Anda di halaman 1dari 31

Proposal Penelitian

INTENSITAS PENYAKIT BUSUK BATANG LUNAK PADA


TANAMAN BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) DI
DESA SUNGAI KURUK III KECAMATAN SERUWAY
KABUPATEN ACEH TAMIANG

OLEH

VITIA CAHYONO
NIM:16.03.01.033

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA - ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, serta shalawat beriring salam penulis

sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulisdapat

menyelesaikanproposal dengan judul “Intensitas Penyakit Busuk Batang Pada

Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) di Desa Sungai Kuruk

III Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang”.

Selama penulisan proposal ini penulis telah banyak mendapat bantuan,

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

memberikan penghargaan, rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Ibu Ir. Cut Mulyani, MP. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Samudra.

2. Ir. Adnan, MP. sebagai Dosen Pembimbing Utama yang dengan tulus

ikhlas dan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan yang berharga selama penyusunan proposal ini.

3. Ibu Maria Heviyanti, SP., M.Sc sebagai Dosen Pembimbing Anggota yang

dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan yang berharga selama penyusunan

proposal ini.

4. Bapak Dr. Iswahyudi, SP., M.Si. selaku Koordinator Program Studi

Agroteknologi beserta seluruh civitas Akademika yang telah membantu

i
5. penulis dalam mengikuti pendidikan Strata 1 (S1) pada Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Samudra.

6. Kedua orang tua tercinta (Ayahanda Agus Cahyono dan Ibunda Rita),

yang senantiasa memberikan dukungan moral, material, do`a yang tulus,

nasehat dan semangat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan ini sampai gelar sarjana.

7. Kakak tersayang (Penny Cahyono S.H) yang memberikan do’a dan

semangat kepada penulis.

8. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk teman-teman Program

Studi Agroteknologi Angkatan 2016, senior-senior dan berbagai pihak yang

telah senantiasa memberikan masukan dan dukungan selama penelitian dan

penulisan skripsi.

Penulis menyadaribahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, oleh

karenanya kritik dan saran pembaca sangat diharapkandemi terciptanya karya

yang lebih baik. Semoga kedepannya penulis dapat mewujudkan penelitian yang

telah direncanakan ini.

Langsa, Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................v

PENDAHULUAN..............................................................................................1
Latar Belakang..............................................................................................1
Tujuan Penelitian..........................................................................................3
Hipotesis Penelitian.......................................................................................3
Kegunaan Penelitian......................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4
Klasifikasi Buah Naga...................................................................................4
Morfologi Buah Naga...................................................................................5
Syarat Tumbuh..............................................................................................8
Penyakit Busuk Lunak..................................................................................8
Karakteristik Serangan Penyakit Busuk Batang Lunak................................9
Intensitas Serangan Penyakit Busuk Batang Lunak......................................9
METODE PENELITIAN.................................................................................11
Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................11
Bahan dan Alat...............................................................................................12
Rancangan Penelitian.....................................................................................12
Metode Analisis..............................................................................................13
Prosedur Penelitian di Laboratorium..............................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16
LAMPIRAN.......................................................................................................18

iii
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Buah Naga Merah.........................................................................................5


2. Bunga Tanaman Buah Naga..........................................................................7
3. Peta Lokasi Penelitian.................................................................................11

iv
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Deskripsi Tanaman Buah Naga....................................................................18


2. Jadwal Penelitian .........................................................................................20
3. Kuesioner .....................................................................................................21

v
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman buah naga atau dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) merupakan

jenis tanaman kaktus yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika

Selatan bagian Utara (Colombia). Tanaman ini awalnya dipergunakan sebagai

tanaman hias karena bentuknya unik, eksotik, serta tampilan bunga dan buahnya

yang cantik. Buah naga masuk ke Indonesia pada dekade 90 an, dan mulai

dikembangkan masyarakat pada awal tahun 2000, khususnya di Pasuruan, Jember,

Mojokerto, dan Jombang. (Hardjadinata, 2010).

Buah naga merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru

dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik

hijau (Khairunnas & Tety, 2011). Buah ini memiliki bentuk yang sangat unik dan

cukup memikat untuk dilihat. Bentuk fisiknya mirip dengan buah nanas hanya

saja buah ini memiliki sulur pada kulitnya. Buah naga berwarna merah jambu

dengan daging buah berbagai jenis antara lain berwarna putih, kuning dan merah

dengan biji kecil berwarna hitam yang sangat lembut dan lunak (Mahmudi, 2011).

Buah naga dalam bahasa Inggris dinamakan pitaya merupakan tanaman

sejenis kaktus yang popular karena rasanya yang manis dan memiliki berbagai

manfaat untuk kesehatan. Buah ini banyak mengandung mikronutrien dan

antioksidan. Terdapat empat jenis buah naga yang sering dikembangkan oleh

masyarakat, yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga

daging merah (H. polyrhizus), buah naga daging super merah (H. costaricensis),

dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicereus megalanthus). Tanaman

1
2

buah naga merah (H. polyrhizus) merupakan salah satu jenis buah naga yang

populer dan paling banyak di pasaran (Leana,2017).

Buah naga juga merupakan salah satu primadona di dunia pertanian

Indonesia dan dapat menjadi peluang bisnis bagi masyarakat Indonesia dan buah

nagamerupakan produk unggul diKabupaten Aceh Tamiang, Kecamatan Seruway,

Desa Sungai Kurok III dengan luas lahan kebun buah naga21,60 Hektar di 4

Dusun, dengan luas 7,20 ha pada Dusun Bakti, Dusun Tengah 6,30 ha, Dusun

Keluarga 4,50 ha, dan Dusun Depan 3,60 ha dengan produktivitas setiap tahunnya

2,35 ton/ha. Di Desa Sungai Kuruk III para petani melalukan sistem penanaman

dengan cara model baris dengan jarak tanaman 3 meter dan ada juga dengan jarak

tanam 2,5 meter yang paling rapat (BPK Seruway, 2018)

Semakin meluasnya budidaya buah naga merah dapat memicu bertambah

dan berkembangnya masalah hama dan penyakit. Penyakit busuk batang lunak

pada tanaman buah naga juga dapat menurunkan produktivitas sampai ±50%

buah naga di Desa Sungai Kuruk III (BPK Seruway, 2018), dengan menurunnya

produktivitas buah naga,banyak lahan tanaman buah naga yang tidak dirawat lagi.

Awal mula terjadinya serangan penyakit ini dikarenakan para petani sering

menggunakan pupuk organik yang belum jadi atau pupuk organik yang tidak

dipermentasi.

Serangan penyakit busuk batang lunak bisa dilihat secara visual, dimana

intensitas serangan yang terjadi juga sangat beragam dari serangan yang ringan

sampai serangan yang berat. Penyakit ini menyerangan tanaman muda di

pembibitan juga menyerang tanaman yang sudah dewasa. Menurut Wiboyo, dkk
3

(2011) hasil uji fisiologi menunjukkan bahwa bakteri penyebab busuk batang

lunak tersebut adalah Erwinia sp. Penyakit ini berpotensi menyebabkan kerusakan

dan kehilangan hasil yang serius pada tanaman.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melalukan penelitian tentang

penyakit busuk batang lunak pada tanaman buah naga merah yang berjudul;

Intensitas Penyakit Busuk Batang Lunak Pada Tanaman Buah Naga Merah

(Hylocereus polyrhizus) di Desa Sungai Kuruk III Kecamatan Seruway

Kabupaten Aceh Tamiang.

Tujuan Penlitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan penyakit

busuk batang lunak pada tanaman buah naga merah di Desa Sungai Kurok III

Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang.

Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh intesitas penyakit busuk batang pada tanaman buah naga

merah terhadap kehilangan hasil.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai penelitian ilmiah dalam rangka penyusunan skripsi yang merupakan

salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (S1) pada Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Samudra.

2 .Sebagai bahan referensi peneliti yang akan datang.


TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Tanaman Buah Naga

Buah naga berasal dari hutan Amerika Utara, Amerika Tengah, dan

Meksiko sebelum akhirnya menyebar ke berbagai negara (Paull dan Duarte,

2012). Buahnaga termasukkelompoktanaman kaktusatau familyCactaceae dan

subfamily Hilocereanea.Menurut Syukur dan Widyaiswara, (2015), klasifikasi

tanaman buahnaga merah yaitu:

Devisi : Spermatopyta

Sub Devisi : Spermatopyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cactales

Family : Cactaceae

Genus : Hylocereus

Spesies : Hylocereus polyrhizus

Secara umum buah naga terdiri dari buah naga merah dan buah naga putih.

Namun secara klasifikasi buah naga terdiri dari empat, yaitu buah naga daging

putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyhiruz),

buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis), dan buah naga kulit

kuning daging putih (Selenicerius megalanthus) (Emil, 2011).

4
5

Gambar 1. Buah naga merah

Morfologi Tanaman Buah Naga

Secara morfologi, tanaman Buah Naga termasuk tanaman yang

tidaklengkap karena tidak memiliki daun. Untuk beradaptasi dengan lingkungan

gurun,tanaman buah naga memilki duri disepanjang batang dan cabangnya.

Tanamanbuah naga merupakan tanaman memanjat dan bersifat empifit. Di habitat

aslinya tanaman ini memanjat tanaman lain untuk tumbuh. Meskipun akarnyayang

didalam tanah dicabut, tanaman buah naga masihbisa bertahan hidup

karenaterdapat akar yangtumbuh di batang. Akar udara tersebutmampu

menyerapcadangan makanan dari udara (Emil, 2011)

Tanaman

Tanaman buah naga merupakan tanaman perennial, tumbuh cepat,

merambat, dan tidak berdaun. Batang buah naga berwarna hijau tua dan

bersegmen-segmen. Batang buah naga kebanyakan triangular (bersudut tiga),

namun terkadang ditemukan bersudut empat atau lima. Batang buah tidak berkayu

dan tidak berduri. Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai 6 meter bahkan

lebih jika dibiarkan. Namun pada umumnya, tanaman buah naga mencapai 2-3

meter saja karena batang pokok dipangkas untuk pembentukan cabang produksi.
6

Pada batang dapat tumbuh akar yang disebut akar udara (aerial root) (Kres dan

Warisno, 2010).

Akar

Tanaman buah naga memiliki akar yang berbeda dengan tanaman pada

umumnya. Perakaran bersifat epifit, merambat dan menempel pada tanaman lain.

Dalam pembudidayaannya, dibuat tiang penompang untuk merambatkan batang

tanaman buah naga ini. Perakaran buah naga tahan terhadap kekeringan tetapi

tidak tahan dalam genangan air yang terlalu lama. Meskipun akar dicabut dari

tanah, masih bias hidup dengan menyerap makanan dan air dari akar udara yang

tumbuh dari batangnya (Syukur dan Widyaiswara, 2015). Akar ini tahan terhadap

kekeringan, namun tidak tahan terhadap genangan air terlalu lama. Adanya akar

udara membuat tanaman ini efisien dalam penggunaan air. Walaupun akar dicabut

dari tanah, tanaman masih dapat hidup dengan menyerap nutrisi dan air

menggunakan akar udara (Andoko dan Nurrasyid, 2012).

Batang

Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan

berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru-biruan atau ungu.

Batang tersebut berukuran panjang dan bentuknya siku atau segitiga. Batang dan

cabangnya ini juga berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Itulah

sebabnya batang dan cabang nya berwarna hijau. Batang dan cabang mengandung

kabium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman (Renasari, 2010).

Bunga

Bunga buah naga berbentuk corong memanjang dan memiliki ukuran

sekitar 27-30 cm tergantung pada spesies masing-masing (Jaya, 2010). Bunga


7

buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm dan akan mulai

mekar di sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari. Setelah mekar

warna mahkota bunga bagian dalam putih bersih dan didalamnya terdapat benang

sari berwarna kuning dan akan mengeluarkan bau yang harum (Syukur dan

Widyaiswara, 2015).

Gambar 2. Bunga Tanaman Buah naga

Buah

Buah naga bebentuk bulat panjang, letak buah pada umumnya

mendekatiujung cabang atau batang.Pada batang atau batang dapat tumbuh buah

lebih darisatu, terkadang bersamaan atau berhimpitan. Buahnaga merah ini

memiliki buah lebih kecil daripada buah naga putihbuah naga jenis ini mampu

menghasilkan bobot rata-rata sampai 500 gram. Buahnaga merah memiliki

kadungan rasa manis mencapai 15 briks (Rahayu, 2014)

Biji

Biji buah naga berbentuk bulat berukuran kecil dengan warna hitam

seperti biji serasi. Setiap buah biasanya mengandung lebih dari 1000 biji dan biji

dapat dijadikan benih. Perbanyakan tanamanan secara generatif jarang dilakukan


8

karena memerlukan waktu lama sampai berproduksi. Biasanya biji digunakan para

peneliti untuk memunculkan varietas baru (Syukur dan Widyaiswara, 2015).

Syarat Tumbuh

Dragon fruit umumnya tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah.

H. undatus tumbuh baik pada ketinggian <300 m dpl, sedangkan H.costaricensis

(super red) tumbuh baik pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Sementara buah naga

Selenicereus megalanthus lebih menyukai daerah dingin dengan ketinggian lokasi

di atas 800 mdpl. Tanaman buah naga lebih menyukasi kondisi kering

dibandingkan basah (lembap) dengan curah hujan yang rendah berkisar 720

mm/tahun. Buah naga masih dapat tumbuh pada curah hujan yang tinggi (sekitar

1.000-1.300 mm/tahun), tanaman buah naga membutuhan penyinaran penuh dan

lokasi buah naga sebaiknya di lahan yang terbuka dengan suhu udara yang ideal

26-36oC. Kondisi tanah yang disukai adalah tanah yang gembur, porous serta

banayak mengandung bahan organik dan hara. Kemasaan tanah (pH) berkisar

pada pH 6-7 dan tanaman buah naga bisa hidup dikemirangan sampai tingkat

kemiringan lahan <25%. (Hardjadinata, 2010).

Penyakit Busuk Lunak Batang

Busuk lunak batang adalah penyakit yang menyerang pada batang buah

naga yang menimbulkan gejala buuk berair berwarna coklat. Gejala akan

menyebar luas pada seluruh batang buah naga jika tidak segera ditangani akan

menimbulkan kerugian (Kurniawan, 2017).Infeksi dimulai dari area luka

khususnya jaringan batang yang disebabkan oleh gigitan serangga atau infeksi

sebelumnya dari antraknosa. Gejala awal yang terjadi adalah jaringan menjadi
9

menguning diikuti dengan pelunakan dan pembusukan yang berbau dari jaringan

tersebut. Infeksi lanjut menyebabkan pembusukan keseluruhan dari bagian batang

yang berdaging dan sukulen pada cabang utama (SFNS, 2012).

Menurut Jaya (2010), selama musim hujan penyakit lebih menjadi masalah

dibandingkan hama. Sebagian besar patogen yang menyerang buah naga berasal

dari golongan bakteri dan cendawan. Bakteri patogen yang menyerang sulur yaitu

Erwinia spp(Eng, 2012).

Karakteristik Serangan Penyakit Busuk Batang Lunak

Penyebab penyakit busuk lunak yaitu bakteri patogen Erwinia carotovora.

Patogen busuk lunak Erwina, termasuk dalam kelompok Enterobcteriaceae.

Bakteri ini memiliki cirri-ciri koloni dengan bentuk bulat, pinggiran

bergelombang, berwarna putih dan permukaan yang timbul datar, jika dengan

menggunakan mikroskop dengan perwarnaan Gram menunjukkan bahwa bakteri

penyebab busuk lunak berbentuk batang berantai dan Gram negatif (Yuliasari,

2015).

Intensitas Serangan Penyakit Busuk Batang Lunak

Gejala awal dari serangan penyakit busuk batang lunak yaitu bahwa sulur

buah naga berwarna kecoklatan, tekstur sulur yang terserang sangat lunak, berair,

mudah sobek dan tercium bau yang tidak sedap (Octaviani, 2012). Gejala busuk

lunak ini dapat menyerang bagian pangkat sulur, tengah sulur, maupun ujung

selur. Daging sulur yang telah bergejala lanjut biasanya akan terlepasatau

mengering dan hanya tinggal lapisan kayunya saja ( Suryaningrum, 2016).

Lingkungan yang basah dan intenitas cahaya yang rendah akan

mempercepat perkembangan penyakit. Kelembapan yang tinggi akan


10

meningkatkan kemunculan, pergerakan, infeksi, dan multiplikasi bakteri patogen.

Proses tersebut akan terhambat pada lingkungan yang kering dan tingkat kejadian

penyakit akan berkurang tanpa adanya kelembapan. Bakteri ini dapat bertahan

dengan baik pada tanaman yang telah terserang penyakit, sisa-sisa tanaman, dan

bahan organik (Uchida, 2010). Penyakit ini dapat di temukan di setiap pertanaman

buah naga di Kecamatan Seruway.

Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan penyingkiran tanaman,

modifikasi kelembapan lingkungan, sanitasi lingkungan, menggunakan varietas

yang resisten, serta pengendalian secara kimia. Batang yang terinfeksi pada

tanaman yang sehat mengindikasikan adanya kontaminasi bakteri, sehingga

tanaman tersebut harus dipisahkan dari tempat pembudidayaan (Uchida, 2010).


METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sungai Kurok III, Kecamatan

Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli

2020. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara “purposive”, yaitu penentuan

lokasi yang dipilih secara langsung atau sengaja dengan alasan bahwa pada lokasi

tersebut merupakan sentra perkebunan buah naga di Desa Sungai Kuruk III

Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang. Identifikasi Mikroba Penyebab

Penyakit Busuk Lunak dilaksanakan di Laboratorium Pertanian Universitas

Samudra.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

11
12

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi Desa Sungai

Kuruk III Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang dan beberapa sample

gejala penyakit. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa

kantong plastik,pisau, camera, alat tulis-menis, alcohol, potato dextrose agar

(PDA) mikroskop, GPS dan laptop yang telah dilengkapi Software Microsoft

2007.

Rancangan Penelitian

Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui hasil observasi lapangan dan wawancara. Wawancara

dilakukan kepada petani buah naga di lokasi penelitian. Hasil observasi lapangan

dan wawancara tersebut berupa data intensitas serangan penyakit busuk batang

lunak buah naga.

Data sekunder dikumpulkan dari studi literatur dan informasi lain yang

berasal dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh, Badan Pusat

Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan

Seruway, dan 4 kelompok tani buah naga di lokasi penelitian.

Lokasi Sampel Serangan Penyakit Busuk Batang Lunak Tanaman Buah


Naga

Lokasi sampel untuk mengetahui intensitas serangan penyakit busuk

batang lunak buah naga dengan cara penarikan sampel dengan pola huruf “Z”

yang memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan yaitu :


13

1. Tanaman yang bergejala.

2. Tanaman yang terserang penyakit (Hidayat dkk, 2018).

Metode Analisis

Pengamatan intensitas serangan penyakit busuk batang lunak di lokasi

penelitian dilakukan pada empat lokasi kebun yang memilii kriteria spesifik yang

telah ditetapkan (tenaman bergejala dan tanaman yang terserang penyakit)

pengambilan sampel batang buah naga dilakukan di desa Sungai Kuruk III

kecamatan Seruway. Dusun yang menjadi lokasi pengambilan sampel adalah

Dusun Bakti, Dusun Tengah, Dusun Keluarga dan Dusun Depan.

Pengambilan sampel akan dilakukan pada semua kriteria kebun masing-

masing dusun. Total keseluruhan sampel yang diambil dalam penelitian ini

berjumlah 8 sampel. Apabila pada dusun tersebut ada yang tidak memiliki salah

satu dari keduakriteria pengambilan sampel yang berbeda, maka sampel yang

diambil hanya dari kriteria pengambilan sampel kebun yang ada. Pada masing-

masing kriteria kebun pengambilan batang buah naga pada setiap dusun yang

terserang penyakit busuk lunak tanaman buah naga diambil 10% dari jumlah

pohon buah naga yang ditanam, cara pengambilan sampel batang buah naga

adalah dengan cara pola huruf “Z”.

Pada lahan yang sudah ditentukan koleksi dengan pola huruf “Z” diamati

gejala penyakit busuk batang. Data yang dikoleksi antara lain:

a. Perhitungan persentase serangan (P), merupakan persentase jumlah tanaman

yang terserang pathogen (n) dari total tanaman yang diamati (N) : Seperti

dinyatakan dalam rumus yang diadopsi dari (Mohammed et al 1999 dalam

Hidayat dkk, 2018):


14

T1
P= x 100%
T2

Keterangan: P = Persentase tanaman yang terserang;

T1 = Jumlah pohon/tanaman yang bergejala;

T2 = Jumlah pohon/tanaman yang diamati.

b. Data perhitungan Intensitas keparahan penyakit tanaman busuk batang pada

tanaman buah naga.

I=
∑ (n x υ) (100%)
ZxN

Keterangan: I = intensitas penyakit;

n = jumlah sampel sakit per kategori penyakit;

υ = nilai skala penyakit;

Z = skala tertinggi,

N = sampel yang diamati.

Penilaian tingkat kategori serangan menggunakan skoring 0 sampai 5 : (Adi, dkk

2018)

0 = tidak ada kerusakan

1 = tingkat kerusakan > 0-20%

2 = tingkat kerusakan > 20-40%

3 = tingkat kerusakan > 40-65%

4 = tingkat kerusakan > 65-80%

5 = tingkat kerusakan > 80-100%

Dengan kriteria serangan sebagai berikut:


15

0% = Tidak ada serangan

1-20% = serangan ringan

20,1-40% = serangan agak berat

40,1-60% = serangan berat

>60% = serangan sangat berat.

Prosedur Penelitian Di Laboratorium

Jenis penyakit yang tidak dapat diketahui patogen penyebabnya secara

langsung dilapangan, maka dilakukan identifikasi langsung dilaboratorium dengan

mengambil sampel bagian-bagian tanaman yang sakit dan diketahui telah

terserang penyakit di bagian batang buah naga tersebut

Sampel sulur buah naga yang terserang penyakit dipotong kotak kecil,

masing-masing dimasukkan ke dalam cawan petri sesuai tempat pengambilan,

kemudian disisihkan di dalam inkubator. Masing-masing sampel diinokulasikan

secara aseptis pada cawan petri dengan media Potato Dextrose Agar (PDA),

kemudian diinkubasi pada suhu ruang 37oC selama 3-7 hari (Hidayat dkk, 2018).

Identifikasi Mikroba Penyebab Penyakit Busuk Lunak

Hasil isolasi jamur yang dikembangbiakan secara murni diidentifikasi

secara makroskopis yang memperhatikan bentuk koloni, warna koloni dan secara

mikroskopis meliputi bentuk hifa, ukuran hifa, bentuk konidia, sporangium,

sedangkan bakteri diidentifikasi secara makroskopis dengan memperhatikan

morfologi koloni, morfologi sel dan pengujian Gram (Alexopoulos dan Mims,

1979; Barnett dan Hunter, 1972; Booth, 1971: Schaad, 1988 dalam Helvetia dkk,

2013).
16
DAFTAR PUSTAKA

[SFNS] The Sarasota Fruit & Nut Society. 2010. Pitaya Diseases.

Andoko, A. dan H. Nurrasyid. 2012.5 Jurus Sukses Hasilkan Buah Naga Kualitas
Prima.Cetakan pertama. PT Agro Media Pustaka. Jakarta.

Ayu Leana Dewi, 2017. Insidensi Penyakit Yang Disebabkan Cendawan Pada
Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Di Kecamatan
Cijeruk Dan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Departemen Proteksi Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Emil, 2011. Buah Naga Unggul. Yogyakarta: Lily Publisher.

Eng, L. 2012. Disease Management of Pitaya. Department of Agriculture


Sarawak.

Hardjadianta, Sinatra. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik.
Bogor: Penebar Swadaya.

Helvetia, R., Nasir, N., Jumjunidang. 2013. Gejala dan Tingkat Serangan Penyakit
Busuk Hitam Pada Batang Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus, L)
di Padang Pariaman, Sumatera Utara. Jurnal Biologi Universitas Andalas,
2(3) : 214-221.

Hidayat, A. N, Sofian, Akhsan, N. 2018. Intensitas Penyakit Busuk Batang Pada


Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Di Kecamatan
Samboja. Jurnal Agroteknologi Tropika Lembab, 1(1) : 53-60.

Jaya, I.K.D. 2010. Morphology and physiology of Pitahaya and it future prospects
in Indonesia. Crop Agro. 3:44-50.

Khairunnas, dan E. Tety. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Tani Buah Naga di
Pekanbaru. Jurnal. Vol.3, No.8, November 2011: 579-585. Fakultas
Pertanian. Riau: Universitas Riau.

Mahmudi. 2011. Pengolahan Pengetahuan Buah Naga. Budidaya dan


Pemanfaatannya. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. LembagaIlmu
Pengetahuan Indonesia.

17
18

Octaviani, R. D. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga (Hylocereus sp)
Serta Budidaya di Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB.Bogor.

Paull, R..E., O. Duarte. 2012. American Fruit. In A. Jeff (Eds.). Tropical Fruits
2nd Edition Volume 2. CAB Internasional, United Kingdom.

Rahayu, Sri. 2014. Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Jakarta : Infra Hijau.

Renasari,N. 2010. Budidaya tanaman buah naga super red di Wana Bekti
Handayani. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret.

Suryaningrum, Ratih. 2016. Isolasi dan Karakteristik Bakteri Patogen Penyebab


Penyakit Busuk Lunak Sulur Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus).
Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Syukur dan Widyaiswara Muda. 2015. Mengenal Buah Naga. Balai Pelatihan
Pertanian. Jambi.Wallingford. 445 hal.

Uchida J. 2010. Bacterial diseases of Dendrobium.

Warisno dan Dahana, Kres. 2010. Bertanam Buah Naga . Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Yuliasari, M.M., R. Kawuri, & M. W. Proborini. 2015. Isolasi dan Identifikasi


Bakteri Penyebab Penyakit Busuk Lunak pada Buah Stroberi (Fragaria x
ananassa). Jurnal Metamorfosa. 2 (1) : 23-28
19

Lampiran 1. Deskripsi buah naga


KriteriaUraian
Asal Vietnam
Silsilah Seleksi tanaman induk
Golongan varietas Menyerbuk sendiri
Bentuk penampang batang Segitiga bersiku
Warna batang Hijau tua
Gigir batang Berlekuk
Warna duri Coklat muda
Bentuk duri Bulat runcing
Jarak antar duri 4,3 – 4,5 cm
Bentuk bunga Seperti corong memanjang
Warna kelopak bunga Putih
Warna mahkota bunga Kuning kehijauan
Warna kepala putik Putih
Warna benang sari Kuning
Aroma bunga Harum
Bentuk buah Bulat sampai bulat lonjong
Warna kulit buah Merah jingga
Aroma buah Agak wangi
Berat per buah 381 – 424 g
Berat buah per tanaman 4,8 – 8,9 kg
Warna sirip buah Hijau ujung coklat
Bentuk sirip buah Meruncing tumpul
Kedudukan sirip buah Menempel di kulit letak bersilang
Ciri fisik buah siap panen Kulit berwarna merah jingga dan
tangkai buah retak
Warna daging buah Merah keunguan
Tekstur daging buah Berserat halus
Rasa daging buah Manis masam
Kadar gula 15,3 obrix
Warna biji Hitam
Bentuk biji Bulat
Persentase bagian buah 90 – 95 %
yang dapat dikonsumsi
Daya simpan buah pada suhu 25°– 7 – 10 hari selah panen
27°C 25,7 – 27,9 ton/ha
Hasil buah
Populasi per hektar 4.000 tanaman beradaptasi dengan
Keterangan baik di dataran rendah sampai
tinggi dengan altitude 1 – 1.000 m
dpl, persentase bunga menjadi
buah tinggi dan tidak perlu
dibantu polinasi, jika dibantu
polinasi lebih baik, cabang yang
20

pernah berbuah bisa berbuah lagi,


bila ditunda panen buah tidak
mudah retak
Identitas tanaman induk Tanaman milik M. Gunung
Soetopo, Desa Pakembinangun,
Kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta
Nomor tanaman induk SM.001 – SM.100
Pengusul PT. Sabila Farm
Peneliti M. Gunung Soetopo, Sriani
Kusumawardani, Puji Yuliani
(PT. Sabila Farm)

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN


NOMOR : 2015/Kpts/SR.120/5/2010
TANGGAL : 26 Mei 2010
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan dan Minggu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Feb-2020 Mar-2020 Apr -2020 Mei-2020 Juni-2020 Juli-2020 Agus -2020 Sep-2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi dengan
1.
Dosen Pembimbing                                       
Penyusunan
2.
Rencana Penelitian                                      
3. Seminar Proposal                                        
4. Pra Survei              
Pengamatan
5.
Lapangan
7. Wawancara                
8. Analisis Data                
9. Penulisan Skripsi
10
Seminar Hasil
.                
11
Sidang
.                
21

Lampiran 1. Kuesioner

I. Identitas Responden
1. Nama : ...........................
2. Alamat : ...........................

II. Karakteristik Responden


1. Umur/ Tempat Lahir : ..........................................
2. Jenis Kelamin : ..........................................
3. Pendidikan : (a) tidak sekolah, (b) tidak tamat SD,
(c)SD, (d) SMP, (e) SMU, (f) Perguruan
Tinggi
3. Pekerjaan
a. Pekerjaan Utama : ..........................................
b. Pekerjaan Sampingan : ..........................................
c. Berapakah Penghasilan Bapak/ibu dengan pekerjaan pokok dalam 1
bulan?
(a) Rp. 1.000.000 - 2.000.000 (b) Rp. 2.000.000 – 3.000.000 (c) > Rp.
3.000.000
d. Berapakah penghasilan Bapak/ibu dengan pekerjaan sampingan dalam
1 bulan?
(a) Rp. 500.000 – 1.500.000 (b) 1.500.000 – 2.000.000 (c) > Rp.
2.000.000
4. Jumlah Tanggungan : .........................................
5. Lama Bermukim : .........................................

III. Kondisi Eksiting Lahan Sawah


1. Sejak kapan Bapak/ibu menjadi petani padi?
(a) <5 tahun (b) 5-10 tahun (c) 10-15 tahun (d) >15 tahun
2. Berapa luas sawah yang bapak ibu/ miliki?
(a) 0,1-0,5 ha (b) 0,5 -1 ha (c) 1-1,5 ha (d) >1,5 ha
3. Berapa pendapatan bapak/ibu dalam sekali panen dengan luas sawah
tersebut?
(a) Rp. 500-000 – 1.000.000 (b) Rp. 1.000.000 – 2.000.000 (c) > Rp.
2.000.000
4. Bagaimana status penguasaan lahan sawah yang Bapak/ibu, miliki?
(a) Milik sendiri (b) milik keluarga (c) tanah negara
5. Apakah bapak/ibu memiliki sertifikat lshsn sawah yang bapak/ibu miliki?
(a) Memiliki (b) tidak memiliki
6. Apakah sarana jalan usaha tani ada pada lokasi lahan sawah bapak/ibu?\
(a) Ada (b) tidak ada
7. Kalau ada bagaimana kondisinya saat ini?
(a) Bagus (b) rusak
8. Apakah ada kelembagaan/kelompok tani didesa anda?
(a) Ada (b) tidak ada
22

9. Apakah anda bergabung dalam kelembagaan/l\kelompok tani tersebut?


(a) Bergabung (b) Tidak Bergabung

IV. Serangan dan Pengendalian Penyakit Busuk Lunak


1. Varietas padi apakah yang bapak/ibu gunakan dan mengapa memilih
varietas
tersebut... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ... ... ... ... ...
2. Darimana mendapatkan benih ?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
3. Berapa kali bapak/ibu bercocok tanam dalam 1 tahun?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
4. Apakah menggunakan pupuk dan jenis pupuk apa yang digunakan?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
5. Peralatan apa saja yang digunakan dalam bertani?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
6. Permasalahan apa yang sering bapak/ibu hadapi?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...

V. Pengetahuan PHT
1. Aapakah bapak/ibu pernah mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian
Hama Terpadu (SLPHT)?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
2. Siapa pelakasana SLPHT tersebut?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
3. Apakah bapak/ibu sudah menerapkan SLPHT tersebut dalam pengelolaan
budidaya tanaman pai?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
4. Apakah anda mengenal OPT / hama penyakit tanaman?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
23

5. Jika ada hama atau penyakit apa yang akan bapak/ibu lakukan, jika
dikendalikan dengan apa?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
6. Insektisida biasanya digunakan untuk membasmi apa?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
7. Gangguan OPT yang sering di hadapi atau dialami apa saja?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... …
8. Bagaimana tingkat serangannya?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... …
9. Tindakan yang pernah dilakukan untuk mengendalikannya?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
10. Faktor apa yang menyebabkan hama dan penyakit itu muncul?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
11. Apakah anda melakuka pengendalian kimia secara rutin, berapa kali anda
melakukan pengendaliannya?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
12. Berapa jenis pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama dan
penyakit?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
13. Apakah anda melakukan pencampuran pestisida, berapa jenis pestisida
yang di campur?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
12. Apa alas an anda melakukan pencampuran pestisida?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...

13. Kapan waktu anda melakukan penyemprotan pestisida?


... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
24

14. Apa alasan anda menggunakan pestisida tertentu?


... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...

VI. Pernyataan Untuk Data Penunjang


1. Bisa bapak/ibu ceritakan bagaimana pandangan masyarakat mengenai
lahan sawah yang ada di daerah ini?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
2. Selama ini siapa dan bagaimana program atau kegiatan yang dilakukan
untuk pengelolaan lahan sawah?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
3. Apakah ada lembaga khusus yang dibentuk untuk melakukan pengelolaan
terhadap lahan sawah?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ...
4. Bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat atau lembaga masyarakat
dalam kegiatan pengelolaan lahan sawah?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ...
5. Sepengetahuan bapak/ibu apakah ada kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga tersebut yang mempengaruhi lahan sawah di desa?
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ...

Terima kasih atas kesediaan bapak/ibu untuk diwawancarai, adapun wawancara


ini untuk kepentingan penelitian serta tidak akan mempengaruhi status maupun
kelangsungan pekerjaan bapak/ibu.

Anda mungkin juga menyukai