Anda di halaman 1dari 14

1.

Pendahuluan
Meskipun suatu restorasi seperti mahkota atau jembatan sebelum
diberi facing akrilik, sudah diperiksa dengan seksama mengenai bentuk,
keakuratan dan oklusinya, pemeriksaan perlu diulang sebelum restorasi
dipasang di mulut dengan semen. Sebelum dimasukkan di mulut restorasi
harus dibebaskan dari sisa-sisa gips terutama dari bagian dalam mahkota dan
dari sudut-sudut dan lekukan-lekukan karena gips disini dapat menghalangi
pemasukan restorasi ke dalam preparasi. Pencucian dapat diulang di ruang
praktek untuk meyakinkan penderita, bahwa benda yang akan di masukkan ke
mulut itu dalam keadaan bersih. Supaya penderita dapat merasakan kelainan-
kelainan seperti kontak premature, pendorongan dan penarikan gigi-gigi
penyangga, penekanan gusi dan sebagainya, pada checking ini penderita tidak
dianestesi. Jika perubahan perlu diadakan pada oklusi, kontak proksimal atau
permukaan pontik yang menekan gusi, maka permukaan logam atau akrilik
yang tergerinda harus dipoles kembali.

2. Penempatan Sementara (Temporary Cementation)


Perlu dilakukan penyemenan sementara tujuannya adalah untuk
menilai secara biologis reaksi penderita terhadap benda asing yang akan
dipasang secara tetap nanti. Untuk setiap keadaan baru, tubuh perlu waktu
untuk menyesuaikan diri. Jika penyesuaian diri (toleransi) tidak dapat
tercapai, penderita akan mengalami akibat-akibat buruk seperti rasa sakit,
tidak enak, peradangan dsb.
Jika suatu jembatan yang langsung dipasang secara tetap, mungkin
tidak mengganggudan enak dipakai, tetapi setelah beberapa waktu di mulut
ternyata tidak dapat ditolerir oleh jaringan pendukung dan menyebabkan sakit.
Jika hal tersebut terjadi, maka satu-satunya cara untuk menghilangkan
penderitaan pasien adalah mengeluarkan jembatan tersebut dengan cara
merusak retainer-retainer yang sedah tersemen secara tetap. Ini tidak perlu
terjadi jika sebelumnya dilakukan penyemenan sementara, dimana suatu
jembatan yang menyebabkan gangguan dapat mudah dikeluarkan lagi dari
mulut untuk diadakan koreksi-koreksi untuk menghilangkan gangguan
tersebut.
Meskipun untuk jembatan, penyemenan sementara dinyatakan sebagai
suatu keharusan, prosedur ini tidak selalu aman dan tanpa resiko. Sebagai
kesulitan atau kerugian seperti hal berikut:
2.1 Tindakan mengeluarkan jembatan dapat menyebabkan trauma pada gigi-
gigi penyangga jika semen sementaranya terlampau kuat.
2.2 Jembatan dapat mengalami kerusakan akibat instrumentasi saat
melepaskan retainer dari gigi penyangga.
2.3 Jika semen sementara terlampau lemah, jembatan dapat lepas.
2.4 Pengambilang semen sementara dari jembatan atau gigi penyangga
merupakan pekerjaan yang sulit.

3. Syarat-Syarat Semen Sementara


3.1 Semen sementara yang baik harus dapat memegang jembatan pada
tempatnya, tetapi memungkinkan pelepasan tanpa mengakibatkan trauma.
3.2 Semen sementara harus mampu menutup pinggiran servikal supaya tidak
bocor (seal)
3.3 Sedapat mungkin semen mempunyai sifat antiseptis dan sedatif
(mengurangi sakit)

Jenis semen yang hampir memenuhi semua syarat tersebut adalah semen
oksida seng eugenol. Bahan ini dapat dicampur dengan Vaseline atau lemak
silicone untuk mendapatkan tingkat kekuatan yang diinginkan, tidak mengeras
sama sekali, lunak, dan keras. Pemilihan tingkat kekerasan semen disesuaikan
dari jenis jembatan yang berpedoman sebagai berikut: Untuk jembatan yang
meliputi seluruh busur rahang menggunakan banyak gigi penyangga,
digunakan semen yang tidak mengeras. Untuk jembatan pendek digunakan
semen lunak dan untuk jembatan panjang dan cantilever dipakai semen “hard-
setting”.

Semacam semen oksida seng eugenol jenis baru menggunakan karet


buatan silicone sebagai bahan campuran. Semen baru ini tidak mengeras tetapi
mengenyal, menghasilkan “seal” yang kedap air dan memungkinkan
pelepasan kembali yang non traumatic. Sebagai bahan pengganti semen
oksida seng eugenol buatan sendiri atau keluaran pabrik, dapat juga digunakan
semen Fletcher yang lazim dipakai sebagai bahan tambalan sementara. Semen
fletcher harus diaduk sangat encer supaya memiliki flow, lambat mengeras,
dan rapuh. Semen fletcher tidak antiseptic atau sedative dan kurang mampu
menutupi sela servikal (marginal seal) oleh karena porous.

Keuntungan pemakaian fletcher:

a. Adukan encer yang sudah mengeras mempunyai kekuatan kompresi yang


rendah, sehingga kaitan mekanis mudah lepas jika jembatan ditarik atau
diketok keluar.
b. Sisa-sisa semen fletcher yang masih melekat pada restorasi atau gigi
penyangga mudah dihilangkan.
c. Semen fletcher tidak merusak/depolymerisasi lapisan akrilik seperti
halnya semen semen yang mengandung eugenol atau lain-lain
persenyawaan phenol.
d. Di Indonesia hamper semua dokter gigi mempunyai persediaan semen
fletcher yang dipakai sebagai bahan tambalan sementara.

Lamanya waktu penyemenan sementara bergantung pada:

- Panjang jembatan
- Banyaknya retainer dan pontik.
Untuk menilai reaksi dari pasien terhadap suatu jembatan yang pendek
diperlukan 5 sampai 7 hari. Untuk jembatan panjang 7 sampai 10 hari dan
untuk jembatan seluruh rahang 10 sampai 14 hari. Angka-angka tersebut tidak
mutlak, pasien diberitahu untuk segera kembali jika mengalami gangguan.

4. Pengambilan Keluar Jembatan yang Telah disemen Sementara


Alat-alat yang dapat dipakai : Pahat/Scaler, Reverse mallet, Dental floss.
4.1 Dengan scaler, mata dari alat ini ditempatkan pada pinggiran servikal dari
retainer kemudian ditarik, ungkit, dongkel, atau angkat keluar. Dijaga agar
pinggiran retainer yang tipis tidak sampai rusak.
4.2 Reverse mallet merupakan alat yang paling berhasil untuk mengeluarkan
jembatan, tetapi juga yang paling berbahaya jika dipakai terlampau keras
karena dapat menyebabkan fraktur pada gigi penyangga. Dalam
pemakaiannya, ujung alat yang disediakan dalam beberapa bentuk dipilih
yang cocok dan dikaitkan pada pinggiran retainer atau dimasukkan di
ruang proksimal, kemudian dengan hati-hati jembatan diketok keluar.
Impact force dari reverse maleet lebih efektif dari pada tarikan kontinu
dari misalnya pahat atau scaler.
4.3 Jembatan yang telah disemen sementara dapat juga dikeluarkan dengan
cara memasukkan kawat atau dental floss kedalam embrasure kemudian
kedua ujung benang atau kawat dijadikan pegangan untuk menarik keluar
jembatan.
Cara apapun yang dipakai untuk mengeluarkan jembatan yang disemen
sementara, dalam pekerjaan ini kita harus waspada agar jembatan jangan
sampai masuk ke tenggorokan atau loncat keluar dari mulut setelah ia
lepas.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
a. Pasien disiap-siagakan akan kemungkinan terjadinya hal itu
b. Posisi kepala diatur sedemikian rupa sehingga memperkecil
kemungkinan jatuhnya jembatan ke arah tenggorokan.
c. Cara yang paling aman adalah untuk mengikat jembatan dengan dental
floss seperti cara pelepasan ke 3. Dengan demikian gerakan jembatan
dapat terkendalikan setelah ia lepas.

5. Penempatan Sementara Dari Restorasi Tunggal


Suatu restorasi single-unit tidak memerlukan penempatan percobaan
seperti jembatan oleh karena:
5.1 Sulit untuk dilepaskan kembali tanpa cedera pada gigi atau kerusakan
pada mahkota.
5.2 Tidak ada gunanya, jika “checking” sebelum penyemenan secara tetap
dikerjakan dengan baik tidak aka nada keluhan akibat pemasangan dari
satu mahkota.

Jika sebelum waktu yang diperkirakan terjadi sakit atau gangguan-


gangguan lain, “checking” diulang dengan jembatan di tempat atau jika perlu
dilepas lagi. Setelah dilakukan perubahan-perubahan, jembatan dipasang
kembali secara sementara lagi. Jika dalam dan setelah waktu yang ditentukan
pasien tidak mendapat gangguan apapun maka jembatan dapat disemen secara
tetap.

6. Penyemenan Mahkota dan Jembatan


Penyemenan adalah suatu pekerjaan untuk melekatkan restorasi pada
gigi penyangga dengan semen. Sampai sekarang yang diartikan dengan
pelekatan bukanlah adhesi akan tetapi daya lekat dari semen dental yang
diperoleh dari kaitan-kaitan mekanis (mechanical interlocking)
Retensi mekanis ini diperoleh dari kekerasan yang ada pada
permukaan gigi dan permukaan dalam dari restorasi. Semen yang masih cair
memasuki kekasaran-kekasaran tersebut. Setelah mengeras, semen di
kekasaran kedua permukaan bertindak sebagai kunci-kunci yang memegang
erat permukaan tersebut. Oleh karena gejala ini, maka permukaan yang
terpoles, tidak begitu erat terpegang oleh semen dental seperti permukaan-
permukaan yang kasar. Ketebalan lapisan semen di antara restorasi dan gigi
juga merupakan faktor retensi. Lebih tipis lapisan ini, lebih kuat
perlekatannya.
Faktor-faktor lain dari retensi adalah:
6.1 Kekuatan tekan (compressive strength), kekuatan tarik (tensile strength)
dan shear-strength dari semen.
6.2 Keakuratan coran yang menghasilkan retensi gesek (tenso-frictional
retention)
6.3 Bentuk retensi dari preparasi (pengerucutan dan panjang mahkota)
6.4 Jenis restorasi (mahkota penuh, inlay, dsb)
6.5 Luas daerah perlekatan (garis tengah gigi)
6.6 Kekuatan dan kekakuan bahan restorasi

7. Macam Semen untuk Mahkota dan Jembatan


Berbagai macam semen dental dapat digunakan dan pilihannya tergantung
dari persyaratan keperluan, fisik, estetik, atau biologic. Jenis-jenis dapat
dibagi dalam kelompok-kelompok sebagai berikut:
7.1 Semen asam fosfat
7.2 Semen oksida seng eugenol
7.3 Semen damar tiruan
8. Semen Fosfat Seng (Zinc Phosphate Cement)
Semen jenis ini telah lama dipakai sebagai bahan pelekat restorasi logam
karena:
- Mempunyai kekuatan dan kekerasan yang cukup untuk menahan daya
kunyah
- Mudah dikerjakan/dipakai
- Mudah didapat, bahkan belum lama berselang merupakan satu-satunya
jenis semen untuk keperluan mahkota dan jembatan
- Beberapa merk memenuhi persyaratan ukuran butir (25 micron)

Belakangan diketahui bahwa semen fosfat seng mempunyai kekurangan-


kekurangan yang mendorong usaha pencarian bahan pelekat baru. Sebagai
kekurangan-kekurangan dapat disebut:

- Tingkat pelarutan di cairan mulut cukup tinggi


- Dapat merangsang pulpa berhubung pH yang rendah pada waktu masih
cair.
- Tingkat kemampuan penutupan (sealing) karena terjadi penciutan
- Terjadi gejala penyaringan (filtration) pada penyemenan restorasi yang
akurat. Ruangan yang sempit diantara restorasi dan gigi dapat
menyaring/memisah adukan semen menjadi bubuk dan cairan semen.
Masing-masing komponen tersendiri mempunyai sifat buruk. Cairan yang
sangat asam dapat merangsang pulpa dan bubuk yang tersaring tidak kuat
dan mudah larut.

9. Cara Pengadukan
Untuk semen fosfat-seng digunakan kaca pengaduk (mixing slab) yang
tebal, besih dan bebas gurat-gurat. Sejumlah bubuk yang diperkiraka cukup
untuk penyemenan dibagi dalam 5 atau 6 bagian yang sama banyaknya 2 atau
3 cm dari gundukan-gundukan tersebut diteteskan cairan semen dalam jumlah
yang diperkirakan cukup, kemudian dengan spatel gundukan bubuk pertama
diaduk seluruhnya dengan semua cairan yang ada sampai mendapat adukan
cair yang homogen. Pengadukan dengan gerakan lingkar ini memerlukan
waktu ± 20 detik. Kemudian ditambah bubuk dari gundukan kedua dan diaduk
dengan adukan pertama selama ± 20 detik dan seterusnya, sehingga
pengadukan seluruhnya diselesaikan dalam waktu 1 ½ sampai 2 menit.
Hasil penyampuran bubuk/cairan ini merupakan suatu adukan yang
dapat mengalir dan bebas dari bagian-bagian yang keras, kering. Kekentalan
(consistency) untuk suatu adukan semen ditentukan anatara lain oleh
kegunaannya. Untuk menyemen mahkota yang akurat dan Panjang, juga untuk
penyemenan pasak, diperlukan semen yang cair supaya kelebihan dapat
mengalir keluar dan restorasi masuk/duduk di tempat yang semestinya.
Tetapi semen yang terlampau cair tidak kuat dan mudah larut.
Kekuatan dan pelarutan ditentukan oleh perbanfingan bubuk dan cairan. Lebih
banyak bubuk yang dapat diaduk di cairan lebih kuat semennya dan lebih
tahan terhadap pelarutan. Untuk tuap kekentalan yang diperlukan harus
digunakan sebanyak mungkin bubuk. Cara untuk mendapatkan keadaan
adukan seperti tersebut di atas adalah dengan mendinginkan kaca pengaduk
sampai ke suhu yang masih di atas titik embun (dew-point) udara dari
ruangan. Suhu tinggi mempercepat reaksi kimia dan semen mungkin sudah
mulai mengental sebelum cukup bubuk dapat diaduk untuk mendapatkan
kekentalan yang dikehendaki dan kekuatan yang maksimum

10. Pencegahan Rangsang terhadap Pulpa


Meskipun sejak dahulu semen fosfat seng dikenal sebagai bahan
pelekat coran yang secara klnis memuaskan, namun belakangan diragukan
pengaruh asamnya terhadap pulpa. Dentin san pulpa diangap perlu untuk
dilindungi terhadap rangsang asa tersebut.
Untuk keperluan ini dapat digunakan semacam cat (varnish), yang
terdiri dari damar yang dilarut dalam bahan pelarut seperti chloroform (copal-
type varnish). Jika larutan ini diulaskan kepada dentin yang kering,
khloroformnya menguap dan meninggalkan suatu lapisan damar yang tipis
pada permukaan gigi. Lapisan yang kedap air ini dianggap mengurangi iritasi
oleh karena dapat mencegah perembesan asam melalui tubuli dentin. Varnish
tidak diperlukan pada preparasi-preparasi yang dangkal dan masih
meninggalkan lapisan dentin yang cukup tebal (± 1 mm).
Lapisan varnish yang tebal dapat mengurangi retensi oleh karena
bahan ini akan menutupi kekasaran permukaan. Dalam pemakaiannya varnish
diulaskan pada permukaan gigi yang sudah dikeringkan, dengan sapu (kwas)
atau dengan kapas yang dicelup dalam varnish. Pekerjaan ini langsung
dilanjutkan dengan penyemenan.

11. Tata Cara Penyemenenan dengan Semen Fosfat-Seng


Hal-hal yang harus disiapkan terlebih dahulu sebelum penyemenan
adalah sebagai berikut:
1. Tempat pengadukan yang bersih dan dingin dan alat pengaduk yang cocok
untuk jenis semen yang dipakai
2. Sebanyak bubuk semen dan cairannya yang lebih dari cukup untuk
keperluan penyemenan secara sekaligus
3. Suatu alat yang cocok untuk membawa adukan semen ke dalam coran dan
pada preparasi
4. Ganjal kapas (cotton roll) untuk pembendungan daerah operasi dan
bantalan pada waktu jembatan atau mahkota digigit
5. Jika pakai varnish, bahan ini diperiksa terlebih dahulu apakah masih
cukup encer. Jika sudah mengental, harus dicairkan lagi dengan bahan
pelarut seperti thinner atau khlororform
6. Alat untuk mengulas varnish pada permukaan gigi
7. Jembatan atau mahkota yang akan disemen sudah dibersihkan dan
dikeringkan
8. Alat dan bahan pemoles (bubuk atau tapal batu apung pumice)
9. Peniup hawa panas yang ada pada unit atau yang digerkan tangan (chip-
blower)
10. Penyedot ludah disiapkan
11. Peralatan penyuntikan dan anestetikum untuk menghilangkan rasa sakit,
jika hal ini diminta oleh penderita

Meskipun sakit yang dapat timbul dari penyemenan sedikit dan


berlangsung tidak lama penderita akan merasa tenang jika sebelumnya diberi
anestesi. Suntikan anestesi dapat juga mengurangi arus ludah sehingga daerah
operasi lebih udah dikeringkan.

Bahan pemoles batu apung digunakan untuk menggosok preparasi supaya


bersih dan bebas dari sisa-sisa semen sementara. Penggunaan bahan sterilisasi
seperti alcohol atau phenol ternyata tidak ada manfaatnya. Setelah preparasi
tergosok bersih dan sisa-sisa batu apung terkumur hilang daerah operasi
dibendung dengan cotton roll. Gigi-gigi penyangga diusap dengan kapas
kemudian ditiup kering dengan udara panas. Adukan semen diulaskan /
disisikan pada permukaan bagian dalam dari retainer atau mahkota kemudian
dengan jari-jari ditekan masuk ke dalam preparasi. Dalam penyemenan
retainer-retainer pada preparasi yang mempunyai parit-parit (groove), lubang
pasak (pinholes) atau box, untuk menjamin pengisian yang lengkap, sebaiknya
bagian-bagian preparasi tersebut di atas, diisi/diulas terlebih dahulu dengan
semen dengan sonde atau alat lain yang cocok. Dengan ujung tangkai
instrument atau perlu terbalik (reverse mallet) jembatan atau mahkota dapat
diketok lebih masuk.

Penyedot ludah (jika dipakai) dileuarkan, ganjal kapas ditempatkan di


permukaan oklusal jembatan atau mahkota, kemudian penderita dipersilahkan
menggigit dalam sentrik. Kedudukan rahang ini dipertahankan selama 3-5
menit sampai semen mengeras. Ganjal-ganjal kapas dikeluarkan dan penderita
disuruh kumur. Kelebihan semen di sekia akhiran dan retainer atau di bawah
pontik dikeluarkan dengan sonde, scaler atau pahat. Dental floss yang
dimasukka di embrasure dan kemudian ditarik kian kemari ke arah
bukal/labial dan lingual dapat melepaskan kelebihan semen di daerah itu dan
juga dapat membersihkan sisa-sisa semen di bawah pontik.

12. Semen Jenis Oksida Seng – Eugenol (ZnOE)


Semen ini tidak merangsang pulpa seperti semen fosfat seng
adaptasinya terhadap jaringan gigi lebih baik dan pelarutannya di cairan mulut
lebih sedikit dibandingkan dengan semen fosfat seng. Kekurangannya ialah
bahwa semen jenis ini tidak kuat hanya 1/5 kekuatan semen fosfat seng dan
tidak tahan kikisan. Semen-semen jenis ZnOE yang lebih baru mengandung
damar buatan (polystyrene) bahan-bahan kimia dan bahan pengisi dengan
maksud untuk menambah kekuatan.
Jenis semen oksida seng eugenol yng lain adalah semen alumina EBA.
Bubuknya terdiri dari oksida seng dan oksida alumunium dan cairannya
merupakan campuran dari eugenol dan asam ortho-ethoxybenzoe. Semen
EBA ini mempunyai kekuatan yang hamper sama dengan semen fosfat seng.
Eugenol dapat merusak akrilik (retak-retak dan melunak). Oleh karena
itu maka restorasi akrilik tidak boleh disemen dengan semen EBA atau semen
ZOE lainnya. Suatu jembatan yang mempunya facing aktilik misalnya dan
yang akan disemen dengan smen yang mengandung eugenol, permukaan atau
vaselin supaya eugenolnya tidak berekasi dengan akrilik.
13. Semen damar buatan
Semen jenis ini tidak larut dalam cairan mulut dan susunannya hamper
sama dengan bahan. Retensinya diperoleh dari kaitan mekanis. Oleh karena
dalam keadaan keras semen ini tidak rapuh seperti semen fosfat seng maka
kelebihan semen di sekitar retainer dan di bawah pontik harus segera diambil
sebelum mengeras.

14. Semen Polykarboksilat


Semen jenis ini merupakan semen dental yang sekarang mulai banyak
dipakai. Bubuknya terdiri dari oksida seng dan oksida magnesium dicampur
dengan kalsium-hydroksida, fluoride dan garam-garam lain dalam jumlah
kecil. Cairannya terdiri dari larutan asam poliakril (polyacrylic acid).
Kekuatan komposisi dari semen ini leih kecil dari semen fosfat seng.
Dikatakan bahwa semen ini tidak merangsang pulpa dan mengadakan
hubungan kimia (adhesi) dengan bagian anorganik dari jaringan gigi.

15. Glass Ionemer


Untuk melekatkan restorasi pada jaringan gigi dipakai semen glass
ionomer tipe 1. Semen ini disediakan dalam bentuk bubukyang terdiri dari
glass alumunium siikat dan cairan yang merupakan larutan asam poliakril dan
lain-lain asam organic dalam air. Jenis semen yang terbaru ini dapat melekat
secara kimia (adhesi) pada jaringan gigi. Semen glass ionomer tidak
merangsang pulpa seperti semen fosfat seng dan dengan adanya fluoride di
bukunya, semen ini mempunyai daya anti karies. Semen ini lebih tahan
terhadap asam plak dan kekuatan tariknya (tensile strength) sedikit lebih besar
daro pada semen fosfat seng.
Sifat sifat yang baik tersebut diatas membuat semen glass ionomer
menjadikan semen pilihan menggantikan semen fosfat seng untuk melekatkan
restorasi mahkota dan jembatan. Kekurangan dari semen ini adalah bahwa
pada awal pengerasan mudah larut dalam cairan mulut.
Seperti halnya dengan semua bahan kedokteran gigi, dalam pemakaian
semen dental seorang operator harus mempelajari dengan seksama aturan-
aturan pengolahannya. Meskipun pada kelima jenis semen yang telah
diurakan terdapat kelemahan-kelemahan, namun jika diolah dan dipakai
sesuai dengan aturannya semunanya cukuo memuaskan, asalkan daerah
operasinya kering preparasi sempurna dan corannya akurat.

16. Perawatan setelah Penyemenan


Setelah penyemenan, penderita diberitahu, bahwa kemungkinan timbul
rasa sakit akibat dingin, panas atau rasa tidak enak (nyaman). Oleh karena itu,
makai a diperiksa lagi 2 atau 3 hari kemudian. Pada kunjungan berikutnya,
periksa (di check) oklusi, pinggiran-pinggiran retainer, celah adanya sisa-sisa
semen da hygiene mulut. Gangguan semen tersebut diatas biasnaya
disebabkan oleh kontak premature. Bagian-bagian yang tinggi terlihat lebih
mengkilat dari permukaan logam sekitarnya dan pada pemeriksaan dengan
kertas articulator tertera suatu lingkaran berwarna kertas artikulasi sedang
bagian tengah dari lingkaran tersebut merupakan permukaan logam yang
mengkilat. Bagian yang mengkilat ini saja tidak dikurangi dengan batu
gerinda kemudian dipoles kembali. Penderita dipersilahkan datang kembali
untuk mengetahui apakah penyesuaiannya berhasil
Penderita diberi penjelasasn-penjelasan tentang hal-hal sebagai berikut
:
- Sebaiknya makanan yang keras jangan dikunyah/digunakan dengan
jembatan/mahkota
- Suatu jembatan tidak dapat membersihkan duru (self-cleansing effect)
seperti gigi asli, oleh karena itu maka sutau jembatan memerlukan
pembersihan yang lebih sempurna
- Tiap 6 bulan jembatan diperiksa

Anda mungkin juga menyukai