Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

Fournier gangren merupakan suatu gangren pada skrotum atau uvula yang

disebabkan oleh bakteri anaerob yang merupakan strain streptococcus beta

hemolitikus. Penyakit ini adalah bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di

sekitar genitalia eksterna. Fournier gangren merupakan kegawatdaruratan bedah

karena onsetnya berlangsung sangat mendadak, cepat berkembang, bisa menjadi

gangren yang luas dan menyebabkan septikemia.

Fournier gangren pertama kali ditemukan pada tahun 1883, oleh ahli penyakit

kelamin asal Perancis Jean Alfred Fournier mendapatkan dimana 5 laki-laki muda

yang sebelumnya sehat menderita gangren dengan cepat progresif pada penis dan

skrotum tanpa sebab yang jelas. Penyakit ini yang kemudian dikenal sebagai Fournier

gangren, didefinisikan sebagai fasciitis nekrotikans pada daerah perineum perianal

atau genital. Penyakit ini kebanyakan terjadi pada penderita usia 40-70 tahun dengan

faktor resiko keadaan umum yang kurang baik seperti gizi buruk, penggunaaan

imunosupresan, alkohol dan diabetes melitus.1, 2,4

Fournier gangren relatif jarang, namun sangat progresif kejadian yang tepat

dari penyakit ini tidak diketahui. Dalam artikel penelitian Fournier gangren pada

tahun 2013, Benjelloun et al. terdapat sekitar 50 kasus infeksi yang dilaporkan dalam

rekam medis RS Universitas Hassan II Maroko sejak Januari 2003-Desember 2009.

Dari 50 pasien, 12 pasien meninggal dan 28 pasien dapat bertahan hidup, dimana
angka mortalitas 24%. Terdapat 44 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Jenis

kelamin tidak berkaitan dengan angka mortalitas. Sumber infeksi 72% kasus dapat

diidentifikasi, dan sumber infeksi yang paling sering adalah melalui anorektal.

Diabetes Mellitus merupakan faktor penyulit tersering.3 Kejadian yang lebih rendah

pada wanita dapat disebabkan oleh drainase yang lebih baik dari daerah perineum

melalui cairan vagina. Pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis berada pada

risiko yang lebih tinggi, terutama untuk infeksi yang disebabkan terkait dengan

methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). 3,4


BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn.ME

Umur : 49 tahun

Alamat : jl. Kerung-kerung

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan swasta

Status Perkawinan : Menikah

TMRS : 12 Maret 2019

Jam : 21.00 WIB

No.MR : 26 24 75

Anamnesis

Keluhan Utama : luka pada kantung buah zakar

Keluhan Tambahan : nyeri dan berbau

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan adanya luka

pada kantung buah zakar yang dialaminya sejak 1 minggu sebelum masuk rumah

sakit. Awalnya 2 minggu SMRS terdpat bisul diantara buah zakar dan anus,

kemudian lama-kelamaan bisul pecah dan mengeluarkan nanah. Luka tersebut juga

terasa nyeri dan berbau tidak enak. Demam (-), sakit kepala (+), batuk (-) sesak (-)
mual (-) muntah (-). BAK lancar dan BAB biasa. Riwayat demam (-) Riwayat berobat

sebelumya (+) di puskesmas.

Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes Mellitus (+) diketahui 1 minggu yang lalu

ketika berobat di puskesmas.

Hipertensi disangkal

Riwayat Pemakaian Obat : Pemakaian kortikosteroid jangka lama disangkal

Penggunaan alkohol disangkal

Penggunaan antibiotic cefadroxyl

Riwayat Penyakit Keluarga : -

B. PEMERIKSAAN FISIK

 Status Present:

Sakit Sedang/Gizi Cukup/ Compos mentis

BB= 55 kg; TB= 165 cm; IMT=20,2 kg/m2 (normal)

 Tanda Vital:

Tensi : 120/70 mmHg

Nadi : 76 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)

Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoracoabdominal)

Suhu : 36,8oC (axilla)

 Kepala:

Ekspresi : Normal

Simetris Muka : Simetris kiri dan kanan


Deformitas : (-)

Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut

 Mata:

Eksoptalmus/ Enoptalmus: (-)

Gerakan : Kesegala arah

Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan

Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)

Konjungtiva : Anemis (-)

Sklera : Ikterus (-)

Kornea : Jernih, reflex kornea (+)

Pupil : Bulat, isokor, ∅2,5mm/2,5mm, RCL +/+,

RCTL +/+

 Telinga:

Tophi : (-)

Pendengaran : Tidak ada kelainan

Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)

 Hidung:

Perdarahan : (-)

Sekret : (-)

 Mulut:

Bibir : Kering (-), stomatitis (-)


Gigi Geligi : Karies (-)

Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)

Farings : Hiperemis (-)

Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)

Lidah : Kotor (-)

 Leher:

Kel. Getah Bening: Tidak teraba, nyeri tekan (-)

Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)

DVS : R+2 cmH2O

Pembuluh Darah : Bruit (-)

Kaku Kuduk : (-)

Tumor : (-)

 Dada:

- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan

- Bentuk : Normothoraks

- Pembuluh Darah : Bruit (-)

- Buah Dada : Tidak ada kelainan

- Sela Iga : Tidak ada pelebaran

- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),

massa tumor (-)


 Paru:

o Palpasi:

 Fremitus Raba : Kiri = Kanan

 Nyeri Tekan : (-)

o Perkusi:

 Paru Kiri : Sonor

 Paru Kanan : Sonor

 Batas Paru Hepar : ICS V-VI anteriordextra

 Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra

 Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra

o Auskultasi:

 Bunyi Pernapasan :Vesikuler

 Bunyi Tambahan :

Ronkhi - - Wheezing - -

- - - -

- - - -

 Jantung:

o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba


o Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung

kanan:linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea

midclavicularis sinistra)

o Auskultasi :

 BJ I/II : Murni reguler

 Bunyi Tambahan : Bising (-)

 Perut:

o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas

o Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)

 Hati : Tidak teraba

 Limpa : Tidak teraba

 Ginjal : Ballotement (-)

 Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan

o Perkusi : Timpani (+) , Shifting dullness (-)

o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

 Alat Kelamin :

o Inspeksi : ulkus pada kulit skrotum bilateral, pus (+),

tampak ulkus di daerah perineum

o Palpasi : nyeri tekan (+) pada kedua skrotum

 Anus dan Rektum : Tidak ada kelainan


 Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

o Palpasi : Gibbus (-)

o Nyeri Ketok : (-)

o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-

o Gerakan : Dalam batas normal

 Extremitas : deformitas (-) edema tungkai (-)

C. DIAGNOSIS BANDING

1. Fournier Gangren

2. Abses scrotalis

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

Darah Rutin

Hemoglobin : 11,6 g% (N: L = 13-18; P = 12-16)

Eritrosit : 3,82 x 106/mm3 (N: L= 4,5-6,5; P =3,8-5,8)

Leukosit : 6,7 x 103/mm3 (N: 4-11)

Hematokrit : 33,6 % (N: 31-47)

MCV : 88 fl (N: 46-96)

MCH : 30,4 pg (N: 27-32)

MCHC : 34,5 g% (N: 30-35)

Trombosit : 308 x103/mm3 (N: 150-450 x 103)


Urine Rutin

Kekeruhan : jernih

Warna : kuning muda

Berat jenis : 1,015

pH : 7,5

Protein :-

Glukosa (reduksi) : 4+

Bilirubin :-

Urobilinogen :-

Keton :-

Nitrit :-

Blood & Hb :-

Leukosit :-

Kadar Gula Darah

 GDS : 549 mg/dl

 GDP : 278 mg/dl

 GD2PP : 441 mg/dl

E. DIAGNOSIS

Fournier Gangren
F. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa : Bedrest

Rawat Luka

Menjaga kadar gula darah

Personal hygiene

Medikamentosa : IVFD RL 20 gtt/i

Levemir 0-0-14 iu

Novorapid 16-16-16 iu

Ciprofloxacin 500mg 2x1

Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Inj Ranitidin 50 mg/8 jam

Inj Ketorolac 3 %/8 jam

Drip Metronidazol 1 fls/hr

Operatif : debridement + hecting

G. PROGNOSIS

Bila dilakukan tindakan debridement segera dan perawatan luka yang baik:

 Quo ad vitam : dubia at bonam

 Quo ad functionam : dubia at bonam

 Quo ad sanactionam : dubia at bonam


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Fournier gangren merupakan suatu gangren pada skrotum atau uvula yang

disebabkan oleh bakteri anaerob yang merupakan strain streptococcus beta

hemolitikus. Penyakit ini adalah bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di

sekitar genitalia eksterna. Fournier gangren merupakan kegawatdaruratan bedah

karena onsetnya berlangsung sangat mendadak, cepat berkembang, bisa menjadi

gangren yang luas dan menyebabkan septikemia.

Fournier gangren relatif jarang, namun sangat progresif kejadian yang tepat

dari penyakit ini tidak diketahui. Dalam artikel penelitian Fournier gangren pada

tahun 2013, Benjelloun et al. terdapat sekitar 50 kasus infeksi yang dilaporkan dalam

rekam medis RS Universitas Hassan II Maroko sejak Januari 2003-Desember 2009.

Dari 50 pasien, 12 pasien meninggal dan 28 pasien dapat bertahan hidup, dimana

angka mortalitas 24%. Terdapat 44 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Jenis

kelamin tidak berkaitan dengan angka mortalitas. Sumber infeksi 72% kasus dapat

diidentifikasi, dan sumber infeksi yang paling sering adalah melalui anorektal.

Diabetes Mellitus merupakan faktor penyulit tersering.3 Kejadian yang lebih rendah

pada wanita dapat disebabkan oleh drainase yang lebih baik dari daerah perineum

melalui cairan vagina. Pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis berada pada
risiko yang lebih tinggi, terutama untuk infeksi yang disebabkan terkait dengan

methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). 3,4

B. Etiologi

 Infeksi dari kolorektal (13-50%), diantaranya abses perianal, abses

perirektal, abses isiorektal, perforasi karena kanker kolon, dan

divertikulitis.

 Infeksi dari urogenitalia (17-87%). Diantaranya striktur uretra, balanitis,

instrumentasi uretra.

 Sisanya disebabkan oleh trauma lokal atau infeksi kulit di sekitar genitalia.

 Faktor risiko yang mempengaruhi penyakit ini antara lain diabetes

mellitus, alkoholisme, higiene skrotum yang kurang baik, penurunan

imunitas tubuh seperti pada pasien AIDS.2

Meskipun awalnya digambarkan sebagai gangren idiopatik alat kelamin, tetapi

penyebab Fournier gangren dapat diidentifikasikan pada 75-95% dari jumlah

kasusnya. Proses nekrosis biasanya berasal dari infeksi di anorektal (13-50%), saluran

urogenital (17-87%), sedang yang lain dari trauma lokal atau infeksi kulit di sekitar

alat kelamin.1 Penyebab Fournier gangren pada anorektal termasuk abses perianal

abses perirektal, dan iskiorektalis, fisura anal, dan perforasi usus yang terjadi karena

cedera kolorektal atau komplikasi keganasan kolorektal, penyakit radang usus,

divertikulitis kolon, atau usus buntu. Pada saluran urogenital, penyebab Fournier
gangren mencakup infeksi di kelenjar bulbourethral, cedera uretra, cedera iatrogenik

sekunder untuk manipulasi striktur uretra, epididimitis, orkitis, atau infeksi saluran

kemih bawah (misalnya, pada pasien dengan penggunaan jangka panjang kateter

uretra). Sedangkan pada dermatologi, penyebabnya termasuk supuratif hidradenitis,

ulserasi karena tekanan skrotum, dan trauma. Ketidakmampuan untuk menjaga

kebersihan perineum seperti pada pasien lumpuh menyebabkan peningkatan risiko.

Terkadang akibat trauma, post operasi dan adanya benda asing juga dapat

menyebabkan penyakit. Pada wanita seperti sepsis aborsi, atau abses pada kelenjar

Bartholini, histerektomi, dan episiotomi dapat dicurigai sebagai penyebab Fournier

gangren. Pada pria, anal seks dapat meningkatkan risiko infeksi perineum, baik dari

trauma tumpul langsung atau dengan penyebaran mikroba dari rektal. Sedangkan

pada anak-anak yang bisa menyebabkan Fournier gangren seperti sirkumsisi,

strangulasi hernia inguinalis, omphalitis, gigitan serangga, trauma, perirektal abses

dan infeksi sistemik.1,3,5

C. Patogenesis

Fournier gangren disebabkan oleh polimikroba di alam yang merupakan

gabungan antara bakteri aerob dan anaerob. Rata-rata terdapat tiga jenis bakteri yang

seringkali didapatkan dari kultur pasien. Bakteri yang paling banyak ditemukan

adalah Escherichia coli (bakteri aerob), Bacteriodes (anaerob), Streptococcus (aerob).

Bakteri lain yang menyebabkan fournier gangren adalah Staphylococcus,

Enterococcus, Clostridium, Pseudomonas, Klabsiella, dan Proteus.2


Infeksi adalah suatu ketidakseimbangan antara imunitas host, yang sering

terganggu oleh satu atau lebih proses sistemik penyerta, dengan virulensi dari

mikroorganisme penyebab. Faktor etiologi mencetuskan untuk masuknya

mikroorganisme ke dalam perineum, sistem imun yang menurun memberikan

lingkungan yang baik untuk memulai infeksi, dan virulensi mikroorganisme

menyebabkann penyebaran penyakit yang cepat.3,5

Infeksi lokal berdekatan dengan portal masuk adalah dasar terjadinya Fournier

gangren. Pada akhirnya, suatu thromboangitis obliterative berkembang menyebabkan

kulit, subkutan dan pembuluh darah menjadi nekrosis kemudian berlanjut iskemia

lokal dan proliferasi bakteri. Infeksi fasia perineum (fasia colles) dapat menyebar ke

penis dan skrotum melalui fasia buck dan dartos, atau ke dinding perut anterior

melalui fasia scarpa, atau sebaliknya. Fasia colles melekat pada perineum dan

posterior diafragma urogenitalia dan lateral dari ramus pubis, sehingga membatasi

perkembangan ke arah ini. Keterlibatan testis jarang, karena arteri testis berasal

langsung dari aorta dan dengan demikian memiliki suplai darah terpisah dari infeksi

lokal.4,6

Keterlibatan polimikroba diperlukan untuk menciptakan sinergi produksi

enzim yang menyebabkan penyebaran Fournier gangren. Sebagai contoh, salah satu

mikroorganisme dapat menghasilkan enzim yang diperlukan untuk menyebabkan

koagulasi dari pembuluh darah. Trombosis pembuluh darah ini dapat mengurangi

suplai darah lokal dengan demikian suplai oksigen ke jaringan menjadi berkurang.

Hipoksia jaringan yang dihasilkan memungkinkan pertumbuhan fakultatif anaerob


dan organisme mikroaerofilik. Mikroorganisme lain kemudian dapat menghasilkan

enzim (misalnya, lesithinase, kolagenase) yang menyebabkan kerusakan dari fasia,

sehingga memicu perluasan cepat infeksi.4,5,6

Setiap kondisi yang menekan imunitas seluler dapat mempengaruhi

terjadinya Fournier gangren, seperti:7


 Keganasan
 Diabetes mellitus
 Systemic Lupus eritematous
 Malnutrisi  Obesitas

 Alkoholisme  Infeksi HIV


 Terapi kortikosteroid jangka
 Usia lanjut
panjang
 Penyakit vascular

Jalur Penyebaran

Untuk mengetahui jalur penyebaran fournier gangren, terlebih dahulu harus

mengenal anatomi perianal dan bagian fascia. Perineum terdiri dari dua segitiga yaitu

segitiga anal dan segitiga urogenital.3

Gambar 3.1 Segitiga Perianal


Segitiga anal merupakan bagian posterior dari garis imajiner antara tuberositas

ischiadica, sedangkan segitiga urogenital terletak di bagian anterior dari garis ini.

Infeksi dari fournier gangren dapat menyebar sepanjang fascia plana.3

Gambar 3.2 Anatomi dari perianal dan fascia plana


Infeksi dimulai dari segitiga anal yang menyebar sepanjang fascia colles

(bagian superfisial dari fascia perineal) dan menjalar ke depan sepanjang fascia dartos

yang meliputi skrotum dan penis. Hal ini juga dapat menjalar di bagian superior

fascia Scarpa hingga ke dinding anterior abdomen. Fascia colles melekat di bagian

lateral dengan ramus pubis dan fascia lata dan di bagian posterior dengan diafragma

urogenital, oleh karena itu penyebaran infeksi jarang mengenai daerah ini. Jika fascia

colles terkena, infeksi dapat menyebar hingga ke fossa ischiorectal hingga ke bokong

dan paha.2,3
Gambar 3.3 Penyebaran fournier gangren

Infeksi yang berasal dari segitiga urogenital, uretra, atau kelenjar periuretra

dapat mencapai fascia Buck, dimana infeksi terbatas pada bagian depan dari penis.

Jika infeksi tidak diobati maka fascia Buck dapat dipenetrasi dan infeksi dapat

menjalarsepanjang fascia Colles dan fascia Dartos.2,3

D. Manifestasi Klinis

Untuk mendiagnosis Fournier gangren dapat ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan klinis biasanya

didapatkan:5,7

• Gejala prodromal demam dan letargi, yang muncul dalam 2-7 hari

• Rasa sakit dan nyeri tekan yang berhubungan dengan edema pada kulit di atasnya

yang disertai pruritus

• Meningkatkan nyeri genital dengan eritema dikulit atasnya

• Gambaran duski di kulit atasnya (subkutan krepitasi)

• Gangren dari bagian alat kelamin disertai drainase purulen dari luka
Gambar 3.4. Edema dinding skrotum dan perubahan warna kulit.7

E. Diagnosis Banding

1. Selulitis
2. Hernia strangulata
3. Abses skrotum
4. Streptococcal necrotising fascitis
5. Herpes simplex
6. Gonococcal balanitis dan oedema
7. Pyoderma gangrenousm
8. Allergic vasculitis
9. Polyarteritis nodosa
10. Ecthyma gangrenosum4
F. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi atau gejala klinis dan

pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya nekrosis dan infeksi

subkutis biasanya baru akan muncul beberapa hari setelah muncul gejala.

Kriteria diagnosis Fournier Gangren meliputi sebagai berikut:


1. Edema skrotum yang berkembang cepat menjadi gangren dengan atau tanpa

sebab yang jelas.

2. Penderita tampak sakit berat.

3. Melibatkan sebagian atau seluruh bagian skrotum dan kadang-kadang

permukaan bawah penis.

4. Gangren dapat mencakup seluruh kulit skrotum tetapi tidak pernah mencapai

testis.3,4

Gambar 3.5 Edema skrotum dengan gangrene

Gambar 3.6 Fournier gangren yang telah mengenai seluruh


kulit skrotum dan telah menyebar
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosis diantaranya:

1. Ultrasonografi (USG)

USG dapat mendeteksi adanya fournier gangren dengan menunjukkan

penebalan pada dinding dan gambaran hiperechoik sehingga menyebabkan adanya

bayangan kotor yang menunjukkan adanya gas pada dinding skrotum.5

Gambar 3.7 Suspek fournier gangren pada laki-laki usia 71


tahun dengan demam. USG menunjukkan adanya daerah
echogenik

2. Radiografi

Pada radiografi, hiperlusen menunjukkan adanya gas pada jaringan lunak

yang terdapat di regio skrotum atau perineum.5


Gambar 3.8 Fournier gangren pada laki-laki usia 32
tahun dengan riwayat nyeri pada testisdan infeksi pada
kulit skrotum
3. CT Scan

Gambaran fournier gangren yang tampak pada CT Scan berupa penebalan

jaringan lunak dan inflamasi. CT Scan menunjukkan penebalan fascia yang asimetris,

penumpukan cairan dan abses, penumpukan lemak di sekitar jaringan, dan emfisema

subkutis yang terbentuk karena adanya gas yang ditimbulkan oleh bakteri.5

Gambar 3.9 Gambaran CT Scan pada pasien berusia 60 tahun yang menunjukkan
adanya udara dan cairan yang terjebak dalam dua corpus cavernosum

G. Penatalaksanaan

Fournier gangren membutuhkan pendekatan multimodalitas termasuk di

antaranya stabilisasi hemodinamik dengan mengoreksi cairan dan keseimbangan

elektrolit, antibiotik spektrum luas dan tindakan bedah (drainase abses dan
debridement). Debridement segera merupakan hal utama dalam penanganan fournier

gangren karena jika terlambat akan mempengaruhi prognosisnya. Jaringan yang

nekrosis dan yang tidak layak harus dieksisi sampai didapatkan perfusi yang baik

pada jaringan yang masih bagus. Setelah dilakukan debridement, pasien diistirahatkan

dan kompres dengan larutan NaCl atau povidon iodine. Perawatan luka pasca

debridement juga harus dilakukan.3,4

Gambar 3.10 Tindakan debridement untuk drainase abses


pada fournier abses

Gambar 3.11 Scrotum dibuka sepanjang raphe untuk mengeluarkan


abses dan mengevaluasi jaringan yang nekrotik
Gambar 3.12 Pada pasien yang sama, mengikuti debridement
radikal pertama

Gambar 3.13 Following resolution of the infection, the wound


was covered with a split-thickness skin graft
Gambar 3.14 Debridement radikal yang diikuti dengan rekonstruksi
skrotum menggunakan kulit paha untuk menutup testis

H. Prognosis

Awalnya tingkat kematian akibat fournier gangren dilaporkan sekitar 80%,

tetapi setelah penelitian terbaru dilakukan angka kematian menurun sekitar kurang

dari 40 %. Faktor yang mempengaruhi dampak negatif dari ketahanan hidup pasien

dengan fournier gangren adalah umur, sumber infeksi anorektal primer, penanganan

yang terlambat, status imunokompromais dan diabetes.4

Komplikasi jangka panjang tidak ditemukan. Hanya 50% pasien yang bebas

dari nyeri. Fungsi seksual mungkin dipengaruhi oleh karena deviasi penis atau torsio

penis juga sensitivitas kulit penis atau nyeri selama ereksi.4.

Prognosis untuk pasien setelah rekonstruksi biasanya baik. Skrotum memiliki

kemampuan untuk menyembuhkan dan regenerasi setelah infeksi dan terjadi nekrosis

Namun demikian, sekitar 50% dari laki-laki dengan keterlibatan penis mengalami
sakit dengan ereksi, sering berhubungan dengan jaringan parut pada daerah genital.

Jika jaringan lunak yang luas hilang, mungkin terjadi gangguan pada drainase

limfatik, sehingga terjadi, edema dan selulitis. Fournier Gangrene Severity Index

(FGSI) biasanya dapat digunakan untuk menilai prognosis angka mortalitas. Terdapat

9 parameter yang digunakan dengan tiap parameter digradasi dari 0-4. Beberapa

literatur menunjukkan skor >9 menunjukkan angka mortalitas 75%, skor <9

menunjukkan angka survival 78%.

Tabel 1. Parameter Fournier Gangrene Severity Index


DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi : 3. Malang : Sagung Seto, 2011. 76-
84.

2. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :2. Jakarta : EGC.
2008.

3. Benjelloun et al. Fournier’s Gangrene: Our Experience With 50 Patients and


Analysis of Factors Affecting Mortality. World Journal of Emergency Surgery
2013, 8:13

4. Ochoa G et al. Usefulness of Fournier’s gangrene severity index: a comparative


study. Rev Mex Urol 2010;70(1):27-30

5. Heyn CF, Theron PD. Fournier’s Gangrene. Dalam: Markus Hohenfeller.


Emergencies in Urology. New York USA: Springer 2007, 50-59

6. Burch DM, Barriero TJ. Fournier’s Gangrene: Be Alert for This Medical
Emergency. CME JAAPA 2007, 20(11).

7. Malikarjuna MN, Vijayakumar A, Patil VS, Shivswamy BS. Fournier’s Gangrene:


Current Practices. ISRN Sugery 2012.1-8.

Anda mungkin juga menyukai