Anda di halaman 1dari 20

UTS MANAJEMEN AKUTANSI DAN KEUANGAN

DR. ADITYA GALIH PRIHARTONO

DAMPAK PANDEMIK COVID-19 TERHADAP AKUTANSI KEUANGAN RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH:

Mutiara Krissy Anjani

196080059

Kelas XXXB

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2020
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Covid 19 yang bermulai pada awal tahun 2020 dan menyerang kota Wuhan,
Cina, berujung kepada kasus pandemic yang telah ditetapkan WHO pada bulan maret
2020. Hampir seluruh wilayah di berbagai negara mendapatkan kasus serupa dengan
tingkat kematian yang tinggi.
Coronavirus disease 19 (COVID-19) merupakan sebuah penyakit yang
disebabkan oleh novel coronavirus atau yang kini dinamakan dengan SARS-Cov-2 yang
merupakan virus jenis baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya pada
manusia. 
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada
tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19).
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern
(KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan
sudah terjadi penyebaran antar negara. (Kemenkes, 2020)
Beberapa tanda dan gejala yang umum terjadi pada infeksi COVID-19 antara lain
gangguan pernafasan akut berupa demam, batuk, sesak ringan hingga sesak berat dan
menyebabkan pneumonia pada kegagalan pernapasan sehingga membutuhkan alat
ventilasi mekanik dan berujung kepada kematian. Manifestasi klinis pada COVID-19
muncul dalam 2 sampai 14 hari setelah terpajan. transmisi penularan COVID-19 hingga
saat ini diyakini terjadi di melalui droplet dan kontak langsung. Selain itu tindakan medis
seperti resusitasi jantung paru, pemeriksaan gigi, pemeriksaan hidung dan tenggorokan,
pemakaian nebulizer, dan pengambilan swab yang terjadi secara aerosol dapat memicu
resiko penularan melalui airborne.
Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO telah menetapkan covid-19 sebagai pandemi
dunia. Tanggal 28 Maret 2020 WHO Risk assessment memasukkan covid-19 sebagai
kategori Very High di mana saat itu telah dilaporkan total temuan kasus infeksi sebesar
571.678 kasus dengan total kematian sebanyak 26.494 orang. di Indonesia kasus covid
19 pertama kali terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020 dan terus bertambah hingga
pada hari ke 62, yaitu tanggal 3 Mei 2020 menjadi 11.192 kasus positif, 1.876 kasus
sembuh dan 845 kasus meninggal.
Peningkatan kasus yang penderita covid-19 secara pesat, tentunya berpengaruh
kepada penurunan pasein di berbagai Rumah Sakit, sehingga mempengaruhi
pendapatan pada masing-masing institusi ataupun Rumah Sakit. Oleh sebab itu
diperlukan sebuah langkah dari manajemen keuangan dan akutansi pada era Covid 19
ini agar system operasional berjalan tanpa mengorbankan kualitas.
Evaluasi ekonomi dari biaya layanan kesehatan didasarkan pada ekonomi
kesejahteraan, yang berkaitan dengan dampak dari setiap perubahan pada total
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, metode penetapa biaya berdasarkan
ekonomi kesejahteraan menilai dampak yang ditimbulkan dari setiap keputusan
perspektif masyarakat.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi nirlaba, tingkat perolehan laba bukanlah
prioritas utama, namun tentu saja setiap rumah sakit ingin memperoleh laba. Untuk
dapat menilai kemampuan rumah sakit dalam mengelola sumber dana yang diperoleh
dari steakholder rumah sakit harus tetap bisa mengelola sumber-sumber dana tersebut
dengan baik.
Beberapa solusi perlu diterapkan guna memastikan keuangan di Rumah Sakit
berjalan dengan cukup baik dari sisi manajemen keuangan dan akuntasi, berupa
manajemen piutang (account receivable), manajemen hutang (account payable) dan
manejemen persediaan (inventory).

2. LITERATURE VIEW
a. Manajemen Keungan
Keuangan merupakan pondasi kuat untuk sebuah perusahaan.
Keuangan merupakan hal sensitif dan riskan sehingga perlu dikelola dengan baik
supaya operasional sebuah perusahaan pun berjalan dengan lancar. Dalam
sebuah perushaan, tentunya keuangan memerlukan bagian dan bidang khusus
yang disebut dengan manajemen keuangan.
Definisi manajemen keuangan menurut S.C Kuchal mengatakan
manajemen keuangan berkaitan dengan pengadaan dana dan pemanfaatannya
yang efektif dalam bisnis. Sedangkan menurut Weston dan Bringham
mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah bidang pengambilan
keputusan keungan, menyelaraskan motif individu dan tujuan perusahaan.
Di Indonesia, pengertian manajemen keuangan menurut Agus Sartono
adala semua yang behungan dengan pengalokasian dana dalam bermacam-
macam bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk
pembiayaan investasi atau untuk pembelanjaan secara efisien. Bebeda lagi
menurut Bambang Riyanto yang mengatakan bahwa manajemen keuangan
adalah semua aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan usaha untuk
mendapatkan pendanaan yang diperlukan dengan biaya minimal dan syarat-
syarat yang paling menguntungkan, serta usaha untuk menggunakan dana
tersebut se-efisien mungkin. Sehingga dapat disimpulkan pengertian dari
manajemen keuangan adalah kegiatan perencanaan, pengelolaan, penyimpanan
serta pengendalian dana dan aset yang dimiliki suatu perusahaan. Pengolalaan
keuangan pun harus direncanakan dengan matang agar tidak timbul masalah di
kemudian hari. Adapun beberapa tujuan yang dimiliki oleh manajemen
keuangan, yaitu:
1. Menjaga Arus Kas
Keluar masuknya arus kas dalam sebuah perusahaan perlu dipantau agar
tidak terjadi pengeluaran yang membengkak yang dapat menyebabkan
kerugian. Uang kas biasa digunakan untuk membeli bahan baku, menggaji
karyawan dan juga pengeluaran lainnya.
2. Memaksimalkan Keuangan Perusahaan
Aktivitas anggaran dana yang tidak menguntungkan perlu diawasi oleh
manajemen keuangan sehingga perlu dihilangkan supaya tidak merugikan
perusahaan dan digantikan dengan aktivitas yang menguntungkan
perusahaan.
3. Mempersiapkan Struktur Modal
Merencanakan struktur modal perlu dilakukan oleh manajer keuangan agar
terjadinya keseimbangan anggaran yang dimiliki dengan dana pinjaman
perusahaan.
4. Memaksimalkan Keuangan
Perencanaan keuangan yang tepat akan mampu memaksimalkan
keuntungan yang di dapat dalam waktu jangka panjang.
5. Meningkatkan Efisiensi
Anggaran dana yang tepat pada semua aspek, akan meningkatkan efisiensi
dana perusahaan.
6. Mengoptimalkan Kekayaan Perusahaan
Pasar saham perlu dikuasai seorang menajer keuangan. Dengan
memberikan pembagian laba semaksimal mungkin kepada pemengang
saham akan meningkatkan performa perusahaan.
7. Mengurangi Resiko Operasional
Pengambilan keputusan yang tepat akan berpengaruh terhadap risiko bisnis
yang tidak pasti.
8. Memastikan Kelangsungan Kehidupan Perusahaan
Manajer keuangan memegang peran penting dalam berjalannya sebuah
perusahaan. Keputusan tepat mampu membuat perusahaan bertahan dalam
persainagan bisnis, sebaliknya keputusan yang diambil secara tergesa-gesa
atau tidak berhati-hati dapat menyebabkan sebuah perusahaan menuju
kerugian.
9. Mengurangi Biaya Modal
Manajer keuangan membuat perencanaan modal yang tepat agar
penggunaan modal dapat diminimalisasi sedemikian rupa.

b. Manajemen Piutang (Account Reicivable)


Piutang usaha adalah jumlah uang yang ditransfer kepemilikannya
kepada perusahaan oleh pelanggan yang membeli barang atau jasa secara
kredit. (Van Horne dan Wachowicz, 2005).
Dalam Bahasa sehari-hari, account receicevable juga dikenal dengan
istilah piutang usaha. Account receivable merupakan jenis transaksi yang artinya
pengertian penagihan kepada konsumen yang telah berhutang.
Terdapat tiga ciri-ciri account receivable, diantaranya:
 Nilai Jatuh Tempo
Sejumlah nilai transaksi utama yang ditambah dengan bunga.
Pembayaran berjatuh tempo ini menimbulkan bunga.
 Tanggal Jatuh Tempo
Tanggal jatuh tempo dalam account receivable merupakan hari
pembayaran dimana pihak perusahaan harus menagih kewajiban pada
pihak lain. Jika ada keterlambatan, biasanya perusahaan akan
menerapkan sistem denda.
 Umur Jatuh Tempo
Umur jatuh tempo dalam penagihan piutang juga dibagi menjadi bulanan
dan juga harian. Apabila sebuah piutang menggunakan penghitungan
bulanan, maka waktu jatuh tempo sama dengan tanggal terjadinya
piutang di bulan berikutnya.

c. Manajemen Utang (Account Payable)


Selain account receivable, ada juga account payable atau yang juga
biasa dikenal dengan istilah hutang dagang. Account payable merupakan
kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus segera dipenuhi dalam
jangka waktu tertentu. 
Kewajiban pembayaran ini terjadi karena perusahaan membeli secara kredit
dari pihak lain untuk kembali menjual barang dagangan kepada konsumen.
Istilah account payable merujuk pada jumlah yang terutang karena pembelian
yang biasanya dilakukan oleh:
 Perusahaan di bidang perdagangan atas pembelian barang jadi.
 Perusahaan di bidang industri/pabrik atas pembelian bahan baku.
Selain karena pembelian secara kredit, account payable juga terjadi karena
pembelian dengan menggunakan sistem uang muka/down payment atau bahkan
pembayaran sebelum barang diterima (cash before delivery) 
Perlu diingat bahwa account payable tidak dicatat pada waktu pemesanan
dilakukan, tetapi hanya pada saat pemilikan atas barang-barang tersebut beralih
kepada pembeli alias sudah diterima oleh pihak pembeli. Apabila terdapat
potongan pembelian secara tunai, maka account payable harus dilaporkan
sebesar jumlah hutang dagang setelah dikurangi potongan tunai. Selain istilah
utang dagang dan piutang usaha, dalam sistem perpajakan juga ada yang
disebut dengan utang dan piutang pajak.

d. Manajemen Persediaan (Inventory)


Persediaan atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan
yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan. Keberadaannya tidak
saja dianggap sebagai beban (liability) karena merupakan pemborosan (waste),
tetapi sekaligus juga dapat dianggap sebagai kekayaan (asset) yang dapat
segera dicairkan dalam bentuk uang tunai (cash).
Sistem pengelolaan persediaan merupakan serangkaian kebijakan
pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga. Apabila
jumlah persediaan terlalu besar (overstock) mengakibatkan timbulnya dana
menganggur yang besar, juga menimbulkan resiko kerusakan barang yang lebih
besar dan biaya penyimpanan yang tinggi. Namun jika persediaan terlalu sedikit
mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena
seringkali barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang
dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya
penjualan, bahkan hilangnya pelanggan.
Menurut Render dan Heizer (2005), terdapat empat fungsi persediaan,
yaitu sebagai berikut:
1. Mendecouple atau memisahkan beragam bagian proses produksi.
Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka
mungkin diperlukan persediaan tambahan untuk mendecouple proses
produksi dari para pemasok.
2. Mendecouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan
persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi
pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang
eceran. 
3. Mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah
lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang. 
4. Menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

Persediaan mempunyai peran besar dalam rangka mempermudah atau


memperlancar operasi perusahaan. Adapun tujuan pengelolaan persediaan
adalah sebagai berikut:
1. Menghilangkan risiko keterlambatan barang tiba.
2. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan.
3. Menjaga keberlangsungan produksi atau menjaga agar perusahaan tidak
mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya
proses produksi.
4. Memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada konsumen dengan
tersedianya barang yang diperlukan.

Jenis-Jenis Persediaan
Menurut Render dan Heizer (2005), berdasarkan proses manufakturnya
persediaan dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Persediaan bahan baku (raw material inventory)
Persediaan yang dibeli tetapi tidak diproses. Persediaan ini dapat
digunakan untuk mendecouple (memisahkan) para pemasok dari proses
produksi.
2. Persediaan barang setengah jadi (working in process
inventory)
Bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan
tetapi belum selesai. Adanya work in process disebabkan oleh waktu
yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk (disebut siklus waktu).
Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi persediaan.
3. Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi
(maintenance, repair, operating, MRO)
Pemeliharaan, perbaikan, operasi digunakan untuk menjaga agar
permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena
kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan
tidak diketahui.
4. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa
saja disimpan karena permintaan pelanggan dimasa depan tidak
diketahui.

Sedangkan menurut Ristono (2009), berdasarkan tujuannya persediaan


dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman adalah
persediaan yag dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian
permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan pengaman tidak mampu
mengantisipasi ketidakpastian tersebut, maka akan terjadi kekurangan
persediaan (stockout). 
2. Persediaan antisipasi. Persediaan antisipasi disebut sebagai
stabilization stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat diperkirakan
sebelumnya. 
3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock). Persediaan dalam
pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan yang masih
dalam pengiriman. Persediaan ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
a. Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih berada dalam
transportasi.
b. Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk
diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.

e. Manajemen Keuangan di Era pandemic COVID 19


Penyebaran virus covid 19 pertama kali tercatat memasuki Indonesia
pada bulan maret 2020. Bersamaan dengan itu terbit PMK No.3 tahun 2020
mengenai klasifikasi rumah Rumah Sakit sehingga semua Rumah Sakit di
Indonesia berfokus kepada keputusan tersebut yang menimbulkan runtutan
kebijakan setiap Rumah Sakit karena menyangkut kapada keuangan setiap
Rumah Sakit kedepannya.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa sejak tahun 2014
Indonesia sudah menerapkan sistem JKN. Selama era JKN, banyak Rumah
Sakit berlomba-lomba untuk dapat bekerja sama dengan BPJS dengan
meningkatkan kualitas pelayanan mengingat pendapatan yang dirasakan oleh
Rumah Sakit yang sudah bekerja sama dengan BPJS dapat meningkatkan
pendapatan. Namun seiring perjalanannya, proses klaim pada BPJS seringkali
mengalami kendala karena keterlambatan pembayaran, sehingga Rumah Sakit
harus mengelola aliran kas-nya untuk opersional Rumah Sakit.
Masuknya Covid 19 ke Indonesia menjadi tantangan bagi institusi
ataupun Rumah Sakit untuk mengaktifkan prosedur bencana, terutama apabila
daerahnya termasuk kedalam kategori zona merah. Tentunya penurunan pasien
non covid akan terasa cukup signifikan. Kemampuan manajerial diperlukan untuk
menghadapi kasus tersebut. Tantangan lainnya yang akan dihadapi oleh Rumah
Sakit adalah lonjakan pasien Covid 19 yang tinggi, dimana beberapa negara
tidak mampu menahan penyebaran virus SARS Cov 2 tersebut.
Seperti yang diketahui, kebutuhan Rumah Sakit pada era Covid 19
sangatlah meningkat. Kebutuhan APD (Alat Pelindung Diri) yang menipis
diakibatkan banyaknya permintaan, dan harga yang melonjak berkali-kali lipat.
Terlebih lagi APD merupakan instrumen wajib tenaga medis yang harus dipenuhi
oleh Rumah Sakit. Belum lagi untuk Rumah Sakit yang menerima perawatan
pasien Covid 19, tentu memakan dana yang besar dikarenakan biaya perawatan
yang lama, pemeriksaan lengkap dari laboratorim, radiologi dan lainnya, dimana
belum banyak artikel yang menyebutkan gold standar pemeriksaan pada pasien
untuk penegakkan diagnosa Covid 19. Faktor lainnya adalah menjadikan
ruangan isolasi khusus pasien Covid 19 yang sesuai dikarenakan belum adanya
standar pasti ruangan isolasi Covid 19 seperti adanya CCTV, alat komunikasi
jarak jauh, dan lainnya. ICU isolasi pun perlu dipertimbangkan untuk disediakan
mengingat pasien-pasien dengan Covid 19 banyak yang berujung pada
kegagalan bernapas, sehingga membutuhkan ventilator khusus untuk pasien
Covid 19.
Beberapa faktor diatas tentunya mempengaruhui biaya operasional
Rumah Sakit yang sehingga Rumah Sakit perlu mempersiapkan proses
administrasi yang tidak jauh berbeda dengan administrasi pasien BPJS agar
proses klaim pasien Covid 19 tidak mengalami banyak kendala.

PEMBAHASAN

Dalam efisiensi manajemen keuangan selama pandemik COVID-19, tentunya rumah


sakit memiliki dampak yang berarti dikarenakan meningkatnya permintaan. Disisi lain
penurunan kunjungan pasien juga dialami oleh semua rumah sakit. Dengan demikian rumah
sakit perlu melakukan Analisa dampak yang mempengaruhi ekonomi dan akutansi rumah sakit
agar operasional rumah sakit tetap berjalan. Untuk itu saya melakukan Analisa laporan
keuangan RS Siloam pada bulan maret 2020. Analisa yang dilakukan terdiri dari tiga factor yaitu
factor manajemen piutang, factor manajamen hutang dan manajemen persediaan.

Manajemen Piutang
Piutang usaha adalah jumlah uang yang ditransfer kepemilikannya kepada perusahaan
oleh pelanggan yang membeli barang atau jasa secara kredit. Berdasarkan hasil laporan
keuangan RS Siloam, saldo piutang usaha secara individual pada akhir tahun pelaporan
mengalami penurunan nilai, namun manajemen telah membentuk cadangan kerugian
penurunan nilai berdasarkan kebijakan akutansi.
Gambar 1. Laporan keuangan PT Siloam Internasional Tbk.

Didalam laporan keuangan PT Siloam International Tbk, tanggal 31 Maret 2020,


perusahaan memiliki piutang usaha sejumlah Rp. 964.284 M. porsi terbesar diberikan dari
perusahaan atau koperasi, sebesar 1.022.037 M.

Berdasarkan penelahaan manajemen atas saldo piutang usaha secara individual pada
akhir tahun pelaporan, piutang usaha tertentu mengalami penurunan nilai. Manajemen telah
membentuk cadangan kerugian penurunan nilai berdasarkan kebijakan akuntansi Grup.

31 Maret 31 Maret 31 Maret


Klasifikasi Akun 2020 2019 2018
Perusahaan 1,022,037 1,372,978 948,595
Individu 17,866 50,872 66,476
Kartu Kredit 14,709 21,227 19,267
Lain-lain 3,708 6,170 7,198
Total 1,068,320 1,451,247 1,041,536
Tabel 1. Piutang Usaha Maret 2018, 2019 dan 2020

Manajemen berpendapat penyisihan penurunan nilai cukup untuk menutup


kemungkinan kerugian tidak tertagihnya piutang usaha. Piutang usaha tertentu digunakan
sebagai jaminan atas liabilitas anjak piutang dan utang bank jangka pendek.

Klaim ke pihak ketiga merupakan piutang terkait biaya-biaya yang dikeluarkan terlebih
dahulu oleh Grup dan dapat ditagihkan kepada pihak ketiga, seperti piutang kepada asuransi,
biaya perbaikan gedung sewaan yang dapat dikompensasikan kepada pemilik gedung, biaya
pembangunan serta biaya lainnya yang dikeluarkan terlebih dahulu.
Manajemen Utang

Sumber: Laporan Keuangan tahun 2020 PT Siloam International Tbk.


Solvabilitas pada total aktiva, diperoleh nilai pada bulan Desember 2019, sebesar Rp.
7.781.742.000.000 dan mengalami kenaikan pada Maret 2020, menjadi Rp. 8.924.235.000.000.
pada data tersebut, dapat disimpulkan bahwa antara bulan Desember 2019, hingga Maret
2020, Rumah Sakit Siloam mengalami kenaikan 2019-2020.

Berikut merupakan rekapitulasi data keuangan untuk menghitung rasio solvabilitas:

Desember
Keterangan 2019 Maret 2020
7,781,742,0 8,924,235,0
Total Aktiva 00,000 00,000
Total 1,754,101,0 2,952,706,0
Hutang 00,000 00,000
6,027,641,0 5,971,529,0
Modal 00,000 00,000

Debt to Equity Ratio

Pada Rasio ini dapat menggambarkan mengenai struktur modal yang dimilkili oleh RS Siloam,
dan dapat dilihat risiko tak tertagihnya suatu utang.

Analisis solvabilitas 2019-2020 PT Siloam International tbk.

1. Tahun 2019 = 1,754,101,000,000 x 100% = 0,29 atau 29%


6,027,641,000,000

2. Tahun 2020 = 2,952,706,000,000 x 100% = 0,50 atau 50%


5,971,529,000,000

Hasil perhitungan Analisis Rasio Solvabilitas dengan Debt to Equity Ratio, pada tahun 2019
sebesar 29% dan pada tahun 2020 sebesar 50%.

Debt to Total Assets Ratio

Rasio yang digunakan untuk mengetahui bagian dari asset yang dibiayai oleh hutang serta
dapat digunakan untuk menjamin hutang.
Analisis solvabilitas tahun 2019-2020 PT Siloam Tbk

1. Tahun 2019 = 1,754,101,000,000 x 100% = 0,22 atau 22%


7,781,742,000,000

2. Tahun 2020 = 2,952,706,000,000 x 100% = 0,33 atau 33%


8,924,235,000,000

Hasil perhitungan analisis Rasio Solvabilitas Debt to total adalah, tahun 2019 sebesar 22%
sehingga dapat dikatakan bahwa setiap total asset sebesar Rp. 22,00 dapat dibiayai hurang
sebesar Rp. 1,00. Sedangkan pada tahun 2020 sebesar 33%, yang berarti setiap total asset
Rp. 33,00 dapat dibiayai hutang sebesar Rp. 1,00.

Inventories

Pada 31 Maret 2020 dan 31 Desember 2019, seluruh persediaan telah diasuransikan
terhadap segala bentuk risiko, masing-masing sebesar Rp193.601 dan Rp174.505. Manajemen
berpendapat bahwa nilai pertanggungan asuransi tersebut cukup memadai untuk menutup
kemungkinan kerugian atas risiko yang mungkin dialami Grup.
Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban pokok pendapatan untuk periode 3 (tiga)
bulan yang berakhir pada 31 Maret 2020 dan 2019 masing-masing sebesar Rp456.574 dan
Rp414.274.
Manajemen berpendapat tidak terdapat indikasi yang menyebabkan terjadinya
penurunan nilai persediaan pada 31 Maret 2020 dan 31 Desember 2019.
KESIMPULAN

Manajemen keuangan dan akuntansi merupakan langkah-langkah yang dapat diambil


untuk dilakukan agar kebutuhan dana tercukupi sehingga aktivitas operasional perusahaan
dapat berjalan dengan baik. Melalui manajemen keuangan dan akuntansi, pihak RS mampu
mempertimbangkan langkah-langkah apa yang perlu diambil agar dimasa pandemi covid-19,
aktivitas operasional berjalan dengan baik, sekalipun secara keseluruhan RS mengalami
penurunan pendapatan. Namun, dengan melihat dari sisi manajemen keuangan dan akuntansi
pihak RS dapat mempertahankan kebutuhan dana lewat penagihan piutang dari pelanggan,
melakukan peminjaman sejumlah dan pada bank serta memenuhi kebutuhan persediaan RS
dengan melakukan transaksinya melalui pembayaran kredit, sehingga, untuk sementara waktu
RS tidak akan mengeluarkan dana untuk transaksi pembelian dari supplier.

Melalui langkah-langkah tersebut, kebutuhan dana RS dapat terpenuhi disaat pandemi


covid-19. Bukan hal yang mudah, namun RS harus mengambil beberapa langkah yang pasti
untuk tetap mempertahankan aktivitas operasionalnya dimasa pandemi. Melalui pertimbangan
dari sisi manajemen keuangan dan akuntansi, diharapkan apapun langkahnya akan
menunjukkan pada aktivitas yang terdapat pada cash flow RS. Melalui cash flow, RS dapat
memilah langkah yang diambil termasuk dalam aktivitas operasional, pendanaankah atau
investasi.

Untuk manajemen piutang dan persediaan, merupakan pertimbangan dengan langkah


untuk memenuhi aktivitas operasional, dimana dari piutang dan persediaan RS dapat
memperoleh atau meningkatkan pendapatannya. Sedangkan manajemen utang, adalah
langkah yang dilakukan oleh RS adalah peminjaman kepada pihak bank serta menunda
pembayaran utang kepada supplier adalah termasuk pada aktivitas pendanaan dan operasional
juga.

SARAN

Demikian makalah yang Penulis buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca. Akan tetapi makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan maupun dalam pembahasan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun terutama dari dosen mata Kuliah Manajemen Keuangan dan Akuntansi Dr. Aditya
Galih Prihartono, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahman Pura. 2013. Pengantar Akuntansi 1 Pendekatan Siklus Akuntansi, Jakarta:


Penerbit Erlangga.
2. Alexandri, Moh. Benny. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis: Teori dan Soal. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
3. Kieso, Donal E, dkk. 2008. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga.
4. Nasution, Arman H dan Prasetyawan, Yudha. 2008. Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai