Anda di halaman 1dari 2

Pengobatan TBC

1.Jenis Obat

 Isoniasid
 Rifampicin
 Pirasinamid
 Streptomicin

Obat yang digunakan untuk tbc digolongkan atas dua kelompok yaitu obat primer dan sekunder.
Obat primer untuk tbc adalah isoniasid (INH), Rifampicin, Etambutol, Streptomisin, dan
Pirazinamid. Sebagian besar penderita TBC sembuh dengan obat-obat ini. Ada juga obat sekunder
untuk TBC yaitu Exionamid, Paraaminosialisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Penggunaan obat-obatan primer dan sekunder tergantung dari tingkat keparahan TBC yang diderita.

Penggunaan obat untuk penderita TBC lebih baik diberi/disarankan oleh dokter, karena
pengobatan tidak seperti pengobatan penyakit yang lain. TBC membutuhkan perhatian dan
pengawasan khusus, karena jika tidak patuh dalam pengobatan akan menyebabkan resistensi dan
kegagalan dalam pengobatan.

Berikut ini adalah prinsip pengobatan yang perlu diterapkan terhadap penderita TBC :

1.obat TBC diberikan beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,
agar semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat terbunuh.

2.apabila panduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jamgka waktu pengobatan),
kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten).

3.perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

4.pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Penderita yang menghentikan pengobatan < 2 minggu pengobatan OAT dapat dilanjutkan sesuai
jadwal. Jika penderita menghentikan pengobatannya > 2 minggu :

Berobat bulan, BTA negatif dan klinis, radiologis negatif OAT STOP

 Penobatan > 4 bulan, BTA negatif dan klinis, radiologis negatif OAT STOP
 Pengobatan > 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang
lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.
 Berobat < 4 bulan, BTA negatif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang
sama.
 Berobat < 4 bulan, berhenti berobat > 1 bulan, BTA negatif, akan tetapi klinis dan radiologis
positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama.
 Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2-4 minggu pengobatan dilanjutkan
kembali sesuai jadwal.

Proses pengobatan berhasil, maka kemungkinan dalam memperpanjang masa hidup juga
berhasil. Secara garis besar, kesuksesan dalam pengobatan TBC adalah ketepatan jenis obat,
ketepatan dosis dan ketepatan waktu pengobatan ( baik dalam minum dalam satu hari maupun
lama jangka waktu minum obat). Penanggulangan tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah
berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah
perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP-4).
Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Obat anti
tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar INH, PAS dan Streptomisin selama 1-2
tahun.

Para Amino Acid (PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan
paduan OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan Etambutol selama 6 bulan
(Suswati, 2007). Berbagai variasi regiman telah diperkenalkan selama ini. Pada dasarnya
mengandung dua fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan dapat diberikan 2 obat saja baik
setiap hari maupun intermitten.

Selain obat rekomendasi dari dokter, ada juga obat tradisional yang bisa digunakan yang
sudah sejak dahulu digunakan yaitu :

1.sambiloto (Andrographis paniculata) : daun kering digiling ditambah madu secukupnya,


kemudian dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Satu hari 2 kali minum.

2.Tembelekan : Lantana camara : bunga kering 6-10 gram ditambah 3 gelas air lalu direbus
hingga setengahnya. Gunakan untuk 3 kali minum setiap hari.

PRINSIP OBAT

Obat TB dierikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap
lanjutan ditelan dalam dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembang menjadi kuman kebal. Pengobatan TB
diberikan dalam 2 tahap yaitu :

 Tahap Intensif
pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat) setiap hari selama 2-3 bulan.
 Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) 3 kali seminggu selama 4-5
bulan.

2. Efek Samping Obat

Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB bervariasi mulai
dari ringan hingga berat. Efek samping ringan berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan
yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan,
mual, kesemutan dan rasa terbakar dihati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan
hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakam hal-hal tersebut, pasien harus segera
berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus
pengobatan bisa berlangsung hingga 8 bulan.

Anda mungkin juga menyukai