Anda di halaman 1dari 23

LEADING SEKTOR

AKUNTANSI FORENSIK
PERBANKAN SYARIAH / FEBI / IAI BUNGA BANGSA CIREBON
TOPIK BAHASAN

• PRAKTIK AKUNTANSI FORENSIC DI SEKTOR SWASTA


• ASSET RECOVERY
• EXPERT WITNESS
PRAKTIK AKUNTANSI FORENSIC DI SEKTOR SWASTA
No Forensik Service Jasa-jasa di Bidang Forensik
1 Fraud and Financial investigation Investigasi keuangan dan fraud
2 Analytic and forensic technology Teknologi analitik dan forensic
3 Fraud risk management Manajemen risiko terhadap fraud
4 FCPA reviews and investigations FCPA – review dan investigasi
5 Anti money laundering service Jasa pencegahan pencucian uang
6 Whistle blower hotline Whistle blower hotline
7 Litigation support Dukungan dalam litigasi
8 Intellectual property protection Perlindungan hak intelektual
9 Client training Pelatihan bagi klien di bidang forensic
10 Business intelligence service Jasa inteligen bisnis
ANALYTIC & FORENSIC TECHNOLOGY

• Ini adalah jasa-jasa yang dikenal sebagai computer


forensic, seperti data imaging (termasuk
memulihkan kembali data computer yang hilang
atau dihilangkan) dan data mining. Beberapa
perangkat lunak ini dilindungi hak cipta seperti
DTect.
FRAUD RISK MANAGEMENT

• Jasa ini serupa dengan FOSA dan COSA yang


dijelaskan dalam Bab 1. Beberapa peralatan
analisisnya terdiri atas perangkat lunak yang
dilindungi hak cipta, seperti Tip-Offs
Anonymous, DTermine, dan DTect
FCPA REVIEWS AND INVESTIGATIONS
• FCPA adalah Undang-undang di Amerika Serikat yang
memberikan sanksi hukum kepada entitas tertentu atau
pelakunya (agent) yang meyuap pejabat atau
penyelenggara Negara di luar wilayah Amerika Serikat.
FCPA Reviews seupa dengan FOSA, tetapi orientasinya
adalah pada potensi pelanggaran terhada FCPA.
FCPS investigations merupakan jasa investigasi ketika
pelanggaran terhadap FCPA sudah terjadi
ANTI MONEY LAUNDERING SERVICES

• Jasa yang diberikan kantor akuntan ini


serupa dengan FOSA, tetapi
orientasinya adalah pada potensi
pelanggaran terhadap undang-undang
pemberantasan pencucian uang.
WHISTLEBLOWER HOTLINE
• Banyak fraud terungkap karena Whistleblower
memberikan informasi (tip-off) secara diam-
diam atau tersembunyi (anonymous)
tenang fraud yang sudah atau sedang
berlangsung. Kantor Akuntan ini menggunakan
perangkat yang lunak yang dilindungi hak cipta
(Tip-offAnonymous)
BUSINESS INTELLIGENCE SERVICES

• Istilah Intelligence memberi kesan bahwa kantor akuntan memberikan jasa


mata-mata aau melakukan pekerjaan detektif. Hal yang dilakukan adalah
pemeriksaan latar belakang (background check) seseorang atau suatu entitas.
Jasa ini diperlukan oleh perusahaan yang akan melakukan akuisisi, merger
atau menanamkan uangnya pada perusahaan lain. Ini adalah bagian dari jasa
yang dikenal desbagai due diligence. Jasa intelligence juga bermanfaat dalam
menciptakan kesadaran mengenai siapa pelanggan perusahaan. Jasa
intelligence juga berguna dalam rangka merekrut orang untuk jabatan yang
memerlukan kejujuran dan integritas
FBI AMERIKA SERIKAT DAN INVESTIGASINYA
ASSET RECOVERY
• Asset recovery adalah upaya pemulihan kerugian dengan cara menemukan
dan menguasai kembali aset yang dijarah, misalnya dalam kasus korupsi,
penggelapan, dan pencucian uang (money launder). Asset recovery terbesar
dalam sejaarah akuntasi adalah likuidasi Bank of Credit and Commerce
International (BCCI). BCCI bangkrut karena sarat fraud. Para ahli dan paktisi
perbankan menggambarkan kasus BCCI sebagai fraud terbesar dan paling
rumit dalam industry perbankan. BCCI dituduh melakukan pencucian uang
(money laundering), praktik tidak sehat dalam memberikan pinjaman,
penggelapan pembukuan, perdagangan valuta asing yang amburadul, dan
pelanggaran ketentuan perbankan berskala besar. Karena tenggelam
dalam fraud, nama bank tersebut diplesetkan menjadi Bank of Crook and
Criminal International
TAHAP ASSET RECOVERY
(Sesuai Asset Recovery Handbook Yang Diterbitkan Oleh
Stolen Asset Recovery (Star), World Bank)
1. Pengumpulan Bukti dan Penelusuran Aset
Menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam pemulihan kerugian adalah menunjukkan bukti yang menghubungkan
aset yang akan disita dengan kegiatan kriminal tertentu atau membuktikan bahwa aset merupakan keuntungan yang diperoleh
dari tindak kejahatan yang dilakukan tersangka. Untuk memperoleh bukti tersebut pemeriksa harus mengidentifikasi dan
menelusuri aset atau “follow the money” sampai diperoleh hubungan antara aset tersebut dengan tindakan kriminal yang
dimaksud atau sampai dengan lokasi aset yang dimaksud dapat ditentukan (Brun, et. al. (2011: 41) )
• Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pengumpulan bukti dan penelusuran aset
1) merencanakan tindakan investigatif,
2) membuat profil subjek,
3) mendapatkan bukti keuangan dan bukti-bukti lain,
4) mengorganisasikan data: membuat profil keuangan,
5) menganalisis data: membandingkan aliran kas dengan profil rekening,
6) melaksanakan kerja sama internasional.
2. Pengamanan Aset
• Pengamanan aset diwujudkan dengan sebuah tindakan pemblokiran yang
menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2006 adalah pembekuan
sementara harta kekayaan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau
pemeriksaan di sidang pengadilan dengan tujuan untuk mencegah dialihkan
atau dipindahtangankan agar orang tertentu atau semua orang tidak
berurusan dengan harta kekayaan yang telah diperoleh, atau mungkin telah
diperoleh dari dilakukannya tindak pidana tersebut.
3. Proses Peradilan
• Proses terpenting dalam tahapan peradilan ini adalah pengumpulan bukti
yang dilaksanakan melalui penyitaan. Definisi penyitaan menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana Pasal 1 ayat (16) adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mengambil alih dan/atau menyimpan di bawah penguasaannya benda
bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.
4. Pelaksanaan Putusan
• Pada saat proses peradilan telah menghasilkan putusan yang
menginstruksikan perampasan aset maka berbagai langkah harus ditempuh
untuk melaksanakan putusan tersebut. Namun, mengingat tindakan pidana
saat ini sudah merambah ke dunia internasional maka semakin mudah bagi
pelaku tindak pidana untuk menyembunyikan dan melarikan harta hasil
tindak pidananya ke luar negeri. Untuk itulah diperlukan kerja sama
internasional dalam pelaksanaan program pengembalian aset tindak pidana.
5. Pengembalian Aset
• Menurut Yanuar (2007: 206), mekanisme atau prosedur yang dapat
diterapkan untuk proses pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi dapat
berupa: (i) pengembalian aset melalui perampasan jalur pidana, (ii)
pengembalian aset melalui perampasan jalur perdata, (iii) pengembalian aset
melalui jalur administrasi atau politik. Dalam proses pengembalian aset hasil
tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh Kejaksaan Agung dan KPK
sebagai aparat berwenang dalam penegakan hukum juga mengenal dua
mekanisme pengembalian aset, yaitu; (i) pengembalian aset melalui
perampasan aset tanpa pemidanaan, serta (ii) pengembalian aset secara
sukarela. Untuk mengembalian aset hasil tindak pidana korupsi, KPK diberikan
wewenang sebatas pengembalian aset dengan jalur pidana dan penyerahan
secara sukarela, apabila diharuskan menempuh jalur di luar pidana maka
kejaksaan selaku pengacara negara menerapkan mekanisme selanjutnya, baik
secara perdata maupun mekanisme jalur administratif dan politik.
EXPERT WITNESS
• Pemberian jasa forensik berupa penampilan Ahli (Expert witness) di pengadilan Negara-
negara Anglo Saxon begitu lazim sehigga seorang praktisi menulis bahwa secara teknis,
“akuntasi forensik ” berarti menyiapkan seorang akuntan menjadi saksi ahli dalam ligitasi,
sebagai bagian dari tim penuntut umum ,atau pembela dalam perkara yang berkenaan
dengan fraud. Namun, dalam perkembangan selanjutnya istilah “akuntasi forensik”
bermakna sama dengan prosedur akuntansi investigatif.
• Masalah yang timbul dalam penggunaan akuntan forensik sebagai ahli di
persidangan, khususnya dalam tindak pidana korupsi, adalah kompetensi dan independensi.
Masalah kompetensi dan independensi sering dipertanyakan tim pembela atau pengacara
terhadap akuntan forensik yang membantu penuntut umum. Sebaliknya, tidak ada
pertanyaan mengenai kompetensi dan independensi akuntan forensik yang membantu tim
pembela (pengacara).
• Di Amerika Serikat, ada persyaratan yang harus dipenuhi agar pengetahuan
tertentu dapat digunakaan sebagai dasar untuk keterangan saksi ahli. Saksi
ahli yang memenuhi kualifikasi karena memiliki pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman, pelatihan atau pendidikan ilmiah diperkenankan memberikan
keterangan atau pendapat jika:
a) keterangan atau pendapatnya didasarkan atas fakta atau data yang cukup,
b) keterangan atau pendapatnya merupakan hasil dari prinsip dan metode
yang andal; dan
c) saksi ahli sudah menerapkan prinsip dan metode dengan benar pada fakta
dalam kasus yang dihadapi
• Dalam kasus yang dikenal sebagai Dabert case, Makamah Agung (Supreme
Court) menginterpretasikan bahwa kondisi berikut dipenuhi:
a) teknik atau teori sudah diuji secara ilmiah,
b) teknik atau teori sudah dipublikasi dalam majalah ilmiah dimana sesama
rekan dapat menelaahnya (peer-reviewed scientific journal),
c) tingkat kesalahan dalam menerapkan teknik tersebut dapat ditaksir
dengan memadai atau diketahui, serta
d) teknik atau teori sudah diterima dalam masyarakat atau asosiasi ilmuwan
terkait.
• Mahkamah agung tidak bermaksud untuk menerapkan semua butir di atas pada semua
kasus. Butir-Butir di atas dikenal sebagai Daubert test. Hal ini dikehendaki adalah bahwa
butir-butir yang relevan harus diterapkan secara kasus per kasus. Butir-Butir tersebut juga
tidak perlu diterapkan secara ketat untuk semua jenis keterangan saksi ahli. Hal terpenting
adalah butir-butir tersebut diterapkan seketat mungkin dalam kasus yang dihadapi.
• Ada kriteria lain yang dikenal sebagai Frye test. Frye test lebih dulu dikenal daripada Daubert
test. Di beberapa pengadilan Negara bagian, Frye test masih diterapkan. Frye test hanya
mensyaratkan bahwa keterangan saksi ahli didasarkan pada prinsip atau metode yang sudah
diterima oleh masyarakat atau asosiasi ilmuwan terkait.
• Penerapan Daubert test dan Frye test bervariasi dari satu yurisdiksi ke yurisdiksi yang lain.
Semua pengadilan federal dan beberapa pengadilan Negara bagian menerapkan Daubert test.
Pengadilan Negara bagian lainnya menerapkan Frye test saja, kombinasi dari Frye
test dan Daubert test atau test lainnnya.
PRAKTIK DI SEKTOR PEMERINTAHAN
• Di sector public (pemerintahan), praktik akuntansi forensic serupa dengan yang ada pada sector swasta.
Perbedaannya adalah bahwa tahap-tahap dalam seluruh rangkaian akuntansi forensic terbagi-bagi di antara
berbagai lembaga.
• Praktik akuntansi forensic pada lembaga-lembaga pemerintahan misalnya;
• lembaga yang melakukan pemeriksaan keuangan Negara,
• lembaga-lembaga pengadilan,
• lembaga yang menunjang kegiatan memerangi kejahatan secara umum
• Lembaga yang menunjang kegiatan memerangi kejahatan khusus, seperti PPATK
• Lembaga lain bersifat adhoc/sementara, seperti KPK
• Lembaga masyarakat yang berfungsi pressure group, seperti ICW, MAKI, TII
Masing-masing lembaga tersebut mempunyai mandate dan wewenang yang diatur dalam konstitusi, undang-undang dan
ketentuan lain.
AKUNTANSI FORENSIK DI SECTOR PUBLIC DAN
SWASTA
Dimensi Sektor Publik Sektor Swasta
Landasan penugasan Amanat undang-undang Penugasan tertulis secara spesifik
Imbalan Lazimnya tanpa imbalan Fee dan biaya (contingency fee
and expense)
Hukum Pidana umum dan khusus, hokum Perdata, arbitrase, administrative/
administrasi Negara aturan intern perusahaan
Ukuran keberhasilan Memenangkan perkara pidana Memulihkan kerugian
dan memulihkan kerugian
Pembuktian Dapat melibatkan instansi lain di Bukti intern, dengan bukti ekstern
luar lembaga yang bersangkutan yang lebih terbatas
Teknik audit investigative Sangat bervariasi karena Relatif lebih sedikit dibandingkan
kewenangan yang relative besar di sector public. Kreativitas dalam
pendekatan, sangat menentukan
Akuntansi Tekanan pada kerugian Negara Penilaian bisnis (business
CLOSING STATEMENT

• Akuntansi forensic masih dalam tahap perkembangan, sehingga masih mencari formulasi yang lebih tepat.
Berbagai lembaga menerapkan akuntansi forensic dengan pendekatan yang berbeda-beda, sesuai dengan
mandate yang mereka terima dan sesuai dengan tahapan pengalaman. Makin banyak pengalaman yang
mereka miliki dan makin banyak SDM yang terlatih, lembaga-lembaga ini cenderung menerapkan akuntansi
forensic dengan lingkup yang lebih luas
• Kebanyakan penulis buku akuntansi forensic melihat lingkupnya dari segi praktis bukan teoritis.
• Kebutuhan akuntansi forensic adalah untuk memecahkan masalah praktis di bidang hokum, akuntansi, dan
auditing. Untuk segi teoritisnya, akuntansi forensic meminjam konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu yang
lain.
• Akuntansi forensic menggunakan pendekatan multi disiplin (khususnya hokum dan akuntansi). Pendekatan ini
juga dapat dilihat dalam bidang perpajakan dan kebangkrutan.
• Perpajakan dan kebangkrutan, dasaranya adalah undang-undang perpajakan dan undang-undang kepailitan

Anda mungkin juga menyukai