Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PAKAN SAAT PERAWATAN

oleh
FITRI WULAN SARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pakan yang baik
dan manfaatnya untuk masyarakat.

    Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
    
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pakan yang baik dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
    
                                                                                      Banda Aceh, Agustus 2016
    

                                                                                              Penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………….1
Daftar isi……………………………………………………………………………………………2
Pendahuluan……………………………………………………………………………………..3
Tinjauan pustaka………………………………………………………………………………..4
Pembahasan dan isi…………………………………………………………………………..5
Penutup………………………………………………………………………………………………6
Daftar pustaka……………………………………………………………………………………7

MANAJEMEN PAKAN TERNAK KAMBING


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam usaha budidaya ternak kambing yang dikelola secara intensif maupun semi intensif,
pakan merupakan salah satu komponen input yang sangat menentukan keberhasilan usaha secara
finansial. Manajemen pemberian pakan membutuhkan strategi dan analisa lebih lanjut untuk
mencapai tujuan dari usaha ternak kambing. Kambing memiliki kelebihan dalam kemampuan
memanfaatkan bahan pakan berserat tinggi ini dimungkinkan oleh proses fermentasi secara
anaerobik yang diperankan oleh mikroba yang berkembang didalam lambung. Sehingga sangat
mungkin dilakukan manipulasi pakan dengan catatan produksi tetap baik.
Tanaman pakan ternak (hijauan pakan) dan hasil sisa tanaman maupun limbah pertanian dan
industri agro menjadi pilihan  utama dalam mengembangkan sistem pakan pada usaha ternak
kambing (pakan dasar). Pakan dasar atau pakan pokok memiliki arti bahwa secara kuantitatif
bahan tersebut dialokasikan dan dikonsumsi oleh ternak dalam jumlah paling banyak
dibandingkan bahan pakan lain. Namun demikian, untuk mendukung produktivitas yang tinggi
menurut kapasitas genetiknya, maka suplai nutrisi dari pakan dasar sering tidak mencukupi, baik
dalam jumlah asupannya maupun dalam keseimbangan antar berbagai zat gizinya
(Sosroamidjojo, 1985). Oleh karena itu, manajemen pemberian pakan hijauan perlu diperhatikan
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya
Pemberian pakan konsentrat ataupun suplemen yang menggunakan bahan baku dengan
kandungan nutrisi (protein, energi, mineral) yang tinggi sebaiknya digunakan untuk mengatasai
kekurangan nutrisi pada pakan dasar. Oleh karena konsentrasi nutrisinya relatif tinggi, maka
biaya penggunaan pakan konsentrat juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pakan dasar
per unit pakan. Dengan demikian penggunaan pakan konsentrat haruslah seefisien mungkin
(Hartadi et al., 1980).
Efisiensi penggunaan pakan yang tinggi dapat dicapai dengan pengelolaan pakan yang tepat,
antara lain pengelolaan alokasi jumlah pakan optimal, formulasi konsentrat yang efisien,
pemilihan bahan baku yang seimbang secara nutrisi dan layak secara ekonomis serta penentuan
waktu dan frekuensi pemberian pakan yang strategis. Kontribusi penggunaan pakan secara
efisien sangat besar terhadap efisiensi ekonomi usaha produksi secara keseluruhan. Oleh karena
itu manajemen pemberian pakan meliputi waktu pemberian, frekuensi pemberian dan tahap
persiapan sebelum pembersihan pakan harus dilakukan dengan baik.

Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pakan ternak kambing ;
2. Untuk mengetahui pemberian pakan hijauan pada ternak kambing ;
3. Untuk mengetahui pemberian pakan konsentrat pada ternak kambing ;
4.  Untuk mengetahui manajemen pemberian air minum pada ternak kambing ;
5. Untuk mengetahui dampak manajemen pemberian pakan terhadap efisiensi pakan
ternak kambing ;

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pakan Ternak Kambing


Pakan adalah suatu bahan yang dikonsumsi ternak yang didalamnya mengandung energi dan zat-
zat gizi (atau keduanya). Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang
mampu menyajikan unsur hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan,
penggemukan, reproduksi dan produksi (Hartadi et al.,1986).
Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan ternak kambing sebenarnya hanya
terdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar, pakan penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar
merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri
dari rumput dan dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan
mudah dicerna seperti konsentrat, ampas tahu dan bubur singkong. Sementara pakan pengganti
merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi. Kambing sangat efisien dalam mengubah
pakan berkualitas rendah menjadi protein yang berkualitas tinggi (Blakely dan Bade , 1994)
Pemberian Pakan Hijauan Pada Kambing
Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun daunan tertentu (daun
nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor kambing dewasa
membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, yaitu pagi dan sore.
Tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di alam terbuka (browser)
(Sosroamidjojo, 1985).
Siregar (1995) menjelaskan bahwa pemberian hijauan terbagi menjadi 2 macam yaitu hijauan
yang diberikan dalam keadaan masih segar dengan kadar air 70% dan hijauan yang diberikan
dalam keadaan kering atau awetan. Hijauan kering dapat berupa hay, sedangkan awetan dapat
berupa silase.
Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 – 4% bahan kering dari
bobot hidup (Sianipar, dkk, 2006). Hijauan merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat
berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70 % dari total
pakan (Setiawan dan Arsa, 2005). Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan
(Sugeng, 1992).
Menurut Mulyono dan Sarwono (2008) pada dasarnya kambing tidak selektif dalam memilih
pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput disukai, tetapi hijauan dari daun-daunan lebih
disukai daripada rumput. Hijauan yang baik untuk pakan adalah hijauan yang belum terlalu tua
dan belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masih muda memiliki kandungan PK
(protein kasar) yang lebih tinggi. Hijauan yang diperoleh pada musim hujan sebaiknya dilayukan
atau dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pakan kambing.
Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dan
berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral.
Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila pakan berupa
campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur dengan perbandingan 1 : 1. Dengan
komposisi demikian, zat gizi yang terdapat pada masing-masing jenis hijauan yang diberikan
tersebut akan saling melengkapi dan menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik sehingga
pencernaan tidak terganggu (Mulyono dan Sarwono, 2008).

Pemberian Pakan Konsentrat Pada Kambing


Bahan pakan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat. Konsentrat
serta bahan berserat merupakan komponen atau penyusun ransum (Blakely dan Bade, 1994).
Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan
keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai
suplemen atau bahan pelengkap (Hartadi et al., 1980).
Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa konsentrat untuk ternak kambing umumnya disebut sebagai
pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan
mudah dicerna. Pakan penguat dapat berupa dedak jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil
kacang tanah, atau campuran pakan tersebut.
Untuk kambing jantan yang sedang dalam periode memacek sebaiknya ditambah pakan penguat
(konsentrat) ± 1 kg. Konsentrat yang terdiri dari campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian
bungkil kelapa ditambah garam secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan
penguat tersebut diberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental (Sosroamidjojo, 1985).
Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak kambing harus disuplementasikan dengan
makanan penguat atau konsentrat agar kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi. Tujuan
suplementasi makanan penguat dalam makanan ternak kambing adalah untuk meningkatkan daya
guna makanan atau menambah nilai gizi makanan, menambah unsur makanan yang defisien serta
meningkatkan konsumsi dan kecernaan makanan. Keuntungan yang diperoleh dari pemberian
pakan kasar bersama makanan penguat adalah adanya kecenderungan mikroorganisme dalam
rumen dapat memanfaatkan makanan penguat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan
selanjutnya memanfaatkan makanan kasar yang ada. Dengan demikian mikroorganisme rumen
lebih mudah dan lebih cepat berkembang populasinya, sehingga akan semakin banyak makanan
yang harus dikonsumsi ternak kambing (Murtidjo, 1993).
Pembuatan pakan konsentrat diformulasi sebagai berikut: bekatul 35 %, pollard 20%, bungkil
kedelai 13%, empok jagung 8%, onggok 20%, mineral dan garam dapur 4% (Ali, dkk, 2012).
Menurut Siregar (1990) standar nutrien dalam konsentrat untuk penggemukan kambing protein
minimal 16% dan serat kasar kurang 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan dicomborkan
sebelumnya pakan konsentrat dimasukkan sejumlah air panas membentuk comboran cair, diaduk
merata, menunggu dingin baru diberikan pada ternak. Dengan demikian akan meningkatkan
efisiensi pakan karena nutrien konsentrat menjadi bypass.
Untuk kambing sedang tumbuh, kebutuhan protein kasar ransum sebesar 14–19%, DE =3,0 Mcal
dan kebutuhan bahan kering hampir sama yaitu 3,5% dari bobot hidup (NRC, 1981). Namun
menurut Haryanto dan Djajanegara (1993) kambing sedang tumbuh khususnya di Indonesia,
kebutuhan protein ransum 12–14% dan DE = 2,8 Mcal.
Pemberian Air Minum Pada Kambing
Adapun ketersediaan air minum untuk kambing harus ada setiap saat (Sutama dan Budiarsana,
2009). Meskipun sebagian besar air didapat dari hijauan rumput atau daun-daunan, kambing
tetap harus diberi minum. Air diperlukan untuk membantu proses pencernaan, mengeluarkan
bahan-bahan yang tidak berguna dari dalam tubuh (keringat, air kencing dan kotoran), melumasi
persendian dan membuat tubuh tidak kepanasan. Volume kebutuhan air pada kambing sangat
bervariasi, dipengaruhi oleh jenis kambing, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, dan
kegiatan kambing. Bila bobot kambing hidup 40 kg/ekor dan ransum kering (dalam bahan
kering) yang dibutuhkan ternak rata-rata sebanyak 0,8 kg dan air minum minimal sebanyak 3 x 1
liter (3 liter). Kebutuhan air minum untuk kambing berkisar 3-5 liter sehari (Mulyono dan
Sarwono, 2008).
Manajemen Pemberian Pakan dan Kebutuhan Nutrisi Pada Kambing
Manajemen pemberian pakan yang baik perlu dipelajari karena merupakan upaya untuk
memperbaiki kualitas pakan yang diberikan. Pemberian pakan yang tidak memenuhi kebutuhan
ternak akan merugikan. Manajemen pemberian pakan harus memperhatikan penyusunan ransum
kebutuhan zat-zat untuk ternak yang meliputi jenis ternak, berat badan, tingkat pertumbuhan,
tingkat produksi, dan jenis produksi (Chuzaemi dan Hartutik, 1988).
Pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang masih segar. Bila pakan
berada di dalam palungan lebih dari 12 jam maka pakan tersebut akan menjadi basi, apek dan
mudah berjamur. Pakan yang sudah basi akan menyebabkan pengambilan (intake) pakan oleh
ternak berkurang dan hal ini akan berdampak terhadap menurunnya performa ternak. Setiap
terjadi penurunan 1,0 % akan menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan sebesar 1,5-
2,0 %. Untuk menjamin pakan di dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan
minimal 2 kali sehari, bila terdapat sisa pakan dari pemberian sebelumnya harus dibuang.
Idealnya ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira -kira setengah jam setelah pakan pada
pemberian sebelumnya habis. Inilah pentingnya menyusun ransum yang sesuai dengan
kebutuhan ternak (Santosa, 2006).
Bahan pakan penggemukan dapat beragam, tetapi komposisi gizi harus sesuai untuk tujuan
produksi (penggemukan). Jumlah pemberian tergantung berat badan (10 – 15 %). Perbandingan
pakan hijauan dan pakan tambahan (konsentrat) minimal 80 : 20. Adapun jenis pakan tambahan
lainnya dapat berupa campuran beberapa limbah hasil pertanian, seperti ampas kacang kedelai,
dedak padi, dedak gandum, bungkil inti sawi, bungkil kelapa, serta molases dan mineral atau
vitamin. Pakan tambahan tersebut diberikan sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari dengan PK 14 – 16 %.
(Sutama dan Budiarsana, 2009).
Menurut Pamungkas, dkk, (2005) upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan
kambing peranakan boer dengan menyediakan asupan nutrisi yang cukup, salah satunya dengan
memberikan pakan lengkap (complete Feed atau Total Mix Ration). Pakan lengkap yang
dimaksud adalah campuran antara hijauan atau sumber serat dengan konsentrat dalam bentuk
yang homogen (uniform) dengan kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan ternak, dengan
demikian begitu ternak mengkonsumsi pakan ini sekaligus hijauan dan konsentrat masuk
bersama-sama dalam rumen. Pemberian pakan dengan pakan lengkap ini lebih sederhana karena
peternak hanya menentukan jumlahnya serta menyediakan air minum dalam kandang.

BAB III
PEMBAHASAN DAN ISI

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli dapat diketahui bahwa, pakan
kambing umumnya berupa hijauan dan konsentrat. Menurut Hartadi et al., (1997) pakan
ruminansia pada umumnya terdiri atas hijauan dan konsentrat. Hijauan adalah bagian material
dari tanaman terutama rumput dan legume (kacang-kacangan) yang mengandung SK 18% atau
lebih dalam bahan kering yang dapat digunakan sebagai makanan ternak. Pakan adalah suatu
bahan yang dikonsumsi hewan yang didalamnya mengandung energi dan zat-zat gizi (atau
keduanya) di dalam bahan tersebut. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor
hewan yang mampu menyajikan unsur hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh,
pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi.
Murtidjo (1993) menambahkan bahwa konsentrat untuk kambing umumnya disebut sebagai
pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan
mudah dicerna. Pakan penguat adalah bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari
18%, banyak mengandung bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan sangat mudah dicerna.
Termasuk dalam kelompok ini adalah golongan biji-bijian dan hasil sisa penggilingan (Kuswandi
et al. 2000). Berdasarkan kandungan proteinnya, pakan penguat dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu pakan penguat sumber energi dan pakan penguat sumber protein (Marjuki, 2008).
Ramadhan (2013) berpendapat pakan penguat dapat dibedakan menurut kandungan proteinnya
yaitu pakan penguat sumber protein dengan kandungan protein kasar 20% atau lebih, serat kasar
kurang dari 18%, dinding sel kurang dari 35% dan pakan penguat sumber energi yaitu pakan
dengan kandungan protein kasar kurang dari 20%, serat kurang dari 18% serta dinding sel
kurang dari 35%. Penambahan pakan penguat ke dalam pakan basal hijauan pada ruminansia
dapat meningkatkan konsumsi pakan sehingga secara kualitas maupun kuantitas akan mampu
memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien yang diperlukan. Penambahan pakan penguat juga
menjamin ketersediaan energi maupun nutrien bagi kehidupan mikrobia rumen (Marjuki, 2008).
Sodiq (2010) melaporkan kematian cempe  banyak ditemui pada induk kambing yang diberi
pakan dengan tingkat protein rendah (10%) dan tanpa suplementasi mineral mikro.

PEMBERIAN PAKAN HIJAUAN KAMBING


Menurut Pamungkas dkk (2005) jumlah kebutuhan hijauan pakan sebanyak 10-20% dari bobot
tubuh adalah sebagai berikut :
1. Anak sapih diberikan sebanyak 2-3 kg/ekor/hari
2. Pejantan Muda diberikan 4-5 kg/ekor/hari
3. Pejantan diberikan 5-6 kg/ekor/hari

Pakan hijauan umumnya lebih murah dibandingkan bahan pakan lain, sehingga maksimalkan
pemberian dan konsumsi hijauan pakan. Pastikan alokasi hijauan telah mencukupi (harus
terdapat sisa).
Seekor kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali,
yaitu pagi dan sore. Tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di alam
terbuka (browser) (Sosroamidjojo, 1985).
Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 – 4% bahan kering dari
bobot hidup (Sianipar, dkk, 2006). Hijauan merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat
berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70 % dari total
pakan (Setiawan dan Arsa, 2005). Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan
(Sugeng, 1992).
Sosroamidjojo (1985) menyatakan cara memilih hijauan pakan adalah :
1. Pilih tanaman berumur relatif muda sekitar 35-42 hari
2. Imbangan daun/batang setinggi mungkin
3. Utamakan bagian daun dibandingkan batang
4. Gunakan lebih dari satu jenis; 2-3 jenis hijauan yang disukai ternak
5. Tanaman legum sangat baik sebagai sumber protein yang murah

Cara Pengolahan Hijauan Potongan:


1. Jenis tanaman pakan yang berbatang besar (rumput gajah, rumput raja, Panicum  sp,)
sebaiknya dicacah menjadi potongan 10-20 cm
2. Untuk tanaman pakan berbatang kecil (Brachiaria ruziziensis, Paspalum guenoarum,
Paspalum ateratum dan Brachiaria humidicola) tidak perlu dicacah dan dapat langsung
diberikan
3. Waktu pemotongan yang ideal ada pada sore hari

Frekuensi Pemberian Pakan Hijauan:


1. Efisiensi penggunaan pakan meningkat mengikuti taraf konsumsi (efisiensi meningkat
bila konsumsi meningkat)
2. Upayakan konsumsi pakan maksimal
3. Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian pakan meningkat
4. Frekuensi pemberian hijauan yang ideal adalah 3 x dalam sehari,
5. Berikan sore hari dalam jumlah terbanyak, pagi hari dalam jumlah sedang dan siang
hari dalam jumlah sedikit
6. Namun, dapat diberikan 2x dalam sehari bila membebankan biaya untuk tenaga kerja.
7. Hindari pemberian 1 x dalam sehari

Jenis hijauan pakan yang ideal untuk cara potong-angkut umumnya memiliki sifat tumbuh tegak
dan memiliki ukuran batang dan daun yang relative besar atau lebar. Rumput raja atau rumput
gajah termasuk kedalam kategori tersebut. Untuk jenis tanaman pakan seperti ini, maka
sebaiknya dilakukan upaya pengolahan sebelum diberikan kepada kambing agar pemanfaatnnya
menjadi optimal Namun demikian, terdapat pula jenis hijauan pakan yang sesuai untuk potong
angkut namun tidak membutuhkan proses pengolahan/pencacahan sebelum digunakan sebagai
pakan kambing, seperti Paspalum guenoarum, Paspalum ateratum,.Brachiaria ruziziensis dan
Brachiaria humidicola .
Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila pakan berupa
campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur dengan perbandingan 1 : 1. Dengan
komposisi demikian, zat gizi yang terdapat pada masing-masing jenis hijauan yang diberikan
tersebut akan saling melengkapi dan menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik sehingga
pencernaan tidak terganggu (Mulyono dan Sarwono, 2008).
Dari kelompok leguminosa jenis Stylosanthes guianensis yang termasuk kedalam legum
merambat sangat disukai ternak kambing dan memiliki kualitas nutrisi yang baik, karena
kandungan proteinnya tinggi dan mudah dicerna. Tanaman pakan tersebut diatas dapat
dikembangkan diareal kebun rumput dan digunakan dengan cara potong-angkut (cut and carry
system), atau ditanam diareal pengembalaan (grazing system), atau kombinasi keduanya. Dari
jenis leguminosa pohon beberapa yang cocok untuk ternak kambing antara lain Gliricidia sepium
(sengon), Leucaeca leucochepala (lamtoro), Calliandra callothyrsus (Kaliandra) dan Indigofera
sp. Jenis legumoinosa pohon biasanya tidak digunakan sebagai pakan dasar, namun lebih sering
sebagai pakan suplemen untuk memnuhi kebutuhan protein. Jenis leguminosa pohon sangat baik
sebagai sumber pakan pada musim kering saat mana ketersediaan jenis rumput dapat menurun
dengan tajam (Mulyono dan Sarwono,  2008). Biasanya ternak kambing membutuhkan waktu
adaptasi selama 1-2 minggu untuk dapat mengkonsumsi leguminosa pohon dalam jumlah
normal, kecuali jenis lamtoro. Apabila produksi leguminosa pohon cukup besar, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan pakan, maka hijauan ini dapat digunakan sebagai pakan dasar
(Sutama dan Budiarsana, 2009).

PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT KAMBING


Hartadi et al, (1980) menyatakan konsentrat adalah bahan pakan atau ramuan dari beberapa
bahan pakan yang mengandung zat gizi (protein, vitamin, mineral) dan energi dalam konsentrasi
tinggi dan seimbang per satuan berat atau volume. Pemberian pakan konsentrat pada kambing
sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan penggunaan pakan
dasar saja sering tidak mampu mencapai tingkat produktifitas yang tinggi akibat tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai kemampaun genetik ternak. Oleh karena konsentrasi
nutrisinya tinggi maka harga per satuan berat juga relatif tinggi,sehingga jumlah pemberiannya
juga perlu dibatasi untuk mencapai optima biologis maupun optima ekonomik. Pada kambing
pemberian konsentrat biasanya berkisar antara 200-300 g per ekor per hari atau sebanyak 0,5-
1,5% dari bobot tubuh. Jumlah ini sebenarnya tergantung kepada: 1) kualitas serta ketersediaan
pakan dasar (hijauan), 2) tingkat produktivitas ternak yang diinginkan, dan 3) harga pakan
konsentrat. Jika kualitas nutrisi pakan dasar (hijauan) baik, dan tersedia dalam jumlah cukup,
maka penggunaan pakan konsentrat dapat disesuaikan menurut kebutuhan.
Pembuatan pakan konsentrat diformulasi sebagai berikut: bekatul 35 %, pollard 20%, bungkil
kedelai 13%, empok jagung 8%, onggok 20%, mineral dan garam dapur 4% (Ali, dkk, 2012).
Menurut Siregar (1990) standar nutrien dalam konsentrat untuk penggemukan kambing protein
minimal 16% dan serat kasar kurang 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan dicomborkan
sebelumnya pakan konsentrat dimasukkan sejumlah air panas membentuk comboran cair, diaduk
merata, menunggu dingin baru diberikan pada ternak. Dengan demikian akan meningkatkan
efisiensi pakan karena nutrien konsentrat menjadi bypass.
Kandungan protein kasar dalam pakan konsentrat untuk ternak kambing dapat dirancang pada
kisaran 16-18%, sedangkan kandungan energi dicerna antara 2700-2800 kkal/kg bahan kering
pakan. Untuk menyusun formula pakan konsentrat dengan spesifikasi protein dan energy tersebut
diatas beberapa bahan pakan sumber protein dan energi harus digunakan secara bersamaan.
Bahan utama sumber protein yang mudah diperoleh adalah bungkil kacang kedele dan tepung
ikan. Namun, karena harga kedua bahan sumber protein ini tergolong tinggi, maka jarang
digunakan untuk ternak kambing ataupun kalau digunakan hanya dalam jumlah yang relatif kecil
(1-2%) (Murtidjo, 1993).
Bahan sumber protein yang cukup bagus dengan harga relatif lebih murah adalah bungkil kelapa
dan bungkil inti sawit. Kedua bahan ini juga merupakan sumber enersi dan mineral yang baik
untuk ternak kambing. Bahan baku lain sebagai sumber energi yang tersedia secara lokal adalah
dedak halus/dedak kasar, tepung gaplek dan tepung jagung. Pakan suplemen/konsentrat yang
ideal adalah pakan tambahan yang berasosiasi secara positif dengan pakan dasar; artinya bahwa
pemberian suplemen mengakibatkan peningkatan konsumsi pakan dasar. Secara ekonomis
hubungan asosiasi positif ini penting, karena pakan dasar selalu lebih murah dibandingkan
dengan pakan konsentrat per satuan berat. Namun, tidak jarang terjadi bahwa pakan suplemen
berasosiasi secara negative dengan pakan dasar yaitu pemberian suplemen menurunkan
konsumsi pakan dasar. Oleh karena pakan dasar umumnya lebih murah dibandingkan dengan
suplemen, maka faktor biaya menjadi penting dalam meramu suatu formula suplemen, dan
hubungan asosaitif-negatif antara suplemen dengan pakan dasar akan mengurangi tingkat
efisiensi ekonmis pakan. Oleh karena itu, pemilihan bahan baku dalam penyusunan suplemen
menjadi penting. Pemberian pakan tambahan atau konsentrat dapat meningkatkan bobot tubuh
kambing secara nyata yaitu berkisar anatara 70-110 g/h (tergantung rumpun, jenis kelamin dan
umur kambing), dibandingkan dengan tanpa pakan tambahan yang hanya menghasilakn
pertambahan bobot tubuh sekitar 35-40 g/h (Haryanto dan Djajanegara, 1993).
Chuzaemi dan Hartutik (1988), menyatakan walaupun pemberian konsentrat akan meningkatkan
laju pertumbuhan kambing, namun dalam merancang sistem pakan dalam usaha produksi
peningkatkan laju pertumbuhan harus mampu mengkompensasi peningkatan biaya pakan. Oleh
karena itu, dalam perencanaan pakan perlu selalu mempertimbangkan keselarasan antara optima
biologis dan optima ekonomis. Dalam kaitan ini arti efisiensi penggunaan pakan menjadi sangat
penting. Untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan pakan konsentrat, maka dapat
dikembangkan program pemberian konsentrat secara strategis yaitu sistem pengalokasian pakan
konsentrat yang berprinsip kepada kebutuhan nutrisi kambing selama periode kristis (puncak
produksi) saat mana kebutuhan nutrisi berada pada tingkat paling tinggi. Periode kritis ini adalah
menjelang melahirkan, awal masa laktasi, dan awal pasca sapih. Strategi ini bertujuan untuk
mengurangi jumlah pemberian konsentrat, dan dengan sendirinya biaya pakan, tanpa
mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas ternak kambing.

MANAJEMEN PEMBERIAN AIR MINUM KAMBING


Air merupakan unsur sangat penting dan tak tergantikan yang sangat dibutuhkan oleh ternak
kambing untuk hidup dan berproduksi. Sebagian besar (70%) tubuh ternak merupakan unsur air.
Oleh karena peran air sangat penting untuk kehidupan dan tidak tergantikan oleh unsur lain,
maka kekurangan air dapat berakibat fatal. Misalnya, apabila ternak kehilangan air sebanyak
20% dari cairan tubuh akan menyebabkan kematian. Kekurangan air dalam volume yang lebih
sedikit akan menggangu proses metabolism nutrisi, sehingga menurunkan produktivitas,
terutama pada induk yang sedang menyususi (laktasi).  Kebutuhan akan air semakin meningkat
pada induk yang sedang menyesusi (laktasi). Dalam fase laktasi tersebut air diperlukan untuk
memproduksi susu yang mengandung 80-90 % air. Kekurangan air akan menyebabkan turunnya
produksi susu yang selanjutnya akan mengganggu pertumbuhan anak (Sutama dan Budiarsana,
2009).
Mulyono dan Sarwono (2008) menyatakan kebutuhan air sesuai dengan periode umur ternak
yaitu ternak muda membutuhkan air lebih banyak dibandingkan dengan ternak dewasa.
Sesuaikan jumlah pemberian air minum dengan status umur ternak
Kebutuhan induk laktasi (menyusui) akan air meningkat tajam. Ternak kambing seperti halnya
jenis ternak lain mendapatkan air untuk kebutuhan hidupnya dari bahan pakan yang dikonsumsi.
Namun, umumnya jumlah air yang diperoleh dari pakan tidak mencukupi kebutuhan
metabolismanya. Oleh karena itu, air minum harus disediakan agar dapat dikonsumsi setiap saat.
Pemberian air minum semakin penting, apabila kepada ternak diberikan pakan komplit yang
umumnya kering. Pentingnya penyediaan air minum juga perlu diperhatikan pada ternak
kambing yang digembalakan. Oleh karena itu, air minum harus selalu tersedia didalam kandang
setiao saat.
Konsumsi air yang tinggi akan memacu laju pelepasan pakan didalam saluran pencernaan,
disamping akan mengakibatkan pula semakin rendahnya konsentrasi mikrobia per unit volume
cairan rumen. Kedua hal ini dapat memacu penurunan tingkat kecernaan pakan. Terdapat
hubungan negatif antara konsumsi air dengan kecernaan pakan berserat tinggi, baik pada
kambing dengan habitat kering (kambing Bedouin) maupun pada kambing dari daerah beriklim
sedang (kambing Mamber). Konsumsi air pada kambing lebih rendah dibandingkan dengan
domba. Hal ini kemungkinan menjadi salah satu penyebab lebih tingginya tingkat koefisien
cerna pakan pakan pada kambing. Peranan penting reticulorumen sebagai organ penampung air
merupakan cara adaptasi oleh kambing didaerah beriklim kering. Pastikan air minum tersedia
setiap saat dalam jumlah cukup untuk induk yang sedang menyusui anak.  Kebutuhan asupan
(konsumsi) air berkisar antara 1,5 – 2,5 liter/ekor/hari. Kebutuhan air meningkat pada pemberian
pakan yang kering, misalnya pakan    komplit. Ternak akan mengkonsumsi air setiap saat
beberapa kali dalam sehari. Pastikan air minum tersedia setiap waktu. Ternak tidak akan
mengkonsumsi air minum yang telah tercemar kotoran (feses atau urin). Sediakan selalu air yang
bersih, ganti air yang telah terkontaminasi feses atau urin (air seni).

EFISIENSI PAKAN
Untuk menganalisa efisiensi usaha peternakan kambing, maka perlu dilakukan analisa efisiensi
pakan sehingga nilai ekonomis akan meningkat. Anggorodi (1984) Menyatakan bahwa efisiensi
pakan dapat dihitung berdasarkan perbandingan pertambahan bobot badan (kg) dengan total
konsumsi bahan kering (kg) dikalikan 100%. Efisiensi pakan sangat penting bagi para peternak
agar tidak mengalami kerugian akibat terlalu banyak pakan atau kekurangan pakan.
Siregar (1994), menyatakan bahwa semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang
digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan
rendah.
Ginting (2003), menyatakan bahwa efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dari rasio antara
jumlah pakan yang dikonsumsi ternak dengan output yang dihasilkan. Efisiensi penggunaan
pakan yang tinggi dapat dicapai dengan pengelolaan pakan yang tepat, antara lain pengelolaan
alokasi jumlah pakan optimal, formulasi konsentrat yang efisien, pemilihan bahan baku yang
seimbang secara nutrisi dan layak secara ekonomis serta penentuan waktu dan frekuensi
pemberian pakan yang strategis. Kontribusi penggunaan pakan secara efisien sangat besar
terhadap efisiensi ekonomik usaha produksi secara keseluruhan.

BAB V
PENUTUP
           
Kesimpulan
1. Manajemen pemberian pakan hijauan. Sebaiknya dilakukan dua kali sehari  pada pagi
dan sore hari setengah jam setelah pemberian konsentrat untuk menstimulasi kerja rumen.
Jumlah hijauan yang diperlukan adalah 10% bobot badan atau 3-4% bahan kering dari bobot
badan.
2. Manajemen pemberian pakan konsentrat. Diberikan sebelum pakan hijauan agar tidak
tersisa sehingga meningkatkan nilai ekonomis. Pakan konsentrat adalah pakan kunci dalam
suksesnya penggemukan kambing. Pada kambing pemberian konsentrat biasanya berkisar
antara 200-300 g per ekor per hari atau sebanyak 0,5-1,5% dari bobot tubuh.
3. Air diberikan secara ad-libitum, jika tidak kebutuhan akan air terganggu dan
menimbulkan cekaman panas pada kambing. Kebutuhan air pada kambing adalah tergantung
pada periode produksi atau umur dan kondisi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Hartadi, H. 2005. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. GajahmadaUniversity Press:
Yogyakarta.

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia.


Kanisius: Yogyakarta

Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Gramedia:
Jakarta

Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai