PENDAHULUAN
Fournier gangren merupakan suatu gangren pada skrotum atau uvula yang
hemolitikus. Penyakit ini adalah bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di
Fournier gangren pertama kali ditemukan pada tahun 1883, oleh ahli penyakit
kelamin asal Perancis Jean Alfred Fournier mendapatkan dimana 5 laki-laki muda
yang sebelumnya sehat menderita gangren dengan cepat progresif pada penis dan
skrotum tanpa sebab yang jelas. Penyakit ini yang kemudian dikenal sebagai Fournier
atau genital. Penyakit ini kebanyakan terjadi pada penderita usia 40-70 tahun dengan
faktor resiko keadaan umum yang kurang baik seperti gizi buruk, penggunaaan
Fournier gangren relatif jarang, namun sangat progresif kejadian yang tepat
dari penyakit ini tidak diketahui. Dalam artikel penelitian Fournier gangren pada
tahun 2013, Benjelloun et al. terdapat sekitar 50 kasus infeksi yang dilaporkan dalam
Dari 50 pasien, 12 pasien meninggal dan 28 pasien dapat bertahan hidup, dimana
angka mortalitas 24%. Terdapat 44 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Jenis
kelamin tidak berkaitan dengan angka mortalitas. Sumber infeksi 72% kasus dapat
diidentifikasi, dan sumber infeksi yang paling sering adalah melalui anorektal.
Diabetes Mellitus merupakan faktor penyulit tersering.3 Kejadian yang lebih rendah
pada wanita dapat disebabkan oleh drainase yang lebih baik dari daerah perineum
melalui cairan vagina. Pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis berada pada
risiko yang lebih tinggi, terutama untuk infeksi yang disebabkan terkait dengan
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn.ME
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
No.MR : 26 24 75
Anamnesis
pada kantung buah zakar yang dialaminya sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Awalnya 2 minggu SMRS terdpat bisul diantara buah zakar dan anus,
kemudian lama-kelamaan bisul pecah dan mengeluarkan nanah. Luka tersebut juga
terasa nyeri dan berbau tidak enak. Demam (-), sakit kepala (+), batuk (-) sesak (-)
mual (-) muntah (-). BAK lancar dan BAB biasa. Riwayat demam (-) Riwayat berobat
Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes Mellitus (+) diketahui 1 minggu yang lalu
Hipertensi disangkal
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present:
Tanda Vital:
Kepala:
Ekspresi : Normal
Mata:
RCTL +/+
Telinga:
Tophi : (-)
Hidung:
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut:
Leher:
Tumor : (-)
Dada:
- Bentuk : Normothoraks
o Palpasi:
o Perkusi:
o Auskultasi:
Bunyi Tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
Jantung:
midclavicularis sinistra)
o Auskultasi :
Perut:
Alat Kelamin :
C. DIAGNOSIS BANDING
1. Fournier Gangren
2. Abses scrotalis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Darah Rutin
Kekeruhan : jernih
pH : 7,5
Protein :-
Glukosa (reduksi) : 4+
Bilirubin :-
Urobilinogen :-
Keton :-
Nitrit :-
Blood & Hb :-
Leukosit :-
E. DIAGNOSIS
Fournier Gangren
F. PENATALAKSANAAN
Rawat Luka
Personal hygiene
Levemir 0-0-14 iu
Novorapid 16-16-16 iu
G. PROGNOSIS
Bila dilakukan tindakan debridement segera dan perawatan luka yang baik:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fournier gangren merupakan suatu gangren pada skrotum atau uvula yang
hemolitikus. Penyakit ini adalah bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di
Fournier gangren relatif jarang, namun sangat progresif kejadian yang tepat
dari penyakit ini tidak diketahui. Dalam artikel penelitian Fournier gangren pada
tahun 2013, Benjelloun et al. terdapat sekitar 50 kasus infeksi yang dilaporkan dalam
Dari 50 pasien, 12 pasien meninggal dan 28 pasien dapat bertahan hidup, dimana
angka mortalitas 24%. Terdapat 44 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Jenis
kelamin tidak berkaitan dengan angka mortalitas. Sumber infeksi 72% kasus dapat
diidentifikasi, dan sumber infeksi yang paling sering adalah melalui anorektal.
Diabetes Mellitus merupakan faktor penyulit tersering.3 Kejadian yang lebih rendah
pada wanita dapat disebabkan oleh drainase yang lebih baik dari daerah perineum
melalui cairan vagina. Pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis berada pada
risiko yang lebih tinggi, terutama untuk infeksi yang disebabkan terkait dengan
B. Etiologi
divertikulitis.
instrumentasi uretra.
Sisanya disebabkan oleh trauma lokal atau infeksi kulit di sekitar genitalia.
kasusnya. Proses nekrosis biasanya berasal dari infeksi di anorektal (13-50%), saluran
urogenital (17-87%), sedang yang lain dari trauma lokal atau infeksi kulit di sekitar
alat kelamin.1 Penyebab Fournier gangren pada anorektal termasuk abses perianal
abses perirektal, dan iskiorektalis, fisura anal, dan perforasi usus yang terjadi karena
divertikulitis kolon, atau usus buntu. Pada saluran urogenital, penyebab Fournier
gangren mencakup infeksi di kelenjar bulbourethral, cedera uretra, cedera iatrogenik
sekunder untuk manipulasi striktur uretra, epididimitis, orkitis, atau infeksi saluran
kemih bawah (misalnya, pada pasien dengan penggunaan jangka panjang kateter
Terkadang akibat trauma, post operasi dan adanya benda asing juga dapat
menyebabkan penyakit. Pada wanita seperti sepsis aborsi, atau abses pada kelenjar
gangren. Pada pria, anal seks dapat meningkatkan risiko infeksi perineum, baik dari
trauma tumpul langsung atau dengan penyebaran mikroba dari rektal. Sedangkan
C. Patogenesis
gabungan antara bakteri aerob dan anaerob. Rata-rata terdapat tiga jenis bakteri yang
seringkali didapatkan dari kultur pasien. Bakteri yang paling banyak ditemukan
terganggu oleh satu atau lebih proses sistemik penyerta, dengan virulensi dari
Infeksi lokal berdekatan dengan portal masuk adalah dasar terjadinya Fournier
kulit, subkutan dan pembuluh darah menjadi nekrosis kemudian berlanjut iskemia
lokal dan proliferasi bakteri. Infeksi fasia perineum (fasia colles) dapat menyebar ke
penis dan skrotum melalui fasia buck dan dartos, atau ke dinding perut anterior
melalui fasia scarpa, atau sebaliknya. Fasia colles melekat pada perineum dan
posterior diafragma urogenitalia dan lateral dari ramus pubis, sehingga membatasi
perkembangan ke arah ini. Keterlibatan testis jarang, karena arteri testis berasal
langsung dari aorta dan dengan demikian memiliki suplai darah terpisah dari infeksi
lokal.4,6
enzim yang menyebabkan penyebaran Fournier gangren. Sebagai contoh, salah satu
koagulasi dari pembuluh darah. Trombosis pembuluh darah ini dapat mengurangi
suplai darah lokal dengan demikian suplai oksigen ke jaringan menjadi berkurang.
Jalur Penyebaran
mengenal anatomi perianal dan bagian fascia. Perineum terdiri dari dua segitiga yaitu
ischiadica, sedangkan segitiga urogenital terletak di bagian anterior dari garis ini.
(bagian superfisial dari fascia perineal) dan menjalar ke depan sepanjang fascia dartos
yang meliputi skrotum dan penis. Hal ini juga dapat menjalar di bagian superior
fascia Scarpa hingga ke dinding anterior abdomen. Fascia colles melekat di bagian
lateral dengan ramus pubis dan fascia lata dan di bagian posterior dengan diafragma
urogenital, oleh karena itu penyebaran infeksi jarang mengenai daerah ini. Jika fascia
colles terkena, infeksi dapat menyebar hingga ke fossa ischiorectal hingga ke bokong
dan paha.2,3
Gambar 3.3 Penyebaran fournier gangren
Infeksi yang berasal dari segitiga urogenital, uretra, atau kelenjar periuretra
dapat mencapai fascia Buck, dimana infeksi terbatas pada bagian depan dari penis.
Jika infeksi tidak diobati maka fascia Buck dapat dipenetrasi dan infeksi dapat
D. Manifestasi Klinis
didapatkan:5,7
• Gejala prodromal demam dan letargi, yang muncul dalam 2-7 hari
• Rasa sakit dan nyeri tekan yang berhubungan dengan edema pada kulit di atasnya
• Gangren dari bagian alat kelamin disertai drainase purulen dari luka
Gambar 3.4. Edema dinding skrotum dan perubahan warna kulit.7
E. Diagnosis Banding
1. Selulitis
2. Hernia strangulata
3. Abses skrotum
4. Streptococcal necrotising fascitis
5. Herpes simplex
6. Gonococcal balanitis dan oedema
7. Pyoderma gangrenousm
8. Allergic vasculitis
9. Polyarteritis nodosa
10. Ecthyma gangrenosum4
F. Diagnosis
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya nekrosis dan infeksi
subkutis biasanya baru akan muncul beberapa hari setelah muncul gejala.
4. Gangren dapat mencakup seluruh kulit skrotum tetapi tidak pernah mencapai
testis.3,4
diagnosis diantaranya:
1. Ultrasonografi (USG)
2. Radiografi
jaringan lunak dan inflamasi. CT Scan menunjukkan penebalan fascia yang asimetris,
penumpukan cairan dan abses, penumpukan lemak di sekitar jaringan, dan emfisema
subkutis yang terbentuk karena adanya gas yang ditimbulkan oleh bakteri.5
Gambar 3.9 Gambaran CT Scan pada pasien berusia 60 tahun yang menunjukkan
adanya udara dan cairan yang terjebak dalam dua corpus cavernosum
G. Penatalaksanaan
elektrolit, antibiotik spektrum luas dan tindakan bedah (drainase abses dan
debridement). Debridement segera merupakan hal utama dalam penanganan fournier
nekrosis dan yang tidak layak harus dieksisi sampai didapatkan perfusi yang baik
pada jaringan yang masih bagus. Setelah dilakukan debridement, pasien diistirahatkan
dan kompres dengan larutan NaCl atau povidon iodine. Perawatan luka pasca
H. Prognosis
tetapi setelah penelitian terbaru dilakukan angka kematian menurun sekitar kurang
dari 40 %. Faktor yang mempengaruhi dampak negatif dari ketahanan hidup pasien
dengan fournier gangren adalah umur, sumber infeksi anorektal primer, penanganan
Komplikasi jangka panjang tidak ditemukan. Hanya 50% pasien yang bebas
dari nyeri. Fungsi seksual mungkin dipengaruhi oleh karena deviasi penis atau torsio
kemampuan untuk menyembuhkan dan regenerasi setelah infeksi dan terjadi nekrosis
Namun demikian, sekitar 50% dari laki-laki dengan keterlibatan penis mengalami
sakit dengan ereksi, sering berhubungan dengan jaringan parut pada daerah genital.
Jika jaringan lunak yang luas hilang, mungkin terjadi gangguan pada drainase
limfatik, sehingga terjadi, edema dan selulitis. Fournier Gangrene Severity Index
(FGSI) biasanya dapat digunakan untuk menilai prognosis angka mortalitas. Terdapat
9 parameter yang digunakan dengan tiap parameter digradasi dari 0-4. Beberapa
literatur menunjukkan skor >9 menunjukkan angka mortalitas 75%, skor <9
1. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi : 3. Malang : Sagung Seto, 2011. 76-
84.
2. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :2. Jakarta : EGC.
2008.
6. Burch DM, Barriero TJ. Fournier’s Gangrene: Be Alert for This Medical
Emergency. CME JAAPA 2007, 20(11).