Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan endodontik merupakan perawatan yang bertujuan untuk


mempertahankan gigi selama mungkin agar dapat dipergunkan sesuai fungsinya serta
mereduksi atau mengeliminasi mikroorganisme dan produknya dari saluran akar
sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin didalam mulut.
Perawatan saluran akar endodontik terbagi menjadi 2 yaitu endodontik secara
konvensional dan bedah endodontik. Perawatan endodontik secara konvensional
yaitu terdiri dari pulp capping secara direct dan indirect, pulpotomi, apeksogenesis
dan apeksifikasi. Sedangkan bedah endodontik yaitu terdiri dari apeks reseksi,
amputasi akar, hemiseksi, bikuspidasi dan replantasi rutensional.
Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak dilakukan
dalam kasus perawatan endodontik. Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga
tahap utama yaitu : 1. preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan
pembentukan (cleaning dan shaping), 2. disinfeksi saluran akar dan 3. obturasi
saluran akar. Obturasi saluran akar yang hermetis merupakan syarat utama
keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak mungkin dicapai bila saluran akar
tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan pengisi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.2 Etiologi
2.3 Patof
2.4 Jhjd
2.5 Jdh
2.6

Etiologi Penyakit Pulpa

Iritasi pada jaringan pulpa akan mengakibatkan inflamasi. Iritan terhadap


jaringan pulpa dapat terbagi menjadi tiga yaitu iritan mikroba, iritan mekanik, dan
iritan kimia.

1. Iritan mikroba.
Bakteri yang terdapat dalam karies merupakan sumber utama iritasi terhadap
jaringan pulpa. Bakteri akan memproduksi toksin yang akan berpenetrasi ke dalam
pulpa melalui tubulus dentinalis sehingga sel-sel inflamasi kronik seperti makrofag,
limfosit, dan sel plasma akan berinfiltrasi secara lokal pada jaringan pulpa. Jika
pulpa terbuka, leukosit polimorfonukleus berinfiltrasi dan membentuk suatu daerah
nekrosis pada lokasi terbukanya pulpa.
Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi untuk waktu yang lama sampai
akhirnya menjadi nekrosis atau bisa dengan cepat menjadi nekrosis. Hal ini
bergantung pada virulensi bakteri, kemampuan mengeluarkan cairan inflamasi guna
mencegah peningkatan tekanan intra pulpa, ketahanan host, jumlah sirkulasi dan
drainase.

6
2. Iritan mekanik.
Preparasi kavitas yang dalam tanpa pendinginan yang memadai, dampak trauma,
trauma oklusal, kuretase periodontal yang dalam, dan gerakan ortodonsi merupakan iritan-
iritan yang berperan terhadap kerusakan jaringan pulpa.
Preparasi kavitas mendekati pulpa dan dilakukan tanpa pendinginan sehingga
jumlah dan diameter tubulus dentinalis akan meningkat. Pada daerah yang mendekati
pulpa menyebabkan iritasi pulpa semakin meningkat oleh karena semakin banyak dentin
yang terbuang. Pengaruh trauma yang disertai atau tanpa fraktur mahkota dan akar juga
bisa menyebabkan kerusakan pulpa. Keparahan trauma dan derajat penutupan apeks
merupakan faktor penting dalam perbaikan jaringan pulpa. Selain itu, aplikasi gaya yang
melebihi batas toleransi fisiologis ligamentum periodontal pada perawatan ortodonsi akan
mengakibatkan gangguan pada pasokan darah dan saraf jaringan pulpa. Scaling yang
dalam dan kuretase juga bisa menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan saraf di
daerah apeks sehingga merusak jaringan pulpa.

3. Iritan kimia.
Iritan pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan untuk desentisasi, sterilisasi,
pembersih dentin, base, tambalan sementara dan permanen. Zat antibakteri seperti silver
nitrat, fenol dengan atau tanpa camphor, dan eugenol dapat menyebabkan perubahan
inflamasi pada jaringan pulpa.
Diagnosis Penyakit Pulpa

Diagnosis penyakit pulpa didasarkan pada tanda dan gejala klinis oleh karena sedikit atau
tidak adanya korelasi antara data histologik penyakit pulpa dan gejalanya. Diagnosis penyakit
pulpa sebagai berikut :

1. Pulpitis reversibel.
Pulpitis reversibel merupakan inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus ringan seperti
karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase
periodontal yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah
faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel.

7
Pulpitis reversibel biasanya asimtomatik. Aplikasi cairan dingin dan panas, dapat
menyebabkan nyeri sementara yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera
hilang.

2. Pulpitis irreversibel.
Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel. Kerusakan pulpa
yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, terganggunya aliran
darah pada pulpa akibat trauma, dan pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat
menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah yang tidak
akan dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa
nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam.
Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika
inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi
terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.
Secara klinis, pulpitis irreversibel dapat bersifat simtomatik dan asimtomatik. Pulpitis
irreversibel simtomatik merupakan salah satu jenis pulpitis irreversibel yang ditandai dengan
rasa nyeri spontan. Spontan berarti bahwa stimulus tidak jelas. Nyeri spontan terus menerus
dapat dipengaruhi dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversibel simtomatik yang tidak
diobati dapat bertahan atau mereda jika sirkulasi dibuat untuk eksudat inflamasi. Sedangkan
pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan tipe lain dari pulpitis irreversible dimana eksudat
inflamasi yang dengan cepat dihilangkan. Pulpitis irreversibel asimtomatik yang berkembang
biasanya disebabkan oleh paparan karies yang besar atau oleh trauma sebelumnya yang
mengakibatkan rasa sakit dalam durasi yang lama.

3. Pulpitis irreversibel hiperplastik


Pulpitis irreversibel hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis irreversibel pada
pulpa yang terinflamasi secara kronis hingga timbul ke permukaan oklusal. Polip pulpa dapat
terjadi pada pasien muda oleh karena ruang pulpa yang masih besar dan mempunyai pembuluh
darah yang banyak, serta adanya perforasi pada atap pulpa yang merupakan drainase. Polip
pulpa ini merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari serat jaringan ikat dengan pembuluh
kapiler yang banyak. Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan
ikat yang berwarna merah mengisi kavitas gigi di permukaan oklusal. Polip pulpa disertai tanda

8
klinis seperti nyeri spontan dan nyeri yang menetap terhadap stimulus termal. Pada beberapa
kasus, rasa nyeri yang ringan juga terjadi ketika pengunyahan.

4. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh pulpitis irreversibel
yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat mengganggu suplai darah ke pulpa.
Jaringan pulpa tertutup oleh email dan dentin yang kaku sehingga tidak memiliki sirkulasi
darah kolateral. Bila terjadi peningkatan jaringan dalam ruang pulpa menyebabkan kolapsnya
pembuluh darah sehingga akhirnya terjadi nekrosis likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan
selama pulpitis irreversibel didrainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang terbuka,
proses nekrosis akan tertunda dan jaringan pulpa di daerah akar tetap vital dalam jangka waktu
yang lama. Jika terjadi hal sebaliknya, mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan
total.
Nekrosis pulpa dapat berupa nekrosis sebagian (nekrosis parsial) dan nekrosis total.
Nekrosis parsial menunjukkan gejala seperti pulpitis irreversibel dengan nyeri spontan
sedangkan nekrosis total tidak menunjukkan gejala dan tidak ada respon terhadap tes termal dan
tes listrik.
Mekanisme Terjadinya Inflamasi pada Pulpa

Derajat inflamasi pulpa sangat berhubungan intensitas dan keparahan jaringan pulpa yang
rusak. Iritasi ringan seperti pada karies dan preparasi kavitas yang dangkal mengakibatkan
inflamasi yang sedikit atau tidak sama sekali pada pulpa sehingga tidak mengakibatkan
perubahan yang signifikan. Sebaliknya, iritan seperti pada karies yang dalam dan prosedur
operatif yang luas biasanya mengakibatkan perubahan inflamasi yang lebih parah.
Iritasi sedang sampai parah akan mengakibatkan inflamasi lokal dan lepasnya sel-sel
inflamasi dalam konsentrasi tinggi. Iritasi ini mengakibatkan pengaktifan bermacam-macam
sistem biologis seperti reaksi inflamasi nonspesifik seperti histamin, bradikinin, metabolit asam
arakhidonat, leukosit PMN, inhibitor protease, dan neuropeptid. Selain itu, respon imun juga
dapat menginisiasi dan memperparah penyakit pulpa. Pada jaringan pulpa normal dan tidak
terinflamasi mengandung sel imunokompeten seperti limfosit T, limfosit B, makrofag, dan sel
dendritik. Konsentrasi sel-sel tersebut meningkat ketika pulpa terinflamasi sebagai bentuk

9
mekanisme pertahanan untuk melindungi jaringan pulpa dari invasi mikroorganisme dimana
leukosit polimorfonuklear merupakan sel yang dominan pada inflamasi pulpa.
Sel-sel inflamasi dalam jumlah besar ini akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas
vaskular, statis vaskular, dan migrasi leukosit ke tempat iritasi tersebut. Akibatnya, terjadi
pergerakan cairan dari pembuluh ke jaringan sekitarnya. Jika pergerakan cairan oleh venul dan
limfatik tidak dapat mengimbangi filtrasi cairan dari kapiler, eksudat pun terbentuk. Peningkatan
tekanan jaringan dari eksudat ini akan menimbulkan tekanan pasif dan kolapsnya venul secara
total di area iritasi pulpa oleh karena jaringan pulpa dikelilingi oleh memiliki dinding yang kaku.
Selain itu, pelepasan sel-sel inflamasi menyebabkan nyeri langsung dan tidak langsung dengan
meningkatnya vasodilatasi arteriol dan permeabilitas venul sehingga akan terjadi edema dan
peningkatan tekanan jaringan. Tekanan ini bereaksi langsung pada sistem saraf sensorik.
Meningkatnya tekanan jaringan dan tidak adanya sirkulasi kolateral ini yang dapat
mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.
Perawatan Saluran Akar

Perawatan saluran akar merupakan jenis perawatan yang paling sering digunakan dalam kasus
endodontic. Dimana terdapat langkah – langkah perawatan saluran akar antara lain :

1. Preparasi biokimiawi dan irigasi saluran akar.


Preparasi biomekanis saluran akar adalah salah satu langkah penting dalam
perawatan endodonti yang bertujuan untuk membentuk dan membersihkan sistem saluran
akar sebelum dilakukan pengisian saluran akar.
Ada bermacam-macam metode preparasi saluran akar, salah satunya adalah teknik
Crown Down. Preparasi ini mempunyai keuntungan : lebih efektif dalam membersihkan
saluran akar, lebih mudah melakukan obturasi saluran akar dengan metode kondensasi
vertikal.4Pembersihan saluran akar secara menyeluruh merupakan hal yang penting
karena bila masih ada sisa jaringan yang tertinggal (debris), maka ada kemungkinan
menjadi tempat bagi tumbuhnya bakteri dan dapat menyebabkan peradangan periapikal.
Debris yang tertinggal dapat pula mengurangi adaptasi bahan pengisi dengan dinding
saluran akar.
Gesekan alat endodontik dengan dinding saluran akar akan mengakibatkan
terbentuk suatu lapisan debris yang melekat pada dinding saluran akar yang dikenal

10
sebagai smear layer (lapisan smear) dan mengandung jaringan dentin, jaringan nekrotik,
sisa-sisa jaringan odontoblast, sisa jaringan pulpa dan mikroba. Lapisan smear
mempunyai sifat khas yaitu terdiri dari 2 lapisan, pada lapisan permukaan dengan
ketebalan 1-2 μm dan lapisan dalam tubulus dentinalis sepanjang 40 μm. 3,5Prinsip utama
dan pembersihan saluran akaryaitu alat harus mencapai seluruh dinding saluran akar dan
melepaskan debris yang kemudian dikeluarkan dari saluran akar oleh larutan irigasi.
Saluran akar harus selalu disertai dengan tindakan irigasi saluran akar. Tindakan
irigasi saluran akar sangat penting karena bertujuan untuk menghilangkan debris, smear
layer beserta mikroorganisme dari saluran akar yang tidak dapat dijangkau hanya dengan
menggunakan instrumen mekanis.
Sejak dulu, berbagai bahan irigasi saluran akar dalam bentuk larutan telah
dikembangkan untuk memaksimalkan tindakan cleaning and shaping dalam perawatan
endodonti.32 Tentu saja dalam pengembangannya, suatu bahan irigasi harus memenuhi
beberapa kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Bahan irigasi yang ideal harus memiliki
beberapa sifat, yaitu dapat melarutkan jaringan nekrotik dan smear layer, dapat melumasi
saluran akar, membunuh mikroorganisme, memiliki tegangan permukaan yang rendah,
tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan sehat.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah mudah diperoleh, relatif murah,
mudah digunakan, mudah disimpan dan dapat disimpan cukup lama.10-12 Namun, sampai
saat ini belum ada satupun larutan irigasi yang memenuhi seluruh kriteria diatas. 13 Oleh
sebab itu, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, telah sering
digunakan kombinasi dari berbagai bahan irigasi tunggal untuk mengatasi kelemahan
masing-masing.32 . Larutan irigasi yang sering digunakan dalam endodontik adalah
Sodium hypochiorite (NaOCI), EDTA, Citric acid dan lain-lain.
2. Desinfeksi saluran akar
Bahan disinfeksi saluran akar adalah bahan yang digunakan untuk meminimalkan
atau menghilangkan mikroorganisme pada saluran akar pada saat prosedur preparasi atau
pasca preparasi saluran akar sebelum dilakukan obturasi. Ada bermacam-macam bahan
disinfeksi yang digunakan, salah satu contohnya ada kalsium hidroksida / Ca(OH)2.
Ca(OH)2 merupakan bahan disinfeksi saluran akar yang banyak digunakan untuk
perawatan endodontik masa kini. Sebagai bahan sterilisasi saluran akar, Ca(OH) 2

11
diaplikasikan dalam bentuk pasta. Pasta dapat dibuat sendiri dengan mencampur serbuk
Ca(OH)2 dengan air destilasi atau saline. Ca(OH)2 harus dikombinasikan dengan cairan
karena serbuk Ca(OH)2 sulit dimasukkan ke dalam saluran akar dan cairan diperlukan
untuk melepas ion hidroksilnya. Efek antiseptik Ca(OH)2 berjalan hingga waktu 2
minggu, dan waktu optimum sekitar 1 minggu. Sebelum diaplikasikan saluran akar harus
dibersihkan terlebih dahulu karena smear layer dapat mengganggu difusi Ca(OH)2 ke
dalam tubuli dentin.
3. Pengisian saluran
Pengisian saluran akar adalah tahapan yang dilakukan setelah preparasi
saluran akar untuk menutup seluruh sistem saluran akar secara hermetis hingga
kedap cairan (tight fluid seal). Syarat untuk melakukan pengisian saluran akar :
- Tidak ada keluhan penderita
- Tidak ada gejala klinik
- Tidak ada eksudat yang berlebihan (saluran akar kering)
- Tumpatan sementara baik
- Hasil perbenihan negatif
Tujuan pengisian saluran akar yaitu untuk mencegah masuknya cairan
maupun kuman dari jaringan periapikal kedalam saluran akar agar tidak terjadi
infeksi ulang. Bahan pengisi saluran akar yang digunakan harus menutup seluruh
sistem saluran akar terutama di daerah apikal yang banyak terdapat saluran akar
tambahan. Syarat bahan pengisi saluran akar :
- Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
-Dapat menutup saluran akar dengan rapat ke arah lateral dan apikal
- Tidak mengerut setelah dimasukkan ke dalam saluran akar

- Tahan kelembaban/ tidak larut dalam cairan tubuh

- Bersifat barterisid/ menghambat pertumbuhan bakteri.

- Bersifat radiografik.

- Tidak menyebabkan perubahan warna pada gigi

- Tidak mengiritasi jaringan periapikal

- Mudah dikeluarkan dari dalam saluran akar bila diperlukan

12
Bahan pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat atau semi padat
(pasta atau bentuk padat yang dilunakkan) dan disertai dengan semen saluran akar
(sealer). Bahan pengisi saluran akar yang paling banyak digunakan adalah gutta-percha
cone yang dikombinasikan dengan semen saluran akar (root canal sealer). Sealer
berhubungan erat dengan kebocoran pengisian.3 Penggunaan sealer bertujuan untuk
menyempurnakan obturasi karena sealer berfungsi sebagai perekat dan pengisi celah
antara bahan pengisi dan dinding saluran akar, serta mengisi saluran-saluran lateraldan
saluran-saluran tambahan.
Kandungan utama merupakan bahan an-organik 75 % yaitu oksida seng, bahan
organik 20 % yaitu gutta-percha dan tambahan wax, resin atau garam –garam metal,
memberikan sifat plastis, bahan tambahan 5% yaitu bahan pengikat, opaker, dan
pewarna. Berbentuk cone dengan tipe standar dengan ukuran (#15 - #40, #45 - #80),
maupun bentuk cone tipe konvensional dimana ukurannya berbeda antara ujung kon
maupun badannya, misalkan ukurannya fine medium, ujungnya runcing, badannya
medium. Keuntungan penggunaan gutta-percha cone yaitu bersifat plastis, larut dalam
kloroform / ekaliptol, dapat beradaptasi dengan baik terhadap dinding saluran akar,
manipulasinya sederhana, dapat dikeluarkan dari saluran akar bila diperlukan,
toksisitasnya rendah. Kekurangannya adalah sulit untuk saluran akar yang sempit dan
bengkok, penyimpanan yang tidak baik / terlalu lama akan mudah patah.
4. Teknik pengisian saluran akar
Teknik single cone :
Teknik ini dilakukan dengan memasuk kan kon gutta point tunggal ke dalam saluran
akar dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya. Untuk menambah
adaptasi gutta point dan kerapatannya terhadap dinding saluran akar ditambahkan
semen saluran akar (sealer)
Teknik kondensasi
Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point ke dalam saluran akar,
kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan kearah lateral maupun kearah
vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya oval atau tidak teratur.
Teknik kondensasi lateral :
Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama (#25) dimasukkan sesuai dengan
panjang preparasi, kemudian ditekan dengan spreader ke arah lateral. Dengan cara

13
yang sama dimasukkan guttap point tambahan (lebih kecil dari spreader) hingga
seluruh saluran akar terisi sempurna.
Teknik kondensasi vertikal :
Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama dimasukkan sesuai dengan
panjang preparasi, kemudian guttap point dipanaskan ditekan dengan plugger ke
arah vertikal ke bawah. Dengan cara yang sama Gutt ap percha tambahan
(dibuatseperti bola) dimasukkan dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi
sempurna.
Teknik kloropercha / eucapercha
Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung guttap point utama dengan kloroform
atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam saluran akar hingga guttap point akan
berubah bentuk sesuai dengan saluran akarnya terutama daerah apikal. Kon
dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan pelarutnya. Setelah saluran akar diulasi
semen guttap point dimasukkan ke dalam saluran aka r dan ditekan hingga seluruh
saluran akar terisi sempurna.
Teknik Termokompaksi
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat McSpadden Compactor atau E ngine
Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H (Hedstrom). Akibat putaran dan gesekan
dengan dinding saluran akar mampu melunakkan guttap point dan mendorong ke
arah apikal

14
BAB III

PENATALAKSANAAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Tn. MPM
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal lahir/ Umur : 3 April 1978 / 42 tahun
Status perkawinan : menikah
Agama : hindu
Alamat : jl. Menuri II No.19 Kertalangu
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : sarjana
Berat badan : 85 kg
Tinggi badan : 168 cm
Tanggal Pemeriksaan : 17 Maret 2020
No. RM : 293180

2. ANAMNESIS
 Keluhan utama : gigi terasa sakit dan berlubang
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang sadar ke Poli Gigi dan Mulut RSU Bangli dengan keluhan gigi
sakit dan berlubang yang sudah dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu, pada gigi
kanan bawah. Gigi yang sakit sudah diberikan obat terlebih dahulu, dan gigi
berlubang sudah dirawat sejak ± 2 minggu yang lalu, dengan 4 kali kunjungan.
Kunjungan terakhir pada hari ini yaitu ditambal permanen. Keluhan lain seperti nyeri
saat ini sudah tidak dikeluhkan. Keluhan lain seperti gusi berdarah, pembekakan
pada leher dan gigi goyang disangkal pasien.
 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Diabetes Militus disangkal, hipertensi disangkal, alergi di sangkal dan penyakit
jantung disangkal oleh pasien
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak di dapatkan adanya keluarga yang menderita serupa.

 Riwayat Alergi dan pengobatan

15
Riwayat penggunaan obat dalam jangka waktu lama disangkal pasien

 Riwayat Sosial
 Pasien merupakan seorang sarjana, tidak merokok, dan tidak minum
minuman beralkohol.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik


Chadian gizi : Baik
GCS : E4V5M6
Vital Sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,5ºC
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 50 kg

Sondasi :+
Panas : tidak dilakukan
Dingin :+
Perkusi :-
Druk :-
Papalsi :-
Goyang :-
Fraktur :-
Perubahan warna :-
Nyeri : sakit sponstan
4. Gambaran klinis gigi 46

16
Gambar 1. Terlihat gigi 46 secara klinis dengan karies mencapai dentin.

Gambaran rontgen gigi 46

Gambar 2. Terlihat gambaran radiografi gigi 46 dengan karies mencapai dentin dalam.

5. Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif


a. Diagnosis klinis : Pulpitis irreversible
b. Rencana perawatan : Proendodonti
c. Rencanan restorasi : Onlay

6. Prosedur perawatan gigi 46

17
Pasien pria berusia 25 tahun datang ke RSGM Usakti dengan keluhan gigi belakang
kanan bawah sakit saat malam hari. Sakit pada gigi tersebut sudah berlangsung selama
2 bulan. Pasien biasanya mengobati dengan obat asam mefenamat.

Pada pemeriksaan klinis dan radiografi menunjukan gigi 46 dengan karies mencapai
dentin dalam. Pemeriksaan sondasi (+), panas (tidak dilakukan), dingin (+), perkusi (-),
tekan (-), papalsi (-), goyang (-), fraktur (-), tidak terdapat perubahan warna. Pada
pemeriksaan radiografi tidak terlihat adanya kelainan periapikal dengan saluran akar
multiple. Pasien dindikasikan untuk dilakukan perawatan saluran akar vital pada gigi 46
dengan rencana perawatan pasca perawatan saluran akar adalah restorasi onlay.

A. Kunjungan I
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan
radiologi, dan pengisian kartu status secara lengkap. Pasien diberi informasi tentang
diagnosis serta rencana perawatan yang akan dilakukan yakni perawatan saluran akar
pada gigi molar pertama rahang bawah kanannya. Setelah informasi ini diberikan dan
pasien setuju, pasien diminta menanda tangani informed consent.
2. Pembersihan karies
Jaringan karies dan email yang tidak didukung dentin yang sehat dihilangkan dengan
menggunakan metal bur.
3. Akses kavitas
Untuk memperoleh akses kavitas, dilakukan pembukaan kamar pulpa dengan
menggunakan round bur atau endo-access bur. Seluruh atap pulpa harus dihilangkan
sehingga diperoleh akses kavitas yang baik dan file dapat masuk dengan mudah.
Kemudian ruang pulpa diirigasi dengan NaOCL 2,5%.

18
Gambar 3. Akses kavitas ke kamar pulpa
4. Ekstirpasipulpa
Jaringanpulpadikeluarkandarisaluranakardenganmenggunakanjarumektirpasi.Jarumekstir
pasidiputar 360okemudianditarikkeluar.

Gambar 4. Menunjukan ekstirpasi pulpa.


5. Pengukuran panjang kerja
Melakukan explorasi saluran akar menggunakan K-File no #8, #10, dan #15 dengan
panjang kerja sementara yang dihitung dari foto periapikal awal. Preparasi saluran akar
menggunakan hand protaper file S1, dengan putaran 3-4 kali file ditarik keluar, saluran
akar diirigasi NaOCl 2,5% dan aquades. Selanjutnya file no #15 dimasukkan untuk
menghitung panjang kerja sebenarnya sekaligus dikonfirmasi dengan EAL (Electronic
Apex Locator). Hasil perhitungan panjang saluran akar dipakai sebagai acuan untuk
preparasi selanjutnya.

Gambar 5. Foto rontgen penghitungan panjang kerja


6. Preparasi Bio-mekanis
Pembersihan dan melebarkan bagian koronal dan tengah dari saluran akar menggunakan
file S1-S2 sesuai panjang kerja.

19
Pembesaran dilanjutkan dengan F1 (saluran akar mesio bukal dan distal), F2 (saluran
akar mesio lingual) setiap pergantian file saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan
aquades.
Setelah preparasi selesai, saluran akar dikeringkan dengan paper point. Kemudian
gutaperca utama dipilih sesuai ukuran file terakhir, dimasukkan ke dalam saluran akar
sampai mencapai posisi yang tepat lalu di foto rontgen.

Gambar foto masterpoint

7. Disinfeksi saluran akar


Bahan disinfeksi / sterilisasi yang digunakan adalah Ca(OH)2. Ca(OH)2 yang digunakan
berupa pasta yang dapat dibuat dengan mencampur serbuk Ca(OH)2 dengan air destilasi
atau saline. Saluran akar diirigasi dan dikeringkan sebelum Ca(OH)2 dimasukkan.
Ca(OH)2 dibiarkan di dalam saluran akar selama satu minggu sehingga diperoleh pH yang
optimal.
8. Penumpatan sementara gigi 36
Penumpatan sementara dilakukandengan menggunakanZnOE.

20
Gambar 6 menunjukan penumpatan semetara.

B. Kunjungan II
a) Pengisian
Setelah 1 minggu, pasien diamnesis apakah terdapat keluhan. Apabila tidak terdapat
keluhan, dilakukan pembuangan tumpatan sementara pada gigi danCa(OH)2di dalam
saluran akar dikeluarkan. Saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5% kemudian
dikeringkan dengan menggunakan paper point. Dilakukan pengisian saluran akar
dengan master point yang sebelumnya telah ditetapkan. Gutta-percha cone yang akan
digunakan sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dengan direndam ke dalam larutan
NaOCL 2,5% selama 60 detik lalu dikeringkan. Sealer dengan endomethasone dengan
eugenol. Dinding saluran akar diulasi sealer dengan menggunakan jarum lentulo.
Masukkan guttaperca utama single cone F2 pada saluran akar mesio lingual, dan F1
pada saluran akar mesio bukal dan distal sepanjang kerja.Master point dimasukkan
sepanjang kerja kemudiandilakukankompaksi vertical denganmenggunakancement
stopper..Kemudian dilakukan foto periapikal untuk melihat apakah saluran akar telah
terisi sempurna.

Gambar pengisian gutta perca

b) PemotonganGuttaPercha Point
Setelah saluran akar terisi sempurna, dilakukan pemotongan gutta-percha cone.
Pemotongan gutta-percha cone dilakukan hingga2mm dibawah orifis ke arah apikal.

21
Gambar 6.PemotonganGuttaPercha Point 1-2 mm di bawahorifice
c) Basis GIC &TumpatSementara
Apabila pengisian sudah baik, dilakukan pemberian barrier dengan GIC dan gigi
ditumpat sementara dengan menggunakan ZnOE.

Gambar 7. menunjukan pemberian barrier dengn GIC dan gigi ditumpat sementara
dengan menggunakan ZnOE.

Gambar 8. menunjukan penutupan sementara dengan menggunakan ZnOE


C. Kunjungan III - Kontrol

22
Setelah seminggu, dilakukan kontrol setelah pengisian saluran akar. Pasien tidak
mengeluhkan adanya rasa sakit setelah pengisian. Pemeriksaan klinis perkusi dan druk hasil
juga menunjukkan hasil negatif.

23
BAB III

PEMBAHASAN

Pembahasan pada laporan kasus gigi 46 dengan diagnosis pulpitis irreversible bertujuan
untuk mendapatkan hasil perawatan saluran akar yang baik. Pasien laki-laki bernama waslan
berusia 24 tahun, datang ke Trisakti dengan keluhan gigi belakang kanan bawahnya sakit saat
malam hari. Sakit tersebut sudah berlangsung selama 2 bulan. Keadaan gigi dengan karies
mencapai dentin dalam dengan klasifikasi ICDAS D5 dan Mount and Hume 2.3. Perawatan yang
akan dilakukan adalah perawatan saluran akar kemudian dibuatkan restorasi onlay.
Pada laporan kasus ini diagnosis gigi 46 adalah pulpitis irreversible, dimana merupakan
inflamasi parah yang tidak akan dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis
irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya beberapa
menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat mengakibatkan nyeri
berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke
periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas normal. Hal ini sesuai
dengan pemeriksaan klinis dimana papalsi dan perkusi negatif.

Perawatan saluran akar dikatakan berhasil apabila dalam waktu observasi minimal satu
tahun tidak ada keluhan dan lesi periapikal yang ada berkurang atau tetap. Keberhasilan
perawatan endodontik tergantung banyak faktor antara lain faktor host, preparasi,
mikroorganisme dan lain – lain. Diantara faktor – faktor tersebut, mikroorganisme baik yang
tersisa pada saluran akar setelah preparasi atau yang tumbuh pasca obturasi saluran akar
merupakan penyebab utama kegagalan perawatan endodontik.
Pada kasus ini teknik preparasi saluran akar yang digunakan adalah adalah teknik Crown
Down. Preparasi ini mempunyai keuntungan : lebih efektif dalam membersihkan saluran akar,
lebih mudah melakukan obturasi saluran akar dengan metode kondensasi vertikal. 4Pembersihan
saluran akar secara menyeluruh merupakan hal yang penting karena bila masih ada sisa jaringan
yang tertinggal (debris), maka ada kemungkinan menjadi tempat bagi tumbuhnya bakteri dan
dapat menyebabkan peradangan periapikal. Debris yang tertinggal dapat pula mengurangi
adaptasi bahan pengisi dengan dinding saluran akar.

24
Larutanirigasi yang digunakan dalam kasus ini adalah natrium hipoklorit (NaOCl).
NaOCl merupakan larutan irigasi yang dapat melarutkan jaringan pulpa dan merupakan anti
mikrobial yang signifikan. Belum ada kesatuan pendapat mengenai konsentrasi larutan natrium
hipoklorit yang harus digunakan uuntuk irigasi, tetapi berdasarkan data-data hasil penelitian,
konsentrasi 2,5% sampai 5,25% adalah konsentrasi yang efektif untuk digunakan sebagai pelarut
jaringan pada saluran akar.

Pada kasus ini bahan sterilisasi yang digunakan adalah Ca(OH)2, merupakan bahan
disinfeksi saluran akar yang banyak digunakan untuk perawatan endodontik masa kini. Sebagai
bahan sterilisasi saluran akar, Ca(OH)2 diaplikasikan dalam bentuk pasta. Pasta dapat dibuat
sendiri dengan mencampur serbuk Ca(OH)2 dengan air destilasi atau saline. Ca(OH)2 harus
dikombinasikan dengan cairan karena serbuk Ca(OH)2 sulit dimasukkan ke dalam saluran akar
dan cairan diperlukan untuk melepas ion hidroksilnya. Efek antiseptik Ca(OH)2 berjalan hingga
waktu 2 minggu, dan waktu optimum sekitar 1 minggu. Sebelum diaplikasikan saluran akar
harus dibersihkan terlebih dahulu karena smear layer dapat mengganggu difusi Ca(OH)2 ke
dalam tubuli dentin.
Endomethasone dipilih sebagai sealer karena endomethasone mempunyai beberapa
keuntungan seperti, mempunyai kemampuan antimikroba sebelum mengeras sehingga dapat
digunakan untuk melengkapi disinfeksi saluran akar, mempunyai waktu pengerasan lama yaitu
115 menit untuk pengerasan awal dan 160 menit pengerasan akhir, dan mempunyai toleransi
yang bagus dengan jaringan vital

1 minggu kemudia pasien datang kembali untuk melakukan kontrol, dari anamnesis
diketahui bahwa gigi tersebut sudah tidak ada keluhan sakit maupun nyeri apapun. Pada
pemeriksaan klinis diketahui perkusi (-), druksasi (-), papalsi (-) dan goyang (-). Secara visual
jaringan penyangga gigi 46 terlihat sehat tanpa adanya pembengkakan dan radang.

25
BAB V

KESIMPULAN

Keberhasilan suatu perawatan saluran akar dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
preparasi saluran akar yang baik, sterilisasi yang baik, pengisian yang mencapai standar hermetic
seal dan restorasi postendodontik yang baik. Perawatan saluran akar dikatakan berhasil apabila
dalam waktu observasi minimal satu tahun tidak ada keluhan dan lesi periapikal yang ada
berkurang atau tetap. Setiap dokter gigi harus memahami langkah- langkah pekerjaan perawatan
saluran akar dengan baik untuk memberikan hasil post perawatan yang baik kepada pasien.

26
TINJAUAN PUSTAKA

1. Walton dan Torabinejad, 2008, Ed.3, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodontia, Lilian Juwono,
Jakarta, EGC hal 204-266
2. Grosman, 1995, Ed.11, Ilmu Endodontic dalam Praktek, Rafiah abiyono, Jakarta, EGC, hal
196-264
3. Harty, Fj. 1995. Endodonti Klinis. Cetakan ke 3. Hipokrates. 184-194 Ingle, J.i. & bakland,
L.K. 1994. Endodontic. 4 ed. Philadelphia. Lea and Febiger. 228-251.
4. Mulyawati, E. Peran Bahan Disinfeksi pada Perawatan Saluran Akar. Majalah Kedokteran
Gigi Desember 2011; 18(2): 205-209.
5. Carrotte P. 2004. Endodontic Part 3. Treatment of Endodontic Emergenies. BDJ 197:299-
305.
6. Cohen S dan Burns RC. 1994.  Pathways of The Pulp, 6th ed. Mosby. St. Louis.

27

Anda mungkin juga menyukai