Konstitusi
Apakah yang dimaksud dengan konstitusi?
Pertama, konstitusi merupakan Akte Kelahiran suatu Negara-Bangsa (the birth
certificate of a nation state). Pembentukan suatu negara selalu dimulai dengan pernyataan
kemerdekaan suatu negara (Proklamasi Kemerdekaan, Declaration of Independence) bagi bekas
negara jajahan, atau, dimulai dengan pernyataan pembentukan negara baru yang berbeda dengan
negara sebelumnya di wilayah yang sama. Berikut kutipan dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika
Serikat pada tanggal 4 Juli 1776 (alinea pertama dan terakhir) yang disepakati secara mufakat
oleh 13 Negara Bagian Amerika:
When in the Course of human events, it becomes necessary for one people to dissolve the
political bands which have connected them with another, and to assume among the powers of the
earth, the separate and equal station to which the Laws of Nature and of Nature's God entitle
them, a decent respect to the opinions of mankind requires that they should declare the causes
which impel them to the separation.
--------------
We, therefore, the Representatives of the United States of America, in General Congress,
Assembled, appealing to the Supreme Judge of the world for the rectitude of our intentions, do,
in the Name, and by Authority of the good People of these Colonies, solemnly publish and
declare, That these United Colonies are, and of Right ought to be Free and Independent States;
that they are Absolved from all Allegiance to the British Crown, and that all political connection
between them and the State of Great Britain, is and ought to be totally dissolved; and that as Free
and Independent States, they have full Power to levy War, conclude Peace, contract Alliances,
establish Commerce, and to do all other Acts and Things which Independent States may of right
do. And for the support of this Declaration, with a firm reliance on the protection of divine
Providence, we mutually pledge to each other our Lives, our Fortunes and our sacred Honor.
Konstitusi Amerika Serikat yang hanya terdiri atas 7 Pasal disahkan pada Konvensi Konstitusi
di Philadelphia pada tahun 1789 (13 tahun setelah Pernyataan Kemerdekaan). Belakangan
konstitusi ini mengalami 10 kali Amandemen (The First to The Thirteen Amandement) yang
sebagian terbesar merupakan tambahan (bukan perubahan) untuk melengkapi naskah konstitusi
asli.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak
terpisahkan dari UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 telah
mengalami empat kali Perubahan (Perubagan Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat) yang
sebagian mengubah beberapa ketentuan lama tetapi sebagian besar merupakan tambahan
untuk melengkapi naskah asli. Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang sangat
singkat bila dibandingkan dengan Pernyataan Kemerdekaan Amerika Serikat, dan Alinea
Pertama, Aliena Kedua, Aliena Ketiga, dan bagian awal Aliena Keempat Pembukaan UUD 1945
dengan sangat jelas menggambarkan pernyataan kemerdekaan dan pembentukan suatu negara
tetapi juga faktor-faktor yang mendorong pernyataan kemerdekaan dan pembentukan negara
tersebut.
Kedua, konstitusi merupakan Hukum Dasar atau hukum yang bersifat fundamental
sehingga menjadi sumber segala peraturan perundang-undangan (All law is derived from
the Constitution). Sebagian besar negara memiliki konstitusi sebagai Hukum Dasar. Dalam
negara sepergi ini dikenal dua tingkat hukum, yaitu Hukum Dasar (Konstitusi), dan Hukum
Biasa. Konstitusi disebut sebagai Hukum Dasar karena berisi apa yang disebut sebagai Hak
Alamiah (Natural Rights) atau hak yang melekat pada manusia sebagai ciptaan Tuhan
yang Maha Esa, seperti Hidup, Kebebasan, dan Kebahagiaan (Life, Liberty and in the
pursuit of Happiness) dan Hak Asasi Manusia pada umumnya dan prinsip-prinsip
kenegaraan atau nilai-nilai utama dalam penyelenggaraan negara, seperti keadilan,
kebebasan, kesetaraan, ketertiban, kesejahteraan, kedaulatan rakyat, negara hukum, dan
musyawarah. Ketentuan yang menyangkut Hukum Biasa atau peraturan perundang-undangan
dibawah konstitusi tidak hanya merupakan penjabaran dari tetapi juga tidak boleh bertentangan
dengan Hukum Dasar. Hukum Biasa cenderung bersifat operasional karena merupakan
penjabaran Hukum Dasar tersebut. Akan tetapi hal ini tidak berlaku pada negara yang
tidak mengenal dua tingkat hukum seperti Inggris Raya yang hanya mengenal konstitusi
yang tidak berupa Hukum Dasar melainkan berupa konvensi tak tertulis, undang-undang
yang ditetapkan oleh Parlemen ataupun jurisprudensi yang timbul dari putusan Pengadilan.
Konstitusi Amerika Serikat merupakan Hukum Dasar dan hukum tertinggi di negara tersebut (the
Supreme Law on the Land). UUD 1945 merupakan Hukum Dasar atau Hukum Tertinggi di
Indonesia. Berikut adalah tata urutan hukum di Indonesia:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang, dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU)
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah Provinsi
6. Peraturan Gubernur
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
8. Peraturan Bupati/Walikota.
Ketiga, konstitusi berisi preskripsi tentang negara macam apakah yang akan
dibentuk atau negara macam apakah yang hendak diwujudkan (tujuan negara). Konstitusi
merupakan preskripsi tentang negara-bangsa yang dicita-citakan (the prescription for a
good society or the best regime) atau himpunan berbagai Kebaikan Bersama yang
disepakati oleh suatu Bangsa.
Pada Alinea keempat UUD 1945 dapat dibaca empat tujuan negara:
1. melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. memajukan kesejahteraan umum;
3. mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Keempat, untuk mencapai tujuan negara, dalam konstitusi juga ditetapkan tidak saja
pembagian tugas dan kewenangan diantara sejumlah lembaga negara, seperti lembaga legislatif
untuk membuat undang-undang, eksekutif untuk melaksanakan undang-undang, judikatif untuk
mengadili pelanggaran undang-undang, dan lembaga lain tetapi juga diantara berbagai tingkat
pemerintahan, seperti pemerintah federal, pemerintah negara bagian, dan pemerintah lokal
(susunan negara federasi) atau pemerintah pusat dan pemerintah lokal (susunan negara
Kesatuan). Karena itu konstitusi acapkali dilukiskan sebagai berisi pembagian kekuasaan
antar lembaga negara dan antar berbagai tingkat pemerintah.Karena tugas dan kewenangan
setiap lembaga negara dan berbagai tingkat pemerintah diatur dalam Konstitusi, maka konstitusi
juga dirumuskan sebagai dasar atau sumber kewenangan negara. Selain itu, dalam konstitusi juga
ditentukan mekanisme penentuan penyelenggara negara. Karena itu konstitusi juga dirumuskan
sebagai himpunan prinsip dan ketentuan yang disepakati bersama yang mengatur bagaimana
penyelenggara negara memperoleh kekuasaan dan bagaimana kekuasaan dilaksanakan.
. Kelima, konstitusi juga merupakan Kontrak Politik antar warga negara (a politial
contract among citizens). Kontrak disepakati oleh mereka yang berada dalam posisi
setara, mereka merumuskan dan menyepakati kontrak dalam sikap bebas, tanpa paksaan.
Karena merupakan kontrak politik yang disepakati bersama, maka konstitusi sering pula
disebut sebagai Dokumen yang dibuat oleh rakyat suatu negara yang harus dipatuhi oleh
semua warga negara. Negara macam apakah yang akan dibentuk? Berbagai unsur Bangsa
Indonesia, seperti suku bangsa, agama, dan ras; dan tinggal di berbagai wilayah besar dan kecil,
bersedia menjadi bagian dari bangsa-negara yang akan dibentuk apabila tujuan pertama Negara
Kesatuan Republik Indonesia dirumuskan sbb: melindungi segenap Bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk mencapai tujuan negara dibentuk berbagai lembaga
negara dengan tugas dan kewenangan yang berbeda, dan berbagai tingkat pemerintahan dengan
urusan pemerintahan yang berbeda. Para warga negara menyetujui pembagian kekuasaan ini
apabila pada saat yang sama dalam konstitusi dirumuskan tidak saja pelaksanaan kekuasaan
negara berdasarkan hukum (rule of law), saling mengawasi antar lembaga negara, dan
penyelenggara negara dipilih melalui Pemilu untuk masa jabatan tertentu tetapi juga hak dan
kebebasan politik warga negara dan hak asasi manusia pada umumnya. Karena itu konstitusi
tidak jarang dirumuskan Dokumen atau Prinsip yang Membatasi dan Mengatur Perilaku
Penyelenggara Negara dan Menjamin Hak Warga Negara dalam suatu Negara.
Yang menanda-tangani konstitusi sebagai kontrak sudah barang tentu tidak semua warga negara
melainkan para peminpin yang mewakili berbagai kelompok atau golongan bangsa tetapi setelah
melalui proses konsultasi publik dengan semua unsur bangsa. UUD Amerika Serikat ditanda-
tangani sebanyak 56 orang yang mewakili 13 Negara Bagian, dan UUD 1945 ditanda-tangani
oleh Sembilan orang anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Konstitusionalisme
Konstitusi juga dapat dibedakan menjadi dua tipe apabila dilihat dari aspek pembatasan
kekuasaan pemerintahan, yaitu UUD yang mengadopsi paham Konstitusionalisme, dan UUD
yang tidak menganut paham konstitusionalisme. Konstitusionalisme merupakan pengendalian
sistimatik atas kekuasaan negara. Dalam pengertian klasik Aristotelian, istilah konstitusi merujuk
pada hukum, institusi, dan praktek nyata yang mengorganisasi dan mengarahkan suatu
pemerintah dan sistem politik. Dalam pengertian seperti ini, setiap sistem politik memiliki
konstitusi. Akan tetapi setelah negara Amerika terbentuk pada tahun 1776, konsep konstitusi
memiliki arti yang lebih spesifik dan sarat dengan nilai (value-laden meaning), yaitu
pembentukan suatu tertib politik tetentu. Konstitusi modern menempatkan batasan pada
pemerintahan dan dalam pengorganisasian pemerintahan. Dewasa ini sejumlah negara bersifat
konstitusional dengan pemerintahan yang terbatas dan akuntabel tetapi sejumlah negara lainnya
tidak demikian.
Konstitusionalisme merupakan mekanisme sentral untuk mengendalikan kekuasaan politik dan
menjamin kebebasan warga negara. Konstitusionalisme adalah respon politik terhadap hasil
pengamatan terkenal Lord Acton yang menyatakan ‘power corrupts and absolute power corrupts
absolutely.’ Konstitusionalisme melawan penciptaan kekuasaan politik yang absolut. Kekuasaan
absolut suatu ketika dipandang perlu untuk menjamin ketertiban dan memajukan kepentingan
umum. Keberadaan kekuasaan politik absolut, terutama di tangan serang Raja, pada masa lalu
dipandang sangat penting untuk menciptakan sistem politik yang stabil. Proposisi seperti ini
diajukan dan dipertahankan secara panjang lebar oleh sejumlah filosof politik seperti Thomas
Hobbes (Leviathan) dan Jean Bodin pada abad keenambelas dan ketujuhbelas Eropah. Akan
tetapi filosof politik lainnya, seperti John Locke dan Edward Coke lebih menekanan pentingnya
membatasi kewenangan peminpin politik, individu warga negara memiliki sejumlah hak yang
harus dihormati, dan penyelenggara negara secara politik harus akuntabel dan tunduk pada
hukum. Walaupun negara tidak dikelola berdasarkan dokumen tertulis, konstitusionalisme
Inggris sebagaimana berkembang pada abad ketujuhbelas mengedepakan Parlemen sebagai
pengawas terhadap kekuasaan eksekutif dan pada yang menjamin hak-hak individual
sebagaimana dinyatakan dalam jurisprudensi yang diputuskan para hakim.
Para Pendiri Bangsa Amerika mewarisi pemahaman konstitusionalisme dari Inggris seperti ini
dan kemudian mengembangkannya. Dua aspek yang berbeda dari konstitusionalisme modern
Amerika dapat dibedakan. Kedua aspek mengedepankan pentingnya pengendalian terhadap
kekuasaan politik dan perlindungan terhadap hak-hak individual dari kesewenang-wenangan
pemerintah. Akan tetapi keduanya menawarkan jalan yang berbeda menuju kedua tujuan
bersama tersebut. Pertama, yang dapat disimpulkan sebagai kontribusi Amerika pada
konstitusionalisme adalah pemahaman konstitusi sebagai suatu Hukum Dasar (fundamental
law). Sejalan dengan pemahaman awal Amerika mengenai hukum alamiah (natural law) yang
bukan ciptaan manusia (hak yang melekat pada manusia sebagai ciptaan Tuhan yang Maha Esa)
dan common law atau hukum yang dibuat oleh manusia), konstitusionalisme Amerika mengakui
bahwa sejumlah hak bersifat fundamental (natural rights) yang tidak dapat dipertanyakan atau
dilanggar oleh negara.
Konstitusionalisme mengakui adanya Hukum yang Lebih Tinggi daripada tindakan negara, dan
tindakan negara akan dinilai berdasarkan Hukum yang Lebih Superior tersebut.
Konstitusionalisme bersifat unik dan mempunyai pengaruh besar dalam menciptakan suatu
dokumen tertulis berdasarkan persetujuan publik yang tidak hanya secara jelas kelihatan tetapi
juga secara hukum dapat ditegakkan terhadap penyelenggara negara. Konstitusionalisme
memberikan status hukum pada sejumlah prinsip pemerintahan yang adil.
Aspek kedua konstitusionalisme Amerika adalah fragmentasi kekuasaan politik dan
penciptaan mekanisme akuntabilitas politik. Kekuasaan politik tidak dikonsolidasikan pada satu
tangan melainkan didistribusikan pada beberapa tangan. Kekuasaan membuat undang-undang
dalam konstitusi Amerika dibagi kepada Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representatives),
Senat, dan Presiden. Orang yang dipilih Presiden untuk menduduki jabatan judisial (Hakim
Agung) dan penjabat eksekutif (menteri) harus mendapat konfirmasi dari Senat. Lembaga
Judikatif yang independen berperan memastikan agar lembaga eksekutif mematuhi hukum yang
dihasilkan oleh lembaga legislatif. Penyelenggaraan Pemilihan Umum menjadi mekanisme
penyelenggara negara mempertanggungjawabkan keputusan yang dibuat dan dijalankan kepada
rakyat. Keanekaragaman penyelenggara negara yang dipilih mencerminkan keanekaragaman
warga-negara. Tugas pemerintahan dibagi kepada Pemerintah Federal dan Negara Bagian yang
kemudian membentuk Pemerintah Lokal. Pembagian kekuasaan yang seimbang tetapi saling
mengawasi, Pemilihan Umum, dan Federalism semuanya berperan mendistribusikan kekuasaan
politik, menuntut penyelenggara negara mempertanggung-jawabkan tindakannya, dan memaksa
para penyelenggara negara bekerja melalui konsensus, kompromi, dan kerjasama. Pada aspek
kedua konstitusionalisme ini, sebagaimana dikemukakan oleh James Madision (salah seorang
Pendiri Bangsa Amerika Serikat), ‘ambisi dibuat mengimbangi ambisi’ dengan cara
memberdayakan banyak pihak yang memiliki kepentingan yang berseberangan.
Kedua aspek konstitusionalisme ini tidak bertujuan memperlemah pemerintah melainkan
mengendalikan dan menyalurkan kegiatan untuk mencapai kebaikan bersama (public good).
Konstitusionalisme merupakan lawan dari kekuasaan politik yang absolut dan sewenang-wenang
terlepas dari apakah kekuasaan itu diperoleh secara demokratik ataukah tidak.
Konstitusionalisme menegaskan bahwa terdapat sejumlah batasan terhadap apa yang dapat
dikerjakan oleh pemerintah, dan menciptakan sejumlah institusi untuk mencegah pemerintah
bertindak melanggar batasan tersebut.
Pemerintahan Konstitusional
Pemerintahan konstitusional adalah pemerintahan yang disusun dan diselenggarakan berdasarkan
sejumlah prinsip dan ketentuan fundamental yang dirumuskan dalam suatu konstitusi. Secara
umum, konstitusi setidak-tidaknya memiliki empat fungsi. Pertama, membagi dan menentukan
batas terhadap kekuasaan legislatif, eksekutif dan judikatif. Kedua, mengalokasikan kekuasaan
pemerintahan kepada pemerintah federal, negara bagian, dan kota. Ketiga, menjamin hak dan
kebebasan warga negara (bill of rights). Dan keempat, mengatur proses perubahan konstitusi.
Konstitusi merupakam dokumen yang sangat penting tidak hanya karena mengatur pembagian
kekuasaan negara tetapi juga menjamin hak dan kebebasan warga negara, dan hak asasi manusia
pada umumnya. Dari segi penggunaan konstitusi, negara dapat dibedakan menjadi beberapa tipe.
Pertama, negara demokrasi konstitusional. Negara demokrasi konstitusional merupakan sistem
pemerintahan yang menjamin keseimbangan antara kepentingan publik dan privat dengan
mengizinkan mayoritas (partai atau calon yang terpilih dengan suara mayoritas) memerintah
melalui struktur konstitusi yang tetap. Hal ini akan mencegah fenomena yang dalam Ilmu Politik
disebut sebagai tirani mayoritas. Dalam tirani mayoritas, mayoritas dengan paksa akan
mengambil kekayaan dan kekuasaan dari minoritas. Demokrasi Konstitusional acapkali disebut
sebagai Polity yang berasal dari kata politeia atau konstitusi dalam Bahasa Junani. Amerika
Serikat dan Indonesia merupakan contoh demokrasi konstitusional.
Kedua, monarhi konstitusional. Negara monarhi konstitusional memiliki seorang raja atau ratu
sebagai kepala negara tetapi menggunakan konstitusi untuk menjaga ketertiban dan hukum dan
membatasi kekuasaan raja. Inggris Raya merupakan contoh menonjol monarhi konstitusional
yang dilaksamakan sejak Magna Carta ditanda-tangani Raja Inggris John pada tahun 1215.
Banyak negara monarhi konstitusional berkembang selama beberapa abad, dan konstitusi negara-
negara ini seringkali disebut sebagai Tak Terkodifikasi (Uncodified) untuk menunjukkan bahwa
konstitusi itu tidak dirumuskan dalam satu dokumen melainkan terdiri atas sejumlah dokumen.
Untuk Negara Kesatuan, Draft Konstitusi/Perubahan Konstitusi dapat disahkan apabila mendapat
persetujuan lembaga perwakilan rakyat (MPR di Indonesia).
Mereka yang secara hukum memiliki legal standing berhak mengajukan permohonan kepada
Mahkamah Konstitusi (MK) untuk membatalkan satu atau lebih pasal dari suatu undang-undang
dengan alasan bertentangan dengan konstitusi. Mereka yang secara hukum memiliki legal
standing berhak mengajukan permohonan kepada Mahkamah Agung (MA) untuk membatalkan
satu atau lebih pasal dari suatu peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang dengan
alasan bertentangan dengan Undang-Undang. Kalau argumentasi hukum yang diajukan
pemohon dapat diterima oleh mayoritas hakim, maka MK/MA dapat menyatakan satu atau lebih
pasal dari suatu undang-undang atau dari suatu peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang tidak lagi berlaku karena bertentangan dengan UUD atau UU (MK/MA sebagai negative
legislator). Akan tetapi MK/MA tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan pengganti pasal
yang dinyatakan tidak lagi berlaku karena hal yang terakhir ini merupakan kewenangan pembuat
undang-undang.