Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita akan menjelaskan dan mengkritik perspektif epistemologis yang

dominan dalam matematika. Yaitu, pandangan absolut bahwa kebenaran

matematika adalah mutlak, bahwa matematika adalah salah satu ilmu

pengetahuan yang tidak diragukan lagi dan obyektif. Hal ini bertentangan

dengan pandangan fallibilist bahwa kebenaran matematika adalah tidak

mutlak, dan tidak pernah bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu

adanya revisi dan koreksi. Banyak yang diperoleh dari perbedaan absolut-

fallibilist, diantaranya adalah perspektif filosofis yang diadopsi karena faktor

epistemologis yang paling penting yang mendasari pengajaran matematika.

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara

substansial maupun secara historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari

peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan

filsafat. Filsafat menuntut manusia agar berfikir secara cerdas, sehingga

manusia tersebut berkembang menuju level pemikiran pengetahuan

selanjutnya. Akan tetapi, terkadang manusia tidak menyadari keterbatasan

dirinya, sehingga dia selalu berusaha memikirkan segala hal di luar jangkauan

kemampuan logika dan akalnya. Sehingga kebingungan itu tidak

mengantarkan dia ke level pemikiran selanjutnya, namun malah menjadikan

dia berputar-putar di siklus tiada henti, karena manusia tersebut terkadang

dalam memikirkan suatu hal tidak berada pada koridornya, seperti kereta yang
berusaha keluar dari rel, maka otomatis kereta tersebut tergelincir dan jatuh.

Untuk itulah, dalam berfilsafat, manusia perlu adanya suatu definisi yang jelas

mengenai apa yang boleh difikirkan dan yang tidak boleh dia fikirkan, karena

batas itu sudah di luar batas logikanya.

Ilmu matematika adalah ilmu yang menuntut agar manusia berfikir

kritis, kreatif, mampu melakukan abstraksi, menggunakan logikanya agar

manusia tersebut mampu memecahkan masalah. Dengan melatih kemampuan

pemecahan masalah yang ada dalam matematika, diharapkan manusia tersebut

dapat menerapkan matematika untuk memecahkan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari. Untuk menyampaikan matematika, diperlukan suatu

metode dalam hal ini pembelajaran kepada para penuntut ilmu matematika,

yaitu para siswa maupun mahasiswa. Pembelajaran adalah bagian dari dunia

pendidikan, dan tidak akan pernah terlepas dari pendidikan. Selanjutnya dalam

makalah ini, akan dikaji mengenai filsafat pendidikan matematika.

Seorang filsuf besar dari Yunani Kuno setelah Zeno menegaskan

hubungan yang amat erat antara matematika dan filsafat adalah Plato. Ia

menegaskan bahwa geometri sebagai pengetahuan ilmiah yang berdasarkan

akal murni menjadi kunci ke arah pengetahuan dan kebenaran kebenaran

filsafat. Menurut Plato, geometri merupakan suatu ilmu dengan akal murni

membuktikan proporsi-proporsi abstrak mengenai hal-hal abstrak seperti garis

lurus, segitiga atau lingkaran.

Filosofi matematika yang berbeda menghasilkan produk yang sangat

berbeda dalam hal praktek pendidikannya. Namun hubungannya tidak

langsung, dan penyelidikan atas filosofi yang mendukung pengajaran


matematika dan kurikulum matematika membuat kita juga harus

mempertimbangkan nilai-nilai, ideologi dan kelompok-kelompok sosial yang

mentaatinya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Hakikat Filosofi Pendidikan Matematika?

C. Tujuan

Mengetahui Hakikat Filosofi Pendidikan Matematika


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Filsafat pendidikan adalah pemikiran-pemikiran filsafat tentang

pendidikan. Dapat mengkonsentrasikan pada proses pendidikan, dapat

juga pada ilmu pendidikan. Jika mengutamakan proses pendidikan, yang

dipersoalkan adalah cita-cita, bentuk, metode, dan hasil dari proses

pendidikan. Jika mengutamakan ilmu pendidikan maka yang menjadi

pusat perhatian adalah konsep, ide, dan metode pengembangan dalam ilmu

pendidikan. Filsafat pendidikan matematika termasuk filsafat yang

membahas proses pendidikan dalam bidang studi matematika. Aliran-

aliran yang berpengaruh dalam filsafat pendidikan antara filsafat analitik,

progesivisme, eksistensialisme, rekonstruksionisme, dan konstruktivisme.

 Pendidikan matematika adalah bidang studi yang mempelajari aspek-aspek

sifat dasar dan sejarah matematika, kurikulum matematika sekolah, baik

pengembangan maupun penerapannya di kelas.

 Filsafat konstruktivisme banyak mempengaruhi pendidikan matematika

sejak tahun sembilan puluhan. Konstruktivisme berpandangan bahwa

belajar adalah membentuk pengertian oleh si belajar. Jadi siswa harus

aktif. Guru bertindak sebagai mediator dan fasilitator.

Anda mungkin juga menyukai