Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Hingga saat ini, AKI masih berada pada angka yang
cukup tinggi di Indonesia, meskipun sudah mengalami penurunan. AKI juga
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB)/ Suitanable Development Goals (SDGs) pada tujuan ke tiga
(Kesehatan Yang Baik) yaitu mengurangi Angka Kematian Ibu hingga di bawah 70
per 100.000 kelahira hidup.(Amrin, 2017)
Aki di Indonesia masih terolong tinggi dibanding dengan negara-negara
ASEAN, yang membuat kondisi AKI di Indonesia kurang lebih sama denga
Myanmar yang kondisi negaranya lebih miskin dari Indonesia. AKI di indonesia 61
kali lebih tinggi daripada Singapura, dan 4,5 kali lebih tinggi dari Malaysia
(Manuaba, 2004).
Indikator AKI tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih
lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari
390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan
AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
(Kemenkes, 2016)
Penyebab kematian Ibu pada tahun 2015 menurut Kementerian Kesehatan
Indonesia adalah sebagai berikut :

20% Perdarahan
29%
Eklamsia
3% Infeksi
5%
Abortus
5% P. Lama
12% Emboli
25%
Lain-lain
Berdasarkan grafik dari Kementerian Kesehatan Indonesia di atas, distribusi
persentase penyebab kematian ibu tetap merupakan trias klasik yaitu Perdarahan
(28%), Eklampsia (24%), dan Infeksi (11%). Perdarahan menempati persentase
tertiggi penyebab kematian ibu di Indonesia.
Perdarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%).
Anemia dan kekurangan gizi kronik (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya perdarahan dan infeksi. Di berbagai negara, paling sedikit
seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya
berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%. Walapupun seorang
perempuan bertahan hidup setelah mengalami erdarahan pasca persalinan, namun
ia akan mengalami masalah kesehatan berkepanjangan. (WHO)
Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu adalah eklampsi (24%).
Eklampsia dapat terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang
tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena keracunan
kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada
juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih
berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil (Profil Kesehatan
Indonesia, 2007).
Menurut SDKI tahun 2002-2003, angka kejadian ibu hamil dengan Eklampsia
di Indonesia adalah 0,4% dan ibu bersalin dengan eklampsia sebanyak 1,4%.
Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006, disebutkan bahwa jumlah
kasus preeklampsia yang terjadi sebanyak 7.484 kasus dan yang meninggal
sebanyak 166 orang. (Depkes, 2007)
Sedangkan menurut SDKI tahun 2007, kehamilan dengan komplikasi
eklampsia sebanyak 0,4% dan persalinan dengan komplikasi eklampsia adalah
2%.
Untuk kematian ibu di Kabupaten Rejang Lebong, Eklampsia selalu menjadi
penyumbang terbesar. Pada tahun 2016, dari 7 kematian Ibu yang terjadi, 3
diantaranya disebabkan oleh Eklampsia. Begitu pula dengan tahun 2017, sampai
bulan November 2017 sudah terjadi 6 kematian ibu, dan 3 diantaranya disebabkan
oleh eklampsia.
Rumah Sakit Umum Daerah Curup merupakan Rumah Sakit Rujukan yang
ada di Kabupaten Rejang Lebong. Angka kejadian persalinan dengan komplikasi
preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Curup pada tahun 2016 adalah 67
dari semua persalinan yang ada. Dan pada tahun 2016 terdapat 3 kematian ibu
bersalin akibat eklampsia di RSUD Curup.
Oleh karena itu, penulis merasa perlua adanya pengkajian tentang hubungan
usia dan paritas dengan kejadian eklampsia di RSUD Curup.

B. Perumuan Masalah
Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab kematian ibu bersalin yang
peringkatnya terus merangkak naik. Di kabupaten Rejang Lebong sendiri setiap
tahunnya selalu ada kematian ibu yang terjadi akibat preeklampsia/eklampsia.
Dimana kejadian preeklampsia/eklampsia terjadi pada ibu dengan usia > 35 tahun
dan primi gravida. Dengan demikian, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
hubungan usia dan paritas dengan kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD Curup.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan perumusan masalah dapat diperoleh tujuan umum yaitu untuk
mengetahui hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian eklpamsia di
RSUD Curup tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan kejadian eklampsia di RSUD
Curup tahun 2017
b. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian eklampsia di RSUD
Curup tahun 2017

D. Manfaat Hasil Penelitian


1. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam rangka
mengaplikasikan teori yang pernah diperoleh selama mengikuti pendidikan di
Stikes Tri Mandiri Sakti.
2. Bagi Petugas RSUD Curup
Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai hubungan usia dan paritas
dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil yang selanjutnya dapat
mensosialisasikan kepada pasien mengenai faktor resiko terjadinya eklampsia.

E. Keaslian Penelitian
1. Jamli (2006), Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan kejadian Pre Eklampsia
di RSB Sayang Ibu Kecamtan Balikpapan. Hasil penelitian adalah : kejadian
Preeklampsia pada ibu hamil usia <20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 33%, pada
ibu dengan obesitas selama hamil sebanyak 39,4%, pada ibu dengan BB kurang
normal selama hamil sebanyak 54,3%.

Anda mungkin juga menyukai