MATA MERAH
VISUS
TIDAK VISUS
TURUN TURUN
o KONJUNGTIVITIS o ENDOFTALMITIS
o PERDARAHAN o GLAUKOMA AKUT
SUBKONJUNGTIVA o KERATITIS AKUT
o PTERIGIUM o ULKUS KORNEA
o PINGUEKULA o UVEITIS ANTERIOR
o EPISKLERITIS o PANOFTALMITIS
o SKLERITIS o TRAUMA OKULI
o DEFISIENSI VITAMIN A
o DRY EYE SYNDROME
- Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan umumnya 6/6, jika visus < 6/6
curiga terjadi kerusakan selain di konjungtiva atau pasien memiliki kelainan
refraksi
- Pemeriksaan funduskopi perlu pada setiap penderita dengann perdarahan
subkonjungtiva akibat trauma
Tatalaksana
o Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu
walaupun tanpa pengobatan
o Pengobatan penyakit yang mendasari bila ada
Konseling dan edukasi
Memberitahu keluarga bahwa :
1. Tidak perlu khawatir karena perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam
pertama, namun setelah itu ukuran akan berkurang perlahan karena diabsorpsi
2. Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi dengann angka
terjadinya perdarahan subkonjungtiva sehingga diperlukan pengontrolan tekanan
darah pasa pasien dengann hipertensi
Pterigium : pertumbuhan segitiga fibrovascular yang apeksnya bisa di konjungtiva/kornea
dan basisnya ada di forniks
Etiologi : diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat paparan sinar UV,
pengeringan dan lingkungan dengann angin yang banyak. Ada juga yang menunjukkan
bahwa dry eye dan virus papiloma bisa menyebabkan pterigium.
Faktor risiko:
o Daerah banyak sinar matahari
o Daerah berdebu, berpasir atau anginnya besar
o Sering berkendara mautor tanpa helm penutupatau kacamata pelindung
o Nelayan
o Petani
o Iritasi kronik atau inflamasi pada area limbus atau perifer kornea
Anamnesis :
o Asimptomatik
o Iritasi mata
o Mata merah
o Perubahan visus — bila pterigium mengenai aksis visual atau menyebabkan
astigmatisme
o Sensasi adanya benda asing
o Fotofobia
Komplikasi : kosmetik, iritasi kronis, penurunan visus kalo sudah sampai di visual aksis/
astigmatism, inflamasi
Stadium :
I : belum mencapai limbus
II : sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil
III : sudah menutupi pupil
IV : sudah melewati pupil
Tatalaksana :
Stadium I : diberikan artificial tears
Stadium II, III, IV : dirujuk untuk dilakukan operasi
Konseling dan edukasi
Melindungi mata dari sinar UV berlebihan dengan kacamata yang tepat
Melindungi mata dalam keadaan kering, kondisi berdebu dengann kacamata yang tepat
Prognosis
Prognosis visual dan kosmetik dari eksisi pterigium adalah baik
Rekurensi (timbul kembali dalam 7 hari-6 bulan post op. ) pada 30-50%
Pinguekula : deposit putih kekuningan di konjungtiva bulbi
Terletak sebelah nasal atau temporal dari limbus
Terapi : biarkan saja, kalo inflamasi — gunakan steroid
Episkleritis: inflamasi lokal pada episklera yang bersifat ideiopatik
Etiologi : idiopatik
Faktor risiko:
o Dikaitkan dengann penyakit gout, rosacea, psoriasis, herpes zoster, sifilis,
tuberkulosis, rheumatoid arthritis dan SLE
o Diduga merupakan suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian dari
infeksi, dan sering dihubungkan dengan faktor hormonal terutama pada
perempuan
Anamnesis
o Keluhan mata merah
o Rasa tidak enak ringan pada mata
o Rasa berpasir
o Rasa terbakar
o Sensai benda asing
o Fotofobia ringan
o Lakrimasi (bisa terjadi)
Pemeriksaan oftalmologi
o Visus : biasanya Normal
o Berdasarkan gambaran klinis dibagi jadi 2:
1. Diffuse episcleritis atau simple episcleritis : bila inflamasi episklera
meliputi lebih dari satu kuadran
- Skleritis posterior
Inflamasi yang melibatkan sklera di belakang ekuator. Gambaran
inflamasi dari struktur sekitarnya termasuk ablasio retina eksudatif, edema
makula, proptosis, dan hambatan gerakan bola mata.
b. Skleritis infeksius
o Stadium awal mirip skleritis Non-infeksius
o Skleritis dengann eksudat purulen atau infiltrat sebaiknya
menambah kecurigaan adanya etiologi infeksi
o Terbentuknya fistula, Nodul yang nyeri, ulkus konjungtiva dan
sklera biasanya tanda suatu skleritis infeksius
Komplikasi
Iritis, iridosiklitis, choroiditis anterior, keratitis, katarak komplikata, glaukoma
sekunder. Pada skleritis nekrotikans sclera atau skleromalacia maka dapat terjadi
perforasi sklera.
Terapi
o Skleritis non-infeksius
Skleritis Non-nekrotikan
- Steroid tetes mata topikal
- indometasin 75 mg sistemik 2 x 1 hingga inflamasi mereda
Skleritis nekrotikan
- Steroid topikal
- steroid oral dosis tinggi, kemudian diturunkan perlahan-lahan
- Imunosupresan seperti metotreksat atau siklofosfamid dapat diberikan
pada kasus yang resisten
- KI pada pemberian steroid subkonjungtiva karena dapat menyebabkan
penipisan sklera dan perforasi
- Terapi bedah dalam bentuk graft tempel sklera untuk
mempertahankan integritas bola mata dari sklera yang menipis
o Skleritis infeksius
Oral dan topikal steroid yang dapat memperberat skleritis infeksiusnya
Terapi antimikroba diberikan dalam bentuk oral dan topikal
Debridemen dengan mengangkat sebagian jaringan sklera yang
terinfeksi dan memfasilitasi efek antibiotik
Xerophthalmia: menggambarkan semua manifestasi okuler akibat defisiensi vitamin A
Etiologi
Kurangnya jumlah asupan vitamin A atau gangguan absorpsi pada usus. Sering
disertai protein energi malnutrition dan infeksi.
Klasifikasi WHO
XN Buta senja
X1A Xerosis konjungtiva
X1B Bitot’s spots
X2 Xerosis kornea
X3A Ulkus kornea/keratomalasia yang melibatkan kurang dari 1/3
permukaan kornea
X3B Ulkus kornea/keratomalasia yang melibatkan lebih dari 1/3 kornea
XS Scar kornea akibat xerophtalmia
XF Fundus xerophthalmic
Diagnosis
Anamnesis
Nyctalopia (buta senja), rasa mengganjal dan tidak nyaman pada mata serta
gangguan visus
Gambaran klinis
1. XN (buta senja). Merupakan gejala dini xerophtalmia pada anak-anak.
Sering dinamakan chicken eyes
2. X1A (xerosis konjungtiva) : satu atau lebih lesi yang tampak kering dan
tidak mengkilap pada konjungtiva. Hampir selalu terlihat pada area inter-
palpebral kuadran temporal kemudian pada daerah nasal. Pada kasus
tertentu dapat terlihat adanya penebalan konjungtiva, lipatan dan
pigmentasi.
3. X1B (Bitot’s spot). Perluasan proses xerotik dari stadium X1A. Bitot’s
spot merupakan suatu area yang mencembung, berwarna putih silver,
berbusa, tampak sebagai lesi segitiga dari epitel yang mengalami
keratinisasi pada konjungtiva bulbi area inter-palpebra.
Tatalaksana
Termasuk terapi lokal, Vit.A dan penanganan penyakit dasar
o Terapi okuler lokal :
untuk xerosis konjungtiva : artificial tears (hidroksipropyl metyl selulose
0,7% atau hipromellose 0,3%) yang harus ditetes setiap 3-4 jam
Keratomalasia : tatalaksana ulcus kornea bakteri secara paripurna harus
diberikan
o Terapi vitamin A. DIberikan pada semua stadium xerophthalmia.
Rekomendasi WHO:
Semua pasien berusia lebih dari 1 tahun (kecuali wanita usia
reproduktif) : 200.000 IU vit A oral atau 100.000 injeksi IM harus
diberikan segera setelah diagnosis dan diulangi pada hari berikutnya
kemudian 4minggu setelahnya
Anak-anak usia di bawah 1 tahun dan pada usia berapapun dengan
berat badan kurang dari 8 kg diterapi dengann setengah dosis pasien
usia lebih dari 1 tahun
Wanita dengann usia reproduktif, hamil atau tidak : (a) yang
memiliki buta senja (XN), xerosis konjungtiva (X1A) dan bitot’s
spot (X1B) harus diterapi dengan vitamin A oral 10.000 IU (1
tablet) per hari selama 2 minggu. (B) untuk xerophthalmia kornea,
direkomendasikan pemberian dosis penuh.
o Penanganan penyakit dasar : seperti PEM, ggn nutrisi, diare, dehidrasi dan
gangguan elektrolit, infeksi dan kondisi parasitik harus dipertimbangkan
scara simultan.
Profilaksis
o Pendekatan jangka pendek. Pemberian suplemen vitamin A secara periodik.
WHO merekomendasikan jadwal pemberian vitamin A :
i. Bayi usia 6-12 bulan dan anak dengann berat badan kurang dari 8
kg : 100.000 IU oral setiap 3-6 bulan
ii. Anak-anak umur 1-6 tahun : 200.000 IU oral setiap 6 bulan
iii. Ibu menyusui : 20.000 IU oral sekali saat melahirkan atau selama 2
bulan kemudian. Hal ini meningkatkan konsentrasi vitamin A dalam
ASI, sehingga melindungi bayi menyusui
iv. Bayi kurang dari 6 bulan, yang tidak sedang menyusu : 50.000 IU
oral harus diberikan sebelum umur 6 bulan
o Pendekatan jangka panjang. Dilakukan promosi dan edukasi akan
pentingnya intake yang kaya akan Vit. A secara adekuat seperti sayuran
hijau, pepaya, wortel, tomat, labu, hati, daging, dan telur.
Mata kering (dry eye)
Organisme penyebab
Keratitis bakterial
Sejumlah bakteri yang dapat menginfeksi kornea : staphylococcus epidermis,
staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae, koliformis, pseudomonas,
dan hemophilus. Sebagian besar bakteri tidak dapat penetrasi kornea sepanjang
epitel kornea masih intak. Hanya bakteri gonococci dan difteri yang dapat
penetrasi kornea yang intak.
Gejalanya : nyeri, fotofobia, visus lemah, lakrimasi dan sekret purulen (khas
untuk keratitis bakteri).
Terapi konservatif : antibiotik topikal (ofloxacin dan polymixin) yang
berspektrum luas untuk bakteri gram positif dan bakteri gram negatif sampai
hasil kultur didapatkan. Jika ada iritasi intraocular diberi terapi midriasis untuk
imobilisasi badan silier dan iris. Keratitis bakteri dapat diterapi pertama kalinya
dengan tetes mata ataupun salep. Terapi pembedahan berupa keratoplasti
emergency dilakukan jika terdapat descematocel atau ulkus kornea yang
perforasi.
Keratitis viral
Keratitis herpes simpleks
Dua jenis : primer dan rekurens. Keratitis ini merupakan penyebab
ulkus yang paling umum dan penyebab kebutaan kornea yang paling
umum.
Gejala : sangat nyeri, fotofobia, hiperlakrimasi, pembengkakkan
palpebra.
Bentuk keratitis virus herpes simpleks : keratitis dendritic khas lesi
epitel yang bercabang, keratitis stromal mempunyai epitel yang intak
pada pemeriksaan slitlamp menunjukkan infiltrat kornea diirformis
sentral, keratitis endotelium terjadi karena virus herpes simpleks
terdapat pada humor aquos yang menyebabkan pembengkakan sel
endote., sindrom nekrosis retinal akut mengenai bola mata bagian
posterior pada pasien AIDS.
Pengobatan : virustatika (IDU trifluoritimidin dan asiklovir. Pemberian
steroid pada penderita herpes berbahaya.
Keratitis herpes zoster
Merupakan manifestasi virus herpes zoster pada cabang pertama saraf
trigeminus, termasuk puncak hidung dan demikian pula dengann kornea
atau konjungtiva. Mata terasa sakit dengan perasaan yang berkurang
(anestesia dolorosa). Pengobatannya adalah simptomatik seperti
pemberian analgetika, vitamin dan ab topikal atau umum untuk
mencegah infeksi sekunder.
Keratitis jamur
Patogen yang lebih sering adalah aspergillus dan candida albicans. Pasien
mengeluhkan gejala yang sedikit. Pada inspeksi ditemukan : mata merah, ulkus
yang berbatas tegas dan dapat meluas menjadi ulkus kornea serpiginuous. Pada
pemeriksaan slitlamp menunjukkan infiltrate stroma yang berwarna putih
keabuan, khususnya jika penyebabnya adalah candida albicans. Lesi-lesi yang
lebih kecil berkelompok mengelilingi lesi yang besar membentuk lesi satelit.
Ulkus kornea
Ulkus terjadi karena organisme memproduksi toksin yang menyebabkan nekrosis dan
pembentukan pus pada jaringan kornea. Ulkus kornea biasanya terbentuk akibat infeksi
oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas atau pneumokokus), jamur, virus
(herpes) atau protozoa akantamuba. Penggunaan lensa kontak terutama yang memakainya
waktu tidur bisa menyebabkan ulkus kornea.
Faktor risiko : mata kering, alergi berat, riwayat kelainan inflamasi, penggunaan lensa
kontak, imunosupresi, trauma dan infeksi umum.
Ulkus kornea akibat jamur
Banyak dijumpai pada pekerja petani, penduduk perkotaan (dengan dipakainya
obat kortikosteroid dalam pengobatan mata). Kebanyakan disebabkan oleh
candida, fusarium, aspergillus, penicillium, cephalosporium. Ulkus fungi ini
indolen, infiltrat kelabu, sering dengann hipopion, peradangan nyata pada bola
mata, ulserasi superficial dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrat di tempat-tempat
yang lebih jauh dari daerah utama ulserasi). Lesi utamadan sering juga lesi
satelit, merupakan plak endotel dengann tepian tidak teratur di bawah lesin
kornea utama disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea.
Terdapat kongesti siliaris dan konjungtiva yang nyata, tetapi gejala nyeri, mata
berair dan fotofobia biasanya lebih ringan dibandingkan dengan ulkus kornea
akibat bakteri. Kerokan dari ulkus kornea jamur, kecuali yang disebabkan
candida, mengandung unsur hifa, kerokan ulkus candida umumnya mengandung
pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas.
Gejala klinis
Anamnesis
Rasa nyeri, pengeluaran air mata berlebih, fotofobia, penurunan visus, sensasi benda
asing, rasa panas, iritasi okuler dan blefarospasme. Karena pada kornea banyak serat-
serat saraf kebanyakan lesi kornea superficial dan profundus dapat menyebabkan nyeri
dan fotofobia. Nyeri pada keratitis diperparah dengann pergerakan dari palpebra
(umumnya palpebra superior) terhadap kornea dan biasanya menetap hingga terjadi
penyembuhan. Lesi di kornea seringkali mengakibatkan penglihatan menjadi kabur,
terutama ketika lesinya berada di bagian sentral.
Pemeriksaan fisik
Lesi kornea berupa lesi epithelial multiple sebanyak 1-50 lesi (rata-rata sekitar 20 lesi).
Lesi epithelial pada keratitis pungtata superfisial berupa kumpulan bintik-bintik kelabu
yang berbentuk oval atau bulat dan cenderung berakumulasi di daerah pupil. Opasitas
kornea tampak bila dilihat dengann slitlamp atau lup setelah diberi fluorescein.
Sensifititas umumnya Normal atau bekurang sedikit tapi tidak pernah menghilang sama
sekali seperti pada keratitis herpes simpleks. Tampak reaksi konjungtiva bulbar.
Gejala klinis ulkus kornea : nyeri ekstirm karenaa paparan terhadap nervus. Rasa sakit
diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap
sampai sembuh. Fotofobia pada penyakit kornea akibat kontraksi iris beradang yang
sakit. Penyakit kornea umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen.
Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengann defek epithel yang nampak
pada pewarnaan fluorescein. Biasanya juga terdapat tanda-tanda uveitis anterior seperti
miosis, aqueous flare (protein pada humor aqueus) dan kemerahan pada mata. Stimulasi
reseptor nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti
prostaglandin, histamin dan asetilkolin.
Pmx pada bola mata biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan
konjungtiva, injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus
konjungtiva dan pada permukaan ulkus dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan opasitas
kornea berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval dengann batas yang
tegas. Pemeriksaan dnegan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis dan hipopion.
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
o Tes fluorescein topikal : abrasi kornea terwarnai dengann fluorescein
o Pewarnaan gram dan KOH : untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus
o Kultur : dibutuhkan untuk mengisolasi oranganisme kausatif pada beberapa
kasus
DD
Tatalaksana
Komplikasi dan prognosis
Glaukoma akut : episode akut peningkatan TIO di atas nilai normal (10-20 mmHg)
akibatnya tersumbatnya aliran humor akuos secara tiba-tiba, dimana produksi humor akuos
dan resistensi trabecular Normal.
Patogenesis
Bentuk anatomis mata dengan COA yang dangkal mengganggu aliran humor aquous
pada pupil. Blok pupil akan meningkatkan tekanan COP yang akan mendorong iris ke
depan ke arah trabecular meshwork dan secara tiba-tiba memblok aliran humor
akuous (angle closure).
Pemberikan midriatikum tetes mata juga dapat mempresipitasi terjadinya glaukoma
akut oleh karena kerja dari obat ini untuk mendilatasikan pupil sehingga sudut COA
tertutup.
Diagnosis
Gejala:
o Nyeri akut dan bersifat sangat nyeri terjadi oleh karena peningkatan TIO akan
merangsang persarafan kornea (N V.1)
o Mual dan muntah yang timbul akibat iritasi nervus vagus dan dapat
menyerupai gejala pada kelainan saluran cerna
o Penurunan penglihatan yang progressif dan melihat “halo” di sekitar cahaya
lampu. Hal ini disebabkan oleh edema epitel kornea.
Tanda
o Konjungtiva kemosis dan kongesti disertai injeksi konjungtiva
o Edema kornea
o COA sangat dangkal
o Pupil middilatasi atau dilatasi dan tidak ada reflek cahaya
DD
Tatalaksana
Terapi medikamentosa
Tujuan terapi konservatif adalah : menurunkan tekanan intaokuli, menjernihkan
kornea, mengurangi nyeri
Prinsip terapi medikamentosa :
Pengurangan osmotik volume corpus vitreus dengann pemberian agen
hiperosmotik sistemik (gliserin oral 1,0-1,5 g/kgBB atau manitol intravena 1-2
g/kgBB)
Pengurangan produksi humor akuous dengann cara menghambat karbonik
anhydrase (acetazolamide IV 250-500mg)
Baik obat untuk mengurangi volume corpus vitreus dan produksi humor akuos di
atas, dapat diberikan bersamaan pada awal terapi untuk menurunkan TIO di
bawah 50-60 mmHg
Iris ditarik mundur ke belakang, sehingga sudut BMD dapat terbuka dengann
cara pemberian obat miotikum (pilocarpine 1% tetes mata)
Terapi simptomatik dengann obat anelgetik dan antiemetik
Terapi Pembedahan
Laser iridotomy
Iridektomi perifer
Endoftalmitis: inflamasi berat pada bagian dalam struktur bola mata, seperti jaringan uvea
dan retina sehubungan dengann akumulasi eksudat dalam korpus vitreus, bilik mata depan
dan bilik mata belakang.
Klasifikasi dan etiologi
Endoftalmitis infeksius
Jalur infeksi
1. Infeksi eksogen
Pasca luka perforasi, perforasi dari ulkus kornea atau infeksi pasca operasi
intraocular seperti operasi katarak
2. Infeksi endogen atau endoftalmitis metastasis
Berasal dari penyebaran hematogen yang berasal dari fokus infeksius dalam
tubuh seperti karies gigi, septisemia dan sepsis purpura
3. Infeksi sekunder dan struktur sekitarnya
Pasca infeksi selulitis orbita, tromboflebitis, ulkus kornea infeksius
Organisme penyebab
Endoftalmitis bakterial
Endoftalmitis jamur
Diagnosis
Tatalaksana