Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengembangan Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan Indonesia melalui Revitalisasi Nilai-nilai


Empat Konsensus

Sejarah mencatat bahwa setidaknya ada empat hal yang dapat menjadi perekat bangsa, yaitu
pertama, jaringan perdagangan di masa lampau. Kedua, penggunaan bahasa yang sejak 1928 kita sebut
sebagai bahasa Indonesia. Ketiga, imperium HindiaBelanda sesudah pax-neerlandica, dan keempat,
pengalaman bersama hidup sebagai bangsa Indonesia sejak 1945. Semua dampak euphoria reformasi
yang kita hadapi saat ini, perlu disikapi oleh segenap komponen bangsa melalui pemahaman yang benar,
utuh dan menyeluruh dalam konteks semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Semangat tersebut
merupakan kata kunci dari aktualisasi dan implementasi nilai-nilai luhur Pancasila yang harus terus
ditumbuhkembangkan oleh generasi penerus. Seluruh komponen bangsa harus mampu menyikapi
berbagai permasalahan, perbedaan dan kemajemukan dengan berpedoman pada empat konsensus
nasional yang dibangun oleh para pendiri bangsa. Seluruh anak bangsa harus proaktif untuk
menciptakan, membina, mengembangkan dan memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa yang
kerap menghadapi potensi perpecahan. Generasi penerus harus mampu menghidupkan kembali sikap
dan budaya gotong royong, silahturahmi dan musyawarah untuk mufakat yang hakikinya merupakan ciri
bangsa Indonesia sejak dulu. Primordialisme, masalah SARA, masalah ketidakadilan, masalah korupsi
dan kesenjangan sosial ekonomi secara bertahap harus dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan. Hal ini
perlu ditegaskan mengingat, hal tersebut dapat menjadi titik retak rasa persatuan dan kesatuan bangsa
bila tidak dapat ditemukan solusi pemecahan masalahnya. Oleh karena itu, pemuda harus mampu
mempelopori untuk memahami, menghayati dan mengimplementasikan nilai – nilai empat pilar
Kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai daya tangkal terhadap berbagai potensi yang mengancam
keutuhan NKRI. Di tengah kehidupan demokratis yang berkembang, Partai politik sebagai salah satu
unsur Supra struktur politik memegang peran dominan dan menentukan berhasil tidaknya revitalisasi
nilai – nilai empat konsensus nasional. Hal ini mengingat bahwa partai politik merupakan salah satu pilar
utama demokrasi. Sebagai pilar utama demokrasi, partai politik mengemban fungsi sebagai sarana
komunikasi politik, sosialisasi politik, sarana rekruitmen kader – kader pemimpin dan pengelola konflik
(conflict management) diantara berbagai elemen masyarakat. Oleh karena itu, tata laku partai politik
akan mempengaruhi tata laku masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Secara kelembagaan, revitalisasi nilai – nilai empat konsensus nasional menjadi tanggung jawab
penyelenggara negara sesuai dengan stratifikasi dan tataran kewenangan yang dimiliki. Mengingat
empat konsensus nasional merupakan hasil keputusan politik, maka lembaga negara seperti MPR – RI,
DPR – RI dan Presiden RI selaku kepala pemerintahan merupakan tiga lembaga negara yang menentukan
arah keputusan politik yang akan disepakati. Penting untuk dicatat, bahwa sinkronisasi dan sinergitas
diantara ketiga lembaga negara tersebut akan tergantung dari keinginan untuk menyatukan berbagai
perbedaan pandangan dan kepentingan politik masing – masing. Diharapkan, keterlibatan lembaga-
lembaga tersebut mampu menghasilkan peraturan perundangan yang memperkuat upaya-upaya
revitalisasi Pancasila secara demokratis dan bermartabat. Dalam tataran regulasi dan kebijakan yang
merupakan penjabaran dari keputusan politik, keberadaan para pemangku kepentingan terkait lainnya
seperti : Kementerian koordinator politik dan keamanan, Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat, Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional,
Kementerian Keuangan, Lemhannas RI, Mahkamah Konstitusi, Dewan Pertahanan Nasional dan
Bappenas RI, memiliki peran sentral dalam peng-implementasian keputusan politik terkait revitalisasi
nilai – nilai empat konsensus nasional. Regulasi dan kebijakan yang diwujudkan dalam bentuk peraturan
perundang – undangan, merupakan sarana yang mengatur terselenggaranya upaya revitalisasi nilai –
nilai empat konsensus nasional secara komprehensif dan terpadu. Oleh karena itu, sinkronisasi
kebijakan, program, mekanisme, metode dan pengawasan merupakan prasyarat keberhasilan upaya
revitalisasi. Pada tataran operasional, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, organisasi politik,
organisasi masyarakat, dosen dan guru merupakan pelaksana – pelaksana upaya revitalisasi yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dengan pembekalan yang memadai terkait nilai – nilai empat
konsensus nasional, komponen bangsa tersebut memainkan peran sebagai agen perubahan (agent of
change) mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan pemukiman hingga
lingkungan kerja. Pendidikan formal, informal maupun non formal yang dimulai dari lingkungan keluarga
hingga lingkungan pendidikan, merupakan sarana yang efektif untuk menanamkan pemahaman atas
nilai – nilai empat konsensus nasional.

Sebagai rangkaian upaya yang terstruktur, upaya pada tataran operasional akan bersifat praktis
implementatif. Pelibatan lembaga-lembaga tersebut untuk menghasilkan peraturan perundangan yang
memperkuat upaya-upaya revitalisasi Pancasila secara demokratis dan bermartabat. Upaya yang bersifat
praktis ditujukan untuk mendukung upaya-upaya politis melalui kegiatan-kegiatan seperti pendidikan,
penyuluhan dan training of trainer (ToT) tenaga penyuluh dengan melibatkan peran aktif para
pemangku kepentingan. Sedangkan upaya yang bersifat operasional dilakukan oleh lembaga-lembaga
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Hal ini dilakukan mengingat lembaga pendidikan merupakan
ujung tombak yang efektif pembentukan watak dan karakter bangsa, khususnya generasi muda. Dalam
tataran operasional, satu hal penting dan mendasar yang perlu dikembangkan adalah teladan secara
nyata. Teladan merupakan kata kunci dan kekuatan moral yang akan menentukan berhasil tidaknya
upaya revitalisasi nilai – nilai empat konsensus nasional yang dilakukan. Hal ini tidak terlepas dari pola
dan budaya bangsa Indonesia yang bersifat patriarchy dan paternalistik, sehingga teladan para
pemimpin merupakan sarana efektif untuk membangun watak dan karakter bangsa, khususnya di
kalangan generasi muda bangsa.

2. Mungkin alasan dari pilkada tak langsung adalah biaya politik yang tinggi. Alangkah baiknya
melakukan kajian yang mendalam dengan para ahli. Karena, seyogianya pilkada langsung bukan menjadi
satu-satunya faktor utama penyebab biaya politik tinggi.

Hapus praktik transaksional yang dapat mencederai bahkan mematikan proses demokrasi. Tekan
pengeluaran tinggi untuk kampanye. Ada banyak inovasi dan strategi kampanye yang bisa dilakukan oleh
calon kepala daerah yang tidak membutuhkan biaya tinggi.

Selain itu, regulasi UU Pilkada harus diperkuat. Jangan beri ruang-ruang kosong kepada calon kepala
daerah untuk dapat melakukan berbagai macam praktik kecurangan. Diakui atau tidak, selama ini ada
regulasi yang masih memiliki kelemahan, sehingga dampaknya proses penegakan hukum pemilu tidak
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Padahal, tujuan hukum semata-mata untuk mencari keadilan pemilu (electoral justice). Hal ini harus
didukung juga dengan masyarakat dan kandidat kepala daerah yang harus memiliki keterikatan
terhadap aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar dalam proses penyelenggaraan pilkada.

Kesimpulannya bahwa pelaksanaan pilkada langsung masih sangat efektif untuk senantiasa digunakan.
Kekurangan pasti akan ada, maka fokus kita semua adalah melakukan pembenahan bukan mengganti
sistemnya. Karena, seolah–olah wacana ini muncul hanya untuk mengakomodir kelompok
berkepentingan saja bukan aspirasi murni dari masyarakat. Fokuskan kinerja pemerintah dan DPR untuk
mengimplementasikan pada hal-hal yang lebih substansi dan menjaadi kewajiban utama. Stop
mengombang–ambing demokrasi kita.

3. Berikut beberapa pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bangsa Indonesia

A. Pengaruh Globalisasi di Bidang Budaya

Salah satu pengaruh yang terjadi pada globalisasi terjadi pada budaya bangsa. Beberapa di antaranya
yaitu perubahan seperti misalnya:

1. Berkembangnya modernisasi di dunia.

Modernisasi pada dasarnya identik dengan globalisasi. Modernisasi merupakan dampak yang
ditimbulkan oleh adanya globalisasi. Dengan adanya modernisasi ini maka setiap daerah seolah memiliki
pergeseran budaya dan gaya hidup. Jika tadinya orang menggunakan pakaian tradisional saat bepergian
kini Anda mungkin hampir tidak pernah menemukannya. Kebudayaan daerah menjadi diabaikan karena
adanya gaya hidup modern yang mendunia.

2. Lengkapnya sarana pendidikan.

Dunia pendidikan yang sangat erat kaitannya dengan pembangunan bagi manusia kini juga dikemas
dalam bentuk yang lebih modern. Kelas online dan pengajaran bahasa asing sudah umum dilakukan di
berbagai sekolah. Bahkan pendalaman budaya negara lain juga sudah menjadi konsumsi bagi beberapa
siswa.

3. Kemajuan dan peningkatan SDM.

Lengkapnya sarana pendidikan yang memajukan wawasan siswa tentu nantinya bisa berdampak positif
bagi siswa itu sendiri. Ke depannya globalisasi diharapkan agar dapat memberikan dampak positif bagi
para generasi penerus bangsa. SDM menjadi semakin terampil dan berkualitas sehingga bisa membuat
negara menjadi berkembang lebih baik dan mengalami kemajuan.

4. Pengetahuan mengenai kebudayaan negara lain.

Pendidikan dan kebudayaan yang memiliki kaitan erat ini jelas tak lepas dari pengaruh globalisasi. Segala
sesuatu yang telah mendunia tampaknya tak bisa lepas dari pengamatan masyarakat. Baik bahasa asing
maupun kostum khas dari beberapa negara asing bisa saja diketahui dan dipelajari oleh anak-anak di
tanah air. Banyak hal positif yang bisa dipelajari dari negara lain dan hal ini tentu sangatlah bermanfaat.
B. Pengaruh Globalisasi di Bidang Ekonomi

Pengaruh selanjutnya yaitu di bidang ekonomi. Beberapa yang paling umum yaitu pengaruh dalam hal:

1. Memacu produktivitas.

Dengan adanya globalisasi maka para pelaku ekonomi akan semakin memajukan produktivitasnya.
Berbagai produk yang tadinya mungkin hanya disebarkan di area lokal saja sekarang ini bisa dipasarkan
hingga ke berbagai negara di belahan dunia. Tampaknya hal ini membuat para pengusaha semakin
berlomba-lomba untuk meningkatkan produknya baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini
dipandang baik mengingat bahwa produktivitas yang meningkat tentu akan berdampak baik pada
perekonomian nasional di suatu negara.

2. Memacu inovasi.

Tidak hanya produktivitas saja yang akan semakin terpacu untuk dilakukan oleh para pelaku ekonomi di
berbagai negara. Tetapi inovasi juga akan bermunculan dan semakin menambah jenis atau varian
produk yang telah beredar di masyarakat luas. Inovasi yang meningkat dari para pelaku ekonomi akan
memperluas upaya yang dilakukan. Bahkan bukan tidak mungkin jika para pelaku ekonomi semakin
memperluas pengetahuan dan wawasannya demi menciptakan inovasi sehingga produk yang dihasilkan
bisa semakin berkembang dan bisa diterima oleh masyarakat. Selanjutnya produk yang diluncurkan oleh
suatu perusahaan juga diharapkan dapat berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

3. Kreativitas meningkat.

Produktivitas dan inovasi akan semakin maju dan berkembang dengan diiringi ide serta kreativitas yang
juga meningkat. Memang di zaman yang berkembang ini tampaknya semakin diperlukan berbagai
macam ide dan kreativitas dari setiap individu. Dengan adanya kreativitas yang semakin berkembang
maka Anda bisa mengembangkan potensi sehingga hal ini nantinya akan berguna termasuk dalam hal
ekonomi. Kreativitas bisa saja membuat Anda untuk menciptakan lapangan kerja dan memajukan usaha
Anda tersebut.

4. Munculnya perusahaan internasional.

Secara lebih lanjut adanya globalisasi dapat membuat seseorang untuk menanamkan saham atau
investasi di negara lain. Mungkin saja seorang pengusaha ingin memperluas pemasaran produknya
hingga ke luar neger. Hal ini mungkin saja terjadi terutama di masa sekarang yang memasuki era
globalisasi.

C. Pengaruh Globalisasi di Bidang Sosial

Terakhir globalisasi juga dapat berpengaruh pada bidang sosial, yaitu misalnya sebagai berikut:

1. Sikap individualistis.
Jika dulu seseorang bisa bersosialisasi dengan orang lain di sekitarnya secara langsung maka hal ini telah
berbeda. Sekarang ini kebanyakan orang melakukan kontak dan komunikasi hanya melalui media
internet. Dengan adanya media internet ini maka orang akan melakukan kontak dan komunikasi dari
jarak yang terpaut jauh. Hal ini sebenarnya dapat menciptakan sikap individualisme.

2. Materialisme meningkat.

Meningkatnya gaya hidup yang ada di tengah masyarakat masa kini tentu membuat Anda dan setiap
orang lebih menginginkan materi. Bahkan segala macam jenis pekerjaan akan dilakukan demi
mendapatkan materi secara lebih. Uang tidak hanya digunakan untuk membeli kebutuhan saja tetapi
juga untuk membeli segala hal yang berkaitan dengan gaya hidup. Oleh sebab itu masyarakat masa kini
cenderung mengutamakan pekerjaan dan peduli materialisme daripada hal lainnya.

3. Berkembangnya hedonisme.

Hedonisme pada dasarnya merupakan pandangan hidup yang beranggapan bahwa tujuan utama dari
hidup adalah kesenangan dan kenikmatan materi belaka. Hidup akan selalu dinikmati sampai habis-
habisan karena penganut faham hedonisme berpikiran bahwa hidup ini hanya sekali saja. Jadi hidup ini
cenderung untuk diisi dengan berbagai hal yang menyenangkan seperti dengan pesta pora dan
bersenang-senang.

4. Adanya pragmatisme.

Pandangan pragmatisme sebenarnya merupakan sikap yang menilai sesuatu dilihat dari keuntungan
atau kerugian yang akan diperoleh diri sendiri. Bahkan menolong orang lain juga bisa saja dilakukan
dengan sikap pamrih. Hal ini terjadi karena adanya kemajuan zaman yang menyebabkan nilai gotong-
royong dan tolong-menolong semakin berkurang. Segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang selalu
terpaut dengan adanya motif berupa keuntungan bagi dirinya sendiri.

4. Dampak yang paling mencolok secara sosial dari terjadinya perilaku koruptif adalah kepercayaan
terhadap orang lain terutama pada pemerintah rendah, hukum hanya diperjual beli.

5. Peran masyarakat sangatlah penting untuk mengontrol pemerintahan sesuai dengan bentuk
pemerintah yang demokrasi. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dalam Pasal 41 ayat (5) dan Pasal 42 ayat (5) menegaskan bahwa tata cara pelaksanaan
peran serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah. Peran serta masyarakat tersebut
dimaksudkan untuk mewujudkan hak dan tanggungjawab masyarakat dalam penyelenggaraan negara
yang bersih dari tindak pidana korupsi.

Di samping itu, dengan peran serta tersebut masyarakat akan lebih bergairah untuk melaksanakan
kontrol sosial terhadap tindak pidana korupsi. Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi diwujudkan dalam bentuk antara lain mencari, memperoleh,
memberikan data atau informasi tentang tindak pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan
pendapat secara bertanggungjawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang memberikan hak kepada masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tindakan diskriminatif mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai hak dan
tanggungjawab masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Oleh
karena itu, kebebasan menggunakan hak tersebut haruslah disertai dengan tanggungjawab untuk
mengemukakan fakta dan kejadian yang sebenarnya dengan mentaati dan menghormati aturan-aturan
moral yang diakui umum serta hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan Pemerintah ini juga mengatur mengenai kewajiban pejabat yang berwenang atau Komisi
untuk memberikan jawaban atau menolak memberikan isi informasi, saran atau pendapat dari setiap
orang, Organisasi Masyarakat, atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Sebaliknya masyarakat berhak
menyampaikan keluhan, saran atau kritik tentang upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari menunjukan bahwa keluhan, saran, atau kritik masyarakat tersebut sering
tidak ditanggapi dengan baik dan benar oleh pejabat yang berwenang.

Anda mungkin juga menyukai