Anda di halaman 1dari 5

Nama : Setyo Riyadi

Nim : 16011016

Mata Kuliah : PAK

Oleh: Nur’aini, MKes. Rumah Sakit merupakan suatu unit pelayanan jasa kesehatan kepada
masyarakat. Untuk dapat memperoleh keunggulan dan daya saing maka rumah sakit harus
mendapat perhatian khusus dalam peningkatan kualitas pelayanannya secara profesional
terhadap konsumen, yakni pasien yang dirawat ataupun rawat jalan.

Rumah sakit dalam kaca mata publik merupakan  unit pelayanan fungsional sebagai unit
dalam pelayanan penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus-kasus segala jenis penyakit.

Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit, baik tenaga medis
maupun non medis akibat pajanan biologi, kimia dan fisik di dalam lingkungan kerja rumah
sakit itu sendiri. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang-orang sakit maupun
sehat, atau anggota masyarakat baik petugas maupun pengunjung, pasien yang mendapat
perawatan di rumah sakit dengan berbagai macam penyakit menular.

Hal ini membuat rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki resiko terhadap
gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja bagi petugas. Berbagai macam penyakit yang ada
di lingkungan rumah sakit memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit
infeksi baik bagi pasien, tenaga kerja maupun pengunjung. Petugas di lingkungan rumah sakit
sangat beresiko dengan kontak langsung terhadap agent penyakit menular melalui darah,
sputum, jarum suntuk dan lain-lain.

Persepsi publik beranggapan bahwa rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang bersih dan
sehat, sehingga tenaga kerja yang ada di lingkungan rumah sakit tidak akan terserang
penyakit. Jika kita menilai bahwa rumah sakit merupakan industri pelayanan kesehatan yang
tidak sedikit dikunjungi masyarakat setiap hari bahkan pada unit pelayanan tertentu yang
menggunakan tenga kerja shift selalu ada selama 24 jam, sudah seharusnya upaya kesehatan
dan keselamatan kerja di rumah sakit bukan merupakan hal yang tabu untuk dapat diterapkan.

Dalam hal ini juga sangat bermanfaat bagi tenaga kerja yang ada di lingkungan rumah sakit
sebagai upaya perlindungan dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pengelolaan
Sumber Daya Manusia (SDM) di rumah sakit harus dapat menjadi perhatian khusus agar
tenaga kerja mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Hal ini sesuai dengan
paradigma sumber daya manusia sebagai human capital di rumah sakit.

Hal ini juga menjadi sangat kompleks karena adanya pembagian tugas beraneka ragam
profesi yang bekerja di lingkungan rumah sakit, dan masing-masing profesi akan memiliki
norma dan budaya kerja yang berbeda-beda. Kondisi seperti ini yang membuat manajemen
SDM di lingkungan rumah sakit penuh tantangan.

Oleh karena itu jika tenaga kerja di lingkungan rumah sakit terkapar dengan penyakit akibat
kerja, maka banyak hal yang akan terganggu dalam efisien dan fungsi tenaga kerja di rumah
sakit. Sesuai dengan rekomendasi ILO dalam kewajiban setiap warga negara untuk dapat
melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan nasional dalam penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja di lingkungan kerja, mengingat rumah sakit merupakan sarana kesehatan
yang memiliki banyak tenaga kerja baik medis maupun non medis yang beresiko mengalami
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Tenaga kerja dalam UU No. 14 berhak mendapat perlindungan atas kesehatan, keselamatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia
dan moral agama. Dalam hal ini perlu adanya upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan
kerja bagi petugas di lingkungan rumah sakit.

Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja merupakan seuatu hambatan pada tingkat keamanan dalam bekerja,
dalam hal ini perlu adanya upaya pencegahan, baik untuk keselamatan maupun kesehatan
para pekerja yang ada di lingkungan rumah sakit. Penyakit akibat kerja atau berhubungan
dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja secara terus menerus
setiap hari.

Untuk mengantisipasi hal ini, maka langkah awal yang penting adalah pengenalan/identifikasi bahaya
yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian dilakukan upaya pengendalian dengan cara melihat dan
mengenal (walk through inspections).

Dalam lingkungan kerja seseorang dapat terganggu kesehatannya, dan gangguan kesehatan
akibat lingkungn kerja ini cukup banyak terjadi. Penyakit akibat kerja salah satunya terjadi
karena disebabkan kondisi lingkungan kerja seperti udara dingin, panas, bising, bahan kimia,
debu dan lain-lain. Gangguan kesehatan pada pekerja juga dapat disebabkan oleh faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun faktor yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi
tidak hanya oleh bahaya di lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor kesehatan pekerja yang
akan berpengaruh pada prilaku pekerja yang tidak konsentrasi.

Berikut ini merupakan contoh penyakit  akibat  kerja yang merupakan penyebab dari
lingkungan kerja:

a. Faktor fisik

- Suara tinggi yang bising melewati ambang batas normal dapat menyebabkan ketulian

- Tempratur tinggi dapat menyebabkan hyperpireksi, heat cramp, heatstres.

- Radiasi sinar elektromagnetik, radioaktif dapat menyebabkan katarak, tumor dan lain-lain.

- Tekanan udara yang tinggi dapat menyebabkan coison disease

- Getaran dapat menyebabkan gangguan proses metabolism polineurutis, gangguan syaraf.

- Penerangan yang kurang dapat merusak penglihatan.

 b. Faktor Kimia

- Bahan-bahan kimia yang masuk melalui saluran pernafasan yang dapat membuat efek
samping alergi, iritasi, korosif, asphyxia.
- Debu yang dapat mengakibatkan pneumoconioses dan lain-lain

- Uap dan gas beracun yang dapat menyebabkan keracunan

c. Faktor Biologis

- Seperti bakteri, viral diseases, parasitic diseases dan lain-lain

d. Faktor Ergonomi

- Posisi kerja, alat kerja yang tidak ergonomis, cara kerja yang salah, konstruksi yang salah
sehingga dapat memiliki efek kelelahan terhadap tubuh.

- Angkat beban yang berat

- Posisi statis

- Posisi membungkuk yang tidak ergonomis

e. Faktor Mental Psikologis

- Hubungan kerja, organisasi kerja, komunikasi social

- Beban kerja mental kondisi penyakita pasien.

- Kerja shift

Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja  dikalangan petugas kesehatan dan non kesehatan
di lingkungan rumah sakit belum teratasi dengan baik, sehingga terjadi kecenderungan
peningkatan  prevalensi. Dalam hal ini perlu mendapat perhatian, karena seseorang yang
bekerja jika mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja bukan hanya berpengaruh pada
diri sendiri, tetapi juga produktifitas kerja menurun dalam pemberian pelayanan kesehatan
yang maksimal terhadap pasien.

Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja pada
umumnya disebabkan oleh prilaku petugas dalam kepatuhan melaksanakan setiap prosedur
terhadap kewaspadaan. Melihat hal di atas tentunya kita perlu menyadari bahwa dalam
lingkup pekerjaan di bidang kesehatan mempunyai banyak resiko terhadap kesehatan pekerja.
Tenaga kerja (tenaga medis dan non medis) yang beresiko terhadap penyakit akibat kerja di
rumah sakit antara lain:

a. Perawat yang setiap hari kontak dengan pasien dalam waktu yang cukup lama 6 sampai 8
jam perhari, sehingga selalu terpajan terhadap mikroorganisme pathogen dapat membawa
infeksi dari satu pasien ke pasien yang lain. Hasil penelitian membuktikan bahwa tenaga
kerja perawat banyak ditemukan cedera sprain dan strain, nyeri pinggang, merupakan
keluhan terbanyak yang ditemukan pekerja perawat di rumah sakit. Luka sayat dan tusukan
jarum yang tidak sesuai prosedur penggunaannya atau pada saat pencucian instrument tajam
yang beresiko tersayat.
b. Dokter dapat tertular penyakit dari pasien, terpapar bahan kimia anesthesi halotan yang
mudah menguap merembes menembus masker sehingga menyebabkan gangguan somatic,
nyeri kepala, mual sampai gangguan fungsi saraf pusat. Robeknya sarung tangan dapat
menyebabkan cedera sayatan dan tusukan jarum.

c. Dokter gigi, tingginya kadar HBsAg dan anti HBC para dokter gigi disbanding dengan
petugas kesehatan lain, hal ini diduga sebagai pajanan air ludah pasien, penyakit infeksi
akibat kerja, pajanan dosis rendah seperti merkuri, pajanan bahan penambal lubang gigi yang
berkepanjagan dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal, lesu, anorexia. Nyeri
punggung juga sering dialami oleh karena posisi kerja yang tidak ergonomis.   

d. Petugas Gizi, sebagai penyaji diet atau makanan pasien, dalam hal ini petugas gizi pada
umumnya terpajan salmonella dari bahan mentah ikan, daging dan sayuran  yang setiap hari
terpapar sehingga beresiko terjadi gangguan gastrointestinal.

e. Petugas Farmasi yan melayani pembelian dan penyediaan obat-obat pasien segala penyakit,
yang setiap hari akan menghirup bahan-bahan kimia segala jenis obat-obatan yang merembes
dan menembus masker, hal ini dapat menyebabkan resiko keracunan.

f. Petugas Laboratorium yang setiap hari melakukan pemeriksaan darah, urin, sputum, feses
pasien dengan segala jenis penyakit sehingga akan beresiko terpajan bakteri maupun virus
yang berasal dari bahan objek pemeriksaan.

g. Petugas Radiologi, radiasi merupakan pajanan yang sangat berbahaya bagi gangguan
kesehatan pekerja, dalam hal ini perlu adanya petugas yang lebih bertanggung jawab dalam
upaya pengendaliannya.

h. Petugas londri rumah sakit yang setiap hari terpajan dengan bahan linen yang berasal dari
bekas pakai pasien dengan segala jenis penyakit menular, hal ini dapat menyebabkan 
penyebaran bakteri maupun virus yang berasal dari linen kotor. Bakteri dan virus menyebar
pada saat petugas londri melakukan seleksi jenis linen, sehingga sangat beresiko terhadap
penyakit gangguan pernafasan.

i. Petugas rumah tangga di lingkungan rumah sakit yang setiap hari membersihkan lantai
semua bagian tempat rawat inap pasien segala penyakit menular,  yang terpapar dengan
bakteri maupun virus, sehingga dapat mengakibatkan virus dan bakteri berterbangan dan
terhirup petugas, hal ini dapat mengakibatkan penyakit gangguan sistem pernafasan dan
infeksi lainnya.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian

Agar tenaga kerja di lingkungan rumah sakit tetap efisien dan produktif dalam melaksanakan
tugas dan  tanggung jawabnya serta  tidak mengalami penyakit akibat kerja maka tindakan
untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya  penerapan manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja di rumah sakit,

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit melibatkan semua unsur
manajemen, karyawan dan lingkungan kerja yang terintegrasi sebagai upaya pencegahan dan
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di lingkungan rumah sakit yang
bertujuan adalah menciptakan tempat kerja yang aman, sehat serta bebas dari pencemaran
paparan lingkungan kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan efesiensi dan
produktifitas kerja.

Langkah awal yang peting adalah upaya pengendalian di lingkungan kerja rumah sakit antara
lain kesehatan kerja bagi karyawan, sanitasi lingkungan rumah sakit, pengamanan pasien,
pengunjung maupun petugas rumah sakit dan lain-lain. Upaya-upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dan mnghindarkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah
sebagai berikut:

a. Melakukan substitusi pengenalan lingkungan kerja dengan cara melihat dan menganal
potensial bahaya lingkungan kerja. Mengganti peralatan kerja yang tidak layak pakai.

b. Evaluasi lingkungan kerja dalam hal ini menilai karakteristik dan besarnya potensi-potensi
bahaya yang mungkin timbul sehingga dengan mudah dapat memprioritaskan dalam
mengatasi masalah yang lebih potensial.

c. Pengendalian lingkungan kerja dengan melakukan tindakan mengurangi bahkan


menghilangkan pajanan terhadap gangguan kesehatan pekerja dilingkungan kerja dengan cara
teknologi pengendalian.

d. Pengendalian administratif dengan mengingatkan pekerja untuk dapat menggunakan alat


pelindung diri yang baik dan benar, membuat rambu-rambu bahaya dilingkungan kerja yang
berpotensi bahaya.

e. Pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala untuk mencari faktor penyebab dan upaya
pengobatan.

f. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di lingkungan
rumah sakit.

g. Pengendalian fisik lingkungan kerja, mengidentifikasi suhu, kelembaban, pencahayaan,


getaran, kebisingan, pengendalian sistem ventilasi dan lain-lain.

h. Melakukan pengawasan dan monitoring secara berkala pada lingkungan kerja rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai