksigis, inpartu kala II.
3.3.3 Analisa
Diagnosa : Ibu Inpartu Kala II
Masalah : Ibu tampak Gelisah
Kebutuhan : 1. Menyiapakan kelengkapan persalinan
2. Memberi dukungan psikologis pada ibu
3.3.4 Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu tentang pemeriksaan yang dilakukan
a. TD : 130/80 mmHg
b. RR : 24 Kali/menit
c. Suhu : 37°C
d. Pols : 84 kali/menit
e. Pembukaan : Lengkap (10 cm)
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.
2. Pukul 02.05 WIB ,memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan
sudah lengkap.
3. Menyiapakan pertolongan persalinan seperti mengunakan APD level 2 dan
mendekatkan alat bersalin ke pasien.
4. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman untuk melahirkan
dan ibu memilih posisi litotomi.
5. Memberi ibu minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi di sela-
sela kontraksi.

51
Ibu mau minum.
6. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
a. Setelah tampak kepala bayi 5-6 cm di vulva, apabila sebelum 5-6 cm ibu
sudah mengedan beresiko oedem pada vulva.
b. Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk menegeringkan bayi.
c. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
d. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
e. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
7. Membantu lahirnya kepala
a. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, melindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering,
sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu meneran
sambil bernapas cepat dan dangkal.
b. Memeriksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi.
c. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan.
8. Membantu lahirnya bahu
a. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
b. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis (melahirkan bahu depan).
c. Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
9. Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai
a. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke
arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah
bawah (Menggunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas).
b. Setelah Tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan
yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi
(Memegang kedua mata kaki, masukkan telunjuk di antara mata kaki
dengan ibu jari dan jari- jari lainnya).

52
10. Pukul 02.35 WIB, Bayi Lahir Bugar.
11. Nilai kebugaran bayi.

3.4 Data Perkembangan Pada Kala III


Tanggal : 20 Juni 2020 Pukul: 02.35 WIB
3.4.1 Subjektif
Ibu merasa senang, lega dengan kelahiran bayinya, serta terlihat kelelahan.
3.4.2 Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Palpasi pada daerah perut didapatkan tidak ada janin kedua, uterus teraba
bulat dan keras, kontraksi uterus baik.
c. TFU setinggi pusat, tampak tali pusat divagina.
d. Kandung kemuh kosong.
e. Tali pusat memanjang
f. Perasaan ingin meneran
g. Ada semburan darah dari vagina
h. Uterus globular
3.4.3 Analisa
Diagnosa : Ibu inpartu kala III
Kebutuhan : Melakukan masase uterus
Masalah : Tidak ada
3.4.4 Penatalaksanaan
1. Pukul 02.36 WIB, memberikan oksitosin 10 UI intramuskuler.
2. Dengan menggunakan dua klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat
pertama pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus). Dari sisi luar klem
penjepit, Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan melakukan
penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama. Memotong dan
menikat tali pusat, dan lepaskan klem kedua.
3. Meletakkan bayi pada perut ibu dan diselimuti dengan kain bersih
untuk melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu.
4. Memindahkan klem pertama pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.

53
5. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, dengan cara metode Kustner
dimana tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah
diatas simpisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam vagina berarti
plasenta telah lepas.
6. Plasenta lahir pada Pukul : 02.40 WIB.
7. Melakukan masase uterus, uterus teraba keras dan kontraksi baik

3.5 Data Perkembangan Pada Kala IV


3.5.1 Subjektif
Ibu tampak tenang dan mengatakan lega karena plasenta lahir lengkap,
perutnya masih terasa mules.
3.5.2 Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Vital Sign
a. TD : 120/80mmHg
b. Pols : 80 kali/menit
c. RR : 24 kali/menit
d. Suhu : 37°C
3. Kontraksi uterus baik, TFU : 2 jari dibawah pusat, perdarahan dalam batas
normal.
4. Kandung kemih kosong.
3.5.3 Analisa
Diagnosa : Ibu post partum kala IV
Masalah : Perut ibu masih terasa mules
Kebutuhan : Menganjurkan ibu untuk istirahat
3.5.4 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan keadaan umum ibu, memberitahukan kepada ibu bahwa plasenta
lahir dan selaput ketuban lengkap dan keadaan ibu dan bayi baik.
2. Memeriksa tidak ada laserasi jalan lahir dan jumlah perdarahan ± 100 cc.
3. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan mengeringkannya dengan kain

54
yang bersih dan kering.
4. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kering.
5. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
6. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
a) Dua sampe tiga kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. Setiap
15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
b) Setiap 20- 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
Jam Waktu TD N T TFU Kontraks Kandung Perdarahan
Ke i Uterus Kemih
I 02.45 130/80 82 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 30 ml
mm Hg Kali per dibwh
WIB
menit pst
03.10 120/80 80 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 20 ml
WIB mm Hg Kali per dibwh
menit pst
03.25 120/80 81 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 20 ml
WIB mmHg Kali per dibwh
menit
03.40 120/80 80 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 15 ml
WIB mm Hg Kali per dibwh
menit pst
II 04.10 120/70 80 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 10 ml
WIB mmHg Kali per dibwh
menit pst

04.40 120/80 83 37 °C 2 jr Baik Kosong ± 10 ml


WI mm Hg Kali per dibwh
menit pst

7. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase uterus dan


memeriksa kontraksi uterus.
8. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi, dan membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
9. Membersihkan ibu dengan Air Desifeksi Tingkat Tinggi (DTT), mengganti
pakaian ibu yang terkena darah, menampung darah di standuk, serta
membersihkan pengalas perlak dengan larutan klorin 0,5%.

55
10. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
11. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
12. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
13. Melengkapi partograf
14. Pukul : 04.40 WIB, memindahkan dan menjelaskan konsep rooming in
(rawat gabung). Ibu harus satu ruangan dengan bayi, keuntungannya ibu lebih
dekat dengan bayi, dan mempermudah pemberian ASI kapan saja yang
dibutuhkan bayi setelah 2 jam post partum.
Menganjurkan ibu untuk beristirahat guna memulihkan kembali kondisinya.

3.3 Asuhan Nifas


3.3.1 Data Masa Nifas 6 jam
Pengumpulan Data
Tanggal : 20 Juni 2020 Pukul: 08.30 WIB
3.3.2 Subjektif
Ibu mengatakan air susu sudah mulai keluar sedikit-sedikit.
3.3.3 Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
2. Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg RR : 22 Kali/menit
Suhu : 37°C Pols : 78 Kali/menit
3. Eliminasi
BAK setelah melahirkan : 2 kali
BAB setelah melahirkan : 1 kali
4. Kepala

56
a. Wajah/muka : Tidak ada cloasma gravidarum.
b. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus.
c. Hidung : Bersih, Tidak ada secret dan polip
d. Telinga : Bersih, simetris.
e. Gigi : Bersih, tidak ada karang gigi dan caries.
f. Bibir : Warna merah, simetris, tidak ada lesi, kelembapan cukup
dan tidak ada pembengkakan
5. Payudara
a. Bentuk : Simetris
b. Puting susu : Menonjol
c. Pengeluaran : Ada, ASI sudah keluar sedikit-sedikit
d. Abdomen
Konsistensi uterus : Keras (baik)
TFU : 2 jari dibawah pusat.
Kontraksi uterus : Baik.
Kandung kemih : Kosong.
6. Pengeluaran Lochea
a. Warna : Merah
b. Jenis : Rubra
c. Bau : Amis, tidak berbau busuk
d. Konsistensi : Encer
7. Perineum dan anus
a. Keadaan vulva : Tidak Oedem
b. Keadaan Anus : Tidak ada Haemoroid
8. Ekstremitas
a. Oedem : Tidak Ada
b. Kemerahan : Tidak Ada
3.3.4 Analisa
Diagnose : Ny.Z 6 jam pertama Post partum normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : 1. Anjurkan ibu tetap memberi ASI eksklusif, dan mobilisasi
2. Beritahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas

57
3.3.5 Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayinya baik.
TD : 110/80 mmHg Suhu : 37°C
RR : 24 kali/menit Pols : 80 kali/menit
Kontraksi uterus ibu baik (perdarahan dalam batas normal).
Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik.
2. Memberikan KIE kepada ibu:
a. Tentang penanganan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu yaitu perut
terasa mules adalah normal, ini disebabkan karena kontraksi rahim
yang terjadi saat involusi uteri (kembalinya rahim kebentuk semula) dan
menganjurkan ibu untuk BAB dan tidak mengkhawatirkan dengan rasa
nyeri yang dialami saat BAK dan BAB karena akan ada pemulihan
dengan sendirinya.
b. Tentang nutrisi dan kebutuhan cairan pada ibu dengan mengkonsumsi
makanan yang sehat dan bergizi, dan penting sebagai pemenuhan
kebutuhan dalam pemberian ASI yaitu tambahan 500 kalori seperti sayur-
sayuran dan buah dan minum air putih 8-10 gelas perhari dan
minum susu laktasi minimal 1 gelas.
c. Tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, seperti perdarahan pervaginam.
Pengeluaran cairan berbau busuk, demam tinggi, pembengkakan pada
wajah, tangan dan kaki, muntah, rasa sakit waktu berkemih, tidak nafsu
makan, sakit kepala, penglihatan kabur, payudara menjadi merah, panas,
dan nyeri. Jika mengalami hal tersebut segera datang kepetugas kesehatan
untuk mendapat pertolongan segera.
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya sesuai anjuran.
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi miring kanan/ miring kiri secara
betahap dan menganjurkan ibu untuk menjaga kebersiha diri, terutama pada
genetalia dengan mengganti doek setelah mandi atau bila merasa tidak
nyaman, sebaiknya ibu biasakan mencuci tangan sebelum mebersihkan
genetalia dan membersihkan setiap kali BAB dan BAK agar membasuh
bagian kemaluannya dengan cara yang benar yaitu dengan gerakan dari depan
ke belakang.

58
4. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan payudara selama menyusui
bayinya, yaitu dengan mengoleskan baby oil pada kedua puting susu,
lalu menggerakkan/mengurut dengan kedua tangan searah jarum jam
sebanyak 30 kali kemudian mengompres payudara sehingga terhindar dari
infeksi, payudara tidak mudah lecet, menonjolkan puting susu, untuk
memperbanyak produksi ASI, dan untuk mengetahui adanya kelainan
payudara.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap meberikan ASI ekslusif yaitu hanya ASI
dengan sesering mungkin saja sampai usia 6 bulan.
Ibu mau untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
6. Memberitahu ibu mengenai cara menyusui yang benar
Ibu sudah mengerti penjelasan yang telah diberikan dan ibu akan
melakukan saran yang disampaikan.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dengan tidur pada saat bayi
tidur untuk memulihkan tenaga.
3.4 Asuhan BBL

1.Pengumpulan Data
Tanggal : 20 Juni 2020
3.4.1 Subjektif
1. Biodata bayi
Nama : Bayi Ny. Z
Tanggal lahir/Jam : 20 Juni 2020/ 02.35 wib
Berat badan lahir : 2.800 gram
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : Partus spontan letak kepala
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Ketuban : Warna jernih
d. Komplikasi ibu dan janin : Tidak ada
3.4.2 Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital

59
Temp : 36,8°C
HR : 120 kali per menit
RR : 45 kali per menit
2. Kepala : Tidak terdapat caput succedenum.
3. Mata : Simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran, sklera putih
dan conjungtiva merah muda dan refleks mengedip positif.
4. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung.
5. Telinga : Simetris, sedikit kotor karna belum dimandikan.
6. Leher : Tidak ada pembengkakan.
7. Dada : Simetris, tidak ada bunyi mur-mur dan wheezing.
8. Perut : Normal, bentuknya cembung bising usus ada, tidak ada
pembesaran.
9. Tali pusat : Dalam keadaan kering, tidak ada perdarahan
10. Kulit : Kemerahan, turgor baik.
11. Punggung : Tidak ada spinabifida.
12. Ekstremitas atas :Tidak ada polidaktili dan sindaktili, refleks grasping (+)
13. Ekstremitas bawah: Simetris, tidak ada kelainan
14. Genitalia : Bersih, tidak ada kelainan.
15. Anus : Belubang, tidak ada kelainan.
16. Eliminasi : Bayi sudah BAK dan BAB.
3.4.3 Analisa
Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan sesuai masa kehamilan, usia bayi
6 jam.
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : 1. Anjurkan ibu untuk merawat tali pusat
2. Anjurkan ibu tetap menjaga kehangatan bayinya
3. Beritahu ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir
3.4.4 Penatalaksanaan
1. Memperhatikan eliminasi dan observasi TTV Hasil pemeriksaan :
Temp : 36,8°C
HR :120 kali/i
RR : 34 kali/i

60
2. Melakukan pencegahan kehilangan panas dengan cara tidak meletakkan bayi
di atas benda yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuhnya, menutup pintu
dan jendela, mengganti pakaian bayi jika basah.
3. Menganjurkan pada ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin
Ibu mengerti dan mau menyusui bayinya.
4. Memberikan konseling kepada ibu tentang :
a. Menjaga kehangatan bayi dengan cara ibu lebih sering mendekap
tubuh bayi, tata ruangan yang hangat untuk mencegah hipotermi.
b. Cara memberikan ASI yang benar, yaitu dengan cara meletakkan bayi
di tangan ibu posisi kepala di sikut ibu, posisi perut bayi menempel
dengan perut ibu dan sesering mungkin.
c. Cara merawat tali pusat dengan cara membersihkannya dan
membungkusnya dengan kasa kering steril.
d. Mengawasi tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti pernafasan lebih
cepat, suhu yang panas, tali pusat merah atau bernanah, mata bengkak,
tidak ada BAK atau BAB dalam 24 jam.
Ibu mengerti dengan penjelasan tentang perawatan bayi dan
mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.
3.5 Asuhan Keluarga Berencana

BAB IV
A. Kesimpulan

B. Saran

61
DAFTAR PUSTAKA

62

Anda mungkin juga menyukai