Anda di halaman 1dari 2

‘Who wants to feel white?

’ Race, Dutch culture


and contested identities
Philomena Essed  & Sandra Trienekens
Pages 52-72 | Published online: 26 Sep 2008
Is the concept of ‘whiteness’ applicable to the Netherlands (and – mainland Europe)? This
 

article explores cultural expressions of white normativity and possible interpretations of the
notion of whiteness as identity. For that purpose we combine two data sets: first white and/or
Dutch normativity in political and public life and in the media are discussed, and, second,
everyday experiences of racial and/or national identity among whites. The former includes
MA theses on newspaper coverage of the Dutch multicultural society. The latter draws from
student essays about the meaning of whiteness in their life histories. Dutch students avoid
references to ‘skin colour’ and to ‘whiteness’ because of the ‘racial’ connotations.
Inequalities are not denied but recognized and verbalized more readily in terms of ethnicity,
citizenship, national identity or western superiority and civilization.
Keywords: Citizenship, Dutch culture, racism, national identity, whiteness, the Netherlands
ANALISIS:
Di negara Belanda, mayoritas rakyatnya berkulit putih. Pada artikel ini penulis ingin
menjelaskan tentang bagaimana ras, budaya, dan identitas bangsa Belanda yang diperbutkan
melalui kegiatan sehari-hari dan pengalaman dalam hidup warga ‘kulit putih’. Penulis ingin
menjelaskan bagaimana rasanya menjadi ‘bangsa kulit puntih’ (di Belanda, ataupun di
Eoropa) kepada masyarakat di seluruh dunia. Mahasiswa Belanda menghindari acuan untuk
‘warna kulit putih’ karena menganggap bahwa itu rasis. Menurut saya, memberikan
pengertian kemada rakyat seluruh dunia bagaimana budaya untuk tidak membeda-bedakan
ras perlu dilakukan. Ketidaksetaraan di Belanda atau di tanah Eropa tidak dibantah, tetapi
diakui dan diungkapkan dengan kata-kata yang merakyat, yaitu dalam hal etnis,
kewarganegaraan, identitas nasional atau superioritas barat dan peradaban.
Bangsa ‘kulit putih’ meganggap bahwa rasnya yang paling baik dan paling maju.
Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang tidak hanya
‘bangsa kulit putih’ yang memberi kontribusi, masyarakat Asia dan Afrika pun mampu
menjadi ilmuan handal. Dulu keterampilan politik, dan gaya hidup ‘bangsa kulit putih’
menjadi panutan karena perkembangan taraf hidup mereka yang modern dan maju.
Munculnya artikel ini saya rasa akibat adanya perselisihan antara ‘bangsa kuit putih’
dengan ‘bangsa kulit gelap’. Oleh sebsb itu, dari bacaan ini ita dapat mengetahui bagaimana
kehidupan menjadi ‘bangsa kulit putih’ dan bagaimana ras, budaya Belanda, dan identitas
yang diperebutkan.
Di dunia ini terdapat banyak sekali suku dan bangsa. Kita tidak seharusnya
menganggap diri kita, kelompok kita, suku kita sebagai yang paling baik. Penduduk di setiap
negara memiliki cirikhas, ras dan budaya yang berbeda. Kita harus bisa saling menghormati
keunikan masing-masing orang. Agar kita bisa hidup damai di dunia, kita harus saling
menghargai sesama kita, sama seperti kita menghargai diri sendiri.
Sumber: http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01419870701538885
Perubahan Kebudayaan Indonesia Karena
Globalisasi
Oleh Darsiyah
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
darsiyah27@yahoo.com

Abstrak
Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, perubahan
ini terjadi karena faktor masyarakat yang memang menginginkan perubahan kebudayaan, dan
perubahan kebudayaan yang terjadi sangat pesat yaitu karena masuknya unsur-unsur
globalisasi ke dalam kebudayaan Indonesia. Unsur globalisasi juga masuk ke dalam
kebudayaan lokal, kebudayaan nasional, dan juga kebudayaan global, karena masuknya
unsur-unsur tersebut maka ada upaya melestarikan dan upaya pemanfaatan kebudayaan di
Indonesia serta pemanfaatan dari kebudayaan-kebudayaan yang ada. Disamping itu juga
penanganan terhadap dampak era globalisasi yang membawa dampak positif maupun dampak
negatif. Pola hidup masyarakat masa kini dengan masa dahulu sangatlah berbeda hal ini juga
dikarenakan akibat globalisasi. Selain itu dampak karena globalisasi yaitu berkembangnya
teknologi-teknologi canggih yang sangat membantu manusia namun juga dapat merusak
mental dan moral generasi muda, oleh karena itu semua unsur globalisasi perlu dikaji terlebih
dahulu sebelum menerapkan unsur tersebut.
Kata kunci : dampak globalisasi, kebudayaan global, kebudayaan lokal,kebudayaan nasional,
nilai-nilai baru.
Sumber: http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/perubahan-kebudayaan-indonesia-
karena.html
ANALISIS:
Dalam artikel ini, penulis beranggapan bahwa kebudayaan indonesia selalu
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, perubahan tersebut terjadi karena faktor
msyarakat yang memang menginginkan perubahan kebudayaan. Menurut saya, hal tersebut
memanng benar. Setiap orang memiliki sifat yang berbeda beda. Jika ada suatu kebudayaan
baru muncul, dan menurut orang tersebut baik untuk di contoh, orang itu akan mulai
menerapkan kebudayaan baru terseut dalam kehidupannya. Jadi, jika ada dampak positif atau
negatif terhadap perubahan kebudayaan karena globalisasi, hal ini tergantung pada bagaiman
tiap orang menyaring budaya baru yang muncul tersebut. Menurut saya, akan lebih baik jika
kita dapat menerapkan kebudayaan baru yang hampir sama/cenderung sama dengan
kebudayaan kita. Ini dimaksudkan agar kebudayaan indonesia tetap terjaga.

Anda mungkin juga menyukai