Anda di halaman 1dari 29

MATA KULIAH PENDIDIKAN INKLUSI

MAKALAH EVALUASI DIRI SEKOLAH INKLUSI


Dosen Pengampu : Dewi Sri Rejeki, M.Pd

Disusun oleh:

Dwi Cahyo Nugroho Jati K23160


Kurnia Devitasari K23160
Indra Mawarwati K23160
Muhammad Irsaydul Hajj K23160
Nur Wijayanti K2316040
Sekar Ayu Prawesthi K23160

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan serta
pemrosesan data dan informasi yang akan digunakan sebagai dasar pengambiloan
keputusan, pengelolaan, dan pengembangan sekolah. Evaluasi adalah suatu upaya
sistematis untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang menghasilkan
kesimpulan tentang nilai, manfaat serta kinerja dari lembaga pendidikan atau unit
kerja yang dievaluasi, kemudian mengggunakan hasil evaluasi tersebut dalam
proses pengambilan keputusan dan perencanaan. Evaluasi diri menekankan pada
proses untuk membangun budaya mutu di tingkat satuan pendidikan yang
dilakukan secara bertahap dan terus menerus atas seluruh komponen pendidikan.
Upaya yang dilakukan ketika sekolah reguler berubah menjadi sekolah
inklusi dengan pengelolaan yang efektif dan efisien dengan membekali kepala
sekolah panduan evaluasi diri sekolah inklusi. Kepala sekolah memiliki peran
penting dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Peran kepala sekolah
mencakup manajemen sekolah; baik aspek kelembagaan , kurikulum,
pembelajaran dan penilaian , kesiswaan, sarana dan prasarana, kesiswaan,
ketenagaan , kerjasama dan humas, serta masalah pembiayaan.
Sementara itu, guru merupakan ujung tombak dalam implementasi
pendidikan inklusif di sekolah, khususnya dalam proses pembelajaran. Agar guru
dapat mengimplementasikan pembelajaran dalam kelas inklusi secara baik dan
optimal, maka guru perlu dibekali panduan evaluasi diri sekolah inklusi untuk
meningkatrkan kinerja guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud evaluasi diri dalam sekolah inklusi ?
2. Mengapa harus melakukan evaluasi diri ?
3. Kapan evaluasi diri dilakukan ?
4. Bagaimana cara melakukan evaluasi diri ?
5. Apakah tindak lanjut dari evaluasi diri ?
6. Apa saja aspek yang dapat diukur dalam evaluasi diri ?
7. Bagaimana form evaluasi diri ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi tentang evaluasi sekolah inklusi
2. Mengetahui latar belakang dilakukan evaluasi diri
3. Mengetahui waktu pelaksanaan evaluasi diri
4. Mengetahui cara untuk melakukan evaluasi diri
5. Mengetahui tindak lanjut dari evaluasi diri
6. Mengetahui aspek yang dapat diukur dalam evaluasi diri
7. Mengetahui butir-butir isi form evaluasi diri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Apa yang dimaksud Evaluasi diri sekolah inklusi ?


Sistem evaluasi diri (self education system) menurut A Hanief Saha Ghafur
adalah bagian dari sistem penjaminan mutu internal yang berada dalam satu daur
perbaikan mutu berkelanjutan yang melekat pada masing-masing jenjang
pendidikan, seperti program studi, departemen, fakultas, dan institusi perguruan
tinggi. Dengan demikian, evaluasi diri berfungsi sebagai instrumen perbaikan
mutu berkelanjutan, pengendalian mutu pendidikan, dan bentuk akuntabilitas
penyelenggara perguruan tinggi kepada masyarakat, khususnya para pihak yang
berkepentingan (stakeholder).
Menurut Kustawan, evaluasi merupakan hal yang harus dilakukan dalam
sebuah program. Sebuah kegiatan evaluasi akan diketahui bagaimana
keberlangsungan program, kendala yang dihadapi dalam sebuah program, dan
mendapatkan masukan bagi kelanjutan program tersebut. Evaluasi merupakan
suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan
meng¬interpretasi-kan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan pendidikan inklusi dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan
untuk pengambilan suatu keputusan.
Menurut Panduan Evaluasi Diri Sekolah (2013), Evaluasi diri merupakan
upaya sekolah untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja dan keadaan dirinya
melalui pengkajian dan analisis yang dilakukan oleh sekolah sendiri berkenaan
dengan kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan, kendala, bahkan ancaman.
Evaluasi diri merupakan suatu upaya sistematis untuk menghimpun, mengolah
dan menyusun informasi sebagai aspek kegiatan akademis profesional untuk dapat
menyimpulkan kinerja sekolah. Evaluasi diri sekaligus menjadi umpan balik guna
meningkatkan kinerja sekolah.
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah proses evaluasi yang bersifat internal
yang dilakukan oleh sekolah sendiri. Pada umumnya, pelaksana evaluasi internal
adalah warga sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa,
guru bimbingan dan penyuluhan, dan warga sekolah lainnya. Tujuan evaluasi
internal sekolah adalah mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri (sekolah)
sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Evaluasi diri sekolah
bukanlah proses yang birokratis atau mekanis, melainkan suatu proses dinamis
yang melibatkan semua pemangku kepentingan dalam sekolah. EDS perlu
dikaitkan dengan proses perencanaan sekolah dan dipandang sebagai bagian yang
penting dalam kinerja siklus pengembangan sekolah.
Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi diri
adalah proses mengidentifikasi dan mendeskripsikan kekuatan dan kelemahan
institusi sendiri sebagai penyelenggara pendidikan dengan menggunakan
instrumen tertentu. Evaluasi diri juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi dan
mendeskripsikan peluang dan tantangan institusi sehingga dapat dijadikan
referensi untuk mengembangkan institusi dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusif. Melalui kegiatan evaluasi ini diharapkan dapat dirumuskan strategi untuk
memperbaiki program kedepan sehingga pendidikan inklusi dapat berjalan secara
baik dari sebelumnya
Evaluasi diri sekolah inklusi dimaksudkan sebagai proses mengidentifikasi
indikator-indikator penyelenggaraan sekolah inklusif untuk mengetahui apa yang
sudah ada, apa yang sudah dilakukan, apa yang belum ada, dan apa yang belum
dilakukan dalam menyelanggarakan progam pendidikan inklusif di satuan
pendidikan masing-masing. Dengan evaluasi diri diharapkan dapat digunakan
untuk bahan peningkatan diri dan pembinaan dari pihak-pihak terkair dalam
mengembangkan pendidikan inklusif.
B. Mengapa harus dilakukan evaluasi diri ?
Setiap komponen sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, perlu
memahami aspek-aspek atau dimensi dan indikator-indikator kunci yang
merupakan kriteria minimal dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Dengan
memahami aspek/dimensi dan indikator kunci, maka pengelolaan pendidikan
inklusif dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif secara terukur dan
ditingkatkan secara berkelannjutan serta dapat dipertanggungjawabkan baik secara
akademik maupun administratif.
Kepala sekolah memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusif. Peran kepala sekolah adalah seluruh aspek yang ercakup dalam
menejemen sekolah; baik aspek kelembagaan, kurikulum, pembelajaran dan
penilaian, kesiswaan, sarana dan presarana, ketenagaan, kerjasama dan
kehumasan, serta masalah pembiayaan.
Semua aspek manajemen sekolah tersebut akan mengalami perubaahn tata
kelola ketika sekolah reguler bisa berubah menjadi sekolah inklusi. Agar sekolah
dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan optimal serta dapat
menjalankan kepemimpinan secara efektif dan efesien dalam pengelolaan sekolah
inklusi, maka kepala sekolah perlu dibekali panduan evaluasi diri sekolah inklusi.
Guru merupakan ujung tombak dalam implementasi pendidikan inklusif di
sekolah khususnya dalam proses pembelajaran. Wilayah dan tanggung jawab guru
di sekolah adalah pada bagaimana mengembangkan perangkat pembelajara,
pelaksanaan pembelajaran, sampai ecaluasi pembelajaran. Peran dan tugas guru
kelas di SD akan berubah ketika sekolah tersebut menjadi sekolah inklusi untuk
meningkatkan kinerja guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif.
Menuju penyelenggaraan pendidikan inklusif yang baik dan bermutu,
memerlukan proses yang penjang. Perbaikan yang sifatnya berkelanjutan dari
setiap aspek/dimensi dan indikator pendidikan inklusif, juga harus selalu
dilakukan. Untuk itu model evaluasi diri tentang penyelenggaraan pendidikan
inklusif penting untuk dikembangkan dan dilakukan oleh satuan pendidikan
secara konsisten untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah dan guru di sekolah
inklusi. Dengan pertimbangan tersebut maka tujuan evaluasi diri dilakukan adalah
Mengetahui kekuatan dan kekurangan dari satuan pendidikan sebagai
penyelenggara pendidikan inklusif
Mengetahui posisi sekolah saat ini (level of performance) dibandingkan
dengan posisi ideal yang diharapkan sebagai penyelenggara pendidikan inklusif.
Membantu satuan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu proses dan
output pendidikan berbasis pendidikan inklusif.
Membantu pengawas sekolah dan dinas pendidikan dalam rangka
pembinaan sekolah inklusif
Mendorong sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah inklusif
Sebagai bagian dari pembinaan sekolah yang berkelanjutan oleh dinas
pendidikan setempat
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang Kepala
sekolah/madrasah harus memiliki kompetensi-kompetensi seperti tertera dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala sekolah/madrasah: - kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Disamping itu sebagai orang yang paling
bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan
dibawah tanggung jawabnnya, dia juga harus mengacu pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomer 63 tahun 2009 tentang Sistim Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) yang mengharuskan “terbangunnya budaya mutu
pendidikan” serta “terpetakannya mutu pendidikan yang rinci pada satuan
pendidikan”.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka para kepala sekolah/madrasah
khususnya dan pemangku kepentingan pendidikan pada umumnya, mutlak perlu
mengetahui secara benar konsep, maksud dan tujuan serta mampu melaksanakan
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di sekolahnya.
EDS disekolah diperlukan sebab sampai sekarang belum ada satupun alat
yang dapat dipakai oleh sekolah untuk memberikan gambaran umum dalam aspek
SPM dan 8 SNP secara nyata, akurat dan berdasarkan bukti-bukti tentang seluruh
kinerja sekolah sebagai dasar untuk membuat RPS/RKS dan peningkatan mutu
professional seluruh pemangku kepentingan sekolah.
Walaupun sudah ada beberapa upaya evaluasi di sekolah, kebanyakannya
adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar, jadi sifatnya eksternal, untuk
menilai sekolah – umpama untuk akreditasi, pemberian bantuan dsb. Dengan
demikian kehadiran EDS amat diperlukan oleh sekolah karena evaluasi ini adalah
evaluasi internal yang dilakukan oleh dan untuk sekolah sendiri gunamengetahui
kekuatan dan kelemahannya sendiri – semacam cermin muka yang dapat dipakai
dalam melihat kekuatan dan kelemahannya sendiri untuk selanjutnya dipakai
dasar dalam upaya memperbaiki kinerjanya.
Hasil EDS juga dapat dipakai oleh Pengawas untuk laporan kepada pihak
Dinas Pendidikan/Kantor Kemenag kab/kota melalui kegiatan “Monitoring
Sekolah Oleh Pemerintah Daerah” (MSPD) sebagai masukan untuk dasar
Perencanaan Peningkatan mutu Pendidikan dan dasar pemberian bantuan /
intervensi ke sekolah sekolah.

C. Kapan Evaluasi diri dilakukan ?

D. Siapa yang melakukan evaluasi diri ?


Evaluasi diri sekolah inklusi dilakukan sendiri oleh pihak sekolah dengan
menggunakan instrumen yang ada dalam buku panduan evaluasi diri sekolah
inklusi. Instrumen Evaluasi diri Sekolah membahasa keseluruhan isi snp yang
terdiri dari : Standar Sarana dan Prasarana, standar isi, Standar proses, Stadar
Penilaian, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pengelolaan, Standrar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, serta Standar Pembiayaan. Kepala sekolah dapat
menugaskan salah seorang guru (koordinator pendidikan inklusi di sekolah, kalau
ada) sebagai pelaksana teknis dalam pengisian form evaluasi diri. Selanjutnya
form isian yang telah diisi, harus direview bersama antara Kepala Sekoalah dan
Guru yang lain untuk memastikan bahwa isian yang dimaksud dalam form
evaluasi diri diisi dengan benar tepat akurat. Untuk selanjutnya hasil isian evaluasi
diri diteruskan kepada atasan langsung sesuai dengan mekanisme yang telah
dijelaskan. Namun evaluasi diri sekolah inklusi sebaiknya dilaksanakan oleh
semua stakeholder atau pemangku pendidikan di sekolah. Walaupun sebagai
pelakon utama kepala sekolah yang lebih berperan dalam melakukan evaluasi,
keterlibatan mereka juga diharapkan agar dapat memberikan gambaran akan
kebutuhan nyata sekolah secara menyeluruh.
E. Bagaimana cara melakukan evaluasi diri ?
Pelaksanaan evaluasi diri sekolah inklusi dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Kepala sekolah melakukan sosialisasi kepada warga sekolah tentang
pengisian evaluasi diri sekolah inklusi.
2. Kepala sekolah membentuk tim khusus atau menugaskan salah satu
guru sebagai penanggung jawab teknis pengisian form evaluasi diri
sekolah inklusi
3. Tim atau guru yang ditugasi kepala sekolah, mempelajari form isian
yang tersedia dalam panduan evaluasi diri (ada form-1,2, dan 3)
4. Tim atau guru yang ditugasi kepala sekolah, melakukan pendataan
dan mengisi form-form yang dimaksud sesuia dengna data dan kondisi
yang ada di sekolah.
5. Tim atau guru yang ditugasi kepala sekolah,melaporkan hasil isian
evaluasi diri kepada kepala sekolah.
6. Kepala sekolah mengundang semua guru untuk melakukan review atas
evaluasi diri yang telah diisi oleh petugas, dan merevisi jika ada hal-
hal yang disempurnakan.
7. Tim atau guru yang ditugasi kepala sekolah , mengirimkan laporan
hasil evaluasi yang telah disempurnakan kepada dinas kabupaten/kota
setempat dengan tembusan Dinas Pendidikan Provinsi dan Direktorat
Pembinaan PKLK Dikdas Jakarta
8. Pemerintah daerah, Provinsi dan pusat akan menggunakan data
tersebut sebagai bahan kebijakan pembinaan sekolah inklusi.

F. Apa tindak lanjut dari hasil evaluasi diri ?


Tindak lanjut dari evaluasi diri sekolah inklusi adalah sebagai berikut:

1. Pihak sekolah harus mempelajari bagian-bagian mana yang masih


dianggap kurang berdasarkan standar yang diharapkan, untuk selanjutnya
secara terprogram melakukan upaya perbaikan dan peningkatan sesuai
dengan kemampuan sekolah masing-masing. Misalnya belum ada guru
pembimbing khusus (GPK) padahal dalam Permendiknas keberadaan GPK
merupakan salah satu persyaratan. Maka pada tahun berikutnya pihak
sekolah harus melakukan upaya khusus untuk pengadaan GPK tersebut.
2. Disamping mempelajari bagian yang masih kurang, pihak sekolah juga
harus mempelajari mana bagian yang sudah dianggap baik, untuk
selanjutnya terus diperkuat melalui berbagai kegiatan sesuai dengan
kemampuan sekolah, seperti monitoring dan supervisi, pelatihan-pelatihan,
studi banding, dll
3. Pihak sekolah harus menyusun program dan kegiatan tahunan sesuai
dengan RAKS dengan memasukan keiatan yang berhubungan dengan
implementasi pensisikan inklusif.
4. Pada akhir tahun pelajaran berikutnya, pihak sekolah tanpa diminta, harus
melakukan pengisian evaluasi diri dari sekolah inklusi dengan mekanisme
yang sama seperti pada tahun sebelumnya. Demikian seterusnya setiap
tahun secara otomatis pihak sekolah inklusi wajib membuat laporan
berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah inklusi ini.
5. Pihak sekolah meruntuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi setiap
peserta didik dalam belajar. Program pembelajaran bagi peserta didik
berkebutuhan khusus lebih diarahkan kepada pemberian intervensi khusus
agar dapat memanipulasi alat atau media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, sumber bahan, serta situasi lingkungan sekolah (Delphie,
2005:3).
6. Sekolah mendorong terjadinya restrukturisasi terhadap program sekolah
yang telah disusun dalam rangka merespon keberagaman seluruh peserta
didik yang ada di sekolah tersebut. Artinya, pendidikan inklusi tidak
mempermasalahkan apakah anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti
program pendidikan.
G. Apa saja aspek yang diukur dalam evaluasi diri ?
Sesuai dengan PP No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap
satuan pendidikan harus memenuhi standar minimal satuan pendidikan yaitu
standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
penilaian, dan standar keuangaan. (Yusuf & dkk)
1. Standar kompetensi lulusan
a. Apakah peserta didik dapat mencapai target akademis yang diharapkan?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi hasil belajar peserta didik sesuai dengan
standar kompetensi lulusan.
b. Apakah peserta didik dapat mengembangkan potensi penuh mereka
sebagai anggota masyarakat?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi yang meliputi:
 Sekolah mengembangkan kepribadian peserta didik.
 Sekolah mengembangkan keterampilan hidup.
 Sekolah mengembangkan nilai-nilai agama, budaya, dan pemahaman
atas sikap yang dapat diterima.
2. Standar isi
Standar isi ini meliputi:
a. Apakah kurikulum sudah sesuai dan relevan?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi seperti :
 Kerangka kerja dasar dan struktur kurikulum
Dalam hal ini kurikulum sekolah harus memenuhi standar untuk
jenis satuan pendidikan
 Kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan
Dalam hal ini pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan
menggunakan panduan yang disusun BSNP. Selain itu kurikulum dibuat dengan
mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat dan kondisi
budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran
b. Bagaimana sekolah menyediakan kebutuhan pengembangan pribadi
peserta didik?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi dimana sekolah memenuhi standar untuk
memenuhi kebutuhan pengembangan pribadi peserta didik yang meliputi
bimbingan, konseling, dan kegiatan ekstra kurikuler
3. Standar proses
Standar proses meliputi:
a. Apakah silabus sudah sesuai/relevan dengan standar?
Dalam hal ini sekolah harus memiliki spesifikasi dalam silabus meliputi:
 Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dan panduan KTSP.
 Silabus diarahkan pada pencapaian SKL

b. Apakah RPP dirancang untuk mencapai pembelajaran efektif?


Dalam hal ini sekolah harus memiliki spesifikasi dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dimana prinsip- prinsip perencanaan pembelajaran - Setiap guru
harus mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencakup:
identitas mata pelajaran, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar,
tujuan pembelajaran, materi, kegiatan pembelajaran, metode/ teknik pembelajaran,
dan penilaian (mencakup indikator dan prosedur). Rancangan kegiatan
pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup
c. Apakah sumber belajar dapat diperoleh dengan mudah dan digunakan
dengan tepat?
Dalam hal ini sekolah harus memiliki spesifikasi dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dimana selain menggunakan buku pelajaran, guru juga
menggunakan buku panduan, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar
lain.
d. Apakah pembelajaran menerapkan prinsip-prinsip Contextual Teaching
and Learning?
Dalam hal ini sekolah harus memiliki spesifikasi dalam pelaksanaan
pembelajarannya yang meliputi:
 Para guru melaksanakan rencana pembelajaran dengan menggunakan
metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan
memotivasi peserta didik
 Para peserta didik memperoleh kesempatan untuk melakukan ekplorasi
dan elaborasi, serta mendapatkan konfirmasi
 Para guru mengelola kelas secara efektif
Apakah sekolah memenuhi kebutuhan semua peserta didik?
Dalam hal ini sekolah harus memiliki spesifikasi dalam perencanaan proses
belajar dimana rencana pembelajaran memperhatikan perbedaan gender,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, bakat, motivasi belajar, potensi,
kemampuan sosial, emosional, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar,
latar belakang budaya, norma, nilai-nilai, dan lingkungan peserta didik.
Selain itu juga memiliki spesifikasi dalam implementasi proses belajar
yang meliputi:
 Guru menggabungkan pendekatan tematis dan mempertimbangkan isu
keanekaragaman dan lintas budaya.
 Guru menghargai pendapat peserta didik.
 Guru menghargai peserta didik tanpa memandang agama, ras, gender dan
keadaan sosial ekonomi.
e. Bagaimanan cara sekolah meningkatkan dan mempertahankan semangat
berprestasi?
Dalam hal ini sekolah harus memiliki spesifikasi dalam pelaksanaan
pembelajarannya yang meliputi:
 Semua peserta didik diperlakukan dengan adil dan dihargai pendapatnya.
 Guru-guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respon dan
hasil belajar peserta didik.
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
Standar spendidik dan tenaga kependidikan meliputi:
a. Apakah pemenuhan jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sudah
memadai?
Dalam hal ini sekolah harus memiliki spesifikasi seperti :
 Jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi
standar
 Pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi standar kompetensi
 Standar sarana dan prasarana
 Standar sarana dan prasarana ini meliputi:
 Apakah sarana sekolah sudah memadai?
Dalam hal ini sekolah harus memiliki spesifikasi seperti :
 Sekolah memenuhi standar terkait dengan ukuran ruangan, jumlah
ruangan, dan persyaratan untuk sistem ventilasi, dan lainnya.
 Sekolah memenuhi standar terkait dengan jumlah peserta didik dalam
rombongan belajar
 Sekolah memenuhi standar terkait dengan penyediaan alat dan sumber
belajar termasuk buku pelajara
1) Apakah sekolah dalam kondisi terpelihara dan baik?
Dalam hal ini sekolah harus memiliki spesifikasi seperti :
 Pemeliharaan bangunan dilaksanakan paling tidak setiap 5 tahun sekali
 Bangunan aman dan nyaman untuk semua peserta didik dan memberi
kemudahan kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus.
5. Standar pengelolaan
Standar pengelolaan meliputi:
a. Apakah kinerja pengelolaan sekolah berdasarkan kerja tim dan
kemitraan yang kuat dengan visi dan misi yang jelas dan diketahui oleh
semua pihak?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi perencanaan program yang meliputi:
 Sekolah merumuskan visi dan misi serta disosialisasikan kepada
warga sekolah dan pemangku kepentingan.
 Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengeloaan
sekolah/madrasah yang menunjukkan adanya kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
b. Apakah ada tujuan dan rencana untuk perbaikan yang memadai?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi perencanaan program dimana sekolah
merumuskan rencana kerja dengan tujuan yang jelas untuk peningkatan dan
perbaikan serta disosialisasikan kepada warga sekolah dan pihak yang
bekepentingan.
c. Apakah Rencana Pengembangan Sekolah/ Rencana Kerja Sekolah
berdampak terhadap peningkatan hasil belajar?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi perencanaan program dimana rencana
Kerja tahunan dinyatakan dalam rencana kegiatan dan anggaran sekolah/madrasah
dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah. Selain itu dalam hal
supervise dan penilaian juga harus memiliki spesifikasi yang meliputi:
 Sekolah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah.
 Sekolah menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai
kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan SNP
d. Bagaimanakah cara pengumpulan dan penggunaan data yang handal
dan valid?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi yang meliputi:
 Sekolah mengelola sistem informasi pengelolaan dengan cara yang efektif,
efisien dan dapat dipertanggungjawabkan
 Sekolah menyediakan sistem informasi yang efisien, efektif, dan dapat
diakses
 Sekolah menyediakan laporan dan data yang dibutuhkan oleh
kabupaten/kota dan tingkatan lain dalam sistem
e. Bagaimana cara memberikan dukungan dan kesempatan
pengembangan profesi bagi para pendidik dan tenaga kependidikan?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi Pendidik dan Tenaga kependidikan
dimana sekolah meningkatkan kefektifan kinerja pendidik dan tenaga
kependidikandan pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
Selain itu supervisi dan evaluasi pelaksanaan tugas pendidik dan tenaga
kependidikan dan kesesuaian dengan standar nasional.
f. Bagaimana cara masyarakat mengambil bagian dalam kehidupan
sekolah?
 Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi yang meliputi:
 Warga sekolah terlibat dalam pengelolaan kegiatan akademis dan
nonakademis.
 Sekolah melibatkan anggota masyarakat khususnya pengelolaan kegiatan
nonakademis.
6. Standar penilaian
Standar Penilaian meliputi:
a. Sistem penilaian apa yang digunakan untuk menilai peserta didik baik
dalam bidang akademik maupun nonakademik?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi yang meliputi
 Guru membuat perencanaan penilaian terhadap pencapaian kompetensi
peserta didik
 Guru memberikan informasi kepada peserta didik mengenai kriteria
penilaian termasuk Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
 Guru melaksanakan penilaian secara teratur berdasarkan rencana yang
telah dibuat
 Guru menerapkan berbagai teknik, bentuk, dan jenis penilaian untuk
mengukur prestasi dan kesulitan belajar peserta didik
b. Bagaimana penilaian berdampak pada proses belajar?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi dimana penilaian oleh guru meliputi:
 Guru memberikan masukan dan komentar mengenai penilaian yang
mereka lakukan pada peserta didik
 Guru menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran
c. Apakah orang tuan peserta didik terlibat dalam proses belajar anak
mereka?
Dalam hal ini harus memiliki aspek dimana sekolah melaporkan hasil penilaian
mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester
kepada orangtua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan
7. Standar keuangan
Standar keuangan atau pembiayaan meliputi:
a. Bagaimana sekolah mengelola keuangan?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi pengelolaan keuangan sekolah yang
meliputi:
 Anggaran sekolah dirumuskan merujuk Peraturan Pemerintah,
pemerintahan provinsi, dan pemerintahan kabupaten/kota
 Pengelolaan keuangan sekolah transparan, efisien, dan akuntabel.
 Sekolah membuat pelaporan keuangan kepada Pemerintah dan pemangku
kepentingan.
b. Upaya apakah yang telah dilaksanakan oleh sekolah untuk
mendapatkan tambahan dukungan pembiayaan lainnya?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi dimana sekolah memiliki kapasitas
untuk mencari dana dengan inisiatifnya sendiri
c. Bagaimana cara sekolah menjamin kesetaraaan akses?
Dalam hal ini harus memiliki spesifikasi yang meliputi:
 Sumbangan orangtua siswa sekolah ditentukan berdasarkan kemampuan
ekonomi orangtua
 Sekolah melakukan subsidi silang kepada siswa kurang mampu di bidang
ekonomi
(Putra, 2015)
Setiap indikator dari standar pendidikan tersebut, harus dipenuhi oleh
setiap satuan pendidikan. Bahkan satuan pendidikan dapat menetapkan standar
pendidikan yang lebih tinggi dari standarn nasional pendidikan.
Satuan pendidikan dengan standar nasional pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi menuntut adanya modifikasi terhadap
indikator-indikator pendidikan agar pendidikan inklusi yang diselenggarakan
dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Indikator tersebut dikembangkan
khusus untuk mempermudah dalam monitoring dan evaluasi diri penyelenggara
pendidikan inklusi.
Ada sejumlah aspek yang dijadikan ukuran minimal dalam evaluasi diri
sekolah inklusi. Dimana setiap aspek akan dijabarkan ke dalam berbagai indikator
yang kemudian dikembangkan menjadi aitem dengan sejumlah criteria untuk
menggambarkan “level of performance” sebagai sekolah inklusi. Sekolah tersebut
dapat melakukan evaluais didri dan mengolah hasilnya untuk kemudian
mengetahui posisisnya sebagai sekolah inklusi, apakaha sudah baik, sedang,
kurang atau bahkan kurang sekali. Aspek- aspek ukuran minimal dalam evaluasi
diri sekolah inklusi antara lain:
8. Aspek Informasi Umum Sekolah Inklusi
(Yusuf & dkk)
H. Bagaimana form isian Evaluasi diri ?
FORM ISIAN EVALUASI DIRI SEKOLAH INKLUSI

A. IDENTITAS UMUM
1. Nama Sekolah
2. Alamat sekolah
Jalan
Desa
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
Nomor Telp & Fax
Alamat E-mail
Status sekolah (N/S)
Diisi Tanggal:
Kepala Sekolah,

(……………………………….)
B. DATA UMUM SEKOLAH
Informasi Umum Sekolah Keadaan Saat ini Skor
1. Nama Sekolah dan Alamat 0
sekolah
2. SK Pendirian Sekolah  tidak ada (1)
 ada(2), sebutkan:
3. Nomor Identitas Sekolah  tidak ada (1)
(NIS)  ada(2), sebutkan:
4. Nomor Statistik Sekolah  tidak ada (1)
(NSS)  ada(2), sebutkan:
5. Alamat E-mail sekolah  tidak ada (1)
 ada(2), sebutkan:
6. Alamat Web sekolah  tidak ada (1)
 ada(2), sebutkan:
7. Akreditasi sekolah  Belum terakreditasi(0)
 Akreditasi C (1)
 Akreditasi B (2)
 Akreditasi A (3)
8. Nama Yayasan (untuk
sekolah swasta)
9. Status Yayasan  Belum ada Akte Notaris
(0)
 Sudah ada Akte Notaris
(1)
 Sudah terdaftar di
Kem.Kum.Ham (2)
10. Komite sekolah  tidak ada (0)
 ada kurang berfungsi (1)
 ada berfungsi dengan baik
(2)
11. Rumusan Visi dan Misi  Belum punya (0)
sekolah  ada tidak dipajang secara
terbuka (1)
 ada dipajang di tempat
terbuka (2)
Jumlah Nilai Form 1
Standar Nilai Ideal 19

C. DATA KHUSUS SEKOLAH


1. SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH
No Jenis Prasarana Keadaan Saat ini Skor
Sekolah
1 Luas lahan yang Kurang dari 1000 m2 (1)
dimiliki sekolah berapa Antara 1000-3000 m2 (2)
m2(isikan) Diatas 3000 m2 (3)
2 Status lahan yang Milik perorangan tanpa dinotariskan
ditempati sekolah (1)
Milik perorangan dinotariskan (2)
Milik pemerintah/yayasan (3)
3 Luas seluruh bangunan Kurang dari 1000 m2 (1)
sekolah(termasuk yang Antara 1000-2000 m2 (2)
lebih dari 1 lantai) Antara 2000-3000 m2 (3)
Lebih 3000 m2 (4)
4 Status bangunan Semua pinjaman (1)
sekolah Sebagian milik sendiri (2)
Semuanya milik sendiri (3)
5 Ruang khusus untuk Tidak tersedia (0)
Kepala Sekolah Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
6 Ruang Wakil Kepala Tidak tersedia (0)
Sekolah Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
7 Ruang Guru Tidak tersedia (0)
Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
8 Ruang Tata Usaha Tidak tersedia (0)
Sekolah Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
9 Ruang kelas untuk Tidak tersedia (0)
pembelajaran Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
10 Ruang perpustakaan Tidak tersedia (0)
sekolah Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
11 Ruang UKS Tidak tersedia (0)
Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
12 Ruang Tamu Tidak tersedia (0)
Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
13 Ruang Komita Sekolah Tidak tersedia (0)
Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
14 Ruang Serbaguna Tidak tersedia (0)
(aula) Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
15 Ruang Komputer (IT) Tidak tersedia (0)
dan Laboratorium Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
16 Mushola atau tempat Tidak tersedia (0)
ibadah Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
17 Kantin sekolah Tidak tersedia (0)
Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
18 Ruang koperasi Tidak tersedia (0)
sekolah Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
19 Ruang sumber (kelas Tidak tersedia (0)
khusus/ruang Bergabung dengan ruang lain (1)
bimbingan belajar) Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
20 Ruang gudang Tidak tersedia (0)
Bergabung dengan ruang lain (1)
Ruang sendiri kurang memadai (2)
Ruang sendiri dan memadai (3)
21 Kamar mandi/toilet Tidak tersedia (0)
Kepala Sekolah Tersedia kurang memadai (1)
Tersedia memadai (2)
22 Kamar mandi/toilet Tidak tersedia (0)
Guru Tersedia kurang memadai (1)
Tersedia memadai (2)
23 Kamar mandi/toilet Tidak tersedia (0)
untuk siswa Tersedia kurang memadai (1)
Tersedia memadai (2)
24 Instati listruk Berlum ada (0)
Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
25 Instalasi Air/PDAM Berlum ada (0)
Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
26 Jaringan telepon Berlum ada (0)
Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
27 Jaringan internet Berlum ada (0)
Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
28 Fasilitas olahraga milik Berlum ada (0)
sekolah Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
29 Fasilitas kesenian Berlum ada (0)
milik sekolah Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
30 Sarana penunjang yang Berlum ada (0)
aksesibel bagi ABK Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
31 Sarana pembelajaran Berlum ada (0)
khusus sesuai jenis Ada kurang memadai (1)
kelamin Ada memadai (2)
32 Halaman sekolah Berlum ada (0)
tempat bermain Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
33 Kebun sekolah untuk Berlum ada (0)
praktik pembelajaran Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
34 Fasilitas mebel untuk Berlum ada (0)
keperluan Ada kurang memadai (1)
pembelajaran Ada memadai (2)
35 Fasilitas untu pengeras Berlum ada (0)
suara Ada kurang memadai (1)
Ada memadai (2)
Total Skor saat ini
Skor ideal yang diharapkan 91

2. DATA KETENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN

No Data Ketenagaan Kondisi Saat ini Skor


1. Jumlah Guru Kelas Tidak tersedia (0)
(lampiran data lengkap) Tersedia tapi kurang (1)
Tersedia dan cukup (2)
2. Jumlah Guru Tidak tersedia (0)
Matapelajaran (lampiran Tersedia tapi kurang (1)
data lengkap) Tersedia dan cukup (2)
3. Jumlah Guru Tidak tersedia (0)
Pembimbing Khusus Tersedia tapi kurang (1)
(GPK) atau sebutan lain Tersedia dan cukup (2)
(lampiran data lengkap)
4. Jumlah Karyawan / Tidak tersedia (0)
tenaga kependidikan Tersedia tapi kurang (1)
non guru (lampiran data Tersedia dan cukup (2)
lengkap)
5. Kualifikasi pendidikan Belum S1 semua (0)
semua guru Sebagian S1 (1)
Seemua sudah S1 (2)
6. Status Guru Semua guru tidak tetap (0)
Sebagian guru tetap (1)
Semua guru tetap (2)
7. Profesi Guru Semua belum tersertifikasi
(0)
Sebagian tersertifikasi (1)
Semua sudah tersertifikasi (2)
8. Pengalam Guru dalan Semua guru belum punya
kegiatan yang berkaitan pengalaman (0)
dengan pendidikan Sebagian guru sudah ada
inklusif. pengalaman (1)
Semua guru sudah punya
pengalaman (2)
9. Keikut sertaan guru Semua guru belum pernah
dalam kegiatan yang terlibat (0)
berkaitan dengan Sebagian guru pernah terlibat
pendidikan inklusif (1)
Semua guru sudah pernah
terlibat (2)
10. Pengalaman kepala Belum ada pengalaman (0)
sekolah dalam kegiatan Sudah ada pengalaman tapi
inklusi. sedikit (1)
Sudah dan sering terlibat (2)
Total skor yang diperoleh
Skor ideal yang diharapkan 20
Form isian untuk lampiran data guru pembimbing Khusus/ guru kunjung (kalau
ada)
No Nama L/P Latar Keahlian Status (PNS, Ttp, Bertugas di
pendidika Khusus Yay, Kontrak, sekolah ini
n Relawan) sejak tahun
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Data kesiswaan (Tahun Berjalan saat ini)

No Data Ketenagaan Kondisi Saat ini Skor


1. Jumlah rombogan belajar Kurang dari 6 rombel (0)
(rombel)seluruh siswa dari Ada 6 rombel (1)
kelas I – VI Ada 12 rombel (2)
Ada 18 rombel (3)
Lebih dari 18 rombel (4)
2. Jumlah siswa setiap Rombel Kurang dari 10 anak (1)
Antara 10 – 20 anak (2)
Antara 21 – 30 anak (3)
Diatas 30 anak (4)
3. Jumlah ABK seluruh kelas Setiap rombel rata-rata 1 ABK (1)
dibanding dengan jumlah Setiap rombel antara 2 – 3 ABK (2)
Rombel (lampiran daftar Setiap rombel antara 4 – 5 ABK (3)
ABK secara lengkap) Setiap rombel lebih dari 5 ABK (4)
4. Jumlah siswa tidak naik Ada, lebih dari 1 anak per rombel
kelas (tahun ini) (1)
Ada, kurang dari 1 anak per rombel
(2)
tidak ada yang naik kelas (3)
5. Jumlah siswa putus sekolah Ada, lebih dari 1 anak per rombel
(tahun ini) (1)
Ada, kurang dari 1 anak per rombel
(2)
tidak ada yang putus sekolah (3)
6. Jumlah siswa tidak lulus Ada, lebih dari 1 anak per rombel
ujian nasional (tahun ini) (1)
Ada, kurang dari 1 anak per rombel
(2)
tidak ada yang tidak lulus UN (3)
7. Jumlah siswa tidak Lebih 10% dari yang lulus (1)
melajutkan sekolah (tahun Antara 5 – 10% dari yang lulus (2)
ini) Kurang dari 5% dari yang lulus (3)
Semua melanjutkan sekolah (4)
8. Jumlah siswa ABK yang Semua ABK yang ikut UN tidak
ikut UN tahun ini lulus (1)
Sebagian ABK ada yang lulus UN
(2)
Semua ABK yang ikut UN (3)
Total skor yang diperoleh
Skor ideal yang diharapkan 27

Catatan:

Form lampiran untuk data siswa ABK : dta siswa anak berkebutuhan khusus
(ABK) urutan dali kelas terendah ke kelas yang lebih tinggi
No Nama anak L/ Umur / Saat ini Jenis kelainan/ Gejala fisik/
P tgl. lahir duduk di hambatan yang perilaku lain
kelas dialami anak yang tampak
bermasalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

3. DATA KESISWAAN (tahun berjalan saat ini)

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Nurhikmahyanti, Fitri Ning Tyas, Desi. 2014. Penerapan Progam Evaluasi Diri
Sekolah(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Gresik). Surabaya.Universitas Negeri
Surabaya. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 3 No 3

Anitasari, Nita. 2016. Skripsi : Manajemen Progam Evaluasi Diri Sekolah di SMP
Negeri 9 Purwokerto. Purwokerto.IAIN Purwokerto.

Farida Ainun. 2014. Analisis Perbandingan Evaluasi Diri Sekolah dengan


Akreditasi Sekolah. Artikel Ebuletin LPMP Sulawesi Selatan.

Widyawati, Rika. 2017. Evaluasi Pelaksanaan Progam Inklusi Sekolah Dasar.


Semarang. FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Jurnal Manajemen
Pendidikan Vol 4 No 1

Anda mungkin juga menyukai