Penatalaksanaan sebelum ke IGD: 1. Berikan minum jika pasien muntah atau diare 2. Beri oralit atau larutan gula garam 3. Berikan tablet karbon aktif (norit) untuk menyerap racun bila tidak berikan susu untuk mengikat racun di saluran pencernaan. Penatalaksanaan saat di IGD: 1. Kaji BCDE dengan benar. Jangan pernah meleawati bagian ini. 2. Kenali gejala dan atasi gejala 3. Tangani zat toksik yang menginfeksi dengan berikan antidote 4. Pastikan jalan napas paten 5. Pastikan pasien teroksigenasi dengan baik dan ventilasi normal (dapat dilihat daqri RR dan SpO2 6. Pastikan pasien tidak dehidrasi 7. Pastikann status kesadaran normal 8. Pastikan pasien aman dari paparan zat toksik 2) Penatalaksanaan pasien keracunan bahan kimia berbahaya: Terpapar bahan kimia pada mata Mata yang terkena bahan kimia berbahaya diperlukan untuk segera melakukan pembilasan air mengalir selama 15-20 menit. Tidak semua bahan kimia memiliki efek yang sama pada mata (beberapa bahan kimia tidak menimbukan iritasi, namun beberapa bahan kimia lain dapat menimbulkan cedera parah). Berikut periode waktu yang diperlukan untuk membilas mata dengan air : 5 menit untuk bahan kimia non iritan atau iritan sedang. 15-20 menit untuk bahan kimia iritan sedang hingga iritan berat dan bahan kimia yang dapat menyebabkan toksis jika terserap pada kulit. 30 menit untuk bahan kimia bersifat korosif. 60 menit untuk basa kuat seperti natrium, kalium atau kalsium hidroksida. Pembilasan air perlu segera dilakukan setelah bahan kimia mengenai mata atau kulit. Jika kondisi yang terjadi parah maka memerlukan perawatan darurat di rumah sakit terlebih jika saluran pernafasan terganggu. Jika diperlukan pembilasan dengan air harus terus dilakukan selama perjalanan menuju rumah sakit. Terpapar bahan kimia pada kulit Ketika terjadi pemaparan bahan kimia melalui udara maka perlu dengan segera untuk menghirup udara segar yang memiliki kandungan oksigen tinggi. Direkomendasikan untuk dapat menghirup oksigen menggunakan tabung oksigen darurat dan melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Hal ini bertujuan agar dapat dilakukan perawatan dan pemeriksaan yang lebih teliti. Terpapar bahan kimia melalui pencernaan Muntah tidak bisa menjadi selalu pertolongan pertama ketika bahan kimia tertelan secara sengaja atau tidak sengaja. Berikut beberapa alasan mengapa muntah tidak dapat menjadi pertolongan pertama jika menelan bahan kimia : Jumlah bahan kimia yang tertelan oleh orang dewasa memiliki jumlah yang kecil yaitu sekitar 14-21 ml. Tidak ada bukti yang pasti jika memuntahkan bahan kimia yang tertelan memberikan hasil yang lebih baik dari pada jika mendiamkan. Memuntahkan bahan kimia dapat menimbulkan resiko yang lebih besar terutama dalam kondisi darurat. Misalnya seperti ketika muntah kemudian mengalami tersedak dapat menyebabkan bahan kimia masuk kedalam saluran nafas. Perawatan medis di rumah sakit merupakan jalan terbaik untuk menangani kejadian tertelannya bahan kimia karena dokter dan tenaga medis lainnya dapat memberikan tindakan terbaik. Terpapar bahan kimia pada kulit Pertolongan pertama jika terpapar bahan kimia pada kulit dapat dilakukan berdasarkan kondisi iritasi dan jenis bahan kimianya. Berikut beberapa upaya untuk pertolongan pertama pada kulit : Jika terjadi iritasi pada kulit akibat paparan bahan kimia maka dapat dibersihkan dengan lembut. Jika bahan kimia yang mengenai kulit berbentuk padat maka perlu membilas menggunakan air kulit yang terkontaminasi. Jika bahan kimia berbentuk cair dan dapat menembus pakaian maka perlu segera melepas pakaian dan membilas tubuh dengan menggunakan air. Segera dapatkan perawatan medis di rumah sakit. Jika terjadi radang dingin akibat bahan kimia maka perlu segera mendapatkan perawatan medis dan sangat tidak diperbolehkan untuk menggosok atau menyiram dengan air. Untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang lain maka tidak diperbolehkan untuk melepas pakaian. 3) Manajemen jalan napas pada pasien dewasa: 1. Head tilt Suatu cara membuka jalan napas dengan menekan dahi kearah belakang 2. Chin lift Mengangkat dagu dengan dua atau tiga jari 3. Jaw thrust Suatu tindakan mengangkat rahang bagian bawah supaya jalan naps pasien terbuka 4. Heimlich maneuver Tujuan mengatasi obstruksi oleh benda asing dan suatu hentakan yang menyebabkan tekanan pada diafragma agar memaksa udara yang ada didalam paru-paru keluar dan benda asing juga keluar 4) Manajemen jalan napas pada anak atau bayi: 1. Back blows Biasanya untuk bayi atau anak-anak dengan posisi kepala mengarah kebawah supaya gaya gravitasi dapat membantu pengeluaran benda asing 2. Sapuan jari Biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dengan muka menghadap keatas, kemudian membuka mulut pasien dan memegang lidah dan rahang diantara ibu jari dan jari lainnya, kemudian mengangkat rahang bawah dan memasuki jari telunjuk tangan lain menelusuri bagian dari pipi, jauh kedalam kerongkongan dibagian dasar lidah 5) Resusitasi Jantung Paru (RJP) 1. Alur pemberian Pra rumah sakit a) Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggapan darurat b) CPR berkualitas tinggi secepatnya c) Defibrilasi cepat d) Layanan medis darurat dasar dan lanjutan e) Bantuan hidup lanjutan dan perawatan pasca serangan jantung Di rumah sakit a) Pengawas dan pencegahan b) Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggapan darurat c) CPR berkualitas tinggi secepatnya d) Defibrilasi cepat e) Bantuan hidup lanjutan dan perawatan pasca serangan jantung 2. RJP berkualitas tinggi a) Melakukan kompresi dada pada kecepatan 100-120/min b) Mengkompresi ke kedalam minimum 2 inci (5cm) c) Membolehkan recoil penuh setelah setiap kali kompresi d) Minimalkan jeda dalam kompresi e) Memberikan ventilasi yang cukup (2 napas buatan setelah 30 kali kompresi, setiap napas buatan diberikan lebih dari 1 detik, setiap klai diberikan dada akan terangkat) 3. RJP dengan 1 penolong a Pastikan lingkungan telah aman untuk penolong dan korban b Periksan adanya reaksi napas terhenti atau tersengal (misal, napas tidak normal), tidak ada denyut yang terasa dalam 10 detik (pemeriksaan napas dan denyut dapat dilakukan secara bersamaan kurang dari 10 detik) c Jika anda sendiri tinggalkan korban untuk mengaktifkan sistem tanggapan darurat dan mulai AED sbeelum CPR d 30:2 e Kompresi berkelanjutan pada kecepatan 100-120/min, berikan 1 napas buatan setiap 6 detik (10 napas buatan/min) f Gunakan 2 tangan lokasi sternum
4. RJP dengan 2 penolong
a Pastikan lingkungan telah aman untuk penolong dan korban b Periksan adanya reaksi napas terhenti atau tersengal (misal, napas tidak normal), tidak ada denyut yang terasa dalam 10 detik (pemeriksaan napas dan denyut dapat dilakukan secara bersamaan kurang dari 10 detik) c Kirim orang lain dan melakukan CPR secepatnya, gunakan AED segera setelah tersedia d 30:2 e Kompresi berkelanjutan pada kecepatan 100-120/min, berikan 1 napas buatan setiap 6 detik (10 napas buatan/min) f Gunakan 2 tangan lokasi sternum