OLEH :
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Hubungan
Kebiasaan Konsumsi Jajan Dengan Status Gizi Anak Sekolah”. Makalah ini di buat untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah Gizi Kesehatan Masyarakat pada Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana
Trimakasih tak terhingga penulis sampaikan kepada semua pihak yang dengan
berbagai cara telah mendukung penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari
para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
D. Manfaat Praktis..........................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Kebiasaan Anak-Anak Mengkonsumsi Jajanan Sekolah daripada makanan rumah...................3
B. Jajanan Sekolah Berkategori Kurang Sehat...............................................................................4
C. Dampak Konsumsi Jajananan Pada Anak Sekolah....................................................................6
D. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Jajanan Dengan Status Gizi Anak Sekolah.............................9
BAB III................................................................................................................................................12
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia adalah terciptanya pembangunan kesehatan yang adil dan
merata, yang mengupayakan agar masyarakat berada dalam keadaan sehat secara
optimal, baik fisik, mental, dan social serta mampu menjadi generasi yang
produktif. Pencapaian pembangunan kesehatan dinilai dengan derajat kesehatan
masyarakat. Derajat kesehatan digambarkan dengan situasi mortalitas,
morbiditas, dan status gizi masyarakat. Ketidakseimbangan gizi dapat
menurunkan kualitas SDM. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang
berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif.
(Noviani, Fah, and Astiti 2016)
Perbaikan gizi diperlukan mulai dari masa kehamilan, bayi dan anak
balita, prasekolah, anak usia sekolah dasar, remaja dan dewasa, sampai usia
lanjut. Anak sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi
masyarakat karena pada masa anak fungsi organ otak mulai terbentuk mantap
sehingga perkembangan kecerdasan cukup pesat. Anak usia sekolah dasar
termasuk usia perkembangan sehingga membutuhkan nutrisi dengan kualitas
maupun kuantitas yang baik dan benar. Kebutuhan gizi tersebut di antaranya dapat
dipenuhi melalui kebiasaan makan. Pola jajan juga dapat memberikan kontribusi
terhadap status gizi anak apabila jenis jajan yang dikonsumsi berkualitas dari segi
jenis dan kandungan gizinya.(Febry 2013)
Menurut data Riskesdas tahun 2007, pada anak usia 6-14 tahun,
prevalensi anak gizi kurang menggunakan nilai rerata IMT, umur, dan jenis
kelamin paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (laki-laki 23,1% dan
perempuan 19,1%), dan prevalensi paling rendah di Bali (laki-laki 8,3% dan
perempuan 6,9%) . Sedangkan prevalensi anak kurang gizi di Sumatera
Selatan, yaitu laki-laki 14,9% dan perempuan 13,8%. Dari data Riskesdas
2010, prevalensi anak pendek masih tinggi pada anak usia 6-12 tahun adalah
35,8%, dan untuk anak kurus pada usia 6-12 tahun adalah 11% Tidak hanya
masalah gizi kurang, masalah gizi lebih juga harus diperhatikan karena
prevalensi gizi lebih meningkat dengan bertambahnya usia. Data Riskesdas
2007 menyatakan bahwa prevalensi paling tinggi anak laki-laki usia 6-14
tahun dengan berat badan lebih di Sumatera Selatan (16,0%) dan anak
perempuan di Nanggroe Aceh Darussalam (12,0%). Sedangkan prevalensi
berat badan lebih paling rendah di Nusa Tenggara Timur, laki-laki (4,6%) dan
perempuan (3,2%).
Akhir-akhir ini, kebiasaan jajan anak sekolah cenderung meningkat dan
anak memilih konsumsi jajan yang kurang sehat. Kebiasaan jajan cenderung
menjadi bagian budaya dari satu keluarga. Makanan jajanan di luar/di sekolah
seringkali tidak memperhatikan mutu gizi, kebersihan, dan keamanan bahan
pangan. Tidak sedikit masalah yang timbul akibat orang tua kurang peduli
terhadap makanan yang dikonsumsi anak di sekolah. Makanan yang tidak aman
dan tidak bergizi menimbulkan penyakit, seperti diare bahkan kanker dan dapat
mengakibatkan tidak tercapainya angka kecukupan gizi. Makalah ini berisi ulasan
dari beberapa jurnal terkait “Hubungan Kebiasaan Konsumsi Jajan Dengan
Status Gizi Anak Sekolah”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebiasaan jajan anak sekolah?
2. Apa saja jajanan yang berkategori kurang sehat?
3. Apa Dampak Konsumsi Jajananan Pada Anak Sekolah?
4. Apakah ada Hubungan Kebiasaan Konsumsi Jajanan Dengan Status Gizi Anak
Sekolah?
C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana kebiasaan jajan anak sekolah
2. Mengetahui seperti apa jajanan yang berkategori kurang sehat
3. Mengetahui Dampak Konsumsi Jajananan Pada Anak Sekolah
4. Mengetahui Hubungan Kebiasaan Konsumsi Jajanan Dengan Status Gizi Anak
Sekolah
D. Manfaat Praktis
Makalah ini bisa menjadi referensi, baik untuk penulis sendiri maupun pembaca
dalam menambah wawasan tentang jajan yang sehat bagai anak sekolah dan
hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi anak sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
Seberapa parah dampak buruk yang bisa terjadi pada anak karena pangan
jajanan yang tidak aman tergantung dari beberapa faktor, seperti faktor banyaknya
konsumsi, faktor penanggulangan, dan kondisi tubuh anak. Bila semakin banyak
konsumsi jajanan yang tidak aman, semakin lama penanggulangan diberikan, serta
semakin lemah kekebalan dan kondisi fisik anak, maka semakin serius dampak buruk
yang bisa dialami anak. Perlu diketahui bahwa anak lebih rentan terhadap keracunan
pangan dibandingkan orang dewasa.
Budaya jajan di SD terbentuk karena lingkungan yang mendukung.
Banyaknya penjual jajanan di pinggir pagar sekolah, tidak adanya kantin, tidak ada
aturan larangan berjualan, atau jajan di luar pagar. Rendahnya kesadaran pihak
sekolah dan orang tua akan bahaya jajanan serta ketidakpedulian pada kesehatan,
ditambah minimnya pendidikan bagi anak untuk lebih waspada terhadap konsumsi
makanan.
Hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
menyimpulkan, persentase makanan jajanan anak SD yang dicampur zat berbahaya
masih sangat tinggi. Salah satu alternatif makanan bagi anak sekolah, nilai gizi dan
nilai keamanan perlu mendapat perhatian (Qonita, 2010).
Penyakit yang diderita anak SD terkait perilaku jajanan tidak sehat, di
antaranya cacingan 40-60 persen, anemia 23,2 persen, karies dan periodontal 74,4
persen. Perilaku ini bisa menimbulkan persoalan lebih serius, seperti ancaman
penyakit menular karena sekolah lokasi sumber penularan penyakit infeksi pada anak
(Depkes, 2005).
Penelitian BPOM (2011) di Jakarta Timur mengungkapkan, jenis jajanan yang
sering dikonsumsi anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mi bakso
dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji laboratorium, pada otak-
otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mi kuning basah ditemukan
formalin, dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B (Judarwanto, 2011).
Bahan-bahan ini terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik,
yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit kanker dan tumor pada organ
tubuh manusia. Kandungan gizi dari makanan jajanan, seperti cilok terdiri atas kadar
karbohidrat tinggi, proteinnya rendah, mi bakso terdiri atas lemak (2,51 persen),
protein (5,78 persen), karbohidrat (39,30 persen), dan kandungan tambahan lain
seperti air (50,13 persen).
Mengonsumsi cilok dan mi bakso dapat menambah kebutuhan protein, lemak,
dan karbohidrat, tapi tanpa bahan tambahan pangan berbahaya yang tidak baik bagi
tubuh (Anita, 2006). Terungkap juga reaksi simpang makanan tertentu ternyata
mempengaruhi fungsi otak, termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah.
Gangguan perilaku ini meliputi gangguan tidur, konsentrasi, emosi, hiperaktif, dan
memperberat gejala pada penderita autisme. Pengaruh jangka pendek penggunaan
bahan tambahan pangan (BTP) ini menimbulkan gejala sangat umum, seperti pusing,
mual, muntah, diare, atau kesulitan buang air besar (Judarwanto, 2006).
Jajanan di jalanan merupakan salah satu sumber risiko kesehatan dan sangat
mungkin terkontaminasi oleh berbagai bakteri pathogen. Demikian juga, dengan zat
kimia lainnya serta logam berat. Beberapa penelitian terkait kualitas mutu jajanan di
pinggir jalan menunjukkan, makanan ini merupakan salah satu sumber gangguan
kesehatan, dan setiap orang yang mengonsumsinya berisiko tinggi mengalami
gangguan kesehatan.
Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan Badan Tenaga Nuklir Nasional
(Batan) Bandung bekerja sama dengan Teknik Lingkungan ITB, melakukan
pengambilan 24 macam jajanan anak SD di empat SD di Kota Bandung. Jajanan yang
meliputi bakwan, martabak, kentang goreng, cakue, telur puyuh, cireng, cilok, baso
tahu, batagor, agar-agar, bacil, cimol, dan jajanan lainnya.
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan yang berfokus pada zat kimia,
pengawet atau pewarna, tetapi masih jarang yang melakukan penelitian khususnya di
Indonesia, terkait dengan kandungan logam berat di berbagai makanan.
Penelitian yang dilakukan Batan Bandung dan ITB difokuskan pada penentuan
kandungan logam berat di dalam jajanan, dengan mengaplikasikan teknologi nuklir.
Karena kecilnya kandungan logam berat yang ada di dalam makanan itu, teknologi
analisis nuklir menjadi salah satu solusi dalam penentuan kandungannya.Hasil
penelitian menunjukkan, untuk kandungan logam berat merkuri ditemukan adanya
nilai yang melebihi ambang batas yang diperbolehkan (>0,05 mg/kg setara 0.05 ppm
--part per million). Di samping itu, juga terdapat indikasi adanya kontaminasi logam
berat krom dan seng.
Berkaitan dengan kesehatan, merkuri merupakan logam berat berbahaya yang
bisa menimbulkan gangguan kesehatan, seperti gangguan sistem syaraf, kerusakan
fungsi otak, kerusakan DNA dan kromosom. Juga efek negatif reproduksi, seperti
kerusakan sperma, kecacatan pada bayi, dan keguguran.
Kerusakan fungsi otak dapat menyebabkan penurunan kemampuan belajar,
tingkat kecerdasan atau intelegensi, perubahan kepribadian, tremor/gemetaran,
gangguan penglihatan, ketulian, gangguan koordinasi otot, dan kehilangan memori.
Mengingat bahaya logam berat, perlu dilakukan studi yang lebih komprehensif terkait
hal ini. Sayang sekali data penelitian ini masih belum banyak dipublikasikan.
Sebagai konsumen yang cerdas, kita semua harus lebih sadar dan waspada
akan bahaya ini. Sebagai orang tua, kita harus menanamkan serta mendidik anak-anak
kita, generasi penerus bangsa yang paling rentan akan bahaya jajanan agar lebih
memiliki pengetahuan dan kecerdasan, terkait keselamatan pangan dan membiasakan
untuk tidak jajan sembarangan.
Supervisi dan pembimbingan kepada para penjaja jajanan juga harus
dilakukan, agar tingkat kesadaran penjual akan kualitas mutu makanan mereka tidak
merugikan konsumen atau masyarakat luas. Tentunya, peran berbagai pihak terkait
sangat diperlukan agar tercipta kesadaran bersama mewujudkan makanan yang baik,
aman, dan sehat.
BAB III
B. Saran
1. Ada sosialisasi terus menerus di sekolah terkait jajanan sehat dengan melibatkan
pedagang makanan dilingkungan sekolah
2. Ada peneliti selanjutnya yang mau meneliti tentang tentang kebiasaan jajan pada
anak sekolah dengan status gizi dan prestasi belajar disekolah
DAFTAR PUSTAKA
Aprillia, Bondika Ariandani, Program Studi, Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, and Universitas
Diponegoro. 2011. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Jajanan
Pada Anak Sekolah Dasar.” Science 1–63.
Febry, Fatmalina. 2013. “Kebiasaan Jajan Pada Anak.” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
1(2):81–84.
Iklima, Nurul. 2017. “Gambaran Pemilihan Makanan Jajanan Pada Anak Usia Sekolah
Dasar.” Jurnal Keperawatan BSI 5(1):8–17.
Irianto, Kus, 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya, Bandung
Mudjajanto , E . S,. 2006. Pewarna Makanan . Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber
Daya Keluarga. Fakultas Pertanian . IPB . Bogor
Noviani, Kurnia, Effatul Afi Fah, and Dewi Astiti. 2016. “Kebiasaan Jajan Dan Pola Makan
Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah Di SD Sonosewu Bantul
Yogyakarta.” Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia 4(1):97–104.
Widaninggar, (2010). Menuju Kantin Sehat di Sekolah. Jakarta: Kepala Pusat Pengembangan
Kualitas Jasmani Kementrian Pendidikan Nasional.