PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2
1.2.1 Standar Nasional pendidikan yang dituangkan dalam bentuk Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, belum sepenuhnya dilaksanakan
secara saksama, khususnya standar proses dan standar penilaian.
1.2.2 Pembelajaran yang mestinya dilaksanakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian, belum dikembangkan secara optimal.
1.2.3 Paradigma pembelajaran berpendekatan teacher centered perlu divariasi
ke pendekatan student centered.
1.2.4 Kompetensi yang harus dipelajari oleh peserta didik relatif banyak,
sedangkan waktu yang disediakan untuk pembelajaran terbatas.
1.2.5 Tidak semua materi pembelajaran dapat dipelajari melalui pendekatan
yang sama, pada kenyataannya belum semua tenaga pengajar
memperhatikan dan mengembangkan pendekatan pembelajaran yang
tepat.
1.2.6 Neokorteks yang fungsinya untuk berpikir, bernalar, berperilaku baik,
kemampuan berbahasa, dan kecerdasan yang lebih tinggi belum
difungsikan secara maksimal dalam pembelajaran.
1.2.7 Pembelajaran yang seharusnya fokus pada learning, berangkat dari
masalah nyata, dan menumbuhkembangkan kemampuan menggunakan
keterampilan proses, sementara yang yang masih banyak dilaksanakan
berfokus pada teaching.
1.2.8 Belum ditemukannya pendekatan yang efektif dalam pembelajaran
matematika terapan.
1.2.9 Pengembangan program diklat (silabus) yang dilaksanakan di PPPPTK-
BMTI Bandung masih berbasis waktu keproyekan, padahal idealnya
berbasis pada kompetensi yang akan dipelajari.
3
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian, belum dikembangkan secara optimal serta masalah nomor
nomor delapan tentang belum ditemukannya pendekatan yang efektif dalam
pembelajaran matematika terapan.
4
1.6.3 Meningkatkan profesionalisme, khususnya dalam hal pengembangan
profesi widyaiswara.
Bagi lembaga, diharapkan penelitian ini dapat:
1.6.1 menambah variasi pembelajaran yang selama ini dilaksanakan,
1.6.2 menjadi acuan dalam pengembangan program diklat.
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
2.1 Teori Pendukung
6
Menurut Depdiknas, pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada
kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:
1. Proses belajar
2. Transfer Belajar
a. Peserta didik belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang
lain.
b. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas
(sedikit demi sedikit).
c. Penting bagi peserta didik tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
7
3. Peserta didik sebagai Pembelajar
a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada
peserta didik. Dari guru/fasilitator akting di depan kelas, peserta didik
menonton ke peserta didik lain akting bekerja dan berkarya, guru/fasilitator
mengarahkan.
b. Pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara peserta didik
menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih
dipentingkan dibandingkan hasilnya.
c. Umpan balik amat penting bagi peserta didik, yang berasal dari proses
penilaian yang benar.
d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
8
1. Konstruktivisme
Pembelajaran kontekstual harus dapat membangun pemahaman peserta didik
sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan
menerima pengetahuan.
2. Inquiry
Pembelajaran kontekstual merupakan proses perpindahan dari pengamatan
menjadi pemahaman, sehingga peserta didik belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis.
3. Questioning (Bertanya)
Peran guru sebagai fasilitator harus dapat mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir peserta didik yang merupakan bagian penting
dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Pembelajaran kontekstual diberlakukan pada sekelompok orang yang terikat
dalam kegiatan belajar, sehingga perlu difahami aspek bekerjasama dengan
orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, dapat saling bertukar
pengalaman dan berbagi ide sesama peserta didik atau fasilitator
5. Modeling (Pemodelan)
Pembelajaran dilakukan melalui proses penampilan suatu contoh agar orang
lain berpikir, bekerja dan belajar, serta mengerjakan apa yang diinginkan
guru/fasilitator agar peserta didik mengerjakannya.
6. Reflection ( Refleksi)
Sifat refleksi tercermin dalam pembelajaran kontekstual, dimulai dari cara
berpikir tentang apa yang telah dipelajari, mencatat apa yang telah dipelajari
serta membuat jurnal, karya seni, dan atau diskusi kelompok.
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Penilaian sebenarnya harus dilaksanakan dalam mengukur pengetahuan dan
keterampilan peserta didik, penilaian produk (kinerja) serta penilaian tugas-
tugas yang relevan dan kontekstual.
9
1. Peserta didik aktif dan guru/fasilitator aktif (matematika sebagai aktivitas
manusia).
2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah
kontekstual realistik.
3. Guru/fasilitator memberikan kesempatan pada peserta didik menyelesaikan
masalah dengan caranya sendiri.
4. Guru/fasilitator menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
5. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau
besar).
6. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pergi ke
luar kelas untuk mengamati atau mengumpulkan data).
7. Guru/fasilitator mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi.
8. Peserta didik bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur
kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (menggunakan model).
9. Guru bertindak sebagai fasilitator (tutwurihandayani).
10. Kalau peserta didik membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah
jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan (motivasi).
10
masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru/fasilitator memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar di luar kelas. Misalnya, peserta
didik keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan
wawancara. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman
langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan
aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai
penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
3. Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta
membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.
Guru/fasilitator dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun
delapan peserta didik sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.
4. Membuat aktivitas belajar mandiri
Peserta didik tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan
informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru/fasilitator. Supaya
dapat melakukannya, peserta didik harus lebih memperhatikan bagaimana
mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan
menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman
pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu;
menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha
tanpa meminta bantuan guru/fasilitator supaya dapat melakukan proses
pembelajaran secara mandiri (independent learning).
5. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua peserta didik yang
memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru/fasilitator tamu. Hal ini perlu
dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana
peserta didik dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja
sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk
memberikan pengalaman kerja. Misalnya meminta peserta didik untuk
magang di tempat kerja.
6. Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu peserta
didik untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah
11
diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002:
165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi peserta didik
untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-
mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh
guru/fasilitator adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan
tertulis.
Portfolio merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan peserta didik dalam
konteks belajar di kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan untuk
mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh
kebebasan dalam belajar. Selain itu, portfolio juga memberikan kesempatan
yang lebih luas untuk berkembang serta memotivasi peserta didik. Penilaian
ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses
peserta didik sebagai pembelajar aktif. Sebagai contoh, peserta didik diminta
untuk melakukan survey mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan
rumahnya.
Tugas kelompok dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan
proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil
mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-
masing peserta didik. Isi dari proyek akademik terkait dengan konteks
kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi
peserta didik. Sebagai contoh, peserta didik diminta membentuk kelompok
proyek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan peserta
didik.
Dalam penilaian melalui demonstrasi, peserta didik diminta menampilkan hasil
penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka
kuasai. Para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukkan peserta
didik. Sebagai contoh, peserta didik diminta membentuk kelompok untuk
membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan drama.
Bentuk penilaian yang terakhir adalah laporan tertulis. Bentuk laporan tertulis
dapat berupa surat, petunjuk pelatihan teknis, brosur, essai penelitian, essai
singkat.
Menurut Brooks&Brooks dalam Johnson (2002: 172), bentuk penilaian seperti
ini lebih baik dari pada menghafalkan teks, peserta didik dituntut untuk
menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi agar dapat membantu
12
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
13
tahapan pada proses perencanaan pembelajaran seperti diperlihatkan gambar
2.1.
14
mencakup tujuan, kebermaknaan materi, kegiatan latihan/praktik yang akan
dilakukan, umpan balik, komunitas pembelajaran, pemodelan dan administrasi,
yang kesemuanya dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) atau Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Tahap 4 adalah
memastikan bahwa peserta dapat menerapkan apa yang akan mereka pelajari
pada pekerjaannya, yang berarti perlu peningkatan kecakapan manajemen.
Tahap 5 adalah perencanaan evaluasi dengan berpedoman pada hasil
pembelajaran yang diharapkan yang dapat mengukur pengetahuan, dan perilaku
atau kecakapan serta pemilihan disain evaluasi yang memungkinkan untuk
dilaksanakan. Tahap 6 mencakup pemilihan metodologi pembelajaran yang
didasarkan pada tujuan pembelajaran dan lingkungan belajar, yang mungkin
melibatkan metode tradisional dengan interaksi face-to-face menggunakan trainer
atau e-learning. Tahap 7 merupakan tahap evaluasi dari keseluruhan tahapan
dari rencana pembelajaran yang telah disiapkan, yang dalam hal ini
dimungkinkan adanya penyempurnaan pada setiap tahapannya.
15
Beralihnya bentuk evaluasi ke bentuk authentic assessment seperti misalnya
portofolio, journal, proyek, laporan peserta didik, penampilah atau yang lain.
16
pengalaman atau dunia sejauh yang dialaminya. Proses pembuktian ini berjalan
terus menerus, setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu
pemahaman yang baru. Pengetahuan selalu merupakan suatu konstruksi dari
seseorang yang mengetahui, maka tidak dapat ditransfer kepada penerima yang
pasif. Penerima sendiri harus mengkonstruksikan sendiri pengetahuan itu.
Semua yang lain, entah obyek maupun lingkungan hanyalah sarana terjadinya
konstruksi tersebut. Berangkat dari pandangan ini maka seorang peserta didik
akan dapat memahami matematika hanya apabila peserta didik secara aktif
mengkonstruksikan pengetahuan yang ada pada dirinya lewat pengalamannya
dengan lingkungan. Dalam pembelajaran aktif peserta didik lebih berpartisipasi
aktif sedemikian rupa sehingga kegiatan peserta didik dalam belajar jauh lebih
dominan dari kegiatan guru dalam mengajar.
Dalam belajar, proses belajar terjadi dalam benak peserta didik. Jelas
bahwa faktor peserta didik sangat penting di samping faktor lain. Dengan
demikian perlu diketahui bahwa belajar aktif bukanlah merupakan konsep yang
memisahkan pembelajaran secara dikotomis menjadi pembelajaran aktif dan
pembelajaran pasif. Derajat keaktifan dapat mempunyai rentang dari sangat
rendah, sedang, agak tinggi, sampai dengan tinggi.
17
Pahamilah apa yang sedang Anda bicarakan.
Untuk itu guru tidak boleh lagi berfalsafah boleh ”menang semalam” dari
pesertadidiknya, berbagai survai yang masih diikuti survai berikutnya,
akhirnya sampai pada suatu kesimpulan dari hasil penilaian peserta didik
kepada gurunya (sebagai umpan balik), menunjukkan bahwa peserta didik
tidak dengan mudah menerima materi pengajaran yang tidak disiapkan oleh
gurunya sendiri. Hal ini menuntut guru secara kreatif mempersiapkan materi
pembelajaran. Tidak sekadar mencomot dari sana sini dan belum dikemas
oleh gurunya.
Ajarilah dan kedepankan dengan contoh.
Guru harus menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang menjadi mantap
secara intelektual menjadi lebih profesional adalah dari hasil belajarnya.
Hargailah peserta didik Anda.
Salah satu bagian dari menghargai peserta didik adalah membuatnya berani
mengajukan suatu pertanyaan dan berani mengatakan pendapatnya.
Berilah motivasi kepada peserta didik Anda.
Belajar akan menjadi lebih efektif apabila si pembelajar dimotivasi dan
disemangati untuk ambil bagian dalam menyelesaikan tugas dalam
belajarnya. Pertahankanlah ketertarikan peserta didik menggunakan materi
pelajaran dengan berbagai contoh dan variasinya. Dengan demikian guru
dituntut secara kreatif untuk selalu memberi motivasi sepanjang jalannya
pembelajaran dan terus mengupayakan ketertarikan peserta didik.
Konstruksikan selalu tujuan pembelajaran yang akan Anda ajarkan.
Dengan telah dikonstruksikan selalu tujuan pembelajaran, maka Anda dapat
memilih kegiatan-kegiatan kelas, memilih bacaan, dan penetapan tugas
rumah yang lebih fokus untuk membantu peserta didik meningkatkan
kemampuannya. Dari sini guru dituntut secara kreatif mengembangkan
silabus sehingga mampu diselenggarakan suatu proses pembelajaran
sehingga diwujudkannya suatu kemampuan dasar yang telah ditetapkannya.
Ajarilah peserta didik problem solving skill.
Peserta didik mengerti banyak, tetapi tidak banyak dari mereka yang mengerti
bagaimana menerapkan pengetahuannya untuk menyelesaikan problem yang
18
belum pernah mereka pelajari sebelumnya. Di sini kreativitas guru dituntut
meningkatkan kemampuan problem solving peserta didik.
Katakan dan perlihatkan.
Kebanyakan yang kita ajarkan adalah abstrak. Kita seringkali menerapkan
kecanggihan matematika untuk menurunkan suatu relasi, membangun suatu
konsep, dan memaksakan dengan itu semua untuk memecahkan masalah.
Sehingga sering dijumpai peserta didik melewati itu semua tanpa memahami
secara realistis fenomena pokok yang sedang didiskusikan. Jawablah
tantangan itu secara kreatif dengan memvariasikan metoda-metoda yang
lebih membuatnya lebih kongkrit. Dengan merealisasikan konsep-konsep
terhadap dunia riil, memberanikan kelompok kerja menggunakan cara apapun
untuk dapat mengetuk pintu pengetahuan peserta didik.
Baca dan baca terus model-model pembelajaran.
Perkembangan dan perpaduan model pembelajaran matematika sangat
beragam, oleh karena itu penting artinya bagi pendidik untuk terus
meningkatkan pengetahuan itu, guna menghasilkan mutu pembelajaran
matematika yang makin meningkat. Belajar tentang berbagai jalan yang dilalui
oleh orang yang belajar adalah langkah pertama untuk mengeliminasi tidak
sesuainya (mismatch) antara gaya belajar peserta didik dengan gaya
mengajar dari pengajarnya.
Ajarkan peserta didik Anda tentang belajar.
Seseorang dapat dijadikan figur idola dalam belajarnya dengan style yang
berbeda-beda. Secara kreatif kita dapat menceriterakan gaya belajar penemu
atau gaya belajar Kolb atau gaya belajar indikator dari Myers-Briggs. Dengan
memahami gaya-gaya belajar yang disenangi, peserta didik akan menentukan
cara belajar yang efektif bagi mereka sendiri.
Konstruksikan tes yang valid.
Konstruksikan tes yang akurat untuk mengukur apa yang akan diukur,
mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai dan pengembangan
silabus yang telah dirumuskan. Teori tentang teknik penyusunan dan
pengujian tes tidak sulit diperoleh dan dengan kemampuan menyusun soal
tes yang akurat akan menjadikan seorang pendidik tambah profesional.
19
2.1.3.3 Pembelajaran Efektif dalam Matematika
Kanold (dalam Suryanto, 1999) mengemukakan resep pembelajaran
efektif, yang meliputi perencanaan, penyajian, dan penutupan sebagai berikut.
a. Perencanaan.
1). Memulai pertemuan dengan tinjauan singkat atau dengan masalah
pembuka selera.
2). Memulai pelajaran dengan pemberitahuan tujuan dan alasan secara
singkat.
3). Menyajikan bahan pelajaran baru sedikit demi sedikit, dan di antara
bagian-bagian penyajian yang sedikit itu memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memahami, mencobakan, bertanya, dan
sebagainya.
4). Memberikan petunjuk yang rinci untuk setiap tugas bagi peserta didik.
5). Memeriksa pemahaman peserta didik dengan jalan mengajukan banyak
pertanyaan dan latihan yang cukup banyak.
6). Meperbolehkan peserta didik bekerjasama sampai pada tingkat dapat
mengerjakan tugas secara mandiri.
b. Penyajian.
1). Pemeriksaan pemahaman oleh peserta didik dilakukan dengan
pemberian tugas. Pendidik memberikan penjelasan pembuka jalan,
kemudian peserta didik menyelesaikan tugas itu, lalu pendidik berkeliling
memeriksa hasilnya, dan memberi bantuan. Di akhir tahap ini, peserta
diminta membuat ringkasan proses langkah-langkah penyelesaian tugas.
2). Pertanyaan diajukan kepada seluruh peserta, peserta diberi cukup waktu
untuk menemukan jawaban, kemudian salah seorang ditunjuk untuk
menjawab pertanyaan, akhirnya jawaban ditawarkan kepada yang lain
untuk menilai kebenaran atau ketepantannya.
3). Pada pembelajaran tentang konsep atau prosedur, peserta didik
mengerjakan latihan terbimbing. Pendidik membimbing dengan
menugasi peserta didik bekerja berkelompok kecil atau berpasangan
untuk merumuskan jawaban atas latihan itu. Menyelidiki pola yang
mungkin ada, menyusun strategi yang diperlukan dalam mengerjakan
latihan itu, dan sebagainya.
20
c. Penutup pertemuan.
1). Jika sisa waktu tinggal sedikit, digunakan untuk membuat ringkasan dari
pembelajaran yang baru saja selesai.
2). Jika sisa waktu agak banyak, digunakan untuk membicarakan langkah
awal penyelesaian tugas yang harus dikerjakan di rumah.
21
2.1.3.4 Pembelajaran Menyenangkan dalam Matematika
Motivasi merupakan kunci utama pembelajaran yang menyenangkan. Gagne
(dalam Setiawan) menyatakan bahwa motivasi untuk pembelajaran adalah
dorongan utama yang mengakibatkan seseorang dengan senang hati, terdorong
untuk meraih suatu tujuan. Dengan adanya motivasi yang baik, peserta didik
akan lebih mudah dan senang. Motivasi dalam pembelajaran matematika adalah
usaha-usaha untuk menyediakan kondisi sehingga seseorang terdorong untuk
belajar lebih baik, dan mempengaruhi peserta didik sehingga pada diri peserta
didik timbul dorongan untuk belajar sehingga diperoleh pengertian, pengetahuan,
sikap, dan penguasaan kecakapan, agar dapat menguasai kesulitan-kesulitan.
Tim Instruktur Pemantapan Kerja Guru (PKG) Sekolah Menengah (1994),
menyimpulkan sejumlah motivasi yang dapat dikembangkan di sekolah yang
dapat dimanfaatkan untuk menjadikan peserta didik menyenangi dan termotivasi
untuk belajar matematika dan sudah barang tentu untuk pembelajaran
Trigonometri SMU, diantaranya
1. Pemberian nilai
2. Persaingan. Di sekolah persaingan sering mempertinggi hasil belajar, baik
persaingan individual maupun persaingan kelompok.
3. Kerja sama. Jika peserta didik diminta untuk melakukan tugas bersama-
sama, saling bantu membantu dalam mengerjakan tugas akan mempertinggi
kegiatan pembelajaran dan dapat memupuk hubungan sosial yang sehat.
4. Keterlibatan harga diri. Bila peserta didik merasa pentingnya tugas yang
harus diembannya, maka ia akan menerima sebagai suatu tantangan dengan
mempertaruhkan harga dirinya.
5. Tugas atau pertanyaan yang menantang.
6. Pujian.
7. Penampilan guru. Bahwa guru yang menarik perhatian peserta didik
terhadap pelajaran dapat menimbulkan minat yang lebih mendalam terhadap
pelajaran itu.
8. Suasana yang menyenangkan.
9. Pengertian, ia akan berusaha untuk mencapainya. Tujuan yang menarik bagi
peserta didik adalah motivasi yang sangat baik.
10. Variasi kegiatan belajar. Dengan digunakannya bermacam-macam alat bantu
pembelajaran, menceriterakan sejarah yang berhubungan dengan topik,
22
kegiatan laboratorium dan outdoor mathematics, akan membangkitkan minat
peserta didik dalam belajar matematika.
11. Matematika sebagai rekreasi. Bahwa pengajaran yang disisipi teka-teki
matematika, permainan dan tebakan yang menyangkut sifat-sifat matematika
dapat membangkitkan pengalaman yang menyenangkan terhadap
matematika.
Memang membangkitkan motivasi itu tidak mudah, di bawah ini diberikan
beberapa resep untuk membangkitkan motivasi, sehingga akan semakin
menyenangi belajar matematika, diantaranya:
1. Usahakan agar setiap tujuan pembelajaran itu jelas dan menarik.
2. Usahakan untuk memberikan motivasi dengan contoh. Guru harus
berkompeten dalam matematika yang diajarkannya.
3. Guru harus antusias pada matematika dan memperlihatkan kegemaran
terhadap matematika, dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ciptakan suasana yang menyenangkan.
5. Usahakan agar peserta didik sebanyak mungkin terlibat dalam kegiatan
belajar mengajar.
6. Hubungkanlah bahan pelajaran dengan kebutuhan peserta didik.
7. Pujian dan hadiah lebih berhasil dalam membangkitkan motivasi daripada
hukuman dan celaan.
8. Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan
peserta didik.
9. Hargailah pekerjaan yang telah dilakukan peserta didik.
10. Berikanlah kritik dengan senyuman.
11. Usahakanlah agar selalu terdapat motivasi pada setiap langkah proses
pembelajaran.
23
2.2 Kerangka Berpikir
WI : Peserta :
KONDISI Belum mengoptimalkan Sulit memahami materi
AWAL fasilitas bengkel dalam aplikasi matematika
pembelajaran
SIKLUS I
Pembelajaran
Pembelajaran kon-
kontekstual dalam
tekstual ke bengkel
pembelajaran
TINDAKAN matematika terapan
yang didahului
pembelaran di kelas
SIKLUS II
Pembelajaran kon-
tekstual langsung ke
bengkel
Peningkatan efekti-
KONDISI AKHIR vitas pembelajaran
matematika terapan
24
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1 Setting
3.1.3 Observer
Observer atau pengamat yang dilibatkan dalam penelitian diambil dari
teman sejawat, yaitu bapak Totok Triwibowo, SE., MM. dan ibu Laeny Siti
Hasanah, SPd., MSi. Pemilihan dua observer berbeda dimaksudkan agar data
yang diperoleh reprensentatif.
25
3.2 Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian yaitu peserta diklat Peningkatan Kompetensi
Guru Matematika SMK tahun 2008 yang berjumlah 24 orang.
26
Indikator kinerja dari penelitian ini mencakup tiga hal, yaitu:
3.7.1 Dibuktikannya bahwa pembelajaran kontekstual memenuhi kriteria inter-
aktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan
mandiri pada pembelajaran matematika terapan.
3.7.2 Diketahuinya peningkatan efektivitas pembelajaran matematika terapan
menggunakan pembelajaran kontekstual.
3.7.3 Ditemukannya langkah-langkah implementasi pembelajaran kontekstual
yang tepat dalam pembelajaran matematika terapan.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal
Diklat matematika terapan bagi guru matematika SMK yang dilaksanakan
oleh PPPPTK-BMTI sudah berjalan sejak tahun 1983. Sejak itu pula selalu
muncul ungkapan “sulit” dari peserta yang berlatar belakang matematika untuk
memahami atau mengingat nama dan bentuk peralatan teknik yang obyek
terapan dari matematika. Bahkan tidak sedikit dari peserta yang tertawa ketika
mendengar nama komponen mesin seperti “alur ekor burung”, “roda gigi cacing”
atau “batang sinus”. Namun dari bahan ketawa itu, mereka jadi selalu ingat akan
nama dan bentuk dari peralatan yang diketawakan.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran matematika terapan, mulai dari pemakaian transfaransi over heat
projector, membuat benda teknik tiruan (model), membawa peralatan bengkel ke
kelas, bahkan membawa peserta ke bengkel lembaga maupun industri yang
mengoperasikan fasilitas yang menjadi obyek matematika terapan. Namun
seberapa jauh peningkatan efektivitas pembelajarannya, hingga saat ini belum
pernah diukur.
Berbekal anggapan bahwa guru matematika SMK memiliki kesamaan
karakteristik, maka pada penelitian ini, kesulitan memahami matematika terapan
dijadikan sebagai kondisi awal.
28
peserta kembali ke kelas dan melakukan diskusi dengan widyaiswara tentang
materi yang sedang dipelajari,
penugasan peserta untuk mengerjakan soal-soal latihan dengan bimbingan
widyaiswara, dan
memberikan post tes.
Waktu dari setiap tahapan tindakan seperti yang ditentukan dalam SAP 1
dan SAP 2 serta pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran
menggunakan acuan instrumen pengamatan.
29
Daftar 4-1 Nilai Hasil Pre Test Aplikasi Operasi Bilangan Real (OBR) serta Persamaan dan
Pertidaksamaan (PP)
Materi
No
OBR PP Rata-rata
1 40 60 50
2 60 50 55
3 50 40 45
4 30 20 25
5 50 60 55
6 40 50 45
7 40 50 45
8 40 45 42,5
9 40 65 52,5
10 60 50 55
11 40 40 40
12 40 40 40
13 40 50 45
14 20 50 35
15 40 45 42,5
16 30 45 37,5
17 60 30 45
18 40 50 45
19 40 60 50
20 50 40 45
21 40 60 50
22 40 35 75
23 40 50 45
24 50 50 50
Rata-rata 42,5 51.5 47
Daftar 4-2 Hasil Pengamatan pada Pembelajaran Operasi Bilangan Real serta Persamaan dan
Pertidaksamaan
Catatan Pengamat
Unsur yang diamati
B C K SK
1. Interaksi sesama peserta
2. Interaksi antara Widyaiswara dan peserta
3. Ekspresi peserta akan adanya inspirasi
4. Ekspresi keceriaan (kesenangan) peserta
5. Ekpresi keingintahuan peserta terhadap materi
30
6. Motivasi peserta selama pembelajaran
7. Keaktifan peserta selama pembelajaran
8. Kreativitas yang dilakukan peserta
9. Kemandirian peserta dalam belajar
10. Jumlah peserta yang bertanya 20 kali
11. Jenis pertanyaan:
a. Tentang kejelasan materi yang dibahas 13 kali
4.2.4 Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan hari pertama dan kedua terdapat 20 kali
pertanyaan dari peserta, ini menunjukkan bahwa sifat keingintahuan atau
inspiratif, interaktif, motivasi dan keaktifan peserta dalam pembelajaran cukup
tinggi. Namun demikian, bersama observer disepakati bahwa pada siklus kedua
perlu ada pertanyaan langsung dari widyaiswara pada saat penjelasan, atau
sebagai balikan dari pertanyaan yang diajukan peserta, sehingga dapat
memancing pertanyaan dari peserta.
Keseriusan peserta mengikuti pembelajaran juga cukup baik dan tidak
tampak ada yang ngantuk, ini menunjukkan bahwa pembelajaran memenuhi
kriteria cukup menyenangkan. Dengan masukkan dari pengamat disepakati
bahwa pada siklus berikutnya akan lebih baik jika di antara pembahasan
disisipkan permainan-permainan, khususnya permainan matematika, untuk lebih
meningkatkan variasi pembelajaran.
Penugasan individual dalam mengerjakan soal-soal latihan dilakukan oleh
peserta dengan serius, ini menunjukkan bahwa pembelajaran memenuhi kriteria
aktif, kreatif dan mandiri.
31
Pada pembelajaran di bengkel mesin perlu menggunakan pengeras suara
karena sebagian peserta kurang jelas mendengar informasi yang diberikan oleh
widyaiswara, atau pembelajarannya dilakukan dengan membagi peserta menjadi
du kelompok.
32
Daftar 4-3 Nilai Hasil Pre Test Aplikasi Geometri (G) serta Trigonometri dan
Diferensial Integral (TDI)
Materi
No
G TDI Rata-rata
1 30 20 25
2 45 40 42,5
3 45 30 37,5
4 30 35 32,5
5 40 40 40
6 30 30 30
7 40 40 40
8 40 35 37,5
9 40 30 35
10 40 40 40
11 40 35 37,5
12 30 40 35
13 40 40 40
14 50 60 55
15 40 30 35
16 40 35 37,5
17 40 20 30
18 45 40 42,5
19 40 40 40
20 40 20 30
21 45 40 42,5
22 35 20 27,5
23 40 30 35
24 40 40 40
Rata-rata 37,8 34,6 36,2
33
Daftar 4-4 Hasil Pengamatan pada Pembelajaran Aplikasi Geometri, Trigonometri dan
Diferensial Integral
Catatan Pengamat
Unsur yang diamati
B C K SK
1. Interaksi sesama peserta
2. Interaksi antara Widyaiswara dan peserta
3. Ekspresi peserta akan adanya inspirasi
4. Ekspresi keceriaan (kesenangan) peserta
5. Ekpresi keingintahuan peserta terhadap materi
6. Motivasi peserta selama pembelajaran
7. Keaktifan peserta selama pembelajaran
8. Kreativitas yang dilakukan peserta
9. Kemandirian peserta dalam belajar
10. Jumlah peserta yang bertanya 16 kali
11. Jenis pertanyaan:
a. Tentang kejelasan materi yang dibahas 12 kali
4.3.4 Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan hari ketiga dan keempat terdapat 16 kali
pertanyaan dari peserta, ini menunjukkan bahwa sifat keingintahuan atau
inspiratif, interaktif, motivasi dan keaktifan peserta dalam pembelajaran cukup
tinggi. Masukkan dari pengamat diungkapkan bahwa, ketika penjelasan di
bengkel ada peserta yang mempermainkan peralatan bengkel, sehingga
perhatian terhadap penjelasan tidak fokus. Kelelahan peserta juga tampak,
karena harus berdiri terlalu lama. Perlu ada penjelasan di awal sebelum masuk
ke bengkel tentang batasan materi yang dipelajari, sehingga pertanyaan yang
dilontarkan peserta tidak ke luar dari materi yang dibahas.
34
Kertas buram hendaknya disiapkan dengan cukup di ruang belajar dan
jumlah kalkulator ditambah sehingga setiap peserta tidak harus menunggu untuk
menggunakannya. Peserta sangat serius ketika mengerjakan tugas individual
dan ketika mengerjakan post tes.
Pada pembelajaran setelah dari bengkel mesin, peserta sebaiknya diberi
waktu istirahat yang cukup agar ketika mengikuti penjelasan widyaiswara
4.3 Pembahasan
Dari pelaksanaan siklus I diperoleh data sebagai berikut:
No Kegiatan Evaluasi Nilai Rata-rata
1 Pre tes pertemuan I 42,5
2 Pre tes pertemuan II 51,5
Rata-rata pre tes pertemuan I dan II 47
3 Post tes pertemuan I 89,1
4 Post tes pertemuan II 83,25
Rata-rata post tes pertemuan I dan II 86,2
35
4 Post tes pertemuan IV 79,3
Rata-rata post tes pertemuan III dan IV 78,3
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan hipótesis penelitian ini serta
hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
5.1.1 Pembelajaran kontekstual memenuhi kriteria interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada
pembelajaran matematika terapan.
5.1.2 Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran
matematika terapan.
5.1.3 Implementasi pembelajaran kontekstual yang tepat dalam pembelajaran
matematika terapan dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
o memberikan pre tes,
o membawa peserta ke bengkel mesin untuk melihat kontekstual dari
peralatan yang dijadikan obyek aplikasi matematika,
o peserta kembali ke kelas dan mengikuti penjelasan contoh-contoh
aplikasi menggunakan alat bantú komputer dan in focus,
o melakukan diskusi dengan widyaiswara tentang materi yang sedang
dipelajari,
o penugasan peserta untuk mengerjakan soal-soal latihan dengan
bimbingan widyaiswara, dan
o memberikan post tes.
5.1.4 Hipotesis dari penelitian tindakan kelas ini dapat diterima, yakni
pembelajaran kontekstual langsung dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran matematika terapan di PPPPTK-BMTI.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian disarankan hal-hal berikut:
5.1.1 Pembelajaran kontekstual memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan
dengan pendekatan lain, khususnya dalam memenuhi sifat interaktif,
37
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan
mandiri. Oleh karenanya patut untuk diimplementasikan pada
pembelajaran lain, sehingga dapat dijadikan tambahan variasi
pembelajaran yang biasa digunakan selama ini.
5.1.2 Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran,
oleh karenanya untuk tujuan peningkatan efektivitas pembelajaran mata
diklat lain pendekatan ini dapat dijadikan sebagai pendekatan alternatif
yang direkomendasikan pada setiap widyaiswara.
5.1.3 Dalam mengimplementasikan pendekatan kontekstual, hendaknya
mecobakan langkah-langkah yang telah digunakan oleh peneliti, karena
telah terbukti kelebihannya.
38
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. Alih bahasa, Udaya Jusuf. 1994. Teori Organisasi. Jakarta :
Arcan.
39
LAMPIRAN
Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
Instrumen Hasil Pengamatan
Nilai Hasil Pre tes
Nilai Hasil Post tes
a
PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU TEKNOLOGI BANDUNG
(TECHNICAL EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE BANDUNG)
KEGIATAN DIKLAT / PENLOK / Nomor Dokumen
FORMULIR
REGULER F/IPD/06.05
b
PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU TEKNOLOGI BANDUNG
(TECHNICAL EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE BANDUNG)
2. WAKTU : 40 jam
c
PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU TEKNOLOGI BANDUNG
(TECHNICAL EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE BANDUNG)
Drs. Wiyoto, MT
d
NIP. 130609914
TES PENGUASAAN APLIKASI OPERASI BILANGAN REAL PADA TEKNIK MESIN
90 MENIT
2. Rencanakan susunan roda gigi pengganti pada mesin bubut untuk membuat
ulir dengan kisar 2,18 mm dan kisar ulir transportirnya 5 mm, jika roda gigi
pengganti yang tersedia mempunyai 20 s.d 120 gigi dengan selisih 5 gigi
untuk setiap roda gigi yang berurutan !
5. Cairan pendingin pahat (C) terdiri dari minyak dromus (m) dan air (a) dengan
perbandingan 1 : 18. Hitung:
a. m dan a untuk menghasilkan 28,5 liter cairan pendingin !
e
b. m dan c untuk 36 liter air !
Drs. Wiyoto, MT
NIP. 130609914
f
TES PENGUASAAN APLIKASI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
PADA TEKNIK MESIN (90 MENIT)
3. Pada pemeriksaan tegangan lentur (l) yang terjadi pada poros kerah
Mi 1
digunakan rumus dengan Wi dh
2
. Jika diketahui l = 300
2
Wi 6
kg/cm , d = 15 cm dan Mi = 5625 kgcm, hitunglah besarnya h !
g
PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU TEKNOLOGI BANDUNG
(TECHNICAL EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE BANDUNG)
Drs. Wiyoto, MT
NIP. 130609914
h
TES PENGUASAAN APLIKASI GEOMETRI
PADA TEKNIK MESIN (90 MENIT)
3. Roda gigi cacing dan batang cacing pada kepala pembagi mempunyai
perbandingan gigi 40 : 1. Jika batang cacing harus berputar 60 o, berapa
putaran roda gigi cacing
20
160
250
160
i
PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU TEKNOLOGI BANDUNG
(TECHNICAL EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE BANDUNG)
Drs. Wiyoto, MT
NIP. 130609914
TES PENGUASAAN APLIKASI TRIGONOMETRI
j
PADA TEKNIK MESIN (90 MENIT)
O di samping !
120 N
200 N
4. Batang pengungkit yang beratnya
12 N per meter dibebani seperti
1m gambar. Hitung panjang batang
F pengungkit tersebut agar gaya F
minimum !
5. Gas bertekanan 10 Bar dengan isi mula-mula 0,05 m3 berada dalam silinder
berpenghisap. Tentukan besar usaha (W = p dV) yang dihasilkan jika gas
mengembang sesuai dengan hokum pV = konstan sehingga volumenya
menjadi 0,1 m3 !
k
INSTRUMEN PENGAMATAN
Mata Diklat : Aplikasi Matematika pada Teknik Mesin
Sub Pokok Bahasan : ....................................................
Pertemuan ke : ......
Catatan Pengamat
Unsur yang diamati
B C K SK
1. Interaksi sesama peserta
2. Interaksi antara Widyaiswara dan peserta
3. Ekspresi peserta akan adanya inspirasi
4. Ekspresi keceriaan (kesenangan) peserta
5. Ekpresi keingintahuan peserta terhadap materi
6. Motivasi peserta selama pembelajaran
7. Keaktifan peserta selama pembelajaran
8. Kreativitas yang dilakukan peserta
9. Kemandirian peserta dalam belajar
10. Jumlah peserta yang bertanya
11. Jenis pertanyaan:
(................................)
l
PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU TEKNOLOGI BANDUNG
(TECHNICAL EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE BANDUNG)
Nomor Dokumen
FORMULIR REKAPITULASI NILAI
F/IPD/11.02
m
Nomor Dokumen
FORMULIR REKAPITULASI NILAI
F/IPD/11.02
n
LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN
Judul Penelitian :
Disusun Oleh :
Wiyoto
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Penerapan Pembelajaran Kontekstual Guna Meningkatkan Efektivitas
Pembelajaran Matematika Terapan pada Diklat Peningkatan Kompetensi Guru
Matematika SMK Di PPPPTK-BMTI”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah khasanah pengetahuan,
sekaligus sebagai kajian ilmiah untuk bahan orasi ilmiah dalam memenuhi salah
satu persyaratan kenaikan jabatan widyaiswara madya ke widyaiswara utama
dari penulis .
Penelitian ini dapat dilaksanakan berkat izin, arahan dan bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu melalui laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Kepala P4TK-BMTI Bandung yang telah mengizinkan serta
memberikan dukungan moral dan material pada pelaksanaan penelitian.
2. Bapak Prof. Dr. Wahyudin, MPd. yang dengan kecerdasan dan
kesabarannya telah membimbing dan membahas laporan hasil penelitian.
3. Bapak Dr. James Situmorang, MPd. yang menjadi pembahas proposal
penelitian ini.
4. Bapak H. Totok Triwibowo, SE. MM. dan Ibu Laeny Siti Hasanah, SPd. MSi.
yang telah berkenan menjadi observer pada penelitian ini.
5. Teman-teman kerja yang tidak kami sebutkan satu per satu, yang telah
membantu mengerjakan penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap agar laporan penelitian ini dapat manambah
khasanah pengetahuan, meningkatkan profesionalisme, serta laporannya dapat
diterima sebagai penghargaan angka kredit pengembangan profesi, sesuai
dengan profesi penulis sebagai widyaiswara di PPPPTK-BMTI.
iv
DAFTAR ISI
v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal ................................................................ 28
4.2 Hasil Siklus I ............................................................... 28
4.2.1 Perencanaan Tindakan ........................................ 28
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan ........................................ 29
4.2.3 Hasil Pengamatan ............................................. 30
4.2.4 Refleksi ............................................................. 31
4.2 Hasil Siklus II ............................................................... 32
4.2.1 Perencanaan Tindakan ........................................ 32
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan ........................................ 33
4.2.3 Hasil Pengamatan ............................................. 34
4.2.4 Refleksi ............................................................. 35
4.3 Pembahasan .............................................................. 36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...................................................................... 39
5.2 Saran ............................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................. a
vi
DAFTAR TABEL
Daftar 4-1 Nilai Hasil Pre Test Aplikasi Operasi Bilangan Real (OBR) serta
Persamaan dan Pertidaksamaan (PP) ................................... 30
Daftar 4-2 Hasil Pengamatan pada Pembelajaran Operasi Bilangan Real
serta Persamaan dan Pertidaksamaan ................................... 31
Daftar 4-3 Nilai Hasil Pre Test Aplikasi Geometri (G) serta Trigonometri
dan Diferensial Integral (TDI) .................................................. 34
Daftar 4-4 Hasil Pengamatan pada Pembelajaran Aplikasi Geometri,
Trigonometri dan Diferensial Integral ................................... 35
vii
DAFTAR GAMBAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
……………………….. 14
Gambar 2.1 Tahapan Proses Pembelajaran
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ……………………………………….. 24
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
ABSTRAK
Oleh
Wiyoto
x
Kata Kunci: Pembelajaran kontekstual, efektivitas, belajar bengkel-kelas
xi
LAPORAN PENELITIAN
PENELITI
Drs. Wiyoto, MT
NIP 130609914