Anda di halaman 1dari 10

MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PRAAKSARA, HINDU BUDHA DAN ISLAM

I. MASA PRAAKSARA DI INDONESIA


 1. Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan

a) Kehidupan Sosial

1.     Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam.
Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang
cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.

Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:

a.   Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka
diami.

b.   Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari
sumber air yang lebih baik.

c.   Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih
banyak dan mudah diperoleh.

2.         Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula
kelompok yang tinggal di daerah pantai

3.         Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi
sungai atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.

4.         Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan


dalam mengikuti binatang buruan atau mengumpulkan makanan.

5.         Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada
umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan
makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan
meramu makanan yang akan di makan.

6.         Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi
kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain
ataupun dari binatang buas.

7.         Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan
peralatan yang masih sangat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari
berbagai bahaya.

 b) Kehidupan Budaya

1.    Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit,
lama kelamaan mereka membuat perahu.

2.    Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal
cara memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.

3.    Mereka sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara
merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.

4.    Untuk mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang,
dan kayu.
1
5.    Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut
ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu,
seperti:

– Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-
alat dari tulang, dll.

 c) Teknologi

Teknologi masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang
digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.

 2. Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak

a) Kehidupan Sosial

1.    Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok
tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak
subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan
melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-
ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada
tanah-tanah persawahan

2.    Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut,
dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa
manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.

3.    Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan
manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia
mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.

4.    Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-


kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat
tinggal.

5.    Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.

6.    Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan,
untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.

7.    Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur
para anggotanya.

8.    Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling
membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

 b) Kehidupan Budaya

1.         Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan


dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik

2.         Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan
beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang

3.         Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam:

2
Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan
Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak,
waruga, arca.

 c) Teknologi

Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan


yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban
manusia yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi
perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat
manusia.

 3. MASA PERUNDAGIAN

a) Kehidupan Sosial

1.    Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian


dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan
berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;

2.    Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat
memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim
panen;

3.    Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin
diketatkan;

4.    Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang
terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak,
maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;

5.    Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada
pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing
individu;

6.    Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di
rumah tetapi juga berdagang di pasar.

 b) Kehidupan Budaya

1.    Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari
berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan
keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi;

2.    Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat
perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh
karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi
perkakas hidupnya;

3.    Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras
daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan
timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh
lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan
pencampuran logam.;

4.    Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi
dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada
zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat
3
benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa
sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem
pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;

5.    Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi
yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah
tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.

 c) Teknologi

1.         Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi
teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini
disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam
tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina;

2.         Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien
selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari
batu;

3.         Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu
membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;

4.         Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai
berikut :

1.   Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala
bagiannya;

2.   Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;

3.   Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan
lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;

4.   Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;

5.   Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai
yang terbuat dari logam.

II. TEORI ASAL-USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

1. Teori Yunnan

Teori ini menyatakan bahwa asal-usul nenek moyang kita berasal dari Yunnan, China.
Teori ini didukung oleh Moh. Ali, yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal
dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat sehingga
melakukan migrasi menuju ke selatan.

Ada pula R.H Geldern dan J.H.C. Kern yang juga mendukung teori ini. Dasar pendapat
mereka berdua adalah :

 Ditemukannya kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan


kapak tua yang ada di kawasan Asia Tengah. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa telah tejadi migrasi penduduk dari Asia Tengah ke Kepulauan Nusantara.
 Bahasa melayu yang berkembang di Nusantara memiliki kemiripan dengan  bahasa
champa yang ada di Kamboja. Hal ini membuka kemungkinan bahwa penduduk
champa yang ada di Kamboja berasal dari dataran Yunnan dengan menyusuri sungai
Mekong. Arus perpindahan ini selanjutnya diteruskan ketika sebagian dari mereka
melanjutkan perpindahan dan sampai ke wilayah Nusantara.
4
Menurut teori ini, migrasi penduduk dari Yunnan menuju Kepulauan Nusantara ini melalui
tiga gelombang, yaitu ; perpindahan orang negrito, proto melayu dan juga deutro nelayu.

1. Orang Negrito Orang negrito diperkirakan sudah memasuki Kepulauan Nusantara


sejak 1000 SM. Mereka diyakini sebagai penduduk paling awal Kepulauan Nusantara.
Hal ini dibuktikan dengan penemuan arkeologi di gua Cha, Malaysia. Pada
perkembangannya, orang Negrito menurunkan orang Semang. Cirri-ciri fisik orang
Negrito yaitu berkulit gelap, rambut keriting, hidung lebar dan bibir tebal.Di
Indonesia, ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua. Keturunan ras ini terdapat
di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), serta suku Papua melanosoid mendiami
Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
2. Proto Melayu Migrasi orang proto Melayu ke Kepulauan Nusantara diperkirakan
memasuki wilayah Nusantara pada 2500 SM. Sebutan Proto Melayu adalah untuk
menyebutkan orang-orang yang melakukan migrasi pada gelombang pertama ke
Nusantara. Yang termasuk orang-orang Proto Melayu adalah suku Toraja, Dayak,
Sasak, Nias, Rejang, dan Batak. Orang proto Melayu memiliki keahlian lebih baik
dalam hal bercocok tanam bila dibandingkan dengan orang Negrito.
3. Deutro Melayu Deutro Melayu adalah sebutan untuk orang-orang yang melakukan
gelombang migrasi pada gelombang kedua ke Nusantara. Kedatangan Deutro Melayu
ke Nusantara diperkirakan pada 1500 SM. Suku bangsa yang termasuk Deutro
Melayu di Indonesia, antara lain Minangkabau, Aceh, Sunda, Jawa, Melayu, Betawi,
dan Manado.

2. Teori Nusantara

Teori Nusantara menyatakan bahwa asal usul bangsa Indonesia berasal dari Indonesia
sendiri, bukan dari luar. Teori ini didukung antara lain oleh Muhammad Yamin, Gorys
Keraf, dan J.Crawford. Teori ini dilandasi oleh beberapa argument, antara lain :

 Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban ini tidak
mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan
sebelumnya.
 Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja),
namun persamaan ini hanyalah suatu kebetulan saja.
 Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homon soloensis
dan Homo wjakensis.
 Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di
Nusantara dengan bahsa Indo-eropa yang berkembang di Asia Tengah.

 3. Teori Out of Taiwan

Teori ini berpandangan bahwa bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan
bukan Daratan Cina. Teori ini didukung oleh Harry Truman Simanjuntak. Menurut
pendekatan linguistic, dijelaskan bahwa dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan
suku-suku di Nusantara memiliki rumpun yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Akar
dari keseluruhan cabang bahasa yang dipergunakan leluhur yang menetap di Nusantara
berasal dari rumpun Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan.
Selain itu, menurut riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak
menemukan kecocokan pola genetika dengan wilayah Cina. 

4. Teori Out of Africa

Teori ini menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang berasal dari Afrika.
Dasar dari teori ini adalah berdasarkan ilmu genetika melalui penelitian DNA
mitokondria gen perempuan dan gen laki-laki. Menurut ahli dari Amerika Serikat, Max
Ingman, manusia modern yang ada sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu
100-200 ribu tahun lalu. Dari Afrika, mereka menyabar ke luar Afrika. Dari hasil

5
penelitian Ingman, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa gen manusia modern
bercampur dengan gen spesies manusia purba.

  Manusia Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika diperkirakan berlangsung sekitar


50.000-70.000 tahun silam. Tujuannya adalah menuju Asia Barat. Jalur yang mereka
tempuh ada dua, yaitu mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai
lalu ke utara melewati Arab Levant dan yang kedua melewati Laut Merah. Pada 70.000
tahun yang lalu bumi memasuki zaman glasial terakhir dan permukaan air laut menjadi
lebih dangkal karena air masih berbentuk gletser. Dengan keadaan seperti ini mereka
sangat memungkinkan menyeberangi lautan hanya dengan menggunakan perahu
primitif.

  Setelah memasuki Asia, beberapa kelompok tinggal sementara di Timur Tengah,


sedangkan kelompok lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri pantai
Semenanjung Arab menuju ke India, Asia Timur, Indonesia, dan bahkan sampai ke Barat
Daya Australia, yaitu dengan ditemukannya fosil laki-laki di Lake Mungo. Jejak paling
kuat untuk membuktikan bahwa manusia Afrika telah bermigrasi hingga ke Australia
adalah jejak genetika.

A. MASUKNYA AGAMA HINDU DI INDONESIA

Agama Hindu masuk ke Indonesia tidak terlepas dari peranan para pedagang asing
yang masuk dan melakukan aktivitas perdagangan di nusantara. Asal mula masuknya
gama Hindu di Indonesia diperkirakan berawal pada abad ke-4 M. hal ini dibuktikan
dengan adanya kerajaan Kutai dan Tarumanegara yang bercorak Hindu. Agama Hindu
merupakan agama yang pertama sekali masuk ke wilayah Indonesia. Sebelum adanya
agama hindu, masyarakat Indonesia masih berada di zaman pra-sejarah dan masih
mengenal kepercayaan animisme, dinamisme, dan lain-lain.

Peralihan pra-sejarah menjadi zaman sejarah di Indonesia terjadi pada saat


masuknya agama Hindu yang berasal dari India. Ciri khas zaman pra-sejarah ialah belum
dikenalnya tulisan. Namun, pada saat Hindu hadir, masyarakat Indonesia telah
mengenal tulisan, dan inilah yang menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia telah
masuk ke zaman sejarah. Ditemukannya prasasti yang berasal dari kerajaan
Tarumanegara yang berbentuk tulisan dengan bahasa Pallawa (bahasa asli India),
merupakan bukti kuat masuknya agama Hindu telah merubah zaman pra-sejarah
menjadi zaman sejarah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

 B. MASUKNYA AGAMA BUDHA DI INDONESIA

Indonesia merupakan Negara yang sangat strategis, itu karena Indonesia terlatak
di antara dua benua dan dua samudera. Oleh karena itu, banyak pelayaran-pelayaran
perdagangan yang melewati dan singgah di Indonesia. Berangkat dari fakta tersebut,
maka tidaklah heran banyak pedagang-pedagang yang melakukan pelayaran banyak
yang masuk ke Indonesia.

Para pedagang dan penjelajah tersebut masuk bukan hanya untuk berdagang,
tetapi mereka juga membawa paham-paham agama yang mereka anut, salah satunya
agama Buddha. Buddha masuk ke Indonesia pertama kali pada abad ke 1 Masehi
(menurut ceerita). Akan tetapi, menurut penemuan-penemuan sejarah, agama Buddha
masuk ke Indonesia pertama sekali pada abad ke 4 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan
penemuan prasasti dan ruphang Buddha di Kedah, Sulawesi.

Perlahan-lahan agama Buddha di Indonesia mendapat perspektif yang baik dari


masyarakat, baik itu kelas atas maupun kelas bawah. Itu dikarenakan agama Buddha
tidaklah mengenal system kasta, sehingga masyarakat menegah ke bawah sangat
menerima dengan baik masuknya paham Buddha.

6
 Awal mula perkembangan agama Buddha di Indonesia berawal dari terbentuknya
kerajaan Sriwijaya di Palembang pada abad ke-7 M. kerajaan Sriwijaya pernah menjadi
salah satu pusat pengembangan agama di Indonesia. Ini juga dibuktikan dengan catatan
seorang sarjana dari China yang bernama I-Tsing. I-Tsing melakukan perjalanan ke India
dan Nusantara untuk meneliti perkembangan agama Buddha.

Seiring dengan pesatnya perkembangan agama Budha di Indonesia, maka di Jawa


Tengah juga berdiri sebuah kerajaan yang juga menganut paham Budhisme di dalam
kehidupan bermasyarakat. Kerajaan ini ialah kerajaan Syailendra. Kerajaan Syailendra
berdiri tahun 775-850 M. bukti-bukti terkuat yang mendukung bahwasanya kerajaan
Syailendra menganut agama Buddha sebagai agama kerajaan ialah dengan
ditemukannya peninggalan berupa Candi Borobudur, Candi Mendut, dan candi Pawon.

Setelah itu, pada tahun 1292 M, berdiri kerajaan Majapahit yang juga menganut
paham Budhisme di dalam masyarakatnya. Oleh karena konflik internal yang dating
setelah periode kekuasaan Hayam Wuruk dan Gadjah Mada, maka perlahan-lahan
kerajaan Majapahit mulai bergeser dan akhirnya runtuh pada tahun 1478 M. Kerajaan
majapahit merupakan kerajaan Budha terakhir yang ada di Indonesia. Banyak factor-
faktor yang menyebabkan agama Budha tergerus dan mulai digantikan oleh agama
Islam. Beberapa diantaranya ialah dengan mulai datangnya para pedagang dari Timur
Tengah ke Indonesia yang juga serta merta membawa paham agama Islam. Sampai pada
masa datangnya penjajahan di Indonesia yang dimulai dengan datangnya para
kolonialisme Belanda, dan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia, mereka membawa visi
misionaris dengan mengajarkan paham Kristen. Akibat-akiabat tersebut yang
mengakibatkan paham Budhisme mulai tergerus dan terlupakan di Indonesia.

            C. MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA

Masuknya para pedagang asing ke Indonesia, juga membawa dampak tersebarnya


paham-paham agama di masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan kedatangan para
pedagang muslim dari Gujarat, Arab dan juga Persia. Selain untuk berdagang, mereka
juga membawa paham agama Islam untuk disebarluaskan di dalam kehidupan
bermasyarakat.

Para sejarawan berbeda pendapat mengenai proses awal masuknya agama islam
di Indonesia. Namun, ada 3 teori besar yang berkembang, teori itu ialah:

1.Teori Gujarat

Teori ini dikemukakan oleh seorang professor Snouck Hurgronje, seorang pria
berkebangsaan Belanda yang ditugaskan oleh pemerintah colonial untuk meneliti dan
masuk ke dalam kehidupan masyarakat Islam Indonesia. Dia berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada awal abad ke 13 M, yang dibawa oleh para pedagang dari
Gujarat, India. Para pedagang dari Gujarat masuk untuk berdagang ke Indonesia sembari
mengenalkan paham Islam di tengah kehidupan bermasyarakat.

Namun, teori ini dibantah oleh beberapa ahli sejarah. Mereka berpendapat, jika
Islam datang dari Gujarat, maka otomatis Islam yang berkembang di Indonesia
merupakan Islam dengan paham Syiah. Hal ini karena, di Gujarat pada waktu itu, Islam
yang berkembang disana adalah Islam dengan paham Syiah. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku di Indonesia, yang mayoritas penduduknya menganut Islam dengan mazhab
Syafi`i.

2.Teori Mekkah

Menurut teori ini, Islam masuk ek Indonesia melalui peran lanmgsung dari para
pedagang muslim asal Timur Tengah yang sembari berdagang, menyebarkan agama

7
Islam din Indonesia. Teori ini berpendapat bahwa, agama Islam masuk ke Indonesia
berawal dari abad ke 7 M.

Teori ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah naskah berita asal China, yang
mengemukakan bahwa pada tahun 625 M, sudah mulai terdapat perkampungan bangsa
Arab di Sumatera tepatnya di daerah Barus.

3. Teori Persia

Seorang sejarawan yang bernama P.A. Husein Hidayat mengatakan bahwa Islam
masuk ke Indoenesia berawal dari masuknya para pedagang yang berasal dari Persia
pada tahun ke-7 M. Mereka singgah ke Gujarat sebelum melanjutkan perjalanan ke
nusantara. Hal ini juga diperkuat dengan terdapatnya kesamaan budaya Islam antara
Indonesia dengan Persia (Iran).

Proses masuknya agama Islam di Indonesia menempuh berbagai cara, termasuk


diantaranya adalah melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan kesenian.

Indonesia seperti yang telah disebutkan sebelumnya merupakan suatu Negara


yang letaknya sangat strategis. Di Indonesia juga banyak terdapat rempah-rempah yang
sangat diburu oleh bangsa luar. Oleh karena itu, Indonesia menjadi lokasi yang sering
disinggahi oleh pera pedagang dunia, termasuk pedagang-pedagang dari Arab yang
Bergama Islam. Sambil berdagang, mereka juga menyebarkan paham-paham agala Islam
di masyarakat. Islam yang tidak mengenal kasta dan tingkat, menjadi agama yang sangat
berkembang pada saat itu. Para pedagang tersebut juga membangun perkampungan,
dan sering mendatangkan ulama –ulama dari negerinya untuk bersama-sama
menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Para pedagang Muslim tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam kehidupan


masyarakat Indonesia saat itu. Para penduduk pribumi memandang para pedagang
tersebut secara terhormat. Hal itu pula yang menyebabkan para pengusaha local banyak
yang ingin menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang Arab itu. Syaratnya,
gadis tersebut haruslah memeluk agama Silam terlebih dahulu, barulah pedagang
tersebut mau menikahi anak-anak mereka.

Setelah menetap dan membuat perkampungan, mereka mulai mendirikan fasilitas-


fasilitas pendidikan seperti madrasah atau pesentren. Melalui fasilitas ini, diharapkan
anak-anak nusantara dapat mengetahui dengan benar agama Islam secara kaffah.

Para wali atau ulama-ulama yang menyebarkan agama Islam di nusantara sangat
menghormati adat masyarakat Indonesia pada saat itu. Salah satu cara untuk menarik
minat masyarakat ialah dengan digagasnya penggunaan wayang sebagai media untuk
berdakwah. Diharapkan dengan adanya kehadiran kesenian dalam berdakwah,
menambah minat masyarakat untuk belajar agama Islam.

  

IV. PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU, BUDHA DAN ISLAM DALAM MASYARAKAT


INDONESIA
A. Masa Hindu, Budha

·           Bidang Sosial

Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat
Indonesia. Hal ini nampak pada pembagian masyarakat yang dikenal dengan kasta.
Dalam agama Hindu terdapat empat kasta yaitu Kasta Brahmana, Ksatria, Waisya
dan Sudra. Kemudian ada satu kelompok lagi yang dibuang dari kastanya karena
telah berbuat kesalahan nama kelompok tersebut adalah kasta Paria. Selain adanya
8
kasta, terjadi pula perubahan nama kerajaan maupun raja yang memerintah sebagai
contoh raja Kutai menggunakan nama Aswawarman yang merupakan nama yang
banyak digunakan di India.

·           Bidang Kepercayaan

Sebelum masuknya pengaruh Hindu-budha, bangsa Indonesia sudah memiliki


system kepercayaan tersendiri, yaitu Animisme (percaya pada roh nenek moyang)
dan dinamisme (percaya pada benda). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong
masyarakat Indonesia memeluk agama Hindu-Budha. Terjadi adanya sinkritisme
yaitu penyatuan paham-paham antara animisme dinamisme dengan Hindu-Budha.

·           Bidang Politik

System pemerintahan Indonesia sebelum masuknya agama Hindu-Budha berbetuk


kesukuan. Ketika pengaruh agama Hindu-Budha masuk, maka berdiri kerajaan yang
bercorak hindu-Budha yang berkuasa secara turun temurun.

·           Bidang Pendidikan

Masuknya Hindu-Budha berpengaruh dalam bidang pendidikan. Sebelum masuknya


Hindu-budha, bangsa Indonesia belum mengenal tulisan. Dengan masuknya agama
Hindu-Budha mengenal tulisan yaitu huruf pallawa dan bahasa Sansekerta. Turunan
dari bahasa sansekerta adalah bahasa Kawi, bahasa Jawa kuno dan Bali kuno.

 Bidang Seni dan Budaya

1.    Seni tulis, masuknya budaya Hindu-Budha, memunculkan banyak karya sastra di
Indonesia. Sebagai contoh: Kitab Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh, Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular, dan Kitab Negarakertagama karya
Mpu Prapanca.

2.    Seni bangunan, terlihat dari bangunan Candi. Candi merupakan bentuk
akulturasi antara kebudaayan local (local genius) dengan Hindu-Budha,
bangunan seperti candi sudah ada di Indonesia pada masa megalitikum berupa
punden berundak. Di Indonesia, candi selain tempat ibadah juga digunakan untuk
makam raja-raja.

3.    Seni rupa, nampak berupa patung dan relief. Patung Hindu-Budha banyak
ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia. Selain patung juga terdapat relief
pada dinding-dinding candi seperti di Candi Bororbudur.

 Sistem kalender. Diadopsi dari system kalender India. Hal itu nampak pada
penggunaan tahun saka di Indonesia dan Candrasangkala/kronogram. Dalam
kalender saka satu tahun terdiri dari 354 hari. Saat matahari, bumi dan bulan pada
garis lurus diperingati sebagai hari nyepi. Candrasangkala adalah huruf angka
berupa susunan kalimat. Contoh Sirna Ilang Kertaning Bumi diartikan 1400 saka
atau 1478 (sirna=0, ilang=0, kertaning=4, bumi=1).

 
B.Masa Islam

·         Bidang sosial,

Agama islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Dalam agama islam tidak
mengenal system kasta. Penggunaan kosakata Arab baik dalam kata-kata maupun
pemberian nama. Selain itu penggunaan nama hari menggunakan bahasa Arab.
System angka (1,2,3….) juga merupakan budaya Arab.
9
·         Bidang politik

Digunakan aturan-aturan islam dalam bidang pemerintahan. Selain itu juga banyak
raja yang menggunakan gelar dari Arab, misalnya Sultan, Penembahan, Maulana dan
Susuhunan/Sunan.

·         Bidang pendidikan

Salah satu wujud dari pengaruh Islam dalam bidang pendidikan adalah dikenalnya
pendidikan di pondok pesantren. Pesantren adalah asrama bagi siswa yang
menuntut ilmu islam. Pondok pesantren terbagi menjadi dau  yaitu pesantren yang
hanya mengajarkan ilmu agama, dan pesantren yang mengajarkan ilmu agama dan
umum.
 
Bidang seni dan budaya
Seni bangunan

 Masjid Kuno memiliki ciri-ciri, atapnya berbentuk tumpang, mimbar berbentuk


teratai, terdapat kolam, memiliki gapura, menghadap alun-alun dan biasanya adalah
ukiran-ukiran bermotif hewan atau tumbuhan. Contoh masji Kuno, Masjid Agung
Demak, Masjid Banten, Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon).
 Keraton memiliki ciri atap bertingkat, dan pintu masuk menghadap alun-alun serta
terdapat masjid agung. Contoh Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
 Pintu Gerbang Kerajaan mendapatkan pengaruh islam seperti di Keraton Sumenep
yang terdapat tulisan Assalamualaikum.

Seni Rupa

 Nisan adalah tonggak dari batu atau kayu yang menandai tempat orang meninggal.
Contoh makam Fatimah binti Maimun.
 Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan
menggunakan huruf Arab. Agam Islam melarang melukis malhuk hidup.

Seni Sastra antara lain

 Suluk yaitu karya sastra yang brisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh Suluk Sukrasa,
Suluk Wiji dan Suluk Sunan Bonang.
 Hikayat yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebelum masuknya islam,
selalu dikaitkan dengan dengan tokoh sejarah. Cotoh Hiakayat Amir Hamzah,
Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat-hikayat raja Pasai.
 Babad yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat istilah-istilah raja suatu kerajaan
Islam. Contoh babad tanah Jawi
 Syair yaitu karya sastra yang berupa sajak dan terdiri dari empat baris. Contoh Syair
Abdul Malik, Syair Burung Pingai.

1.    Seni pertunjukan, misalnya saja Sekaten dan Wayang

2.    Seni busana seperti sarung, baju koko, kopiah, kerudung dan jilbab.

Sistem kalender
Pada masa Sultan Agung (Raja Mataram) terjadi akulturasi antara kalender Hijriyah
dengan Saka. Kalender tersebut berlaku tanggal 8 Juli 1633 atau tanggal 1 suro 1555 (1
Muharram = 1403 Hijriyah) untuk kemudian disebut tahun jawa.

10

Anda mungkin juga menyukai