Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke
jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009;
Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel-
sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel
yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderitan
Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada

organ-organ vital merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan

jiwa penderita. Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis.

Syok merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup


sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi hemodinamik. Apabila
perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan kekurangan oksigen dan substrat,
produksi energi secara aerobik tidak bisa dipertahakan, akibatnya sel harus
memasuki jalur metabolisme anaerob. Jalur metabolisme anaerob akan
dihasilkan 2 molekul Adenosine Triphosphate (ATP) per molekul glukosa dan
asam laktat. Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat
dipertahankan, akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pompa potasium
sodium. Sel membengkak dan permeabilitas membran sel meningkat. Aktivitas
mitokondria menjadi turun dan membran lisosom menjadi rusak, sel akan rusak
dan selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler akan meluas di seluruh
tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang memengaruhi fungsi organ.
Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ dan kematian pada pasien
syok. (Barkman dan Pooler, 2009; Guyton dan Hall, 2010; Schwarz et al.,
2014).
2

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan mengaplikasikannya


Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan syok.

b. Tujuan

a. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien


dengan kegawatdaruratan syok.
b. Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
c. Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
d. Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
3

Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan


perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang
mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk
menyelamatkan jiwa klien (BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan
disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah,
pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang
tak tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran
menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun
dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah utama adalah
penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan gangguan penyampaian
oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan bahwa mekanisme
hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi rusak karena
tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic. Jika sel
melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat yang
merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard
sehingga menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi
gagal fungsi ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat
seiring dengan jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple
Organ Failure). Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ
mencapai > 90%.

B . Anotomi Yang Terganggu

Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi Keadaan


ini disebabkan oleh menurunnya oksigenasi jaringan. Kekurangan oksigen akan
4

berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar lactat tubuh


merupakan indikator dari tingkat berat-ringannya syok. Terjadinya hambatan di
dalam peredaran darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme
Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan
mengenali adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis
terjadinya syok, Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok
dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak
adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Diagnosis awal di dasarkan
pada adanya gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita
trauma, semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam
hemoragik syok, namun kardiogenik syok atau syok karena tension
pneumotoraks harus dipertimbangkan pada perlukaan diatas diafragma. Syok
neurogenic dapat diakibatkan perlukaan luas pada SSP atau medulla spinalis.
Pada umumnya trauma kapitis tidak menyebabkan syok. Penderita dengan
trauma medulla spinalis pada keadaan awal dapat dalam keadaan syok baik
karena vasodilatasi (neurogenic) maupun karena hemoragik.

C. Etiologi

Syok secara klinis didiagnosa dengan adanya gejala-gejala sebagai berikut:

a) Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau MAP (mean arterial pressure /
tekananarterial rata-rata) kurang dari 60 mmHg, atau menurun 30% lebih.

b) Oliguria: produksi urin kurang dari 30 ml/jam.c) Perfusi perifer yang buruk, misalnya
kulit dingin dan berkerut serta pengisian kapiler yang jelek.

Etiologi Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa darah
(serangan jantung ataugagal jantung), pelebaran pembuluh darah yang abnormal (reaksi
5

alergi, infeksi), dan kehilanga volume darah dalam jumlah besar (perdarahan hebat).
Syok bisa disebabkan oleh:

1. Perdarahan (syok hipovolemik)·

2. Dehidrasi (syok hipovolemik)·

3. Serangan jantung (syok kardiogenik)·

4. Gagal jantung (syok kardiogenik)·

5. Trauma atau cedera berat·

6. Infeksi (syok septik)·

7. Reaksi alergi (syok anafilaktik)·

8. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)·

9. Sindroma syok toksik

D. Patofisiologi

Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik, 2000):
a. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa
sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk
menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui
vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot
skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor
humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan
volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase
6

kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung


untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun,
tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah
menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.

b. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu
mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan
adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga
terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan, metabolisme
terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi
kematian sel. Dinding pembuluh darah melemah dan tak mampu
berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous
return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah
ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat
menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati
intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat
vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia
jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan
bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut
memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung).
Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa
usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri
dan penurunan fungsi detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC
bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas
mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan
perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya
7

terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler


dan timbunan asam karbonat di jaringan.
c. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak
dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya
ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi
memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial,
daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.

E. Tanda dan Gejala serta Jenis - Jenis Syok

Tanda dan gejala shock secara umum :


1. Keadaan umum lemah.
2. Perfusi : kulit pucat, dingin, basah
3. Takikardi
4. Vena perifer tidak tampak
Gambar 2.1 Pathway Syok
8

5. Tekanan darah menurun, sistolik kurang dari 90 mmHg atau turun lebih dari
50 mmHg daritekanan semula.
6. Hiperventilasi.
7. Sianosis perifer.
8. Gelisah, kesadaran menurun
9. Produksi urine menurun
Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
a. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan
cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat
perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah
terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
1. Penyebab
a. Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang
sering/frekuensi, peritonitis)
b. Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
c. Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan
post partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterina
terganggu)).

2. Diagnosa
a. Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan pucat,
Capillary refill time memanjang > 2 detik
b. Tachikardia
c. Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah,
Penurunan produksi urine dan Tampak pucat, lemah, apatis,
kesadaran menurun
3. Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus
cairan kristaloid, pada perdarahan diberikan sejumlah kristaloid melebihi
yang hilang.
9

Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis)

Klasifikasi Klinis Pengelolaan


Dehidrasi ingan - Nadi normal atau Penggantian volume cairan
meningkat yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan - Selaput lendir kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 5 % kering Ringer Laktat atau Ringer
BB Asetat

Dehidrasi sedang - Nadi cepat Penggantian volume cairan


- Tekanan darah  yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan - Selaput kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 8 % lendirkering Ringer Laktat atau Ringer
BB - Oliguria Asetat
- Status mental
tampak lesu dan
lemas

Dehidrasi berat - Nadi sangat Penggantian volume cairan


cepat, kecil, sulit yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan
diraba kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 10
- -Tekanan darah Ringer Laktat atau Ringer
% BB
turun Asetat
- Anuria
- Selaput lendir
pecah-pecah
- Kesadaran
menurun

Tabel . Syok Hipovolemik

b. Syok Hemoragik

Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang


beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang.
Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka makin
besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang banyak mengakibatkan syok.
Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok berlangsung, makin besar
risiko mati. Satu jam pertama masa syok sering disebut “The Golden Hour”.
Dalam periode ini time Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat
diberikan, yakni menghentikan sumber perdarahan dan mengganti kehilangan
voleume darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di jaringan akibat syok
10

menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis
(Critical Mass Of Cell), maka akan terjadi gagal organ dan kematian.
1. Perdarahan Menyebabkan :
a. Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah
dan jumlah oksigen jaringan menurun
b. Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas
transport oksigen per unit volume darah menurun Tubuh
memiliki Estimated Blood Volume (jumlah darah yang beredar)
65-75 ml/kg, untuk mempermudah dibuat rata-rata EBV ; 70
ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg (20% EBV), terjadilah
perubahan hemodinamik :
1) Nadi meningkat
2) Kekuatan kontraksi miokard meningkat
3) Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
4) Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan
nadi turun
2. Prinsip Penanganan:
Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan
oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka hemodinamik terjaga.
Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus kristaloid
sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dan
dapat diberikan cairan golongan plasma substitute (cairan koloid).
3. Trauma Status (Advanced Trauma Life support)
Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak jumlah
perdarahan (EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.

Klasifikasi Klinis Pengelolaan

Kelas I : - Takikardia minimal, Tidak perlu penggantian


kehilangan volume <100 x/menit volume
darah < 15%

Kelas II : - Takikardia (100-120


kehilangan volume x/menit) Penggantian volume
11

darah 15-30% - Penurunan pulse darah yang hilang dengan


pressure cairan kristaloid sejumlah
- Penurunan produksi 2-4 kali volume darah
urine (20-30 cc/jam) yang hilang.

Kelas III : - Tachypnea (30-40 Penggantian volume


kehilangan volume x/menit) darah yang hilang dengan
- Penurunan produksi cairan kristaloid dan
darah 30-40%
urine (5-15 cc/jam) darah.

Kelas IV : - Tachypnea (>35 Penggantian volume


Kehilangan volume x/menit) darah yang hilang dengan
darah - Takikardia cairan kristaloid dan
>40% (>140x/menit) darah.
- Perfusi pucat, dingin,
basah
- Perubahan mental

Tabel Syok Hemoragik

c. Syok Anafilaktik
1. Definisi
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang
disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi
Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa
melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan
tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis
2. Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen)
mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik
3. Diagnosa
12

Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan


darah yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal –
hal lain) atau riwayat setelah pemberian obat-obatan.
4. Tindakan
a. C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus kristaloid
(RL). Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan atau intra
muscular dengan dosis sesuai dengan gejala klinis yang tampak
(0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila ternyata jantung tidak
berdenyut).
b. Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
c. Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu.

d. Syok Septik
1. Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan
oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi
dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk
aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan
nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan secara menyeluruh.
2. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang
mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, pada
perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
3. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat
bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan
penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien
13

sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60%


disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi
saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah
sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter
intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah
staphylococcus aureus dan pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan
shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan
sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum
adalah:
a. Demam
b. Berkeringat
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
4. Diagnosis
a. Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.
b. Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.
5. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial
Pressure 60 mmHg)
a. Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang sumber
infeksi (pembedahan)
b. Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan
vasopressor (Dopamine atau dikomnbinasi dengan
Noradrenaline).

e. Syock Kardiogenik
1. Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama
sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat,
14

seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung;


manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang
lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland,
2010)
2. Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan – keadaan
antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan Tension
pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok, ada yang
membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan yang
disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard. Missal : decomp
cordis, trauma langsung pada jantung, kontusio jantung. Tamponad
jantung dan tension pneumothoraks dikelompokkan dalam syok
obstructive (syok karena obstruksi mekanik)
3. Diagnose
a. Hipotensi disertai gangguan irama jantung.
b. Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).
c. Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung
(bunyi jantung menjauh atau redup), pada tension pneumothoraks
(hipersonor dan pergeseran letak trakea).
4. Tindakan
a. Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
b. Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
c. Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring
EKG.
d. Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di
ICS II- mid clavicular line untuk mengurangi udara dalam rongga
pleura (dekompresi).
15

F. Manifestasi Klinis

1. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik


<100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah
diketahui.
2. Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.
3. Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma.
4. Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.
5. Asidosis metabolik.
6. Pemantauan hemodinamik :
a. Tekanan darah arteri
b. Tekanan vena sentral
c. Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk
pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP).
d. Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu
kulit. (Mansjoer, 2000)

G. Penatalaksanaan

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk


memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab
syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan
kausal.

1. Airway dan Breathing


2.
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
16

c. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.


d. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan
nafas (Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian
Cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan
mendapat trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya
terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan
pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan
intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang,
darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air
harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa
air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
pemberian cairan yang berlebihan.
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan
ketat, mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan
organ majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan
pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz"
17

kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik


untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa
menambah konsumsi oksigen miocard.
1) Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
2) Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
3) Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
4) Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
5) Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas
jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
4. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai
lebih tinggi dari jantung
5. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber
perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas
sumber perdarahan (Mansjoer, 2000)

H. Komplikasi

1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia


jaringan yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan
alveolus kapiler karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang
koagulasi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK
18

1. Pengkajian
1. Pengkjian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila
perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
b. Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti
ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang
cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal
biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah
luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam
rongga toraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak
yang dapat dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol
perdaran pelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh
mengganggu pemasangan infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat
membantu mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan
tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi
motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak

2. Pengkajian Sekunder
19

a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga
riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang
mengetahui kejadiannya
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan
mual, kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat trauma (banyak perdarahan)
2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan
obat)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti
klien sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia),
Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok
kardiogenik dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase
lanjut syok (sering kering pada syok septik).
2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg
(lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap
hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
3) Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
4) Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase
kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik,
respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
20

5) Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan.


Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma.
6) Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)
7) Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di
jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik,
kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
8) Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok
hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik
9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2
menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2
karena adanya aliran pintas di paru)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit,
kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
2) Analisa gas darah
3) EKG

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain :


a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung, stroke volume, pre load dan afterload kontraktilitas jantung.
( D .0008)
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah, penurunan konsentrasi Hb, kurang aktivitas fisik, gangguan
aliran arteri dan vena ( D.0009)

4. Rencana Tindakan keperawatan

No Dx keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Penurunan Setelah dilakukan - Edukasi -indentifikasi
asuhan Selama rehabilitas jantung
curah jantung kemampuan
penurunan kardiak - Catat adanya
berhubungan output klien teratasi disritmia jantung pasien dan
21

dengan dengan kriteria hasil: - Catat adanya keluarga


- Tanda Vital dalam tanda dan gejala
perubahan menerima
rentang normal penurunan cardiac
irama jantung, (Tekanan darah, putput informasi
Nadi,respirasi) - Monitor status
stroke volume, -anjurkan
- Dapat mentoleransi pernafasan
pre load dan aktivitas, tidak ada - monitor balance mempertahankan
kelelahan cairan
afterload jadwal ambulasi
- Tidak ada edema - Monitor respon
kontraktilitas paru, perifer, dan pasien terhadap - mencatat
tidak ada asites efek pengobatan
jantung. adanya tnda dan
- Tidak ada - Atur periode
(D.0008) penurunan kesadaran latihan dan gejala penurunan
- AGD dalam batas istirahat untuk
curah jantung
normal menghindari
- Tidak ada distensi Kelelahan -monitor status
vena leher - manajemen sok
pernapasan
- Warna kulit no
setiap 2 jam
sekali
- mencatat hasil
balance cairan
- mengatur
jadwal latihan
dan istirahat
untuk meng
hindari
kelelahan.
- monitor TTV
setiap 3 jam
sekali

2. Perfusi perifer Setelah dilakukan - perawatan - periksa


tidak efektif asuhan selama sirkulasi
sirkulasi perifer (
berhubungan ketidakefektifan - Monitor nyeri
dengan perfusijaringan dada (durasi, nadi perifer,
peningkatan kardiopulmonal intensitas dan
edema, pengisian
tekanan darah, teratasi dengan faktor-faktor
penurunan kriteria hasil: - Auskultasi suara kapiler, )
konsentrasi Hb, -Tekanan systole dan jantung dan paru
- mencatat skala
kurang aktivitas diastole dalam - Monitor irama
fisik, gangguan rentang yang dan jumlah denyut nyeri pasien
22

aliran arteri dan diharapkan jantung - mencatat irama


vena ( D.0009) - perpusi perifer -Manajemen
dan jumlah
dalam batas normal cairan
- Nadi perifer kuat - manajemen syok denyut jantung
dan simetris - Monitor
pasien.
- Tidak ada oedem peningkatan
perifer dan asites kelelahan dan - melihat
- Denyut jantung, kecemasan
peningkatan
AGD, ejeksi fraksi - Jelaskan
dalam batas normal pembatasan intake kelelahan dan
- Bunyi jantung kafein, sodium,
kecemasan
abnormal tidak ada kolesterol dan
- Nyeri dada tidak ada lemak - mejelaskan
- Kelelahan yang - Kelola
pembayasan
ekstrim tidak ada pemberian obat-
intake kafein,
obat: analgesik,
sodium,kolestero
anti koagulan.
l, dan lemak
- (batasi
- mengelolah
pengunjung)
pemberian obat
pasien

Hari, Dx keperawatan Implemtasi Evaluasi


Tanggal
Dan
waktu
Senin, 15 1. Penurunan - Edukasi rehabitas S : pasien
Juli 2020 curah jantung jantung mengatakan
Pukul 08. berhubungan - catat adanya tanda masih terasa
30 dengan dan gejala lemah
perubahan penurunan cardiac -
irama jantung, output O : irama
23

stroke volume, - monitor irama dan jantung


pre load dan jumlah denyut palpitasi atau
afterload jantung berdegup dgn
kontraktilitas - monitor jumlah kencamg
jantung.(D.0008 balance cairan A: Masalah
- manajeman cairan belum teratasi

P: intervensi di
lanjutkan
monitor irama
dan jumlah
denyut jantung
di pertahankan

Senin 15 2.Perfusi perifer - perawatan sirkulasi S: -


- Monitor nyeri dada
Juli 2020 tidak efektif O: Nadi perifer
(durasi, intensitas
Pukul berhubungan dan faktor-faktor teraba normal
- Auskultasi suara
10.00 dengan - skala nyeri 3
jantung dan paru
peningkatan - Monitor irama dan
jumlah denyut
tekanan darah, A: Masalah
jantung
penurunan - manajemen syok teratasi
- Monitor
konsentrasi Hb, sebagian
peningkatan
kurang aktivitas kelelahan dan P : intervensi
kecemasan
fisik, gangguan dilanjutkan
- Jelaskan
aliran arteri dan pembatasan intake pertahankan :
kafein, sodium,
vena ( D.0009) - manajemen
kolesterol dan lemak
- Kelola pemberian cairan
obat-obat: analgesik, -manajemen
anti koagulan syok
24

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari


kemampuan mengenal gejala-gejala syok mengetahui, dan mengantisipasi
penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada menit-menit
pertama pasien mengalami syok. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat
ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien
tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta
memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary re2fill time > 2 detik).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen
ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009;
Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel-
sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel
yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.

B. SARAN

Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi


seorang perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika menemukan
klien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera. Dan
25

mahasiswa mampu mengaplikasikan teri kegawat daruratan syok sehingga


mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah syok.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.
Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and
Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of
Critical
https://www.academia.edu/9746397/Syok. syifana.aqullia.2010.laporanpendahuluan

syok.

http://www.riyawan.com/p/bab-ii-tinjauan-teori syok-a.html

Anda mungkin juga menyukai