Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA

TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DENGAN


SIKAP DALAM MENCEGAH PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL DI SMAN 1 SAMBUNGMACAN

Andriyani Puji Hastuti

Dosen AKBID YAPPI Sragen


Jl. KH. Agus Salim no. 50 Mojomulyo Sragen

ABSTRAK

Masa remaja (10-19 tahun) adalah masa yang khusus dan penting karena
merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja disebut
juga masa pubertas yang merupakan masa transisi yang unik ditandai dengan
berbagai perubahan fisik,emosi dan psikis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual terhadap sikap dalam
mencegah penyakit menular seksual di SMAN 1 Sambungmacan.
Penelitian ini menggunakan penelitian analitik. Pendekatan waktu yang
digunakan adalah Cross Sectional, menggunakan teknik sampling cluster random
sampling dengan sampel sebanyak 40 responden, istrumen yang digunakan
adalah kuesioner.
Dari 40 responden, 24 responden (60%) memiliki tingkat pengetahuan
yang baik tentang penyakit menular seksual dan 21 responden (52,5%) memiliki
sikap sangat setuju dalam mencegah penyakit menular seksual.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang
penyakit menular seksual adalah baik, sikap remaja dalam mencegah penyakit
menular seksual adalah sangat setuju. Dan tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual terhadap
sikap dalam mencegah penyakit menular seksual.

Kata kunci : Pengetahuan, Remaja, PMS.


PENDAHULUAN seringkali kekurangan informasi dasar
Pada masa remaja terjadi tentang kesehatan. Tingginya angka
perubahan organobiologik yang cepat kejadian infeksi menular seksual di
dan tidak seimbang dengan perubahan kalangan remaja merupakan bukti
mental emosional (kejiwaan). bahwa masih rendahnya pengetahuan
Keadaan ini dapat membuat remaja remaja akan penyakit menular seksual
bingung. Oleh karena itu perlu (Pinem, 2009). Pada tahun 2012
pengertian,bimbingan dan dukungan Menurut WHO jumlah penderita HIV
dari lingkungan disekitarnya sehingga dunia adalah 33.200.000 orang.
remaja dapat tumbuh dan berkembang Menurut Depkes RI jumlah penderita
menjadi manusia dewasa yang sehat HIV di Indonesia berjumlah 66.600
baik jasmani,mental maupun orang, Jawa Tengah 663 orang. DKK
psikososial (Pinem, 2009). Sragen jumlah penderita HIV18
Kesehatan reproduksi remaja orang.
(SKRRI) 2002-2003 menunjukkan Masa remaja merupakan masa
bahwa 21% perempuan dan 28% laki- pematangan organ reproduksi
laki tidak mengetahui tanda sehingga sikap remaja yang sering
perubahan fisik apapun dari lawan berganti-ganti pasangan
jenisnya. Kurangnya pengetahuan menyebabkan remaja rentan tertular
remaja tentang biologi dasar pada Penyakit Menular Seksual. Dari studi
remaja mencerminkan kurangnya pendahuluan yang sudah dilakukan
pengetahuan tentang resiko yang oleh peneliti di SMAN 1
berhubungan dengan tubuh mereka Sambungmacan didapatkan 3 dari 5
dan cara menghindarinya. Remaja siswa belum mengetahui tentang
berada dalam situasi yang sangat peka Penyakit Menular Seksual. Di
terhadap pengaruh nilai baru, remaja banding dengan SMAN 1 Gondang 5
cenderung lebih mudah melakukan orang siswa yang ditanya telah
penyesuaian dengan arus globalisasi mengetahui tentang penyakit menular
dan arus informasi yang bebas yang seksual. Sehingga bisa diambil
dapat menyebabkan terjadinya kesimpulan bahwa pengetahuan siswa
perubahan perilaku menyimpang SMAN 1 Sambungmacan tentang
karena adaptasi terhadap nilai-nilai penyakit menular seksual lebih
yang datang dari luar. Banyak sekali rendah dari SMAN 1 Gondang. Selain
informasi melalui media cetak dan itu dari data yang diperoleh dari SMA
elektronik yang ditayangkan secara N 1 Sambungmacan pada tahun 2011-
vulgar dan bersifat tidak mendidik, 2012 terdapat 2 siswi yang hamil
tetapi lebih cenderung mempengaruhi diluar nikah. Oleh karena itu peneliti
dan mendorong perilaku seksual yang perlu untuk melakukan penelitian di
tidak bertanggung jawab (Pinem, SMAN 1 Sambungmacan sejauh
2009). mana Hubungan Antara Tingkat
PMS merupakan masalah Pengetahuan Remaja Tentang
kesehatan masyarakat diantara remaja Penyakit Menular Seksual Dengan
(10-19 tahun). Lebih kurang 5% Sikap Dalam Mencegah Penyakit
remaja dan penduduk usia muda Menular Seksual.
tertular PMS setiap tahun
(Prawirohardjo, 2005). Remaja
BAHAN DAN METODE perubahan aspek fisik dan
1. Pengetahuan psikologis (mental). Secara garis
a. Pengertian besar, pertumbuhan fisik terdiri
Pengetahuan merupakan hasil atas empat kategori perubahan
dari tahu yang terjadi setelah orang yaitu perubahan ukuran, perubahan
melakukan penginderaan terhadap proporsi, hilangnya ciri lama, dan
objek tertentu, sebagian besar timbulnya ciri baru. Perubahan ini
pengetahuan diperoleh melalui terjadi karena pematanganfungsi
mata dan telinga dan pengetahuan organ. Pada aspek psikologis atau
merupakan pedoman dalam mental, taraf berpikir seseorang
membentuk tindakan seseorang menjadi semakin matang dan
(Maulana, 2009; Notoatmodjo, dewasa.
2003). 4) Minat
Pengetahuan adalah segala Minat sebagai suatu
sesuatu yang diketahui kecenderungan atau keinginan
berdasarkan pengalaman yang yang tinggi terhadap sesuatu.
didapatkan oleh setiap manusia Miinat menjadikan seseorang intuk
(Mubarak, 2011). mencoba dan menekuni suatu hal,
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga seseorang memperoleh
pengetahuan: pengetahuan yang lebih mendalam.
1) Pendidikan 5) Pengalaman
Pendidikan berarti bimbingan yang Pengalaman adalah suatu kejadian
diberikan seseorang kepada orang yang pernah dialami seseorang
lain agar dapat memahami suatu dalam berinteraksi dengan
hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungannya. Orang cenderung
semakin tinggi pendidikan melupakan pengalaman yang
seseorang, semakin mudah pula kurang baik. Sebaliknya, jika
mereka menerima informasi dan pengalaman tersebut
pada akhirnya pengetahuan yang menyenangkan, maka secara
dimilikinya akan semakin banyak. psikologis mampu menimbulkan
Sebaliknya, jika seseorang kesan yang sangat mendalam dam
memiliki tingkat pendidikan yang membekas dalam emosi kejiwaan
rendah, maka akan menghambat seseorang. Pengalaman baik ini
perkembangan sikap orang akhirnya dapat membentuk sikap
tersebut terhadap penerimaan positif dalam kehidupannya.
informasi dan nilai-nilai yang baru 6) Kebudayaan lingkungan sekitar
diperkenalkan. Lingkungan sangat berpengaruh
2) Pekerjaan dalam pembentukan sikap pribadi
Lingkungan pekerjaan dapat atau sikap seseorang. Kebudayaan
membuat seseorang memperoleh lingkungan tempat kita hidup dan
pengalaman dan pngetahuan, baik dibesarkan mempunyai pengaruh
secara langsung maupun tidak besar terhadap pembentukan sikap
langsung. kita. Apabila dalam suatu wilayah
3) Umur mempunyai sikap menjaga
Dengan bertambahnya umur kebersihan lingkungan, maka
seseorang akan mengalami sangat mungkin masyarakat

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 48


sekitarnya mempunyai sikap selalu Komponen ini menunjukkan
menjaga kebersihan lingkungan. dimensi emosional subjektif
7) Informasi individu terhadap objek sikap,
Kemudahan untuk memperoleh baik bersifat positif (rasa
suatu informasi dapat senang) maupun negative (tidak
mempercepat seseorang senang). Reaksi emosional
memperoleh pengetahuan yang dapat dipengaruhi oleh apa yang
baru. kita percayai sebagai sesuatu
(Mubarak, 2011) yang benar terhadap objek sikap
2. Remaja tersebut.
Masa remaja (10-19 tahun) 3) Komponen konatif
adalah masalah yang khusus dan Komponen ini merupakan
penting,karena merupakan periode predisposisi atau kecenderungan
pematangan organ reproduksi bertindak terhadap objek sikap
manusia.masa remaja disebut juga yang dihadapinya.
masa pubertas yang merupakan Azwar dalam (Maulana, 2009)
masa transisi yang unik ditandai c. Tingkatan sikap
dengan berbagai perubahan 1) Menerima (receiving)
fisik,emosi dan psikis (Pinem, Menerima berarti mau dan
2009). memperhatikan stimulus yang
3. Sikap diberikan/ objek.
a. Pengertian 2) Merespon (responding)
Sikap merupakan reaksi atau Memberikan jawaban jika
respon yang masih tertutup ditanya, mengerjakan, dan
terhadap suatu stimulus atau objek menyelesaikan tugas yang
(Maulana, 2009). diberikan merupakan indikasi
Sikap adalah perasaan, pikiran sikap.
dan kecenderungan seseorang yang 3) Menghargai (valuing)
kurang lebih bersifat permanen Pada tingkat ini individu
mengenai aspek-aspek tertentu mengajak orang lain untuk
dalam lingkungannya (Mubarak, mengerjakan atau
2011). mendiskusikan suatu masalah.
b. Komponen pokok sikap 4) Bertanggung jawab
Sikap memiliki 3 komponen (responsible)
yang membentuk struktur sikap Merupakan sikap yang paling
yaitu : tinggi dengan segala resiko
1) Komponen kognitif bertanggungjawab terhadap
Berisi kepercayaan yang sesuatu yang telah dipilih,
berhubungan dengan persepsi meskipun mendapat tantangan
individu terhadap objek sikap dari keluarga.
dengan apa yang dilihat dan (Maulana, 2009)
diketahui, pandangan, d. Faktor yang membentuk dan
keyakinan, pikiran, pengalaman mengubah sikap
pribadi, kebutuhan emosional, Terdapat beberapa cara untuk
dan informasi dari orang lain. mrmbentuk atau mengubah
2) Komponen afektif sikap individu yaitu:

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 49


1) Adopsi hubungan seksual (Nugroho dan
Suatu cara pembentukan Scorviani, 2011)
sikap dan perubahan sikap b. Factor-faktor yang
melalui kegiatan yang mempengaruhi adalah:
berulangdan terus menerus 1) Factor dasar
sehingga lama kelamaan Adanya penularan penyakit,
secara bertahap akan diserap berganti-ganti pasangan
oleh individu. seksual
2) Diferensial 2) Factor medis
Terbentuk dan berubahnya a) Gejala klinis pada wanita
sikap karena individu telah dan homoseksual yang
memiliki pengetahuan, asimtomatis
pengalaman, intelegensi dan b) Pengobatan modern
bertambahnya umur. c) Pengobatan yang murah,
3) Integrasi cepat, mudah dan efektif,
Sikap terbentuk secara sehingga resiko resistensi
bertahap. Diawali dengan tinggi dan bila
pengetahuan dan disalahgunakan akan
pengalaman terhadap objek meningkat-kan resiko
sikap tertentu. penyebaran infeksi.
4) Trauma d) Kontrasepsi modern
Pembentukan dan perubahan (Pinem, 2009)
sikap terjadi melalui kejadian c. Perilaku beresiko terhadap
yang tiba-tiba dan penularan
mengejutkan sehingga Perilaku yang memudahkan
menimbulkan kesan yang seseorang mudah tertular PMS
mendalam. termasuk HIV/AIDS adalah :
5) Generalisasi 1) Sering berganti-ganti
Sikap terbentuk dan berubah pasangan seksual atau
karena pengalaman traumatic mempunyai lebih dari satu
pada individu terhadap hal pasangan seksual, baik yang
tertentu dapat menimbulkan dikenal maupun yang tidak
sikap tertentu (positif atau dikenal misalnya wanita tuna
negatif) terhadap semua hal. susila
(Sarwono dalam Maulana, 2) Melakukan hubungan
2009) seksual dengan pasangna
4. Penyakit menular seksual yang juga mempunyai
a. Pengertian pasangan seksual lainnya
Penyakit menular seksual 3) Tetap melakukan hubungan
merupakan penyakit yang terjadi seksual walaupun
akibat adanya infeksi mempunyai keluhan PMS
mikroorganisme pathogen di area dan tidak memberitahukan
kelamin (Iswati, 2010). kepada pasangannya.
Penyakit menular seksual adalah 4) Tidak menggunakan kondom
penyakit yang ditularakan melalui pada saat berhubungan seksual

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 50


dengan pasangan yang penderita untuk mendapatkan
beresiko(Pinem, 2009) pengobatan yang efektif.
d. Tantangan dalam penanggulangan 3) Promosi penggunaan kondom
penyakit menular seksual: waktu melakukan hubungan
1) Sulit merubah perilaku seksual seksual yang beresiko.
Perilaku seksual sangat pribadi 4) Memberi perhatian khusus pada
serta dipengaruhi oleh factor perilaku beresiko tinggi
budaya dan agama. Perilaku terhadap penularan yaitu :
seksual sangat mendasari perempuan atau laki-laki yang
kehidupan sehari-hari seseorang sering berganti-ganti pasangan,
dan tidak mudah bekerja meninggalkan rumah
membicarakannya secar dalam waktu cukup lama,
terbuka. penggunaan obat terlarang
2) Pembicaraan dan pembahasan melalui suntikan.
masalah seksual sering (Pinem, 2009)
dianggap tabu dalam
masyarakat sehingga f. Jenis- jenis penyakit menular
menyulitkan dalam memberikan seksual
informasi mengenai 1) Disebabkan oleh virus
pengenalan, pencegahan dan a) Herpes genital
pengobatannya. (1) Pengertian
3) Pengidap PMS banyak yang Penyakit ini lebih dikenal
tanpa gejala atau gejalanya dengan sebutan herpes genitalis
ringan sehingga tidak datang (herpes kelamin). Penyebab
berobat. penyakit ini adalah virus herpes
4) Pengobatan PMS tidak selalu simplex (HSV) dan ditularkan
mudah dan efektif. PMS yang melalui hubungan seks baik
disebabkan oleh virus seperti vaginal, anal, atau oral yang
herpes, HIV/AIDS belum menimbulkan luka atau lecet
ditemukan obatnya dan saat ini pada kelamin dan mengenai
sering ditemukan kasus yang langsung bagian luka. Virus
resisten terhadap pengobatan herpes dibagi menjadi 2 yaitu
misalnya gonore dan ulkus herpes simpleks tipe 1 dan
molle. herpes simpleks tipe 2. Herpes
(Pinem, 2009) simpleks tipe 1 umumnya
e. Cara Pengendalian PMS adalah: menginfeksi didalam dan
Upaya-upaya yang dilakukan disekitar mulut. Sedangkan
dalam pengendalian PMS adalah herpes simpleks tipe 2 biasanya
sebagi berikut: menginfeksi pada genital
1) Pengobatan dini yang efektif (Iswati, 2011).
2) Pendidikan dan (2) Keluhan awal
komunikasi untuk mendorong Gejala dari penyakit ini timbul
masyarakat agar berperilaku antara 3-10 hari setelah
seksual yang aman dan sehat, berhubungan dengan orang
membantu mereka yang yang mempunyai penyakit
beresiko tertular, mendorong tersebut. Tetapi, antara 5-10

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 51


hari gejala ini akan hilangdan (f) Minum alcohol berlebihan
muncul kembali. Gejala ini (g) Gesekan kulit, misalnya
timbul tergantung pada daya waktu hubungan seksual,
tahan tubuh. Bahkan penyakit masturbasi, atau pemakaian
ini terkadang datang tanpa ada baju atau celana ketat
gejala. Kalaupun ada pada (Iswati, 2011)
awalnya hanya rasa seperti (4) Cara mencegah
terbakar atau gatal pada (a) Selalu menjaga kebersihan
kelamin, kemudian diikuti organ kemaluan secara
dengan timbulnya bintil-bintil teratur. Caranya yaitu
berisi air diatas kulit dengan dengan selalu mengganti
warna dasar kemerahan. Dalam celana dalam dan
beberapa hari bintil ini akan membersihkan kemaluan
pecah dan menimbulkan luka setelah buang air kecil atau
lecet yang terbakar dan rasa besar.
nyeri. Pada perempuan biasanya (b) Setialah terhadap pasangan
timbul disekitar kelamin,, dengan tidak berganti-ganti
dinding liang kemaluan dan pasangan seksual.
kadang-kadang disekitar anus. (c) Jangan lupa menggunakan
Pada laki-laki biasanya pada kondom jika pasangan
batang atau kepalampenis serta sudah terinfeksi penyakit
disekitar anus. Gejala ini hilang menular.
jika diobati. Namun pada waktu (d) Tidak menggunakan jarum
tertentu akan kembali kambuh. suntik secara bergantian.
Sebelum timbul lecet biasanya (Iswati, 2011)
diawali dengan : b) AIDS (Acquired Immune
(a) Pegal-pegal pada otot yang Deficiency Syndrome )
disertai demam (1) Pengertian
(b) Pembengkakan kelenjar AIDS adalah singkatan dari
lipatan paha Aquired Immuno Deficiency
(c) Nyeri dan terkadang gatal Syndrome, yang berarti
serta kemerahan pada sindroma (kumpulan gejala)
tempat yang terkena akibat menurunnya system
(Iswati, 2011) kekebalan tubuh yang didapat
(3) Faktor –faktor pencetus (bukan penyakit keturunan).
Virus ini mempunyai masa Penjelasan yang umum
inkubasi 1-26 hari dan rata-rata dipakai yaitu AIDS adalah
6-7 hari. Adapun factor-faktor kumpulan gejala penyakit
pencetus kambuhnya penyakit yang disebabkan oleh
ini adalah: menurunnya kekebalan tubuh
(a) Stress emosional akibat infeksi HIV ( Human
(b) Kelelahan fisik berlebihan Immunodeficiency Virus)
(c) Kurang tidur (Iswati, 2011).
(d) Infeksi lain (2) Perjalanan penyakit
(e) Menstruasi Perjalanan penyakit HIV dibagi
(menjelang/sesudah) menjadi 2 fase yaitu:

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 52


(a) Fase tanpa gejala 2. Demam lebih dari 38
Seseorang yang terinfeksi derajat Celsius
HIV biasanya tidak me- 3. Sesak napas dan batuk
nunjukkan gejala selama berkepanjangan
beberapa tahun. Mereka 4. Diare lebih dari satu bulan
merasa sehat tetapi mereka tanpa sebab yang jelas
akan menjadi pembawa dan 5. Keringat malam tanpa
penular HIV bagi orang lain sebab yang jelas
melalui tindakan dan perilaku 6. Berat badan menurun
beresiko terhadap penularan secara drastic
AIDS . kelompok yang sudah 7. Kandiasis pada mulut
terinfeksi HIV tanpa gejala 8. Pembesaran kelenjar di
ini dibagi menjadi dua leher, ketiak, lipatan paha
kelompok yaiut kelompok tanpa sebab yang jelas.
yang tanpa gejala dan tes (Iswati, 2011)
darahnya negative karena (3) Penularan HIV/AIDS
antibody terhadap HIV belum Virus HIV dapat ditemukan dalam:
terbentuk. (a) Cairan tubuh yaitu dalam
Waktu antara masuknya darah termasuk darah haid dan
kuman HIV kedalam darah plasenta pada wanita
peredaran darah dan (b) Air mania tau cairan lain yang
terbentuknya antibody keluar dari alat kelamin laki-
terhadap HIV disebut periode laki, kecuali air seni
jendela yng memerlukan (c) Cairan vagina dan cairan
waktu 15 sampai 3 bulan. serviks uteri
Pada umumnya tes HIV baru (Pinem, 2009)
positif setelah 3 bulan sejak HIV dapat ditularkan melalui :
terinfeksi. Pada masa ini (a) Hubungan seksual
virus berkembang secara aktif (homoseksual, biseksual, dan
dengan menurunnya limfosit heteroseksual).
T4. Kelompok yang sudah Diperkirakan sekitar 95%
terinfeksi HIV, tanpa gejala penularan terjadi melalui
tetapi tes darah positif. hubungan seksual baik
Keadaan tanpa gejala ini melalui vagina, dubur maupun
dapat berjalan sampai 5 tahun mulut. Pada saat hubungan
atau lebih, namun dapat seks mungkin terjadi
berkisar 2-10 tahun sesudah mikrolesi akibat gesekan dan
infeksi bahkan dapat lebih melalui lesi virus yang
lama. terdapat dalam cairan tubuh
(b) Fase dengan gejala pasangan seks yang mengidap
Pada fase ini gejala penyakit HIV dengan mudah akan
mulai timbul dengan jelas. ditularkan kepada
Gejala yang sering timbul pasangannya.
antara lain : (b) Penularan secara parenteral
1. Rasa lelah berkepanjangan terjadi melalui penggunaan
jarum suntik, tranfusi darah,

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 53


dan lat-alat tusuk lain seperti HIV kepada bayi yang
alat tindik, pisau cukur, alat dilahirkannya yang dapat terjadi
tato, dan alat khitan yang selama kehamilan berkisar antara
terinfeksi HIV 5-10%, pada saat persalinan 10-
1. Tranfusi darah yang 20% dan pada masa nifas atau
tercemar HIV menyusui 10-20%. Bila ibunya
Resiko tertular HIV pengidap HIV dan ibu telah
melalui darah lebih dari menunjukkan gejala AIDS,
90%, artinya hampir dapat kemungkinan bayi yang
dipastikan bahwa orang dilahirkannya tertular HIV
yang mendapat darah yang menjadi 50%.
terkontaminasi HIV akan (Pinem, 2009)
terunfeksi HIV. b) Kutil kelamin
Diperkirakan penularan (1) Pengertian
cara ini sekitar 1-2 %. Hal Kutil kelamin disebut juga
ini dapat terjadi bila dengan kandiloma akumi-nata.
pengambilan darah donor Penyakit ini merupakan salah
dilakukan tanpa melalui satu bentuk PMS berupa kutil
skrining terhadap kelamin yang terletak disekitar
HIV/AIDS. kemaluan, bahkan sampai ke
2. Penularan melalui jarum bagian dalam liang kemaluan
suntik atau alat kedokteran dan leher rahim. Penyebab
yang tidak steril. penyakit ini adalah Human
HIV/AIDS dapat ditularkan Papiloma Virus (HPV (Iswati,
melalui jarum suntik bekas 2009).
pengidap HIV/AIDS, Kutil kelamin memiliki
melalui alat pemeriksaan bentuk seperti penyakit kutil
kandungan seperti lain yang biasa tumbuh pada
speculum, alat pemeriksaan bagian tubuh. Keadaan kering
gigi, pisau bedah, alat memiliki tekstur yang kasar
khitan dan alat lain yang dan berwarna ungu atau merah
terkontaminasi darah, air muda.kutil kelamin hanya
mani/cairan vagina menyerang pada bagian organ
pengidap HIV. Sekitar 1% kemaluan, mulut dan anus.
pengidap. Penyakit kutil yang tidak
3. Penularan melalui alat-alat ditangani dengan benar dapat
tusuk lainnya mekar dan berkembang.Masa
Pengidap HIV dapat inkubasi penyakit ini berkisar
tertular melaui alat tindik mingguan, bulanan bahkan
atau tato dan pisau cukur tahunan (Laksmintari, 2007).
yang terkontaminasi (2) Gejala
HIV/AIDS. (a) Adanya kelainan, yaitu
4. Tranplantasi organ tubuh berupa tonjolan kulit
(c) Penularan perinatal berbentuk jengger ayam
Penularan perinatal adalah yang berwarna seperti
penularan dari ibu yang terinfeksi kulit.

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 54


(b) Pada perempuan, penyakit tidur dan dilakukan terus
ini dapat mengenai kulit selama 4 bulan.
didaerah kelamin seperti (Iswati, 2011)
dubur, selaput lendir (4) Cara mencegah
bagian dalam liang 1. Menjaga kebersihan
kemaluan sampai leher lingkungan dan tubuh
rahim. terutma alat kelamin.
(c) Pada laki-laki, penyakit 2. Tidak melakukan
ini mengenai penis dan hubungan kelamin
saluran kencing bagian dengan berganti-ganti
dalam. pasangan.
(Iswati, 2011) 3. Tidak melakukan
(3) Cara mengatasi hubungan kelamin
Cara mengatasi kutil kelamin dengan penderita.
ini adalah : (Laksmintari,
(a) Menggunakan krim 2007)
imiquimod sebagai obat 2) Disebabkan oleh bakteri atau
penyakit kutil. kuman
Fungsinya adalah untuk a) Vaginosis bacterial
merawat kutil kelamin (1) Pengertian
dan kutil anal yang Penyebab penyakit ini
ditimbulkan oleh HPV. adalah infeksi pada
Imiquimod adalah alat kelamin yang
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
telah dimodifikasi yang campuran bakteri
tidak hanya gardnella vaginallis
menyembuhkan kutil dan bakteri anaerob.
kelamin namun juga Gejalanya adalah
melindungi tubuh dari keputihan tidak
HPV. banyak, berwarna abu-
(b) Perawatan tradisional abu, lengket dan
untuk kutil kelamin lebih berbau amis (Iswati,
difokuskan pada upaya 2011).
untuk menghentikan (2) Faktor predisposisi vaginosis
perkembangannya bacterial :
dengan menggunakan (a) Pemakaian AKDR
sinar laser. Proses ini (b) Pemberian antibiotic
dilakukan di RS atau (c) Penurunan estrogen
klinik kesehatan. (d) Pencucian vagina
(c) Obat penyakit kutil (e) Berhubungan seksual
dapat digunakan untuk dengan pasangan yang
perawatan dirumah. terinfeksi gardnella
Pengobatan kutil harus vaginalis.
dilakukan 3 kali (Iswati, 2011)
seminggu menjelang (3) Cara mencegah

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 55


(a) Menjaga kebersihan (c) Alat kelamin terasa
lingkungan dan tubuh sakit atau gatal.
terutama alat kelamin. (d) Rasa sakit pada
(b) Tidak melakukan waktu kencing dan perdarahan
hubungan kelamin dengsn setelah melakukan hubungan
berganti-ganti pasangan. seksual.
(c) Tidak melakukan (e) Peningkatan jumlah
hubungan kelamin dengan cairan yang keluar melalui alat
penderita. kelamin.
(Laksmintari, 2007) (f) Demam
b) Gonorrhea (g) Sembelit
(1) Pengertian (h) Keluar lendir
Gonorrhea adalah penyakit berwana keputihan atau hijau
yang disebabkan oleh bakteri dari dubur.
neisseria gonorrhoeae yang (Iswati, 2011)
ditularkan melalui hubungan (4) Masalah jangka panjang gonorrhea
kelamin sehingga yang pada laki-laki
terserang adalah saluran (a) Epididymytis
pembiakan dalam seperti (b) Sakit sendi tulang
uterus, saluran falopi dan (c) Bengkak pada zakar
ovarium. Masa inkubasi (d) Kemandulan
gonorrhea adalah 1-14 hari (Iswati, 2011)
dengan rata-rata 2-5 hari (5) Masalah jangka panjang bagi
(Iswati, 2011; Laksmintari, perempuan
2007). (a) Kudis
(2) Gejala pada laki-laki yaitu: (b) Hamil diluar rahim yang dapat
(a) Gejala timbul satu menyebabkan kematian pada
minggu. ibu.
(b) Rasa sakit pada waktu (c) Kemandulan
buang air kecil atau (Iswati, 2011)
ereksi. (6) Cara mencegah
(c) Gatal-gatal pada sekitar (a) Menjaga kebersihan
dubur. lingkungan dan tubuh
(d) Keluar nanah dari saluran terutama alat kelamin.
kencing terutama pada (b) Tidak melakukan hubungan
waktu pagi hari. kelamin dengan berganti-ganti
(e) Gatal-gatal pada zakar. pasangan.
(f) Radang pada kelenjar prostat (c) Tidak melakukan hubungan
(Iswati, 2011) kelamin dengan penderita.
(3) Gejala pada perempuan yaitu: (Laksmintari, 2007)
(a) Nyeri didaerah perut bagian c) Chlamydia
bawah. (1) Pengertian
(b) Kadang-kadang Chlamydia adalah penyakit
disertai keputihan dengan bau yang disebabkan oleh bakteri
yang tidak sedap. Chlamydia trachomatis yang
terutama menyerang leher

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 56


rahim. Masa inkubasi Penyakit ini
Chlamydia adalah 7-14 hari. menyerang orang
(Laksmintari, 2007) dewasa dan bayi baru
(2) Gejala lahir karena penyakit
(a) Keputihan yang disertai ini dapat ditularkan
nyeri pada saat kencing dari ibu ke janin.
(b) Perdarahan setelah Penyakit ini dapat
melakukan hubungan menular melalui
seksual hubungan seksual
(Iswati, 2011) (Iswati, 2011).
(3) Infeksi kronik Chlamydia (2) Stadium sifilis
(a) Menyebar kesaluran Sifilis dibagi menjadi
telur yang dapat 3 stadium :
mengakibatkan (a) Sifilis primer
kehamilan diluar Terjadi kelainan
kandungan. berupa kerusakan
(b) Menyebabkan kebutaan kulit sampai
atau radang paru-paru stratum pinosum.
pada bayi yang baru Kulit tampak
dilahirkan oleh ibu yang merah
terinfeksi bakteri selanjutnya akan
tersebut terjadi kerusakan
(Iswati, 2011). kulit pada lapisan
epidermis yang
(4) Cara mencegah memiliki dasar,
(a) Menjaga kebersihan dinding, tepi dan
lingkungan dan tubuh sisi yang disebut
terutama alat kelamin ulkus durum.
(b) Tidak melakukan Sifilis primer
hubungan kelamin dapat terjadi di
dengan berganti-ganti glans penis,
pasangan korpus penis
(c) Tidak melakukan labia mayora,
hubungan kelamin labia minora dan
dengan penderita klitoris.
(Laksmintari, 2007) (b) Sifilis sekunder
d) Sifilis Dapat berbentuk
(1) Pengertian ruam kulit yang
Sifilis merupakan berwarna merah
salah satu penyakit tembaga dan
kelamin menahun dan tonjolan-tonjolan
dapat mengenai padat yang
semua alat tubuh . tertutup oleh
penyebab penyakit ini cairan yang
adalah bakteri sudah
treponema pallidum. mengering.

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 57


Sifilis sekunder gejala apapun.
dapat terjadi di Namun, setelah
alat kelamin 5-10 tahun
bagian luar, penyakit ini akan
sekitar anus, menyerangf
ketiak, sudut susunan saraf
mulut, dan otak, pembuluh
bawah payudara. darah dan
(c) Sifilis tersier jantung.
Bersifat merusak (e) Pada wanita
dan timbul hamil. Penyakit
tonjolan-tonjolan ini dapat menular
padat atau terjadi kepada bayi yang
kerusakan kulit dikandungnya
yang dalam serta sehiingga
mengeluarkan mengakibatkan
cairan. Stadium kerusakan pada
tersier dapat kulit, hati, limpa
menyerang kulit, dan
alat-alat dalam, keterbelakangan
pembuluh darah mental.
dan saraf. (Iswati, 2011)
(Iswati, 2011) (4) Cara mencegah
(3) Gejala penyakit sifilis (a) Menjaga
(a) Timbul benjolan kebersihan
disekitar alat lingkungan dan
kelamin tubuh terutma
(b) Kadang-kadang alat kelamin
disertai pusing (b) Tidak melakukan
dan nyeri tulang hubungan
yang akan kelamin dengsn
menghilang berganti-ganti
dengan pasangan
sendirinya tanpa (c) Tidak melakukan
diobati hubungan
(c) Ada bercak kelamin dengan
kemerahan pada penderita
tubuh sekitar 6- (Laksmintari,
12 minggu 2007)
setelah 3) Disebabkan oleh jamur
berhubungan a) Kandiasis vagina
seksual (1) Pengertian
(d) Selama 2-3 tahun Kandiasis vagina
pertama penyakit adalah penyakit yang
ini tidak disebabkan oleh
menunjukkan jamur candida

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 58


albicans. Kandiasis (Iswati, 2011)
adalah infeksi (3) Faktor penyebab
oportunistik yang (a) Jumlah
sangat umum terjadi pasangan seks
pada orang yang selama hidup
terjangkit HIV. (b) Pasangan
Infeksi ini disebabka seksual saat ini
oleh jamur kandida. (c) Tidak memakai
Jamur ini biasa kondom saat
menyebabkan hubungan
penyakit pada mulut, seksual
tenggorokan dan (d) Memakai
vagina. Infeksi kontrasepsi oral
oportunistik dapat (pil KB)
terjadi beberapa (Iswati, 2011).
bulan atau tahun (4) Cara mencegah
sebelum infeksi (a) Menjaga
oportunistik lain yang kebersihan
lebih berat (Scorviani lingkungan dan
dan Nugroho, 2011). tubuh terutma
4) Disebabkan oleh protozoa alat kelamin
a) Trichomoniasis (b) Tidak melakukan
(1) Pengertian hubungan
Trikomoniasis kelamin dengan
adalah suatu tipe dari berganti-ganti
vaginitis yang pasangan
disebabkan oleh (c) Tidak melakukan
parasit trichomonas hubungan
vaginalis. kelamin dengan
Mempunyai masa penderita
inkubasi 3-28 hari (Laksmintari, 2007)
(Iswati, 2011).
(2) Gejala-gejala Metode
(a) Keputihan yang A. Desain Penelitian
banyak, kadang- Penelitian ini adalah penelitian
kadang berbusa yang bersifat analitik yaitu
dan berwarna penelitian yang mencoba
kehijauan menggali bagaimana dan
dengan bau mengapa fenomena kesehatan itu
busuk. terjadi kemudian melakukan
(b) Gatal pada analisis dinamika korelasi antara
kemaluan fenomena atau antara faktor
(c) Nyeri pada saat resiko dan faktoe efek
berhubungan (Notoatmodjo, 2010).
seksual atau saat Penelitian ini menggunakan
buang air kecil. pendekatan secara Cross

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 59


Sectional,dimana variable sampel. Sedangkan kriteria
penelitian diobservasi sekaligus eksklusi adalah ciri-ciri
pada waktu yang sama anggota populasi yang tidak
(Notoatmodjo, 2010). dapat diambil sebagai sampel (
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Notoatmodjo, 2010).
Penelitian dilakukan di SMAN 1 Adapun kriteria inklusi dari
Sambungmacan, Desa subjek penelitian adalah :
Sumberagung, Kecamatan 1) Siswa yang bersedia
Sambungmacan, Kabupaten menjadi responden
Sragen pada bulan Oktober 2012 2) Siswa yang hadir saat
sampai Maret 2013. penelitian
C. Populasi dan Sampel 3) Siswa kelas X1 SMAN 1
1. Populasi Sambungmacan
Populasi adalah keseluruhan E. Definisi Operasional
objek penelitian atau objek Definisi operasional adalah
yang diteliti ( Notoatmodjo, mendefinisikan variabel secara
2010). operasional berdasarkan
Populasi dalam penelitian ini karakteristik yang diamati,
adalah siswa kelas XI SMAN memungkinkan peneliti untuk
Sambungmacan dengan melakukan observasi atau
jumlah 236 siswa. pengukuran secara cermat
2. Sampel terhadap suatu objek atau
Sampel adalah sebagian fenomena. Definisi operasional
yang diambil dari keseluruhan ditentukan berdasarkan parameter
objek yang diteliti dan yang dijadikan ukuran dalam
dianggap mewakili seluruh penelitian. Sedangkan cara
populasi (Notoatmodjo, 2010). pengukuran merupakan cara
Jumlah sampel dalam dimana variabel dapat diukur dan
penelitian ini adalah 40 ditentukan karakteristiknya (
responden. Teknik sampling Hidayat, 2011).
yang digunakan dalam Variabel dalam penelitian ini
penelitian ini adalah kelompok adalah tingkat pengetahuan
atau gugus (Cluster Random remaja tentang PMS (variabel
Sampling). independen) dan Sikap remaja
D. Kriteria Retriksi dalam mencegah penyakit
Agar karakteristik sampel menular seksual (variabel
tidak menyimpang dari dependen) yang dijabarkan dalam
populasinya, maka sebelum definisi operasional berupa
dilakukan pengambilan kemampuan remaja untuk
sampel perlu ditentukan menjawab pertanyaan yang
kriteria inklusi maupun berkaitan dengan PMS meliputi
kriteria eksklusi. Kriteria pengertian, jenis, penyebab,
inklusi adalah kriteria atau gejala, faktor resiko dan cara
ciri-ciri yang perlu dipenuhi mencegah serta sikap remaja
oleh setiap anggota populasi dalam mencegah penyakit
yang dapat diambil sebagai menular seksual bisa dilihat dari

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 60


jawaban yang diberikan. Dalam rxy dari rtabel pengetahuan
penelitian ini variabel bebas sebesar (0,313-0,816> 0,312),
menggunakan skala ordinal yang sehingga dapat disimpulkan
mengelompokkan pengetahuan hasil yang diperoleh rxy adalah
menjadi tiga yaitu baik jika rhitung > rtabel,maka hasil
menjawab benar 76-100%, cukup tersebut dinyatakan valid. Dan
jika menjawab benar 56-75% dan hasil pengujian validitas dari
kurang jika menjawab benar ≤ 30 item soal sikap remaja
56% sedangkan variabel dalam mencegah penyakit
terikatnya menggunakan skala menular seksual, terdapat 25
nominal yang membagi sikap item soal valid, dan yang tidak
remaja menjadi dua yaitu setuju valid sejumlah 5 item soal (
(> 86,25) dan tidak setuju (< nomor 10, 13, 14, 23, 26) dan
86,25). peneliti menghapus ke-5 item
F. Instrumen Penelitian soal tersebut. Dari 25 item
Dalam penelitian ini soal tersebut dinyatakan valid
menggunakan kuisioner tidak setelah dikonsultasikan
baku yaitu peneliti membuat dengan rtabel pada taraf
sendiri kuisioner tersebut, signifikasi 5%, n 40 diperoleh
sehingga perlu dilakukan uji rtabel (0,312) dimana rxy dari
validitas dan reliabilitas. rtabel sikap remaja sebesar (0,
1. Uji Validitas 314-0,824>0,312) sehingga
Validitas adalah suatu indeks dapat disimpulkan hasil yang
yang menunjukkan alat ukur diperoleh rxy adalah rhitung >
itu benar-benar mengukur apa rtabel,maka hasil tersebut
yang diukur (Notoatmodjo, dinyatakan valid.
2010). Teknik uji validitas
yang digunakan adalah 2. Uji Reliabilitas
Pearson Product Moment. Reliabilitas menunjuk pada
Uji validitas dilakukan di satu pengertian bahwa sesuatu
SMAN 1 instrument cukup dapat
Sambungmacan.Hasil dipercaya untuk digunakan
pengujian validitas dari 40 sebagai alat pengumpul data
item soal tingkat pengetahuan karena istrumen tersebut
remaja tentang penyakit dianggap baik (Arikunto,
menular seksual, terdapat 33 2010). Teknik uji reliabilitas
item soal valid, dan yang tidak yang digunakan adalah teknik
valid sejumlah 7 item soal cronbach’s alpha. Dalam uji
(nomor 5, 12,17, 21, 24, 29, reliabilitas sebagai nilai r hasil
37) dan peneliti menghapus adalah nilai ‘alpha’ (terletak
ke- 7 item soal tersebut. Dari diawal output). Ketentuannya
33 item soal tersebut bila r ‘alpha’> konstanta (0,6)
dinyatakan valid setelah maka pertanyaan tersebut
dikonsultasikan dengan rtabel reliabel (Riyanto, 2009).
pada taraf signifikasi 5%, n 40 Hasil pengujian reliabilitas
diperoleh rtabel (0,312) dimana tingkat pengetahuan dengan

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 61


rumus koefisien reliabilitas diduga berhubungan atau
alpha yang dilakukan pada 40 berkorelasi ( Notoatmodjo,
responden dengan perhitungan 2010).
SPSS (Statistical Product and Uji yang digunakan pada
Service Solution) versi 16.0 analisis bivariat ini adalah
didapatkan harga alpha ( α Chi Kuadrat (X2) yang
0,924) > rhasil maka instrument dapat digunakan untuk
tersebut sudah reliabel sebagai menganalisis hasil
alat pengumpulan data. Dan observasi untuk mengetahui
Hasil pengujian reliabilitas apakah terdapat hubungan.
sikap remaja dengan rumus Dengan ketentuan jika X2
koefisien reliabilitas alpha hitung ≥ X2 tabel maka
yang dilakukan pada 40 hubungan signifikan, yang
responden dengan perhitungan berarti bahwa Ho ditolak
SPSS (Statistical Product and atau Ha diterima dan
Service Solution) versi 16.0 sebaliknya jika X2 hitung ≤
didapatkan harga alpha ( α X2 tabel maka H0 diterima
0,938) > rhasil maka instrument artinya tidak signifikan
tersebut sudah reliabel sebagai (Hidayat, 2011).
alat pengumpulan data Uji Statistik menggunakan
G. Teknik Analisis Data rumus Chi Square :
1. Pengolahan Data
a) Editing X2 = ∑ (fo – fe)2
b) Coding fe
c) Memasukkan Data Keterangan :
d) Tabulating x2 : Chi Square
2. Analisis Data fo : frekuensi yang
a) Analisis univariat diobservasi
Analisis univariat bertujuan fh : frekuensi yang
untuk menjelaskan atau diharapkan
mendeskripsikan (Hidayat, 2011)
karakteristik setiap variable
penelitian (Notoatmodjo, HASIL DAN PEMBAHASAN
2010). A. Hasil Penelitian
1. Tingkat pengetahuan remaja
P = x 100%
tentang penyakit menular
Keterangan : seksual di SMAN 1
P : Presentase Sambungmacan.
f : Jumlah jawaban yang Diagram 4.1 Distribusi
benar frekuensi tingkat pengetahuan
n : Jumlah soal remaja tentang penyakit
(Machfoedz, 2009) menular seksual di SMAN 1
b) Analisis bivariat Sambungmacan.
Analisa bivariat yaitu
analisa yang dilakukan
terhadap dua variabel yang

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 62


dengan sikap dalam mencegah
penyakit menular seksual di
SMAN 1 Sambungmacan.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi
Hubungan antara tingkat
pengetahuan remaja tentang
penyakit menular seksual
dengan sikap dalam mencegah
penyakit menular seksual di
SMAN 1 Sambungmacan
Sumber : Data Primer, 2013
Chi-Square Tests
Berdasarkan diagram 4.1
diperoleh hasil tingkat Asymp.
pengetahuan remaja tentang Sig. (2-
penyakit menular seksual dari Value df sided)
40 responden, sebagian besar Pearson 5.931
6 .431
responden memiliki tingkat Chi-Square a
pengetahuan baik yaitu Likelihood
sebanyak 24 responden (60%). 6.091 6 .413
Ratio
2. Sikap remaja dalam mencegah
Linear-by-
penyakit menular seksual.
Linear
Diagram 4.2 Distribusi .285 1 .593
Associatio
frekuensi sikap remaja dalam
n
mencegah penyakit menular
seksual di SMAN 1 N of Valid
40
Sambungmacan. Cases
a. 9 cells (75.0%) have expected
count less than 5. The minimum
expected count is .15.
Dari perhitungan Chi
Square didapatkan hasil X2
hitung 5,931 kemudian X2
hitung dibandingkan dengan
X2 tabel yang tingkat
kesalahan 5% dengan derajat
Sumber : Data Primer, 2013 kebebasan (dk) = 6 dan X2
Berdasarkan diagram 4.1 tabel 12,592. hal ini
diperoleh hasil sikap remaja menunjukkan bahwa X2
dalam mencegah penyakit hitung lebih kecil dari pada X2
menular seksual dari 40 tabel (nilai 5,931<12,592)
responden sebagian besar maka Ha ditolak dan Ho
responden berpendapat setuju diterima, artinya tidak ada
yaitu sebanyak 22 responden hubungan secara signifikan
(55%). antara tingkat pengetahuan
3. Hubungan antara tingkat remaja tentang penyakit
pengetahuan remaja tentang menular seksual dengan sikap
penyakit menular seksual

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 63


dalam mencegah penyakit Hasil penelitian ini remaja
menular seksual. di SMAN 1 Sambungmacan
B. Bahasan mempunyai pengetahuan baik
Dari hasil penelitian yang tentang penyakit menular
telah dilakukan oleh peneliti seksual. Karena masa remaja
maka berikut ini akan dibahas adalah masa transisi yang
hubungan antaratingkat ditandai dengan berbagai
pengetahuan remaja tentang perubahan fisik,emosi dan
penyakit menular seksual dengan psikis. Selain itu pengetahuan
sikap dalam mencegah penyakit juga dipengaruhi oleh
menular seksual di SMAN 1 beberapa faktor pengalaman
Sambungmacan. dan informasi (Mubarak,
1. Tingkat Pengetahuan remaja 2011).
tentang penyakit menular 2. Sikap remaja dalam mencegah
seksual. penyakit menular seksual.
Berdasarkan digram 4.1 Berdasarkan diagram 4.1
dapat diketahui bahwa tingkat diperoleh hasil sikap remaja
pengetahuan remaja tentang dalam mencegah penyakit
penyakit menular seksual menular seksual dari 40
sebagian besar responden responden sebagian besar
memiliki tingkat pengetahuan responden berpendapat setuju
baik yaitu sebayak 24 yaitu sebanyak 22 responden
responden (60%). (55%).
Pengetahuan merupakan Sikap adalah perasaan,
hasil dari tahu yang terjadi pikiran dan kecenderungan
setelah orang melakukan seseorang yang kurang lebih
penginderaan terhadap objek bersifat permanen mengenai
tertentu, sebagian besar aspek-aspek tertentu dalam
pengetahuan diperoleh melalui lingkungannya(Mubarak,
mata dan telinga dan 2011).
pengetahuan merupakan Sikap merupakan reaksi
pedoman dalam membentuk atau respon yang masih
tindakan seseorang (Maulana, tertutup terhadap suatu
2009; Notoatmodjo, 2003) stimulus atau objek (Maulana,
Masa remaja (10-19 tahun) 2009).
adalah masalah yang khusus Hasil penelitian ini remaja
dan penting,karena merupakan di SMAN 1 Sambungmacan
periode pematangan organ telah mengetahui dan mengerti
reproduksi manusia. Masa dalam menyikapi pencegahan
remaja disebut juga masa penyakit menular seksual.
pubertas yang merupakan Terbentuknya sikap karena
masa transisi yang unik individu telah memiliki
ditandai dengan berbagai pengetahuan, pengalaman,
perubahan fisik,emosi dan intelegensi dan informasi
psikis (Pinem, 2009). (Maulana, 2009).

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 64


3. Hubungan antara tingkat Pengetahuan baik belum
pengetahuan remaja tentang tentu setuju dengan sikap
penyakit menular seksual dalam mencegah penyakit
antara sikap dalam mencegah menular seksual dan
penyakit menular seksual di pengetahuan kurang belum
SMAN 1 Sambungmacan. tentu tidak setuju dalam
Berdasarkan tabel 4.1 dapat mencegah penyakit menular
diketahui bahwa sebagian seksual karena sikap
besar remaja memiliki tingkat seseorang tidak hanya
pengetahuan baik dan setuju dipengaruhi oleh pengetahuan
dengan sikap dalam mencegah tetapi dapat dipengaruhi juga
penyakit menular seksual. oleh pengalaman, intelegensi
Dari perhitungan Chi dan bertambahnya umur yang
Square didapatkan hasil X2 berbeda satu sama lain.
hitung 5,931 kemudian X2
hitung dibandingkan dengan SIMPULAN
X2 tabel yang tingkat Berdasarkan hasil penelitian
kesalahan 5% dengan derajat dan pembahasan dapat ditarik
kebebasan (dk) = 6 dan X2 kesimpulan bahwa hubungan
tabel 12,592. hal ini antara tingkat pengetahuan remaja
menunjukkan bahwa X2 tentang penyakit menular seksual
hitung lebih kecil dari pada X2 dengan sikap dalam mencegah
tabel (nilai 5,931<12,592) penyakit menular seksual di
maka Ha ditolak dan Ho SMAN 1 Sambungmacan, dari 40
diterima, artinya tidak ada responden adalah sebagai berikut :
hubungan secara signifikan 1. Tingkat Pengetahuan remaja
antara tingkat pengetahuan tentang penyakit menular
remaja tentang penyakit seksual memiliki tingkat
menular seksual dengan sikap pengetahuan baik
dalam mencegah penyakit 2. Sikap remaja dalam mencegah
menular seksual. penyakit menular seksual
Pengetahuan bukan satu- berpendapat setuju
satunya faktor yang 3. Tidak ada hubungan antara
mempengaruhi sikap tingkat pengetahuan remaja
seseorang, tetapi dapat tentang penyakit menular
dipengaruhi pula oleh adanya seksual dengan sikap dalam
faktor pendukung atau faktor mencegah penyakit menular
eksternal yang secara seksual.
langsung dapat mempengaruhi B. Saran
sikap seseorang dalam Berdasarkan simpulan
mencegah penyakit menular penelitian di atas penulis
seksual seperti pengalaman, memberikan saran :
intelegensi dan bertambahnya 1. Remaja.
umur (Sarwono dalam Diharapkan remajayang
Maulana, 2009). mempunyai tingkat
pengetahuan baik supaya

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 65


menularkan ilmu yang didapat Jakarta: Salemba Medika. Hal:
kepada remaja lain, serta 1
remajayang mempunyai tingkat Dewi. 2012. Angka Kejadian
pengetahuan cukup dan kurang Penyakit Menular Seksual.
supaya lebih meningkatkan lagi Diakses tanggal 21 November
pengetahuan tentang penyakit 2012 didapat dari http:
menular seksual serta dapat //www.tabloidcleopatra.com
melakukan pencegahan Hidayat, A A. 2011. Metode
terhadap penyakit menular Penelitian Kebidanan &
seksual. Teknik Analisis Data. Jakarta:
2. Bagi SMAN 1 Sambungmacan Salemba Medika. Hal: 87,93-
Diharapkan dapat 95,106,137-138
memberikan informasi kepada Iswati, Erna. 2010. Awas Bahaya
siswa siswi tentang penyakit Penyakit Kelamin.
menular seksual tidak hanya Yogyakarta: Diva Press. Hal:
pada pelajaran biologi tetapi 124,143-151,158-171,175-184
juga dapat diberi selingan pada Laksmintari, Puspita. 2007. Penyakit
mata pelajaran lain. Kulit dan Kelamin. Jakarta:
3. Bagi tenaga kesehatan Sunda Kelapa Pustaka. Hal:
Diharapkan tenaga kesehatan 51-58
khususnya bidan dapat Machfoedz, I. 2009. Metodologi
memberikan penyuluhan Penelitian. Yogyakarta :
tentang penyakit menular Fitramaya. Hal: 126-127
seksual di SMAN 1 Mahmudah,M. 2011. Tingkat
Sambungmacan pengetahuan ibu hamil
4. Bagi peneliti selanjutnya terhadap pola hidup sehat
Diharapkan dapat melakukan selama kehamilan. Diakses
penelitian tentang penyakit tanggal 20 november 2012
menular seksual dengan didapat dari http: //
menggunakan variabel yang www.ejournal.dinkesjatengpro
lebih kompleks. v.go.id
Maulana, Heri. 2009. Promosi
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan. Jakarta: EGC. Hal:
194-202
Arikunto,S. 2010. Prosedur Mubarak,W I. 2011. Promosi
Penelitian. Jakarta: Rineka Kesehatan Untuk Kebidanan.
Cipta. Hal: 211-212,222-224 Gresik: Salemba Medika. Hal:
. 2006. Prosedur 81-84
Penelitian. Jakarta: Rineka Notoatmodjo,S. 2010. Metodelogi
Cipta. Hal: 196 Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Bahiyatun. 2010. Psikologi Ibu & Rineka Cipta. Hal:
Anak. Jakarta: EGC. Hal: 86- 37,38,81,85,115,123,130,152,
87 158,159,164,168,174,176,182,
Depkes. 2010. Kesehatan Remaja: 183
Problem dan Solusinya.

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 66


. 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal: 127,128
. 2007. Kesehatan
Masyarakat: Ilmu dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta. Hal:
263,
Nugroho dan Scorviani. 2011.
Mengungkap Tuntas 9 PMS.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Hal: 1
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan
Reproduksi dan Kontrasepsi.
Jakarta: Trans Info Media.
Hal: 302-303,306,342-
345,361-369
Riduwan.2003. Dasar-Dasar
Statistika. Bandung: Alfabeta. Hal: 39
Riyanto. 2009. Pengolahan dan
Analisis Data Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Hal: 46
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jogjakarta: Mitra
Cendikia. Hal: 77-78,85,99
Saefudin. 2012. HIV/AIDS. Diakses
tanggal 21 November 2012
didapat dari http:
//saefarmasi.staff.uii.ac.id
Wawan dan Dewi. 2010. Teori &
Pengukuran Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Hal: 18
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka. Hal: 576

MATERNAL VOLUME 10 EDISI APRIL 2014 67

Anda mungkin juga menyukai