Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Biologi memiliki karakteristik khusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya

dalam hal objek, persoalan, dan metodenya. Biologi memiliki struktur keilmuan yang

jelas seperti yang diberikan oleh BSCS (Biological Science Curriculum Study)

(Mayer, dalam Depdiknas, 2003). Biologi sebagai proses sains diperoleh melalui

kegiatan ilmiah yang disebut metode ilmiah (Depdiknas, 2003).

Satu hal yang seharusnya disadari ketika seorang guru mengembangkan

pembelajaran Biologi adalah bahwa biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta atau-

pun konsep, karena dalam biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat

diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata (Saptono, 2003).

Banyak siswa yang tidak dapat mengembangkan pemahamannya terhadap

konsep-konsep biologi tertentu, karena antara perolehan pengetahuan dan prosesnya

tidak terintegrasi dengan baik dan tidak memungkinkan siswa untuk menangkap

makna secara fleksibel. Sebagai contoh, siswa dapat menghafalkan berbagai konsep

dan fakta, namun tidak mampu menggunakannya untuk menjelaskan fenomena dalam

kehidupan yang berhubungan dengan konsep dan fakta yang sudah dihafal tersebut.

Sebagai konsekuensinya, pembelajaran biologi di sekolah diharapkan mampu

memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan

penyelidikan tentang fenomena biologi (Saptono, 2003).

1
2

Jika biologi hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa yang mungkin

memiliki pengetahuan awal tentang berbagai fenomena biologi tidak menggunakan

pengetahuan mereka selama proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru.

Belajar biologi seharusnya dapat mengakomodir kesenangan dan kepuasan intelektual

bagi siswa dalam usahanya membongkar dan memperbaiki berbagai konsep yang

mungkin keliru. Pembelajaran biologi akan lebih bermakna jika memungkinkan siswa

menjalani perubahan konsepsi (Saptono, 2003).

Kegiatan-kegiatan di dalam pembelajaran biologi merupakan upaya untuk

bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep. Pemahaman yang diperoleh siswa

dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur dengan

memberikan tes kepada siswa sehingga perlu diadakan penelitian untuk mencari

metode yang efektif dalam proses belajar di kelas sehingga dapat memberikan

alternatif pendekatan atau metode yang memungkinkan untuk diterapkan dalam

proses pembelajaran biologi dengan kekhususan pokok bahasan pada pelajaran

biologi (Diknas, 2003).

Dalam usaha meingkatkan kualitas pembelajaran IPA maka akhir-akhir ini

para ahli mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dilandasi pandangan

kontruktivisme dari piage. Pandangan ini berpendapat bahwa dalam proses belajar

anak membagun pengetahuanya sendiri dan memper oleh banyak pengetahuan diluar

sekolah (Dahar 1989). Oleh karena itu setiap siswa akan membawa konsepsi awal

mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar

mengajar. Terdapat beberapa hal yang perlu ditekankan dalam konstruktivisme, yaitu:
3

(1) perang aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna: (2)

pentingnya membuat kaitan antara gagasan oleh siswa dalam mengkonstruksi

pengetahuan; (3) mengaitkan antara gagasan siswa dengan informasi baru dikelas

(Rustaman, 2003). Konstruktivisme yang menggunakan kegiatan hans-ons

memberikan kesempatan yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-

temannya akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan ketrampilan berpikir

para siswa.

Jika melihat beberapa masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan, dalam

hal ini pihak sekolah dan guru-guru dituntut daya kreatifitasnya dalam memilih

strategi yang tepat agar segala tuntutan yang ditujukan terhadap guru khususnya itu

dapat terpenuhi dengan maksimal. Dan tampaknya strategi catatan terbimbing dapat

mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Dalam strategi ini, guru menyiapkan suatu

bagan atau skema atau yang lain yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan-

catatan ketika guru menyampaikan materi pelajaran. Ada banyak bentuk atau pola

yang dapat dikerjakan untuk strategi ini, salah satunya dan yang paling sederhana

adalah mengisi titik-titik dimana guru menyiapkan suatu bagan atau skema atau yang

lain yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan-catatan dalam menyampaikan

materi pelajaran. Ada banyak bentuk atau pola yang dapat dikerjakan untuk strategi

ini, salah satunya dan yang paling sederhana adalah mengisi titik-titik, Beberapa cara

yang dapat dilakukan adalah (a) berikan suatu istilah dengan pengertiannya;

kosongkan istilah atau definisinya, (b) kosongkan beberapa pernyataan jika point-

point utamanya terdiri dari beberpa pernyataan, (c) menghilangkan beberapa kata
4

kunci sebuah paragraf, (d) membuat bahan ajar atau catatan yang tercantum di

dalamnya sub topik dari materi pelajaran. Memberikan tempat kosong yang cukup

sehingga siswa dapat membuat catatan di dalamnya. Cara kedua adalah membangikan

bahan ajar (handout) yang disusun oleh guru kepada siswa. Jelaskan bahwa guru sengaja

menghilangka beberapa poin penting dalam handoi untuk tujuan agar siswa tetap

berkonsentrasi mendengarkan pelajaran yang disampaikan. Setelah selesai

menyampaikan materi minta siswa untuk membacakan hasil catatannya, dan beri

klarifikasi tentang materi tersebut (Zaini, 2007).

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mencoba untuk melakukan

penelitian dengan judul: pengaruh metode catatan terbimbing (guided note taking)

terhadap prestasi belajar IPA biologi materi sistem ekskresi pada manusia siswa

kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bima tahun pelajaran 2009/2010.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

penggunaan metode catatan terbimbing (guided note taking) terhadap prestasi

belajar IPA biologi materi sistem ekskresi pada manusia siswa kelas VIII SMP

Negeri 6 Kota Bima tahun pelajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh penggunaan metode

catatan terbimbing (guided note taking) terhadap prestasi belajar IPA biologi

materi sistem ekskresi pada manusia siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bima

tahun pelajaran 2009/2010.


5

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh metode catatan terbimbing

(guided note taking) terhadap prestasi belajar IPA biologi materi sistem ekskresi

pada manusia siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bima tahun pelajaran

2009/2010.

E. Kegunaan Penelitian

Adapaun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi guru dapat menerapakan metode yang berfariasi dalam pembelajaran

dianta-ranya menerapkan metode catatan terbimbing (guided note taking)

sebagai alternatif yang dapat dipilih dalam pembelajaran di kelas.

2. Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat mengikuti pelajaran dengan

baik dengan selalu mencatat bertanggung materi-materi penting yang

disampaikan oleh guru dengan cara pencatatan melalui pola-pola tertentu agar

prestasi belajar siswa meningkat.

3. Bagi sekolah hasil penelitian ini akan sangat membantu untuk meningkatkan

mutu pembelajaran dan menciptakan budaya sekolah yang kondusif bagi

pengembangan semua aspek yang terkait dengan mutu pendidikan.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi dalam penelitian ini adalah bahwa: pembelajaran disertai praktikum

model respirasi manusia dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas VIII

pada SMPN 6 Kota Bima tahun 2009/2010, dan dapat diterapkan untuk semua mata

pelajaran termasuk mata pelajaran IPA.


6

G. Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian

1. Ruang lingkup penelitian:

a. Subyek Penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bima

b. Obyek penelitian ini adalah penerapan metode catatan terbimbing (guided

note taking) pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA biologi materi sistem

ekskresi pada manusia siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bima tahun

pelajaran 2009/2010.

2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII semester 2 tahun pelajaran

2009/2010 materi sistem ekskresi pada manusia.

H. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan variabel-varibel penelitian

ini maka dikemukakan definisi operasional variabel sebagai berikut:

1. Metode catatan terbimbing (guided note taking) dimana guru menyiapkan

suatu bagan atau skema atau yang lain yang dapat membantu siswa dalam

membuat catatan-catatan dalam menyampaikan materi pelajaran. Bentuk yang

dapat dikerja-kan untuk strategi ini, salah satunya dan yang paling sederhana

adalah mengisi titik-titik, membagikan bahan ajar (handout). Setelah selesai

menyampaikan materi minta siswa untuk membacakan hasil catatannya dan

memberi klarifikasi (Zaini, 2007).


7

2. Prestasi belajar IPA biologi adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar

yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran IPA

1. Hakekat Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan

mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku terjadi

karena didahului oleh proses pengalaman. Dari pengalaman yang satu ke pengalaman

yang lain akan menyebabkan proses perubahan. Perubahan ini tidak hanya berkaitan

dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga kecakapan, ketrampilan, sikap,

pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.

Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan,

persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan

lain dan cita-cita (Hamalik, 2002). Dengan demikian seseorang dikatakan belajar

apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan

pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Belajar IPA berbeda dengan belajar mata pelajaran yang lainnya. Karena

dalam belajar IPA membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan ketrampilan dalam

bentuk latihan yang kontinyu. Latihan merupakan cara belajar yang tepat karena

memiliki andil yang cukup besar dalam mempelajari IPA sehingga mencapai hasil

belajar yang optimal.

8
9

2. Ciri-ciri Belajar

Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut Djamarah

(2002:15) belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Belajar adalah perubahan

yang terjadi secara sadar, (2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, (3)

Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) Perubahan dalam belajar tidak

bersifat sementara, (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) Perubahan

mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Menurut aliran Humanis bahwa setiap orang menentukan sendiri tingkah

lakunya. Orang bebas memilih sesuai dengan kebutuhannya. Tidak terikat pada

lingkungan. Hal ini sesuai dengan Wasty Sumanto yang dikutip dari Darsono (2000)

bahwa tujuan pendidikan adalah membantu masing-masing individu untuk mengenal

dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan

potensi-potensi yang ada pada diri masing-masing.

Menurut pandangan dan teori Konstruktivisme (Sardiman, 2006) belajar

merupakan proses aktif dari si subyek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu

entah tes, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses

mengasimilasi dan menghubungkan dengan pengalaman atau bagian yang

dipelajarinya dari pengertian yang dimiliki sehingga pengertiannya menjadi

berkembang.

Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar

menurut Paul Suparno seperti dikutip oleh Sardiman (2006) yang dijelaskan sebagai

berikut: (1) Belajar mencari makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka
10

lihat, dengar, rasakan, dan alami, (2) Konstruksi makna adalah proses yang terus

menerus, (3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah

hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri, (4) Hasil belajar dipengaruhi

oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dengan lingkungannya, (5) Hasil

belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, tujuan,

motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang telah dipelajari.

Berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan di atas, maka proses mengajar bukanlah

kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi suatu kegiatan yang

memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya dan menggunakan

pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu guru

sangat dibutuhkan untuk membantu belajar siswa sebagai perwujudan perannya

sebagai mediator dan fasilitator.

3. Prinsip-prinsip Belajar

Untuk melengkapi berbagai pengertian dan makna belajar, perlu dikemukakan

prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Menurut Slameto (2003:27-28)

seorang guru atau calon guru perlu mengetahui prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip-

prinsip belajar yang harus dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan

oleh setiap siswa secara individual. Beberapa prinsip belajar yang perlu diketahui

antara lain: (1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, (2) Dalam

belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan

membimbing untuk mencapai tujuan instruksional, (3) Belajar harus dapat


11

menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai

tujuan instruksional, (4) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak

dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif, dan

(5) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

Sesuai hakikat belajar, maka belajar itu proses kontinyu maka harus tahap

demi tahap menurut perkembangannya. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi,

eksplorasi dan discovery. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara

pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian

yang diharapkan. Belajar perlu sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari, belajar

bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang

sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya, belajar harus dapat

mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus

dicapai.

Syarat keberhasilan belajar adalah (a) Belajar memerlukan sarana yang cukup

sehingga siswa dapat belajar dengan tenang, (b) Repetisi, dalam belajar mengajar

perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada

siswa.

B. Teori-teori Belajar

Menurut Sardiman (2006:30-36) selama perkembangan sejarah psikologi, kita

banyak sekali mengenal aliran psikologi. Setiap aliran tersebut mempunyai

pandangan sendiri mengenai belajar. Berikut ini adalah beberapa teori tentang belajar:

1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya


12

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-

masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih

daya itu dapat digunakan berbagai cara atau bahan. Misalkan untuk melatih daya

ingat dalam belajar dengan menghafalkan kata-kata atau angka, istilah-istilah asing.

2. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-

bagian/unsur. Sehingga dalam kegiatan belajar berawal dari pengamatan. Pengamatan

itu penting dilakukan secara menyeluruh. Sehingga berdasarkan teori ini mudah atau

sukarnya suatu pemecahan masalah tergantung pada pengamatan. Menurut aliran

teori ini, seseorang belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau

seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu.

Dari aliran ilmu jiwa Gestalt memberikan beberapa prinsip yang penting,

antara lain: (a) Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak

hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.

(b) Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. (c) Manusia berkembang

secara keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-

aspeknya. (d) Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas. (e)

Belajar hanya berhasil apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight. (f)

Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi

dorongan yang menggerakkan seluruh organisme. (g)Belajar akan berhasil kalau ada

tujuan. (h) Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu

bejana yang diisi.


13

3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari

penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang

terkenal yakni:

a. Teori Konektionisme

Teori ini mengatakan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus

dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon ini akan terjadi suatu

hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan

antara stimulus dan respon itu akan terbiasa, otomatis.

b. Teori Conditioning

Teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu kebiasaan karena

adanya suatu tanda. Kondisi yang diciptakan merupakan syarat memunculkan refleks

bersyarat.

4. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Secara

sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan

konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta

yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang

sedang mempelajarinya. Jadi seseorang yang belajar itu membentuk pengertian.

Bettencourt dalam Sardiman (2006:37) menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak

bertujuan mengerti hakikat realitas tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita
14

menjadi tahu tentang sesuatu. Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah

kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya.

Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

5. Teori belajar dari R. Gagne

Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi: (a) Belajar adalah

suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,

kebiasaan, dan tingkah laku, (b) Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang

diperoleh dari instruksi. Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh

manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut dengan the domainds of

learning yaitu sebagai berikut ini: (1) Keterampilan motoris (motor skill). Dalam hal

ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan misalnya melempar bola, main tenis,

mengemudi mobil dan sebagainya. (2) Informasi verbal. Orang dapat menjelaskan

sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dalam hal ini dapat dimengerti

bahwa untuk mengatakan sesuatu perlu intelegensi. (3) Kemampuan intelektual.

Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan simbol-simbol.

Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut dengan “kemampuan intelektual,

(4) Strategi kognitif. Strategi kognitif merupakan organisasi keterampilan yang

internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir.

Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan ke dunia

luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan

perbaikan-perbaikan terus menerus, (5) Sikap. Kemampuan ini tak dapat dipelajari

dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal


15

seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa

kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.

Berdasarkan teori-teori belajar yang dijelaskan di atas teori yang sesuai

dengan motivasi adalah teori belajar, Bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh

motivasi. Sedangkan teori yang sesuai dengan faktor ekstern yang mempengaruhi

prestasi yang sedang dikaji oleh peneliti yaitu metode pembelajaran adalah teori

konstruktivisme. Teori ini meyebutkan bahwa proses belajar mengajar bukanlah

kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke subjek belajar/siswa, tetapi suatu

kegiatan yang memungkinkan subjek belajar merekonstruksi pengetahuannya.

Mengajar adalah bentuk partisipasi dengan subjek belajar dalam membentuk

pengetahuan dan membuat makna, mencari kejelasan dan membentuk justifikasi.

Karena itu guru mempunyai peran yang penting sebagai mediator dan fasilitator

untuk membantu optimalisasi belajar siswa dengan cara menggunakan metode-

metode mengajar yang tepat.

C. Pengertian Prestasi Belajar IPA

Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka

mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun sikap"

(Darsono, 2000). Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar mengajar harus berjalan secara

efektif agar mampu mempengaruhi hasil belajar siswa.

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan,

dikerjakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Prestasi belajar adalah bukti
16

keberhasilan dari seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau

mempelajari sesuatu. Sedangkan menurut Tu’u (2004:75) prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar IPA merupakan hasil belajar yang telah dicapai pada mata

pelajaran IPA yang ditunjukkan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru IPA .

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar IPA

merupakan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar yang

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi yang diberikan oleh

guru IPA .

D. Metode Catatan Terbimbing (guided note taking)

Metode catatan terbimbing (guided note taking) adalah suatu metode dalam

penyampaian materi pelajaran dimana guru menyiapkan suatu bagan atau skema atau

yang lain yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan-catatan dalam

menyampaikan materi pelajaran. Bentuk yang dapat dikerjakan untuk strategi ini,

salah satunya dan yang paling sederhana adalah mengisi titik-titik, membagikan bahan

ajar (handout). Setelah selesai menyampaikan materi minta siswa untuk membacakan

hasil catatannya dan memberi klarifikasi (Zaini, 2007).

Adapun sintak pembelajaran dengan catatan terbimbing (guided note

taking) yaitu (a) Beri siswa panduan yang berisi ringkasan poin-poin utama dan

materi pelajaran yang akan sampaikan dengan strategi ceramah. Pola seperti ini

dapat dilakukan dengan cara mengosongkan sebagian dari poin-poin yang dianggap
17

penting yang akan diisi siswa dengan cara, (1) berikan suatu istilah dengan

pengertiannya; kosongkan istilah atau definisinya, (2) kosongkan beberapa

pernyataan jika point-point utamanya terdiri dari beberpa pernyataan, (3)

menghilangkan beberapa kata kunci sebuah paragraf, (4) membuat bahan ajar atau

catatan yang tercantum di dalamnya sub topik dari materi pelajaran. Memberikan

tempat kosong yang cukup sehingga siswa dapat membuat catatan di dalamnya (b)

Bagikan bahan ajar (handout) yang Anda buat kepada siswa/mahasiswa. Jelaska bahwa

Anda sengaja menghilangka beberapa poin penting dalam handoi untuk tujuan agar

siswa/mahasiswa teta berkonsentrasi mendengarkan pelajarai perkuliahan yang akan

Anda sampa kan. (c) Setelah selesai menyampaikan materi minta siswa untuk

membacakan hasil catatannya, dan (d) beri klarifikasi (Zaini, 2007).

E. Materi Sistem Ekskresi pada Manusia di SMP

Sistem ekskresi pada manusia melibatkan alat ekskresi yang terdiri atas ginjal,

kulit, hati, dan paru-paru. Setiap alat ekskresi tersebut berfungsi mengeluarkan zat

sisa metabolisme yang berbeda, kecuali air yang dapat diekskresikan melalui semua

alat ekskresi. Berikut ini akan dibahas proses ekskresi secara singkat.

1. Ginjal

Pada sistem ekskresi manusia, sisa-sisa metabolisme diserap dan darah,

kemudian diproses, dan akhirnya dikeluarkan melalui alat-alat ekskresi. Ginjal

merupakan alat ekskresi utama pada manusia. Untuk mengetahui peranan ginjal

sebagai alat ekskresi, kalian perlu mengetahui aspek-aspek yang penting dan ginjal.
18

a) Tipe Ginjal

Dalam sejarah perkembangan sistem ekskresi Vertebrata, terdapat 3 tipe

ginjal, yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros.

1) Tipe pronefros

Ginjal tipe ini muncul pertama kali pada saat embrio, bentuknya bersegmen,

dan terletak jauh ke arah rongga tubuh (selom). Setiap unit memiliki satu nefrostoma

(lubang tempat mengeluarkan sisa-sisa metabolisme) yang bermuara ke dalam selom,

tidak memiliki glomerulus. Pada ikan dan amfibi hanya ada pada tingkat larva dan

hilang saat dewasa. Sedangkan pada reptilia, burung, dan mamalia, ginjal pronefros

tampak sementara pada embrio, kemudian segera menghilang.

2) Tipe mesonefros

Ginjal tipe ini berkembang secara segmental di tengah rongga tubuh (selom).

Beberapa nefrostoma bermuara ke dalam selom. Ekskresi dilakukan oleh glomerulus.

Pada ikan dan amfibi, ginjal ini berfungsi terus sampai dewasa. Sedangkan pada

reptilia, burung, dan mamalia, ginjal ini timbul setelah pronefros dan berfungsi hanya

selama fase embrio, kemudian menghilang. Meskipun demikian, salurannya

(duktusnya) tetap ada dan berfungsi sebagai vasa deferensia.

3) Tipe metanefros

Ginjal tipe ini tidak bersegmen, medula tidak memiliki nefrostoma, dan

jumlah glomerulusnya banyak. Ginjal ini dimiliki oleh hewan reptilia, burung, dan

mamalia (termasuk manusia) dan berfungsi terus selama hewan-hewan tersebut

hidup.
19

b) Struktur Ginjal

Ginjal manusia berbentuk seperti kacang merah dengan panjang sekitar 10

cm, berwarna merah, jumlahnya sepasang, dan terletak di bagian dorsal dinding tubuh

sebelah kin dan kanan tulang belakang. Diperkirakan berat total ginjal sekitar 1% dan

berat badan, dan setiap menit sekitar 20—25% darah yang dipompa jantung mengalir

menuju ginjal.

Bagian korteks dan medula mengandung sekitar 1 juta nefron. Nefron

adalah satuan struktural dan fungsional terkecil pada ginjal. Setiap nefron terdiri atas

badan Malpighi dan saluran panjang berbelit yang disebut saluran pembuluh nefron.

Pada badan Malpighi terdapat kapsul distal Bowman yang bentuknya seperti

mangkuk. Kapsul Bowman tersebut membungkus glomerulus yang merupakan

jalinan pembuluh kapiler. Dan kapsul Bowman keluar saluran yang panjang yang

berbelit. Saluran panjang tersebut dibedakan atas tiga segmen, yaitu pembuluh

(tubulus) proksimal, lengkung Henle, dan pembuluh distal. Pembuluh proksimal

berbelit dekat kapsul Bowman. Pembuluh proksimal menuju ke segmen panjang

berdinding tipis, yaitu lengkung Henle. Oleh karena mirip leherangsa, lengkung ini

sering disebut sebagai angsa Henle. Selanjutnya pembuluh proksimal berkelok-kelok

lagi disebut kelokan kedua atau pembuluh distal yang bersambung dengan pembuluh

pengumpul (pembuluh kolekta) yang berjalan melintasi korteks dan medula untuk

bermuara pada rongga ginjal.

Dari rongga ginjal keluar saluran ureter yang bermuara pada kandung kemih

(vesikula urinaria). Fungsi kandung kemih adalah sebagai tempat penampungan


20

sementara urin (air seni), sebelum ke luar tubuh. Dan kandung kemih menuju luar

tubuh, urin melewati saluran yang disebut uretra. Selanjutnya air seni keluar melalui

lubang seni.

c) Pembentukan Urin

Pada proses pembentukan urin di dalam ginjal, terjadi rangkaian proses

filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Lihat Gambar 8.3 dan Tabel 8.1.

1) Penyaringan (filtrasi)

Proses penyaringan darah terjadi pada kapiler glomerulus, yakni kapiler

darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat

selsel endotelium sehingga mempermudah penyaringan. Darah dan glomerulus akan

melintasi sel-sel epitelium dan kapsul Bowman yang berfungsi sebagai penyaring

yang disebut sel podosit. Sel podosit dapat ditembus oleh air dan molekul-molekul

berukuran kecil, tetapi tidak berlaku untuk sel-sel darah dan molekul yang berukuran

besar, seperti protein plasma darah. Selain proses penyaringan, di glomerulus terjadi

pula pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar

tidak ikut dikeluarkan. Hasil penyaringan ini berupa filtrat glomerulus (urin primer)

yang komposisinya mirip dengan darah tetapi tidak mengandung protein.

Dalam proses penyaringan ini tidak terjadi pemilihan molekul-molekul yang

berukuran kecil, sehingga beberapa molekul masuk ke dalam saluran nefron. Oleh

karena itu di dalam filtrat tersebut dapat ditemukan garam, glukosa, vitamin , hasil

metabolisme nitrogen dalam bentuk urea, dan molekul-molekul berukuran kecil

lainnya yang mencerininkan konsentrasi substansi tersebut di dalam darah.


21

2) Pen yerapan kembali (reabsorpsi)

Urin primer yang merupakan hasil proses penyaringan selanjutnya mengalir

ke pembuluh proksimal. Di dalam pembuluh ini terjadi proses penyerapan kembali

bahan-bahan yang masih berguna, antara lain glukosa, asam ainino, dan sejumlah

besar ion-ion anorganik. Penyerapan bahan-bahan tersebut berlangsung secara

transpor aktif. Selain bahan-bahan tersebut, air yang terdapat dalam filtrat glomerulus

juga mengalami penyerapan melalui proses osmosis. Proses penyerapan air ini terjadi

juga di dalam pembuluh distal, lengkung Henle, dan pembuluh pengumpul

(pembuluh yang turun). Selanjutnya, bahan-bahan yang telah diserap kembali tersebut

dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang terdapat di sekeliling

pembuluh. Proses penyerapan bahan-bahan yang masih berguna juga terjadi di

lingkungan Henle (pembuluh yang naik), terutama penyerapan ion natrium klorida.

Setelah terjadi penyerapan akan dihasilkan urin sekunder yang komposisi

zat-zat penyusunnya sangat berbeda dengan urin primer. Di dalam urin sekunder ini

zat-zat yang masih dibutuhkan tidak ditemukan lagi, sedangkan urea kadarnya

meningkat dibandingkan di dalam urin primer.

3) Sekresi

Sekresi adalah proses penambahan zat-zat terlarut yang ada di dalam plasma

darah ke filtrat yang ada di dalam saluran nefron, yaitu di pembuluh proksimal dan

pembuluh distal. Berbeda dengan proses filtrasi, sekresi merupakan proses Pemilihan

molekul yang sangat selektif, melalui mekanisme transpor aktif dan pasif. Contohnya,
22

pengontrolan ion-ion hidrogen dan cairan interstisial ke dalam pembuluh nefron

untuk menjaga PH cairan tubuh tetap konstan.

2. Paru-paru

Paru-paru manusia berjumlah dua atau sepasang. Pada dasarnya fungsi

utama paru - paru adalah sebagai alat pernapasan, namun peranan tersebut juga erat

hubungannya dengan sistem ekskresi. Hal ini dikarenakan CO2 dan air yang

merupakan hasil proses metabolisme di jaringan yang diangkut melalui darah

akhirnya akan dibawa ke paru-paru untuk dibuang dengan cara difusi di alveolus.

Proses ini dapat berjalan dengan baik karena pada alveolus banyak bermuara

pembuluh kapiler yang memiliki selapis sel.

Sebagian besar (75%) CO2 yang diangkut dalam plasma darah berbentuk

senyawa HCO3 (asam bikarbonat), dan sisanya (25%) akan diikat oleh Hb

membentuk senyawa HbCO2 (karboksi hemoglobin). Akan tetapi akhirnya CO 2 dan

air dikeluarkan melalui udara yang diembuskan. Bagaimana cara kalian menguji

adanya CO2 dan air pada udara pernapasan kalian?

3. Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga

perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga

termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal

dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan

amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dan asam amino. Proses

pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.


23

Sebagai kelenjar, hati menghasilkan empedu yang mencapai liter setiap hari.

Empedu berasal dan hemoglobin sel darah merah yang telah tua. Empedu merupakan

cairan kehijauan dan terasa pahit. Zat ini disimpan di dalam kantong empedu.

Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin,

dan biliverdin. Empedu yang disekresikan berfungsi untuk mencerna lemak,

mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang

tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air.

Sel-sel darah merah dirombak di dalam hati. Hemoglobin yang terkandung

di dalamnya dipecah menjadi zat besi, globin, dan heflie. Zat besi dan globin didaur

ulang, sedangkan heme dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin yang berwarna

hijau kebiruan. Di dalam usus, zat warna empedu ini mengalami oksidasi menjadi

urobilin sehingga warna feses dan urin kekuningan.

Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran

darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan. Orang yang demikian dikatakan

menderita penyakit kuning.

Hati juga menghasilkan enzim arginase yang dapat mengubah arginin

menjadi ornitin dan urea. Ornitin yang terbentuk dapat mengikat NH3 dan CO2 yang

bersifat racun.

Fungsi lain dari hati adalah mengubah zat buangan dan bahan racun untuk

dikeluarkan ke dalam empedu dan urin, serta mengubah glukosa yang diambil dan

darah nenjadi glikogen yang disimpan di dalam sel-sel hati. Glikogen akan dirombak
24

kembali menjadi glukça oleh enzim ainilase dan dilepaskan ke darah sebagai respons

meningkatnya kebutuhan energi oleh tubuh.

4. Kulit

Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai alat

ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di lapisan

dermis.

a) Epidermis

Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan

Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas

dan digantikan oleh sel-sel yang baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum

dan lapisan gerininativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar.

Lapisan gerininativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, menggantikan

lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin

yang memberi warna pada kulit.

b) Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar

keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya

keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 mL setiap hari, tergantung pada

kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea.

Fungsi lain kulit selain sebagai alat ekskresi adalah sebagai organ penenima

rangsang, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta

untuk pengaturan suhu tubuh.


25

Pada suatu suhu lingkaran tinggi (panas), keringat menjadi aktif dan

pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan

proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat

mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan.

Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak

merasakan panas lagi. Sebaliknya saat suhu lingkungan rendah (dingin), kelenjar

keringat tidak aktif dan metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang,

sehingga suhu tubuh tetap metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat

berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kedinginan.

Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus.

8
26

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode

catatan terbimbing (guided note taking) pada siswa kelas VIII siswa SMP Negeri

6 Kota Bima Tahun Pelajaran 2009/2010.

Dalam penelitian ada dua variabel yang akan dikorelasikan yaitu penerapan

metode catatan terbimbing (guided note taking) sebagai variabel bebas atau

variabel X dan peningkatan prestasi belajar IPA biologi sebagai variabel terikat atau

variabel Y. Rancangan dalam penelitian ini menggunakan desain pre-test dan post-

test central group.

2. Tempat dan waktu penelitian.

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII siswa SMP Negeri 6 Kota

Bima selama dua bulan mulai tanggal 19 Mei sampai dengan 19 Juli 2010.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
27

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 6

Kota Bima tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 6 kelas tiap kelas sebanyak 35

orang siswa sehingga total jumlah siswa sebanyak 210 orang siswa.

2. Sampel
26
Sampel diambil secara klaster artinya pemilihan sampel ditentukan terlebih

dahulu yaitu siswa kelas VIII. Dalam penelitian ini sampel diambil siswa kelas VIII 1

sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII3 sebagai kelompok kontrol. Kelompok

ekspreimen diberi perlakukan untuk diajarkan dengan menggunakan metode catatan

terbimbing (guided note taking) sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan tanpa

menggunakan metode catatan terbimbing (guided note taking).

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen

tes, instrumen ini digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.

Instrumen tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 soal dengan

empat pilihan. Adapun meteri yang menjadi bahan pertanyaan dalam soal adalah

tentang respirasi pada manusia. Skor akhir dicari dengan rumus jumlah yang dijawab

benar dibagi jumlah soal dikalikan seratus.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian

dan pengumpulan data. Dalam penelitian ada tiga tahap yang dilalui, yaitu sebagai

berikut:
28

1. Tahap pelaksanaan, yaitu menentukan sampel, membaginya menjadi

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya, kepada kedua

kelompok masing-masing diadakan tes awal atau pretes dan hasilnya disimpan.

Lalu, melakukan eksperimen dengan jalan memberikan perlakuan dengan

penggunaan metode catatan terbimbing (guided note taking) materi sistem

ekskresi pada manusia. Adapun sintak pembelajaran dengan catatan

terbimbing (guided note taking) yaitu (a) Beri siswa panduan yang berisi

ringkasan poin-poin utama dan materi pelajaran yang akan sampaikan dengan

strategi ceramah. Pola seperti ini dapat dilakukan dengan cara mengosongkan

sebagian dari poin-poin yang dianggap penting yang akan diisi siswa dengan cara,

(1) berikan suatu istilah dengan pengertiannya; kosongkan istilah atau definisinya,

(2) kosongkan beberapa pernyataan jika point-point utamanya terdiri dari beberpa

pernyataan, (3) menghilangkan beberapa kata kunci sebuah paragraf, (4) membuat

bahan ajar atau catatan yang tercantum di dalamnya sub topik dari materi

pelajaran. Memberikan tempat kosong yang cukup sehingga siswa dapat

membuat catatan di dalamnya (b) Bagikan bahan ajar (handout) yang Anda buat

kepada siswa/mahasiswa. Jelaska bahwa Anda sengaja menghilangka beberapa

poin penting dalam handoi untuk tujuan agar siswa/mahasiswa teta berkonsentrasi

mendengarkan pelajarai perkuliahan yang akan Anda sampa kan. (c) Setelah

selesai menyampaikan materi minta siswa untuk membacakan hasil catatannya, dan

(d) beri klarifikasi (Zaini, 2007).


29

2. Tahap penganalisisan data, yaitu melakukan analisis statistika dan

menarik kesimpulan.

3. Tahap pelaporan, yaitu menyusun dan menyempurnakan proses akhir

skripsi untuk kemudian diuji.

E. Teknik Analisis Data

Setelah Daata terkumpul selanjutnya data tersebut dianalisis dengan

menggunakan rumus uji-t (t-tes) sebagai berikut:

M X  MY
t=   X 2  Y 2   I I 
   
 N  N 2  N 
 X Y   X NY 

Keterangan :
M = Nilai rata-rata hasil perkelompok
N = Banyak subyek
X = Deviasi setiap nilai X2 da X1
Y = Deviasi setiap nilai Y2 dan Y1
(Arikunto, 2002)

Prosedur analisis uji hipotesis adalah bahwa apabila harga r hitung ) r tabel,

maka dinyatakan signifikan dan karenanya hipotesis nol (Ho) yang menyatakan

bahawa tidak ada ada pengaruh metode catatan terbimbing (guided note taking)

terhadap prestasi belajar IPA biologi materi sistem ekskresi pada manusia siswa

kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bima tahun pelajaran 2009/2010 ditolak, dan akan

menerima hipotsis alternatif (Ha) yang menyatakan ada pengaruh metode catatan

terbimbing (guided note taking) terhadap prestasi belajar IPA biologi materi

sistem ekskresi pada manusia siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bima tahun
30

pelajaran 2009/2010. Akan tetapi, jika harga r hitung < r tabel. maka dinayatakan

non signifikan dan karenanya hipotesis nol (Ho) diterima atau menerima hipotesis

alternatif (Ha) pada taraf signifikansi 5% dan 1%.


31

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 6

Kota Bima tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 6 kelas dengan total jumlah siswa

sebanyak 210 orang siswa. Sampel diambil secara klaster artinya pemilihan sampel

ditentukan terlebih dahulu yaitu siswa kelas VIII. Sampel diambil siswa kelas VIII 1

sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII3 sebagai kelompok kontrol. Kelompok

ekspreimen diajarkan dengan menggunakan metode catatan terbimbing (guided

note taking) sedangkan kelas kontrol tanpa menggunakan metode catatan

terbimbing (guided note taking). Data awal berupa sampel dan nilai siswa disajikan

pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Nilai Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA antara Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol SMPN 6 Kota Bima Tahun Pelajaran 2009/2010

No Nama Siswa Nilai No Nama Siswa Nilai


1 A. Haris Sahbudin 80 1 Abdollah Husen 60
2 A. Rahim Ahimudin 84 2 Abdul Hamid Hanafi 64
3 Ade Irfan SaputraSyafrudin 88 3 Abdul Haris 68
4 Afan Hidayahtullah Arifin 92 4 Junaidin
Adhar M. Nur 72
5 Alita Septiani Taufik 96 5 Agus Setiawan 76
6 Andri M. Amin 80 6 Ibrahim
Amirullah Ahmad 72
7 Ayu Wulandari Ibrahim 84 7 Ananda Agung 80
8 Ermansyah Yusuf 88 8 Firmansyah A.Bakar
Arifudin Nurdin 72
9 Fardo Syafrudin 92 9 Bahtiar Suhardin 92
10 Fitra Adrian M. Amin 96 10 Devi Imran 92
11 Fitria Ramadhani Syamsudin 80 11 Firdaus Sulaiman 72

30
32

12 Gian presti Marini irfan 84 12 Haidar Al Habsyi 80


13 Haisah Ahmad 88 13 Sadiq
Haryanto M. Yasin 80
14 Hartati Nurdin 92 14 Haryati A. Hafid 84
15 Heri Kuswanto Ahmad 96 15 Hidayatullah 92
16 Indri Wahyuni Yulianti M. 80 16 Syafrudin
Idhar M. Saleh 72
17 saleh
'mining Mursalin 84 17 Indrawan Saliman 60
18 Izzah Darmansyah Salman 80 18 Ismail M. Ali 64
19 Farid
Julkahfi Syafrudin 84 19 Jumriati Abdullah 68
20 Kurniawan efendi 88 20 M. Abdul Gaser 72
21 M. Farhan Nurdin 92 21 Nasar St. Hafsah
Melani 76
22 Mitha Kartika Zainul Amrin 96 22 Tayeb
Murni Usman 72
23 Mulyadin Ismail 80 23 Nafira Anas 80
24 Nurmah Saudin 84 24 Nasarudin Lutfi 72
25 Rahmawati Syafrudin 88 25 Nur Intan Musa 84
26 Ramadhan Supriyadin 92 26 Nurcahyani 80
27 Riswan Juliardi Buhair 92 27 Hardianti Lukman
Nur Emi Jumain 60
28 Rufinah Usman 96 28 Putri Ayu Astuti 64
29 Rusmerlian Ruslin 80 29 Nurdin
Rismawati Ismail 68
30 Subhan Ibrahim 84 30 Siti Hajar Ilyas 72
31 Wahyuni Ridwan 88 31 Sri Rizki Fitriani 76
32 Windari Puspita Yusuf 92 32 Syahrudin
Sri Wahyuningsih 72
33 Wiwik Kurniati M. Said 96 33 Ahmad
Supratman Ismail 80
34 Yanto Mustari 80 34 Syamsurijal Mustafa 72
35 Yusran A. Bakar 96 35 Yusuf A. Wahab 88

Berdasarkan data pada tabel 4.1, selanjutnya akan dilakukan analisis data dan

pengujian hipotesis penelitian. Tabel 4.2 berikut tabel persiapan untuk kepentingan

analisis data serta pengujian penelitian dimaksud. Prosedur analisis uji hipotesis

adalah bahwa apabila harga r hitung > r tabel, maka dinyatakan signifikan dan

karenanya hipotesis nol (Ho) ditolak, dan akan menerima hipotsis alternatif (Ha)

Akan tetapi, jika harga r hitung < r tabel pada taraf signifikansi 5% dan 1%.
33

Tabel 4.2 Persiapan Analisis Data dan Pengujian Hipótesis Penelitian

No. X x –X (x-X)2 No. Y y-Y (y-Y)2


1 80 8 64 1 60 15 225
2 84 4 16 2 64 11 121
3 88 0 0 3 68 7 49
4 92 -4 16 4 72 3 9
5 96 -8 64 5 76 -1 1
6 80 8 64 6 72 3 9
7 84 4 16 7 80 -5 25
8 88 0 0 8 72 3 9
9 92 -4 16 9 92 -17 289
10 96 -8 64 10 92 -17 289
11 80 8 64 11 72 3 9
12 84 4 16 12 80 -5 25
13 88 0 0 13 80 -5 25
14 92 -4 16 14 84 -9 81
15 96 -8 64 15 92 -17 289
16 80 8 64 16 72 3 9
17 84 4 16 17 60 15 225
18 80 8 64 18 64 11 121
19 84 4 16 19 68 7 49
20 88 0 0 20 72 3 9
21 92 -4 16 21 76 -1 1
22 96 -8 64 22 72 3 9
23 80 8 64 23 80 -5 25
24 84 4 16 24 72 3 9
25 88 0 0 25 84 -9 81
26 92 -4 16 26 80 -5 25
27 92 -4 16 27 60 15 225
28 96 -8 64 28 64 11 121
29 80 8 64 29 68 7 49
30 84 4 16 30 72 3 9
31 88 0 0 31 76 -1 1
32 92 -4 16 32 72 3 9
33 96 -8 64 33 80 -5 25
34 80 8 64 34 72 3 9
35 96 -8 64 35 88 -13 169
Total 3072 0 1184 Total 2608 0 2635
Mx 88       75    
34

Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, maka dapat diselesaikan dengan

rumus sebagai berikut:

M X I  M X II
t
  xI 2   xII 2  1 1 
   
 (nI  1)  (nII  1)  nI nII 

88  75
t
1181  2635  1 1
   
 (34  34)  35 35 
13
t
 4086  2 
  
 68  35 
13
t 
(56,12)(0,06)

13
t 
5,45

11
t 
2,33

t = 5,690 dibulatkan 5,69

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh t hitung sebesar 5,690 dibulatkan

5,69 Selanjutnya dicari derajad bebas (db) sebesar 70-2=68, untuk df 68 dicari pada

df yang dekat dengan 69 yaitu df 70 dan ditemukan nilai tabel 2.00. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa t hitung yang diperoleh lebih tinggi dari t tabel atau t hitung > ttabel

= 5,69 > 2,00 untuk taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikan 1% yaitu =

5,69 > 2,65 artinya hasil penelitian ini sangat signifikan. Berasarkan kenyataan hasil

perhitungan dan setelah dibandingkan dengan t tabel pada df 70 maka hasil penetian

ini menerima hipotesis yang telah diajukan yang berbunyi ada pengaruh metode
35

catatan terbimbing (guided note taking) terhadap prestasi belajar IPA biologi

materi sistem ekskresi pada manusia siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bima

tahun pelajaran 2009/2010 baik pada taraf signifikan 5% mapun 1%.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menujukkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan metode catatan terbimbing (guided note taking)

dapat prestasi belajar IPA biologi materi sistem ekskresi pada manusia siswa kelas

VIII SMP Negeri 6 Kota Bima tahun pelajaran 2009/2010.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bila guru trampil menyampaikan

materi dengan berbagai metode seperti dengan menggunakan metode catatan

terbimbing (guided note taking) maka akan dapat mengaktifkan siswa dalam

proses belajar. Menurut Djamarah (2002) metode mengajar adalah strategi

pengajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan memanfaatkan

metode yang akurat, guru akan mencapai tujuan pengajaran. Ketika tujuan

dirumuskan agar siswa memiliki ketrampilan tertentu, maka metode yang

digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Jadi guru sebaiknya menggunakan

metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat

dijadikan alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. Jadi pada dasarnya

metode pembelajaran adalah cara-cara pembelajaran yang digunakan guru untuk


36

mencapai tujuan dalam kegiatan belajar, semakin baik metode yang diterapkan

dalam pembelajaran maka prestasi akan tinggi serta semakin optimal belajarnya.

Sahabuddin (1999) mengemukakan bahwa keefektifan belajar adalah

implementasi yang berhasil dari komponen-komponen pengajaran. Masing-masing

komponen pengajaran mempunyai hubungan dengan keterampilan guru. Oleh karena

itu, di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat

belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah

satu langkah untuk memenuhi strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik

penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.

Sahabuddin (1999) menyarankan bahwa guru harus disiapkan ke dalam empat

bidang pengetahuan, yaitu menguasai pengetahuan teoritis mengenai belajar,

menunjukkan sikap yang membantu perkembangan belajar, menguasai pengetahuan

dalam mata pelajaran yang diajarkan, dan menguasai pengetahuan teknik penyajian

pelajaran. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara

mengajar yang dipergunakan oleh guru. Dalam bermacam-macam teknik mengajar

itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanaan penyajian,

tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern, seperti televisi,

film proyektor, dan bahkan seiring dengan kemajuan teknologi, media yang kini

dianggap lebih efektif adalah media dengan bantuan komputer. Metode mengajar

(teknik penyajian) dan media pembelajaran adalah dua unsur yang sangat penting
37

dalam suatu proses belajar mengajar. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan

salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran

yang sesuai. Kolaborasi yang baik antara metode pembelajaran dengan media

pembelajaran akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip

konstruktivistik adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini

mengacu pada metode pembelajaran di mana peserta didik bekerja bersama dalam

kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Siswa yang bekerja dalam situasi

pembelajaran kooperatif didorong dan dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu

tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan

tugas. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling

tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan

berbagi penghargaan tersebut jika mereka berhasil sebagai kelompok.

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk mampu mengkondisikan lingkungan

belajar yang menyenangkan, agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua

peserta didik sehingga tumbuh minat mereka untuk belajar. Selain itu guru juga harus

mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan (pakem). Salah satunya adalah dengan penggunaan media pengajaran

visual.
38

Sistem pengajaran konvensional yang sampai kini masih banyak diterapkan di

sekolah-sekolah, proses pembelajaran berpusat pada guru, dimana guru aktif

menjelaskan sedangkan siswa bersifat pasif yang hanya mendengarkan dan mencatat

saja. Hal ini tentu saja sangat membosankan bagi siswa itu sendiri sehingga mereka

akan sulit untuk berkonsentrasi dan fikiran mereka pun melayang kemana-mana.

Akibatnya tidak sedikitpun materi yang tersimpan dalam ingatan dan memori siswa.

Jika hal ini berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama maka minat, motivasi,

aktivitas, dan hasil belajar siswa juga akan menurun. Penggunaan metode catatan

terbimbing (guided note taking) terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa hal ini dilihat dari rata-rata capaian siswa sebesar 85 dibandingkan dengan

menggunakan metode konvensional yang hanya mencapai rata-rata 75.

Guru juga dituntut untuk menggunakan media maupun metode pembelajaran

harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Materi sistem eksresi adalah materi yang

memerlukan pengelolaan yang baik dalam penyajiannya, sebab materi ini

menyangkut tentang organ-organ yang berada di dalam tubuh yang objeknya sulit

untuk diadakan secara langsung di hadapan siswa. Tanpa ada penjelasan guru melalui

gambar atau dalam bentuk torso, siswa akan kesulitan dalam mengenal dan

membedakan bagian-bagian organ pencernaan tersebut. Akibatnya presentasi atau

ceramah yang dilakukan oleh guru akan membosankan sehingga siswa kurang

memahami materi pelajaran. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya alat bantu
39

dalam mengajar yaitu penggunaan media pembelajaran visual baik dalam bentuk

model (torso), kartu indeks, maupun presentase materi melalui microsoft powerpoint.

Dan alat Bantu itu akan menjadi sangat efektif pula bila guru memanfaatkan catatan

terbimbing (guided note taking) ketika mengajarkan konsep tentang system

ekskresi, miasalnya menggambarkan alat-alat eksresi kemudian memberi labelgan

tersebut untuk diisi atau dilengkapi siswa. Jadi mengkolaborasikan antara metode

catatan terbimbing (guided note taking) dengan media ekskresi menjadikan

pembelajaran IPA semakin menyenangkan siswa untuk metode catatan terbimbing

(guided note taking)elajarinya.

Penggunaan metode catatan terbimbing (guided note taking) diharapkan

mampu membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar siswa, membantu

keefektifan proses pembelajaran, menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran, memperlancar pencapaian tujuan untuk

memahami dan mengingat informasi atau yang diberikan, pembelajaran menjadi lebih

menarik, membawa kesegaran dan variasi baru bagi pengalaman belajar siswa

sehingga siswa tidak bosan da tidak bersikap pasif, serta dapat mengatasi

keterbatasan indera, ruang, dan waktu, dengan menghadirkan gambaran objek yang

sedang dipelajari di dalam ruang kelas, oleh karena itu metode catatan terbimbing

(guided note taking) menjadi salah satu alternative yang dapat digunakan guru

IPA.
40

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh metode catatan terbimbing (guided note taking) terhadap

prestasi belajar IPA biologi materi sistem ekskresi pada manusia siswa kelas

VIII SMP Negeri 6 Kota Bima tahun pelajaran 2009/2010 baik pada taraf

signifikan 5% mapun 1%.

2. Prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode metode catatan terbimbing

(guided note taking) lebih tinggi rata-rata lebih tinggi yaitu sebesar 88 dari pada

model belajar konvensional dengan capaian rata-rata 75 dalam pembelajaran IPA.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada guru di SMP Negeri 6 Kota Bima terutama guru biologi hendaknya

mencari metode atau pendekatan belajar seperti metode catatan terbimbing

(guided note taking) dalam proses belajar mengajar biologi, karena metode

catatan terbimbing (guided note taking) merupakan metode pembelajaran yang

mengarah kepada proses berpikir yang lebih baik bagi siswa.

39
41

2. Kepada siswa hendaknya belajar dengan sungguh-sungguh dalam meraih prestasi

belajar dan hendaknya mengikuti segala aturan dan peraturan yang berlaku di

sekolah.

3. Kepada orang tua agar memberikan dorongan kepada anaknya untuk belajar dan

membantu kesulitan yang dialami anak di sekolah serta perlu menanamkan

kebiasaan-kebiasaan yang baik agar mendorong semangat anak untuk belajar.

4. Kepada Sekolah perlu penambahan sarana belajar siswa seperti media

pembelajaran lainnya dan memberikan bantuan kependidikan kepada anak didik

yang menghadapi kesulitan belajar

5. Penelitian ini dapat dilakukan lebih lanjut untuk materi pembelajaran lain

sehingga dapat menunjukkan hasil yang memuaskan.


42

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Anni, Chatarina Tri, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika


Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang
Press.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah


Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta.

Diknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Diknas. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang efektif. Jakarta: Pusat Kurikulum,
Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghozali, Imam. 2001. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbulah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hidayanti, Yatik. 2006. Pengaruh Motivasi, Metode Pembelajaran dan Lingkungan


terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas X SMAN 12
Semarang. UNNES: Skripsi.

41
43

Ibrahim, R. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu


Ekonomi YKPN.

Mappa, Syamsu. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rustaman, N. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta: Kencana.

Saptono, S. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: Universitas Negeri


Semarang.

Sardiman, AM. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sudjana, N. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosda
Karya.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukirman, dkk. 2006. Pengaruh Kesempatan Pembelajaran Organisasi, Kualitas


Pengajaran, Dan Orientasi Profesional Terhadap Hubungan Antara
Partisipasi Dosen Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Hasil Belajar
Mahasiswa. Semarang: Jurusan Ekonomi.

Supatno. 2007. LKS Biologi Gema Prestasi Kelas VII Semester 1. Semarang: Pustaka
Indah.
44

Syafri, Sofyan Harahap. 2003. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.

Umar, Husein. 2005. Asset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Widodo, A. T. 1993. Tingkat Keterbacaan Teks: Suatu Evaluasi Terhadap Buku Teks
Ilmu Kimia Kelas 1 SMA. Desertasi. Jakarta: IKIP Jakarta.

Zani. 2007. Stretgei pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

Anda mungkin juga menyukai