Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

SETS merupakan kepanjangan dari Science, Environment, Technologi, and Society.


SETS juga merupakan kesatuan dasar yang utuh artinya setiap tidak dapat dipisahkan ataupun
berdiri sendiri. Setiap unsur saling mempengaruhi, walaupun topik utamanya hanya satu unsur
namun pasti memiliki dampak atau mempengaruhi unsur yang lainnya. Hal ini disebabkan
karena konsep dasar SETS adalah “satu bumi untuk semua” (one earth for all). Seperti yang
akan kita bahas adalah SETS yang topik utamanya adalah Science.

Science sendiri diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan.
Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. Ilmu alam mempelajari
aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang bumi dan alam sekitarnya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa science mengkaji mengenai fenomena fenomena yang terjadi di alam sekitar.
Permasalahan atau fenomena itu salah satunya adalah fenomena terjadinya bencana alam. Salah
satu contohnya adalah gempa bumi.

Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari
dasar atau dari bawah permukaan bumi. Atau definisi gempa bumi yang lebih langkapnya yaitu
getaran atau goncangan yang terjadi karena pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang
berasal dari dasar atau dari bawah permukaan bumi dan bisa juga disebabkan adanya letusan
gunung api.
BERITA UTAMA

Gempa tektonik mengguncang wilayah Madiun, Jawa Timur, dan sekitarnya pada Jumat
siang, 4 November 2016. Lindu yang terjadi pada pukul 12.08 WIB tersebut bermagnitudo 4,9.
Sumber gempa berasal dari aktivitas sesar atau patahan aktif di utara Gunung Lawu.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dalam keterangan
tertulis, menyebutkan episenter atau titik sumber gempa terletak pada koordinat 7,55 derajat LS
dan 111,30 derajat BT. “Tepatnya di darat pada jarak 45 kilometer arah utara Kota Madiun pada
kedalaman 19 kilometer,” ujarnya, Jumat, 4 November 2016.

Dampak gempa berupa guncangan yang dirasakan di beberapa daerah, seperti


Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Madiun, Magetan, Ngawi, dan Yogyakarta. Goyangan gempa
dilaporkan dalam skala intensitas II versi BMKG atau skala III MMI. Beberapa warga di daerah
tersebut dilaporkan sempat berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. 

Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, kata Daryono, gempa tersebut tergolong gempa
dengan kedalaman dangkal akibat aktivitas sesar aktif. “Pemicu gempa ini diperkirakan adalah
aktivitas sesar aktif di sebelah utara Gunung Lawu,” ucapnya. 

Hasil monitor BMKG hingga saat ini menunjukkan belum terjadi gempa susulan. BMKG
meminta masyarakat yang terkena dampak guncangan tetap tenang. Gempa tersebut, menurut
Daryono, juga tidak berpotensi merusak.
PENGARUH TERHADAP SETS

A. BIDANG ENVIROMENT

Bencana ini memiliki dampak yang beruntut, kerusakan yang satu akan
mempengaruhi pada kerusakan yang lainnya, baik terhadap tanah, air maupun udara. Hal
ini mengakibatkan rusaknya keseimbangan ekosistem, dan mengalami penurunan kualitas
lingkungan karena adanya perubahan lingkungan. Dibawah ini ada beberapa akibat
bencana gempa dan tsunami terhadap lingkungan :
1. Longsor
Gempa bumi adalah getaran yang ditimbulkan karena adanya gerakan
endogen. Hentakan gempa dan bergoyangnya tanah menyebabkan keluarnya
tanah  dan massa batuan yang menyebabkan tanah longsor, lumpur, dan
longsornya batuan di atasnya. Semua ini mendorong terjadinya kerusakan dan
kerugian pada kehidupan di muka bumi ini.
2. Kerusakan bangunan
Gelombang pada gempa bumi menyebabkan lapisan tanah bergerak,
menggoyangkan bangunann gedung dan menyebabkan kontruksi bangunan
menjadi tidak kokoh atau kerangka bangunan menjadi lemah, bahkan sebagian
atau keseluruhan bangunan menjadi runtuh.
Bergoyangnya lapisan tanah juga melemahkan tanah dan bahan material
fondasi dibawah kerangka bangunan serta bisa menyebabkan perubahan yang
dramatis dalam susunan tanah halus dan tanah jenis berbutir/pasir selama
terjadinya gempa, tanah jenuh yang berpasir menjadi seperti cairan lumpur.
Prosesnya disebut pencairan. Proses pencairan menyebabkan kerusakan pada
material fondasi tanah dan kerangka bangunan menjadi lemah.

3. Banjir
Gempa bumi juga bisa menyebabkan air dalam sebuah waduk atau danau
mengalir k berbagai arah atau tumpah kembali dan keluar. Air yanga mengalir
dalam jumlah besar tersebut akan memenuhi sungai-sungai dibawahnya akibat
rusaknya danau atau jebolnya waduk akibat gempa..
4. Kebakaran
Akibat gempa yang lain adalah kebakaran. Bencana susulan ini biasanya
terjadi didaerah pemukiman padat penduduk maupun gedung bertingkat, hal itu
disebabkan oleh bahan bangunan gedung, bahan material apartemen maupun
permukiman padat penduduk yang digunakan.
Jika bahan tersebut sangat rentan terhadap api, kebakaran bisa terjadi.
Kebakaran bisa pula karena putusnya aliran listrik tiba-tiba sehingga terjadi
percikan api atau meledaknya tabung gas dan pipa gas karena bocor setelah
terjadinya gempa.

5. Polusi udara
Kebakaran karena rusaknya installasi bangunan mengakibatkan
tercemarnya udara karena meningkatnya gas karbondioksida CO2
6. Perubahan struktur tanah dan batuan
Dengan adanya getaran serta gerakan yang disebabkan oleh tenaga
endogen maka struktur tanah akan berubah dan mengalami kerusakan

7. Krisis air bersih


Getaran dan goncangan besar karena gempa mengakibatkan aliran-aliran
sungai bawah tanah terputus, jaringan pipa dan saluran bawah tanah rusak.
8. Tsunami
Selain itu gempa bumi juga dapat mengakibatkan tsunami. Gelombang
tsunami disebabkan oleh adanya gempa bumi tektonik yang dahsyat di dasar laut
atau hiposentrumnya dibawah dasar laut. Gempa tersebut terjadi karena adanya
gesekan lempeng litosfer.

9. Degradasi lahan dan kerusakan bentang lahan


Rusaknya struktur tanah dan terkikisnya lapisan tanah yang disebabkan
oleh gempa dan tsunami akan berdampak bagi manusia dan mahluk hidup
lainnya. Degradasi lahan akan mengakibatkan penurunan produktivitas, migrasi,
ketidakamanan pangan, bahaya bagi sumberdaya dan ekosistem dasar, serta
kehilangan biodiversitas melalui perubahan habitat baik pada tingkat spesies
maupun genetika.
Selain itu degradasi lahan akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang bergantung pada lahan sebagai sumber penghidupannya berupa
meningkatnya angka kemiskinan.
10. Hilangnya makhluk hidup dan munculnya penyakit
Bencana gempa dan tsunami menghilangkan nyawa manusia tumbuhan
dan hewan akibat tertimpa runtuhan serta tersapu oleh gelombang air yang besar.
Beberapa jenis keanekaragaman hayati terancam akan menyebabkan perubahan
pada komposisi dan penyebaran geografis ekosistem.
Setiap individu harus beradaptasi pada perubahan yang terjadi, sedangkan
habitatnya akan terdegradasi. Spesis yang tidak dapat beradaptasi akan terancam
punah. Pada wilayah pantai rusaknya ekosistem pantai seperti terumbu karang,
serta hutan bakau bahkan usaha tambak nelayan dan pemukiman. Rusaknya lahan
pertanian akan menyebabkan kerawanan pangan, kemiskinan dan penyakit.
Timbulnya penyakit adalah hal yang paling di khawatirkan, terutama di
negara berkembang dan negara miskin. Hal itu disebabkan karena tidak
memadainya air, sanitasi dan fasilitas kesehatan. Dengan demikian, penyakit dan
infeksi akan mudah berkembang dan menyebar.
11. Menyebabkan tanah subur
Akibat dari gempa bumi yang sumbernya dari letusan gunung merapi dapat
menyebabkan tanah menjadi lebih subur karena letusan dari abu vulkanik.

B. BIDANG TECHNOLOGY
Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju dan semakin canggih. Salah
satu kecanggihan teknologi adalah alat seismograf. Seismograf adalah seperangkat alat
yang terdiri dari bandul pemberat dengan pensil di ujungnya. Jadi saat terjadi gempa
bumi atau goyangan, pensil akan ikut bergetar dan merekam sebuah pola dalam selembar
kertas. Seismograf adalah alat pencatat parameter gempa yang dirangkai bersama
dengan seismometer. Sebuah seismograf dapat mencatat gempa komponen vertical dan
komponen horizontal. Ketika peristiwa gempa bumi terjadi, getaran yang pertama
direkam seismograf adalah gelombang tubuh (body wave). Gelombang tubuh terbagi lagi
menjadi dua, yaitu gelombang primer dan sekunder.

Gelombang primer yang memiliki cepat rambat gelombang paling tinggi adalah


gelombang yang terekam pertama, diikuti rekaman gelombang sekunder dengan cepat
rambat gelombang yang lebih rendah. Gelombang permukaan (surface wave) sampai
terakhir karena memiliki cepat rambat yang paling rendah. Seismograf mencatat semuai
itu dalam bentuk seismogram.
Dari grafik yang terlihat di seismogram itu, pemerintah atau institusi yang
diberi kewenangan dapat mengeluarkan peringatan akan adanya bahaya. Tentu
sebelumnya grafik itu telah dikalibrasi sehingga peringatannya tidak keliru dan terjamin
akurat.
Selain sismograf ada juga alat yang bernama Quake Alarm QA-2000 Jds Product
(USA), pendeteksi dini gempa untuk keselamatan di wilayah rawan gempa. Quake Alarm
dirancang untuk mendeteksi gelombang kompresi (P compression wave) yang selalu
menjalar lebih cepat (lebih awal datang) dari pada gelombang perusak (S shear wave),
dan secara seketika memberikan peringatan dini pada sebuah gempa bumi. Keunggulan
dari alat ini antara lain:

a) Mampu mendeteksi gempa yang pusatnya ratusan kilometer

Quake Alarm sangat sensitif untuk mendeteksi gempa bumi tektonik yang
berpusat ratusan kilometer jauhnya serta dapat mendeteksi gempa-gempa susulan
yang terjadi didaerah sekitar Anda.

b) Memberi tambahan waktu untuk menyelamatkan diri

Quake Alarm memberikan 'tambahan' waktu berharga bagi Anda beserta


keluarga untuk dapat beraksi cepat dan tepat dalam mengambil langkah-langkah
perlindungan.

c) Membangunkan anda jika terjadi gempa di malam hari

Quake Alarm" sangat berguna pada malam hari karena bunyi alarm-nya
dapat membangunkan Anda dari tidur sehingga Anda sekeluarga dapat segera
bersiaga dan berlindung ketempat yang lebih aman.

d) Memastikan adanya gempa


Quake Alarm" dapat mengeliminasi keraguan mengenai adanya suatu
gempa bumi dikarenakan pada saat bumi bergetar, kita mengalami disorientasi
keseimbangan tubuh yang mirip dengan gejala kesehatan vertigo (kepala
pening). Suara keras dari pintu garasi yang tertutup atau gemuruh kendaraan truk
besar yang lewat juga dapat mengagetkan banyak orang dan berpikir bahwa
mereka sedang mengalami gempa bumi. Dengan adanya Quake Alarm", kita
dapat memastikan bahwa yang terjadi pada saat itu adalah benar-benar sebuah
gempa bumi sehingga tidak ada lagi kebimbangan atau waktu yang tersia-sia
untuk segera bertindak.

Selain itu handpone juga bisa digunakan sebagai alat pendeteksi gemba bumio
dengan cara mengakses aplikasi pendeteksi. Dengan cara membuka membuka browser
ketik atau mengunjungi URL http://ctrlq.org/earthquakes/seismograph.html lewat
browser pada HP kamu untuk mengecek aktifitas seismic yang ada. Kemudian Letakkan
HP atau Tablet Kamu di Tempat Datar. Agar tidak termodifikasi dengan getaran di
tangan kamu, kamu bisa letakkan smartphone atau tablet kamu di meja atau lantai yang
datar. Hal ini guna melihat aktifitas gempa yang ada. Karena semakin keras
guncangannya, maka grafik seismograf akan semakin naik turun.

C. BIDANG SOCIETY
EKONOMI

Potensi gangguan terhadap kehidupan sosial ekonomi selalu ada bagi penduduk yang tinggal di
daerah rawan bencana seperti Indonesia. Risiko bencana alam membawa pengaruh negatif
terhadap pembangunan, terutama pembangunan ekonomi. Bencana alam menyusutkan kapasitas
produktif dalam skala besar yang berakibat pada kerugian finansial.
Karena itu, bencana alam membutuhkan pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi agar kehidupan
ekonomi kembali normal. Tetapi, semua ini memiliki konsekuensi pembiayaan yang sering
melebihi kemampuan ekonomi daerah yang terlanda bencana. Kebutuhan biaya sosial ekonomi
yang besar buat rehabilitasi dan rekonstruksi menelan hasil-hasil pembangunan. Laporan Asia
Pacific Disaster Report 2010 yang disusun oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk kawasan
Asia dan Pasifik (UN-ESCAP) dan UN-ISDR menyebutkan bahwa kawasan Asia-Pasifik,
termasuk di dalamnya Indonesia, menghasilkan seperempat dari Produk Domestik Bruto (PDB)
dunia. Namun, dalam 30 tahun terakhir ini 85% dari kematian dan 38% kerugian ekonomi global
yang diakibatkan oleh bencana alam juga terjadi di kawasan ini. Sementara itu, Global
Assessment Report (GAR 2011) memperkirakan bahwa kerugian akibat bencana setiap tahunnya
rata-rata mencapai 1% dari PDB, atau setara dengan kerugian yang dialami oleh negara-negara
yang mengalami krisis keuangan global pada tahun 1980 dan 1990-an.
Bagi Indonesia hal tersebut sangat terasa dari dampak bencana. Besarnya kerusakan dan
kerugian akibat dampak bencana sangat besar. Tsunami Aceh (2004) menimbulkan kerusakan
dan kerugian Rp 39 Trilyun. Berturut-turut gempabumi Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006
(Rp 27 trilyun), banjir Jakarta tahun 2007 (Rp 4,8 trilyun), gempabumi Sumbar tahun 2009 (Rp
21,6 trilyun), dan erupsi Merapi tahun 2010 di luar dari dampak lahar dingin sebesar Rp 3,56
trilyun. Sebuah angka yang sangat besar. Bandingkan dengan kebutuhan untuk membangun
Jembatan Suramadu sekitar Rp 4,5 trilyun dan kebutuhan JORR Tahap II sepanjang 122,6 km
sebanyak Rp 5 trilyun. Artinya dampak bencana tersebut menurunkan laju pembangunan.
Dampak fiskal bencana secara nasional memang tergolong kecil. Sebagai misal, tsunami Aceh
tahun 2004 hanya 0,3% dari produk domestik regional bruto (PDRB) Indonesia. Namun
prosentase tersebut sangat kecil di tingkat daerah yaitu mencapai 45% dari produk domestic
regional bruto (PDRB). Begitu pula gempabumi Yogyakarta mencapai 41% dan gempabumi
Sumatera Barat sebesar 30% dari PDRB.
Tentu saja hal ini sangat berat jika dibebankan kepada daerah. Dalam kondisi normal, tidak ada
bencana saja, saat ini banyak daerah-daerah di Indonesia yang deficit. Apalagi terkena bencana
dan harus memulihkan perekonomian daerah. Oleh karena itu Pemerintah Pusat diperlukan
membantu pendanaannya. Dan dalam kenyataannya hamper 90 persen lebih sumber dananya dari
pemerintah pusat.
Sementara itu kemampuan pemerintah mengalokasikan dana cadangan penanggulangan bencana
setiap tahun hanya sekitar Rp 4 trilyun. Dana tersebut digunakan untuk mengatasi semua
bencana besar maupun kecil yang terjadi di seluruh Indonesia. Alokasi dana tersebut perlu
ditambah. Atau dikembangkan suatu mekanisme sistem pendanaan pasca bencana, seperti misal
asuransi bencana yang preminya ditanggung pemerintah.
Mengapa Terjadi Banjir
Banjir yang terjadi pada Senin (2/4) hingga Rabu (4/4) lalu telah menyebabkan 75 RW dan
ribuan rumah di Jakarta dan Tangerang terendam banjir. Banjir terjadi akibat meluapnya Kali
Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Angke dan sebagian Kali Ciliwung meluap. Padahal curah
hujan yang terjadi tidak terlalu besar. Hanya sekitar 124 mm/hari pada Selasa (3/4). Jauh lebih
kecil dibandingkan dengan saat banjir Jakarta tahun 1996 hujannya 300 mm/hari. Banjir tahun
2007 hujan 340 mm/hari. Luas DAS Pesanggrahan 177 km2. Hulunya di perumahan Budi
Agung, Tanah Sereang Kota Bogor, dan hilir bertemu dengan Cengkareng Drain. Hampir 70%
kawasan terbangun dari luas DASnya. Permukiman padat sekitar 45% dari luas DAS tersebar di
bagian hilir, mulai dari Kebayoran Lama, Kedoya dan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Kawasan hijau
hanya 7% dan tidak merata. Sedangkan luas DAS Angke 239 km2 dengan hulu di perumahan
Yasmin Bogor kemudian melewati Parung, Bojonggede, Ciputat, Serpong dan bermuara di
Mookevart. Hampir 60% dari luas DAS adalah permukiman padat. Sisanya tegalan, lahan
kosong, semak. Tidak ada hutan.
 Dengan kondisi tutupan lahan yang demikian maka hujan yang turun hampir 70% langsung
menjadi limpasan permukaan. Buruknya drainase dan sungai maka tidak mampu mengalirkan
limpasan permukaan. Kapasitas debit sungai saat ini hanya mampu menampung 20% dari debit
banjir yang ada. Adanya penyempitan dan pendangkalan sungai menyebabkan sekitar 80% debit
sungai menjadi banjir yang menggenangi permukiman. Dengan kondisi tersebut suatu hal yang
wajar jika terjadi banjir. Justru akan aneh jika tidak banjir karena dari sistem hidrologi memang
sudah tidak seimbang.
Guna mengatasi banjir di Kali Pesanggrahan dan sekitarnya pemerintah telah mengalokasikan
dana Rp 2,3 triliun. Dana tersebut  untuk normalisasi tiga sungai yaitu Pesanggrahan, Angke dan
Sunter. Pelaksanaannya dimulai tahun 2011-2014. Pertahun dialokasi Rp 600 miliar yang
dilakukan oleh Kementerian PU dan Pemprov DKI, PU menangani aspek teknis untuk
konstruksinya, dan DKI untuk masalah pembebasan lahan. Atau untuk Kali Pesanggrahan dan
Angke sekitar Rp 400 milyar. Dengan normalisasi, kapasitas debit sungai meningkat empat kali
lipat dari debitnya pada saat ini. Pada tahun ini akan dilakukan normalisasi Kali Pesanggrahan
sepanjang 8 km dan Kali Angke 6 km. Total normalisasi Kali Pesanggrahan 26,7 km dengan
melebarkan sungai dari 10-15 meter pada saat ini menjadi 30-40 meter. Akibatnya debit sungai
akan meningkat dari 30 m3/detik menjadi 220,3 m3/detik. Normalisasi Sungai Angke dilakukan
sepanjang 20 KM, dengan melebarkan dari 10-15 meter menjadi 27-30 meter pada akhir 2014.
Kapasitas debit air juga akan meningkat dari 16 m3/detik menjadi 200 m3/detik.
Namun keberhasilan normalisasi tersebut sangat tergantung juga peran serta masyarakat dan
dunia usaha. Sebab saat ini banyak masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Bahkan tidak
sedikit yang rumah dibangun di dalam badan sungai sehingga masalah pembebasan lahan sangat
berperan keberhasilan program mengatasi banjir.

BIDANG TEKNOLOGI

Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero: mengukur) adalah alat atau
sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada
permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.
Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari
Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut bisa
menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi.
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan,
sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini
disebut seismometer broadband.
Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi. Pada
prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil. Dengan
begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat
dalam bentuk seismogram

Anda mungkin juga menyukai