Anda di halaman 1dari 7

Jurusan Teknik Sipil

D4 Perancangan Bangunan Gedung

BAB II
DASAR TEORI

A. Analisa Curah Hujan Rencana


Analisa frekuensi curah hujan adalah analisa kejadian yang diharapkan
terjadi rata-rata sekali n tahun, dengan kata lain periode berulangnya sekian
tahun.
Metode analisa frekuensi yang diterapkan pada perencanaan system
drainase adalah dengan cara “Ekstrem value” dari E-9 gumbel, yakni suatu
metode distribusi frekuensi yang menggunakan suatu koreksi yang variable dan
mengggunakan distribusi dari harga-harga maksimum. Berikut ini merupakan
rumus untuk menghitung frekuensi :
1. Metode Gumbel
Gumbel beranggapan bahwa distribusi variable hidrolis tidak terbatas,
oleh karena itu harus digunakan harga-harga terbesar (maksimum).
Persamaan yang digunakan yaitu:

x́=
∑X
n ........................................................ (2.1)

S = √∑ ¿ ¿ ¿ ¿
........................................ (2.2)

n
Yt =−ln ln { ( )}
n−1 ................................. (2.3)

Yt −Yn
KT =
Sn
................................................. (2.4)

Xt =X + KT x S
................................................. (2.5)

Keterangan:
Xt : Besar aliran/ curah hujan periode ulang ulang n tahun
X : Curah hujan maksimum rata-rata selama pengamatan
S : Standar deviasi

Kelompok 3
Konstruksi Jalan dan Drainase Pemukiman
Jurusan Teknik Sipil
D4 Perancangan Bangunan Gedung

KT : Faktor frekuensi
Yt : Reduced variate (lihat persamaan 2.3)
Yn : Reduce mean (lihat Tabel 2.1)
Sn : Merupakan fungsi dari besarnya data (Lihat Tabel 2.2)

Tabel 2.1 Hubungan reduced mean Yn dengan banyaknya data n


N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.503 0.510 0.518
10 0.4952 0.4996 0.5070 0.5128 0.5157 0.5202 0.5220
5 0 1
0.526 0.529 0.533
20 0.5236 0.5252 0.5283 0.5309 0.5320 0.5343 0.5353
8 6 2
0.538 0.539 0.541
30 0.5362 0.5371 0.5388 0.5402 0.5410 0.5424 0.5430
0 6 8
0.544 0.545 0.547
40 0.5436 0.5442 0.5453 0.5463 0.5468 0.5477 0.5481
8 8 3
0.549 0.550 0.551
50 0.5485 0.5489 0.5497 0.5504 0.5508 0.5515 0.5518
3 1 1
0.552 0.553 0.554
60 0.5521 0.5524 0.5530 0.5535 0.5538 0.5543 0.5545
7 3 0
0.555 0.555 0.556
70 0.5548 0.5550 0.5555 0.5559 0.5561 0.5565 0.5567
2 7 3
0.557 0.557 0.558
80 0.5569 0.5570 0.5574 0.5578 0.5580 0.5583 0.5585
2 6 1
0.558 0.559 0.559
90 0.5586 0.5587 0.5591 0.5593 0.5595 0.5598 0.5599
9 2 6
10
0.5600                  
0
Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase, Standar Nasional Indonesia (SNI 03-
3424-1994)

Tabel 2.2 Hubungan reduced standart deviation Sn dengan banyaknya data n


N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.949 0.983 1.009 1.020 1.041
10 0.9676 0.9971 1.0316 1.0493 1.0565
6 3 5 6 1
10,62 1.075 1.086 1.091 1.100
20 1.0696 1.0811 1.0961 1.1047 1.1086
8 4 4 5 4
11,12 1.119 1.125 1.128 1.133
30 1.1159 1.1226 1.1313 1.1363 1.1388
4 3 5 5 9
11,41 1.145 1.149 1.151 1.155
40 1.1436 1.1480 1.1538 1.1574 1.1590
3 8 9 9 7
1.163 1.166 1.168 1.170
50 1.161 1.1623 1.1658 1.1696 1.1721 1.1734
8 7 1 8
11,74 1.177 1.179 1.180 1.182
60 1.1759 1.1782 1.1814 1.1834 1.1844
7 0 3 3 4
11,85 1.187 1.189 1.189 1.191
70 1.1863 1.1881 1.1906 1.1923 1.1930
4 3 0 8 5
11,93 1.195 1.196 1.197 1.198
80 1.1945 1.1959 1.1980 1.1994 1.2001
8 3 7 3 7
12,00 1.202 1.203 1.203 1.204
90 1.2013 1.2026 1.2044 1.2055 1.2060
7 0 2 8 9
10 12,06
1.2065                
0 5

Kelompok 3
Konstruksi Jalan dan Drainase Pemukiman
Jurusan Teknik Sipil
D4 Perancangan Bangunan Gedung

Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase, Standar Nasional Indonesia (SNI 03-
3424-1994)

2. Metode Weduwen
Metode ini berasal dari kencendrungan curah hujan harian yang
dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi
yang simetris dengan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi
hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam.
Berikut cara perhitungan frekuensi curah hujan menggunakan metode
Weduwen:

Rmax II
Rt =Mn
Mp
..................................... (2.6)
Keterangan:
Rt : Curah hujan dengan periode ulang n tahun
Mn : Koefisien perbandingan hujan dengan periode ulang n (Tabel 2.3)
Mp : Koefisien perbandingan curah hujan (Tabel 2.3)
Rmaks II : Curah hujan maksimun II

Tabel 2.3 Koefisien Mn dan Mp untuk perhitungan curah hujan maksimum


menurut metode Ir. J. Der Weduwen
T Mn Mp
1/5 0,238
¼ 0,262
1/3 0,291
½ 0,336
1 0,2523 0,41
2 0,3134 0,49
3 0,3933 0,541
4 0,4544 0,579
5 0,4731 0,602
10 0,6488 0,705
15 0,766 0,766
20 0,849 0,811
25 0,932 0,845
30 0,875
40 0,915
50 0,948
60 0,975

Kelompok 3
Konstruksi Jalan dan Drainase Pemukiman
Jurusan Teknik Sipil
D4 Perancangan Bangunan Gedung

70 1
80 1,02
90 1,03
100 1,05
Sumber : Aswaryono, Metode Weduwen Aswaryono (2018)

B. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah curah hujan yang terjadi pada satuan waktu.
Intensitas curah hujan diperhitungkan terhadap lamanya hujan (durasi) dan
frekuensinya atau yang dikenal dengan lengkung intensitas durasi frekuensi (IDF
curve). Intensitas curah hujan dipergunakan untuk menentukan besar aliran
permukaan (Run Off).
Intensitas curah hujan dapat dianalisa dari kemiringan lengkung massa
hujan atau lengkung yang didapatkan dalam pengukuran hujan otomatis. Kalau
hujan dibagi dalam interval waktu, maka intensitas tiap-tiap interval dapat dibaca
dari kemiringan masing-masing interval.
Pada perhitungan intensitas curah hujan diperlukan data curah jangka
pendek ini hanya di dapat dari data pengamatan curah hujan otomatis dari kertas
diagram yang terdapat pada peralatan pencatatan.
Hujan dengan intensitas besar umumnya terjadi dalam waktu pendek.
Besarnya debit (banjir) perencanaan ditentukan oleh intensitas hujan.
Perhitungan data curah hujan dengan data pengamatan jangka pendek sesuai
durasi, dipakai rumus menggunakan metode mononobe:

d 24 24 m
i= ( )
24 t
................................................. (2.7)
Keterangan:
i : Intensitas curah hujan dalam (mm/menit)
d24 : Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t : Durasi hujan atau waktu (jam)
m : Konstanta (0.0667)

Kelompok 3
Konstruksi Jalan dan Drainase Pemukiman
Jurusan Teknik Sipil
D4 Perancangan Bangunan Gedung

C. Debit Rencana

Untuk menghitung debit puncak rencana digunakan Rasional Methode


(RM) dimana data hidrologi memberikan kurva intensitas durasi frekuensi (IDF)
yang seragam dengan debit puncak dari hujan rata-rata sesuai waktu konsentrasi.

Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut :

Qs=0.00278 x Cs x C I x A
................................................. (2.8)

2 tc
Cs=
2 tc +td
.................................................................... (2.9)

tc=t 0 +td
......................................................................... (2.10)

0.77
t 0=0.0197+ ¿
( )
√ St
Untuk lt > 300 m ......................... (2.11)

0.77
t 0=0.0195+ ¿
( )
√ St
Untuk lt < 300 m ......................... (2.12)

ls
td =
v
.....................................................................................(2.13)

2
R 24
I=
24 t ( ) 3

......................................................................(2.14)
Keterangan :
A = luas area (Ha)
ls = panjang saluran (m)
lt = panjang aliran terjauh diatas lahan (m)
St = kemiringan lahan (%)
t0 = waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari permukaan lahan ke
saluran

Kelompok 3
Konstruksi Jalan dan Drainase Pemukiman
Jurusan Teknik Sipil
D4 Perancangan Bangunan Gedung

td = waktu pengaliran
tc = waktu pengumpulan air
Cs = faktor koefisien konsentrasi
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
C = koefisien pengaliran

Kelompok 3
Konstruksi Jalan dan Drainase Pemukiman
Jurusan Teknik Sipil
D4 Perancangan Bangunan Gedung

Kelompok 3
Konstruksi Jalan dan Drainase Pemukiman

Anda mungkin juga menyukai