Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Cairan dan Elektrolit

1. Pengertian Cairan Tubuh dan Elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi

tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh

merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan

cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan

tubuh (Haryono, 2013).

a. Cairan Tubuh

 Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat

tertentu. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel

bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan

dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman dan

cairan intravena (IV) dan distribusi ke seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dal elektrolit saling bergantung, jika salah satu

terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

1) Cairan Intraselular

Pada orang dewasa, sekitar dua pertiga dari cairan dalam

tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk

dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kg), sebaliknya

pada bayi hanya setengah dari berat badannya yang merupakan

cairan intraselular.
2) Cairan Ekstraselular

        Jumlah relatif cairan ekstraselular berkurang seiring usia.

Pada bayi baru lahir, sekitar setengah cairan tubuh terdapat di

cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan

ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga volume total. Ini

sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat

rata-rata 70 kg.

Cairan ekstraselular dibagi menjadi :

a) Cairan Interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel.

Sekitar 11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe

termasuk dalam volume interstitial.

b) Cairan Intravaskular adalah cairan yang terkandung dalam

pembuluh darah (contohnya volume plasma). Pada orang

dewasa sekitar 5-6 L dengan 3 liternya merupakan plasma.

c) Cairan Transelular adalah cairan yang terkandung di antara

rongga tubuh tertentu seperti serebrospinal, perikardial,

pleura, sendi sinovial, intraokular, dan sekresi saluran

pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan

transeluler adalah sekitar 1 liter.

b. Elektrolit

Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan

arus listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion

negatif (anion).
Kation. Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium

(NA+) sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah

potasium (K+). Suatu sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang

memompa keluar sodium dan potasium ini.

Anion. Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-)

dan bikarbonat (HCO3-) sedangkan anion utama dalam cairan

intraselular adalah ion fosfat (PO43-).

1) Natrium

   Sebagai kation utama di dalam cairan ekstraseluler dan paling

berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium

plasma adalah 135-145 mEq/liter. Kadar natrium dalam tubuh 58,5

mEq/kgBB di mana ± 70% atau 40,5 mEq/kgBB dapat berubah-

ubah. Ekresi natrium dalam urin 100-180 mEq/liter, feses 35

mEq/liter dan keringat 58 mEq/liter. Kebutuhan setiap hari adalah

100 mEq (6-15 gram NaCl).

2) Kalium

      Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan

ekstraseluler yang berperan penting di dalam terapi gangguan

keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar

53 mEq/kgBB dengan 99% dapat berubah-ubah. Kadar kalium

plasma 3,5-5,0 mEq/liter. Kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.

Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+


ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urin 60-90 mEq/liter, feses 72

mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter.

3) Kalsium

      Kalsium terdapat dalam makanan dan minuman, terutama susu,

80-90% dikeluarkan lewat feses dan sekitar 20% lewat urin.

Sebagian besar (99%) ditemukan di dalam gigi dan ± 1% dalam

cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.

4) Magnesium

   Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan

untuk pertumbuhan ± 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urin dan feses.

5) Karbonat

   Terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil akhir daripada

metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Asam

bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan sangat penting oeranannya

dalam keseimbangan asam basa.

2. Proses Pergerakan Cairan Tubuh

    Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh

melibatkan mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif

tidak membutuhkan energi, sedangkan mekanisme transpor aktif

membutuhkan energi.

a. Osmosis

Bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran

semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah


menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Tekanan

osmotik plasma darah ialah 285 ± 5 mOsm/L. larutan dengan tekanan

osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkan yang

lebih tinggi disebut hipertonik.

b. Difusi

Proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak

dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah.

3. Keseimbangan Cairan

      Dalam kondisi normal, intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan

tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam mempertahankan fungsi

tubuh, tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan

ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urin), eksresi pada proses metabolisme.

Rumus Balance cairan :


INTAKE CAIRAN = OUTPUT CAIRAN

a. Intake Cairan

        Selama aktivitas dan temperatur yang sedang, seorang dewasa

minum kira-kira 1500ml/hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-

kira 2500ml/hari sehingga kekurangan sekitar 1000ml/hari diperoleh dari

makanan dan oksidasi selama proses metabolisme. Pengatur utama intake

cairan adalah melalui mekanisme haus. Perasaan kering di mulut

biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi


secara sendiri. Sensasi haus akan hilang setelah minum sebelum proses

absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

b. Output Cairan

1) Urin

        Dalam kondisi normal output urin sekitar 1400-1500ml/24jam,

atau sekitar 30-50ml/jam pada orang dewasa.

2) IWL (Insesible Water Loss)

        Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui

proses ini berkisar 300-400ml/hari, tetapi bila proses respirasi atau

suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

3) Feses

       Pengeluaran air melalui feses normal berkisar antara 100-

200ml/hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam

mukosa usus besar.

4. Perubahan Konsentrasi

a. Hipervolemia karena anuria atau oliguria. Diatasi dengan pembatasan

cairan, diuretik dan jika perlu dialisis.

b. Hipovolemia selama fase diuretik dari ARF karena ekskresi urine

hipotonik dalam jumlah yang besar, disertai dengan adanya pembatasan

cairan.

c. Hiponatremia karena pemakaian atau pemberian cairan hipotonik yang

berlebihan.
d. Hiperkalemia karena ketidakmampuan ginjal untuk mengekskresikan

kalium dan meningkatkan katabolisme jaringan dengan pelepasan kalium

intraseluler. Hiperkalemia akut yang mengancam jiwa sementara

mungkin dapat dikoreksi dangan pemberian glukosa dan insulin atau

natrium bikarbonat.

e. Hipokalemia selama fase diuretik ARF, terutama pada pasien dengan

pembatasan kalium.

f. Hiperfosfatemia karena ketidakmampuan ginjal untuk mengekskresikan

fosfor.

g. Hipokalsemia karena penurunan kadar bentuk aktif vitamin D secara

metabolik.

h. Hipermagnesemia karena ketidakmampuan ginjal untuk

mengekskresikan magnesium.

Asidosis metabolik karena ketidakmampuan ginjal untuk

mengekskresikan muatan asam tubuh yang tidak mudah menguap.

Pembatasan masukan protein dan pencegahan katabolisme jaringan

membantu untuk meminimalkan asidosis.

5. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

a. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi bergantung pada usia karena

usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan

berat badan. Pada usia lanjut, sering terjadi gangguan keseimbangan

cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.


b. Iklim

Orang yang tinggal di daerah panas dan kelembaban udaranya

rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh melalui keringat.

Orang yang beraktivitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan

cairan sampai dengan 5 liter/hari.

c. Diet

Dapat berpengaruh pada intake cairan dan elektrolit. Ketika intake

nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak

sehingga serum albumin dan cadangan protein akan menurun.

d. Stres

Dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan

pemecahan glikogen otot. Ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air

sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e. Kondisi sakit

Sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan

elektrolit tubuh. Misalnya :

1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui

IWL.

2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat memengaruhi proses

legulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami

gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan

untuk memenuhinya secara mandiri.


f. Tindakan medis

Tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan

elektrolit tubuh seperti suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan

Pemberian deuretik dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan

elektrolit

h. Pembedahan

Tindakan pembedahan memiliki risiko tinggi mengalami gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh akibat hilangnya darah selama

pembedahan.

B. Tinjauan Tentang Gagal Ginjal kronik/CKD

1. Definisi

    Gagal ginjal kronik atau chronic kidney disease merupakan gangguan

fungsi renal yang progresif dan irefersibel dimana kemampuan tubuh gagal

untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit

sehingga terjadi uremia. (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam buku Margareth,

2019).

    Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan

penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan

cukup lanjut. Hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50

ml/menit (Suyono hal 21, 2001 dalam buku Margareth, 2019).


2. Etiologi

   Menurut Margareth (2019) dan Padila (2018) penyebab dari gagal

ginjal kronik adalah :

a. Infeksi saluran kemih/pielonefritis kronis

b. Glumerulonefritis

c. Hipertensi tak terkontrol

d. Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarteritis nodusa, sklerosi

sistemik)

e. Penyakit kongenital dan hereditar (penyakit ginjal polikistik, asidosis

tubulus ginjal)

f. Penyakit metabolik (DM)

g. Neuropati toksik

h. Obstruksi saluran kemih

3. Manifestasi Klinis

Menurut Long (1996) dalam Margareth (2019) :

a. Gejala dini : Letargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat

badan berkurang.

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, napas dangkal atau sesak napas,

edema yang disertai lekukan.

Menurut Suyono (2001) dalam buku Margareth (2019) :

a. Kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, sesak napas, pembesaran vena jugularis.


b. Pulmoner

Napas dangkal, krekels, kusmaul.

c. Gastrointestinal

Anoreksia, nausea, napas bau amoniak, ulserasi dan perdarahan

pada mulut, perdarahan saluran GI.

d. Muskuloskeletal

Pegal   pada   kaki,  rasa   kesemutan  dan   terbakar   terutama  di

telapak kaki,  hipertropi, kelemahan otot

e. Integumen

Kulit berwarna pucat, pruritus, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis

dan kasar.

f. Endokrin

Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan

menstruasi, ganggaun metobolik glukosa, gangguan metabolic lemak

dan vitamin D.

4. Patofisologi

     Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk

glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa

nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume

filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan

penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk

berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron yang rusak. Beban bahan yang harus

dilarut menjadi lebih besar daripada yang biasa di reabsorbsi berakibat


diurisis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron

yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensin produk sisa.

Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan

muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila fungsi ginjal telah hilang

kira-kira 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai

kreatinin turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah (Barbara, 1996 dalam

Margareth, 2019).

    Fungsi renal menurun, produksi akhir metabolisme protein (yang

normalnya di ekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Sehingga

terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak

timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat (Brunner &

Suddarth, 2001 dalam Margareth, 2019).

Menurut Padila (2018) :

1. Penurunan GFR

Penurunan GFR dapat di deteksi dengan mendapatkan urin 24 ja,

untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka

klirens kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen

urea darah (BUN) akan meningkat.

2. Gangguan klirens renal

Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibta dari

penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi, yang menyebabkan

penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh

ginjal).
3. Retensi cairan dan natrium

Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau

mengencerkan secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium,

meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan

hipertensi.

4. Anemia

Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak

adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan

kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien

terutama dari saluran GI.

5. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat

Kadar serum, kalsium, dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang

saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun.

Dengan menurunya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfa, serum

dan sebaliknya penurunan kadar kalsium.

Menurut Margareth (2019) Perjalanan umum gagal ginjal progresif

dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :

a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Di tandai dengan kreatinin, serum dan kadar Blood Ureum

Nitrogen (BUN) normal pada penderita asimtomatik.


b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak. Pada tahap

ini BUN mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai

meningkat melebihi kadar normal, timbul poliuri.

c. Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir/uremia)

Apabila 90% masa nefron telah hancur, nilai glumerulus filtration

rate 10% dari normal. Pada tahap ini kreatinin serum dan BUN

meningkat snagat mencolok dan timbul oliguri.

5. Komplikasi

      Menurut Smeltzer (2002) dalam buku Padila (2018) Penderita gagal

ginjal kronik bisa menimbulkan penyakit, sebagai berikut :

a. Hiperkalemia

b. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung

c. Hipertensi

d. Anemia

e. Penyakit tulang

6. Pemeriksaan diagnostik

     Menurut Margareth, (2019) dan Padila (2018) pemeriksaan penunjang

CKD yaitu :

a. Urine

1) Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
2) Warna : secara abnormal urin keruh memungkinkan disebabkan pus,

bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, warna kecoklatan

menunjukan adanya darah.

3) Berat jenis : kurang dari 1.010 menunjukan kerusakan ginjal berat

4) Kreatinin : mungkin agak menurun

5) Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan

kerusakan glomerulus bila fragmen juga ada.

b. Darah

1) BUN/kreatinin :meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap

akhir

2) Hitung darah lengkap : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya

kurang dari 7-8 gr/dl

3) Sel darah merah : menurun

4) Natrium serum : rendah

5) Kalium : Meningkat

6) Magnesium fosfat : meningkat

7) Osmolaritas serum : meningkat

c. Pielografi intravena

1) Menunjukan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

2) Pielografi dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang refersible

3) Arteriogram ginjal
d. Sistouretrogram berkemih

Menunjukan ukuran kandung kemih, refluks kedalaman, ureter,

retensi.

e. Ultrasono ginjal

Menunjukan ukuran kandung kemih dan adanya massa, kista,

obstruksi pada saluran kemih bagian atas.

f. Biopsi ginjal

Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menemukan sel

jaringan untuk diagnosis histology.

g. Endoskopi ginjal dan nefroskopi

Dilakukan untuk menetukan pelvis ginjal : keluar batu, hematuria

dan pengangkatan tumor efektif.

h. EKG

Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan

asam basa, aritmia, hipertropi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.

7. Penatalaksanaan

Menurut Margareth (2019) penatalksanaan pada penderita CKD yaitu :

a. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam

b. Diet tinggi kalori dan rendah protein

c. Kontrol hipertensi

d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit

e. Hemodialisa

f. Transplantasi ginjal
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien CKD

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas Klien

2) Identitas Penanggung Jawab

b. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama

c. Riwayat keluhan sekarang

d. Riwayat kesehatan dahulu

e. Riwayat kesehatan keluarga

f. Genogram

g. Riwayat kesehatan lingkungan

h. Fokus pengkaian

1) Aktivitas / istirahat

Gejala :

a) Kelelahan ekstrem, kelemahan malaise

b) Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)

Tanda :

a) Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak

2) Sirkulasi

Gejala :

a) Riwayat hipertensi lama atau berat

b) Palpitasi, nyeri dada (angina)


Tanda :

a) Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada

kaki, telapak tangan

b) Disritmia jantung

c) Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik

d) Friction rub pericardial

e) Pucat pada kulit

f) Kecenderungan perdarahan

3) Integritas ego

Gejala :

a) Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain

b) Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan

Tanda :

a) Menolak, ansietas, takut marah, mudah terangsang, perubahan

kepribadian

4) Eliminasi

Gejala :

a) Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)

Abdomen kembung, diare, atau konstipasi

Tanda :

a) Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,

berawan

b) Oliguria, dapat menjadi anuria


5) Makanan/cairan

Gejala :

a) Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)

b) Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak

sedap pada mulut (pernapasan amonia)

Tanda :

a) Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)

b) Perubahan turgor kulit/kelembaban

c) Edema (umum, tergantung)

d) Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah

e) Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak

bertenaga

6) Neurosensori

Gejala :

a) Sakit kepala, penglihatan kabur

b) Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar

pada telapak kaki

c) Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstremitas

bawah (neuropati perifer)

Tanda :

a) Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang

perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan

memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma


b) Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang

c) Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala :

a) Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki

Tanda :

a) Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah

8) Pernapasan

Gejala :

a) Napas pendek. Dispnea nokturnal paroksismal, batuk

dengan/tanpa sputum

Tanda :

a) Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul

b) Batuk produktif dengan sputum merah mudah muda encer

(edema paru)

9) Keamanan

Gejala :

a) Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi

Tanda :

a) Pruritus

b) Demam (sepsis, dehidrasi)


10) Seksualitas

Gejala :

a) Penurunan libido, amenorea, infertilitas

11) Interaksi social

Gejala :

a) Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,

mempertahankan fungsi peran dalam keluarga

12) Penyuluhan

Gejala :

a) Riwayat DM keluarga (resiko tinggi GGK), penyakit

pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria

b) Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan

c) Penggunaan antibiotik berulang

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Padila (2018) Adapun diangnosa keperawatan “CKD”

yang sering muncul yaitu :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi

3. Hipervolemia b/d kelebihan volume cairan

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan peningkatan

kadar urea dalam darah


6. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

7. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan asites

8. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b/d disfungsi ginjal


3. Intervensi

NO. SDKI SLKI SIKI


D. 0008 L. 02008 I.03098

1. Penurunan Curah Curah Jantung Manajemen cairan

Jantung  Definisi :  Definisi :

 Kategori : Keadekuatan Mengidentifikasi

Fisiologis jantung dan mengelola

 Subkategori : memompa keseimbangan cairan

Respirasi darah untuk dan mencegah

 Definisi : memenuhi komplikasi akibat

Ketidakadekuatan kebutuhan ketidakseimbangan

jantung memompa metabolisme cairan

darah untuk tubuh  Tindakan

memenuhi  Ekspetasi : Observasi

kebutuhan Meningkat 1. Monitor status

metabolisme  Kriteri hasil : hidrasi

tubuh - Kekuatan nadi 2. Monitor berat badan

 Gejala dan tanda perifer meningkat sebelum dan sesudah

Mayor - Edema menurun dialisis

Subjektif - Takikardi Terapeutik

a. Palpitasi menurun 1. Catat intek-output

b. Lelah - Oliguri menurun dan hitung balance

c. Dispnea cairan 24 jam


Objektif 2. Berikan asupan

a. Takikardi/ cairan, sesuai

bradikardi kebutuhan

b. Edema Kolaborasi

c. Tekanan darah 1. Kolaborasi

meningkat/menurun pemberian diuretik, jika

d. Oliguria perlu

e. Warna kulit pucat

dan/atau sianosis

I. 01014

2. D. 003 L. 01003 Pemantauan Respirasi

Gangguan Pertukaran Pertukaran Gas  Definisi :

Gas  Definisi : Mengumpulkan dan

 Kategori : Oksigenasi menganalisis data

Fisiologis dan/atau untuk memastikan

 Subkategori : eliminasi kepatenan jalan

Respirasi karbondioksida napas dan

 Definisi : pada membrane kefektifan

Kelebihan atau alveolus-kapiler pertukaran gas

kekurangan dalam batas  Tindakan

oksigenasi dan/atau normal Observasi :

eliminasi  Ekspetasi : 1. Monitor frekuensi,

karbondioksida Meningkat irama, kedalaman dan


pada membrane  Kriteria hasil : upaya napas

alveolus- kapiler - Tingkat kesadaran 2. Monitor pola napas

 Gejala dan Tanda meningkat 3. Auskultasi bunyi

Mayor - Dispnea menurun napas

Subjektif : - Takikardi Terapeutik :

a. Dispnea membaik 1. Atur interval

Objektif : pemantauan respirasi

a. PCO2 sesuai kondisi pasien

meningkat/menurun Edukasi :

b. PO2 menurun 1. Jelaskan tujuan dan

c. Takikardi prosedur pemantauan

d. PH arteri 2. Informasikan hasil

meningkat/menurun pemantauan, jika perlu

e. Bunyi napas

tambahan

I.03114

3. D.0022 L.03020 Manajemen

Hipervolemia Keseimbangan Hipervolemia

 Kategori : cairan  Definisi :

Fisiologis  Definisi : mengidentifikasi dan

 Subkategori : Ekuilibrium mengelola kelebihan

Nutrisi dan cairan antara volume volume cairan

 Definisi : cairan diruang intravaskuler dan


Peningkatan ekstraseluler serta
intraseluler dan
volume cairan mencegah terjadinya
ekstraseluler
intravaskuler, komplikasi
tubuh
interstisiel,  Tindakan :
 Ekspektasi :
dan/atau Observasi :
meningkat
intraseluler. 1. Periksa tanda dan
 Kriteria hasil :
 Gejala dan Tanda gejala hipervolemia
- kelembaban
Mayor (mis. Ortopnea,
membran mukosa
Subjektif : dispneas, edema,
meningkat
a. Ortopnea JVP/CVP meningkat,
- Edema menurun
b. Dispnea reflex hepatojugular
- Dehidrasi
c. Paroxymal positif, suara napas
menurun
nocturnal dyspnea tambahan)
- Asites menurun
(PND) 2. Identifikasi
- Tekanan darah
Objektif : penyebab hipervolemia
membaik
a. Edema anasarka 3. Monitor status
- Mata cekung
dan/atau edema hemodinamik (mis.
membaik
perifer Frekuensi jantung,
- Turgor kulit
b. Berat badan tekanan darah, MAP,
membaik
meningkat dalam CVP, PAP, PCWP,
- Berat badan
waktu singkat CO, CI), jika tersedia
membaik
c. jugular Venous 4.Monitor intake dan

pressure (JVP) output cairan


dan/atau Central 5. Monitor tanda

Venous Pressure hemokonsentrasi (mis.

(CVP) meningkat Kadar natriun, BUN,

d. Refleks hematokrit, berat jenis

hepatojugular positif urine)

6. Monitor tanda

peningkatan tekanan

onkotik plasma (mis.

Kadar protein dan

albumin meningkat)

7. Monitor kecepatan

infuse secara ketat

8. Monitor efek

samping diuretik

Terapeutik :

1. Timbang berat badan

setiap hari pada waktu

yang sama

2. Batasi asupan cairan

dan garam

3. Tinggikan kepala

tempat tidur

Edukasi :
1. Anjurkan melapor

jika haluaran urine <0,5

mL/kg/jam dalam 6

jam

2. Anjurkan melapor

jika BB bertambah >1

kg dalam sehari

3. Anjurkan cara

mengukur dan

mencatat asupan dan

haluaran cairan

4. Ajarkan cara

membatasi cairan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi

pemberian diuretik

2. Kolaborasi

penggantian kehilangan

kalium akibat diuretik

I. 05178

Observasi :
4. D. 0056 L. 05047 1. Monitor kelelahan

Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas fisik dan emosional

 Kategori :  Definisi : 2. Monitor pola dan

Fisiologis Respon jam tidur

 Subkategori : fisiologis Terapeutik :

Aktivitas/Istirahat terhadap 3. Berikan aktivitas

 Definisi : aktivitas yang distraksi yang

Ketidakcukupan membutuhkan menyenangkan

energi untuk tenaga Edukasi :

melakukan  Ekspetasi : 4. Anjurkan tirah

aktivitas sehari- Meningkat baring

hari  Kriteria hasil : Kolaborasi :

 Gejala dan Tanda - Haus menurun Kolaborasi dengan ahli

Mayor - Pucat menurun gizi tentang cara

Subjektif : meningkatkan asupan

a. Mengeluh lelah makanan

Objektif :

a. Frekuensi jantung

meningkat >20%

dari kondisi

istirahat

I. 11353

Perawatan Integritas
5. D. 0129 L. 14125 Kulit

Gangguan integritas Integritas Kulit dan  Definisi :

kulit/jaringan Jaringan Mengidentifikasi

 Kategori :  Definisi : dan merawat kulit

Lingkungan Keutuhan kulit untuk menjaga

 Subkategori : atau jaringan keutuhan,

Keamanan dan  Ekspetasi : kelembaban dan

Proteksi Meningkat mencegah

 Definisi :  Kriteria hasil : perkembangan

Kerusakan kulit - Hidrasi meningkat mikroorganisme

atau jaringan - Elastisitas  Tindakan

 Gejala dan Tanda meningkat Observasi :

Mayor 1. Identifikasi penyebab

Subjektif gangguan integritas

- kulit

Objektif Terapeutik :

a. Kerusakan jaringan 1. Ubah posisi tiap 2

dan/atau lapisan kulit. jam jika tirah baring

Edukasi :

1. Anjurkan minum air

yang cukup

2. Anjurkan

meningkatkan asupan
buah dan sayur.

L. 03119

Manajemen Nutrisi

6. D. 0032 L. 03030  Definisi :

Risiko Defisit Nutrisi Status Nutrisi Mengidentifikasi

 Kategori :  Definisi : dan mengelola

Fisiologis Keadekuatan asupan nutrisi yang

 Subkategori : asupan nutrisi seimbang

Nutrisi dan Cairan untuk memenuhi  Tindakan

 Definisi : Berisiko kebutuhn Observasi

mengalami asupan metabolisme 1. Identifikasi status

nutrisi tidak cukup  Ekspetasi : nutrisi

. untuk memenuhi Meningkat 2. Monitor berat badan

kebutuhan  Kriteria hasil : 3. Monitor asupan

metabolisme - Berat badan makanan

membaik Terapeutik

- Porsi makan yang 1. Fasilitasi menentukan

dihabiskan membaik pedoman diet

Edukasi

1. Ajarkan diet yang

diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan jenis nutrien

yang dibutuhkan, jika

perlu

I.03098

Manajemen cairan

7. D.0036 L.03020  Definisi :

Resiko Keseimbangan Mengidentifikasi

ketidakseimbangan cairan dan mengelola

cairan  Definisi : keseimbangan cairan

 Kategori : Ekuilibrium dan mencegah

Fisiologis antara volume komplikasi akibat

 Subkategori : cairan diruang ketidakseimbangan

Nutrisi atau cairan intraseluler dan cairan

 Definisi : ekstraseluler  Tindakan

Berisiko mengalami tubuh Observasi

penurunan,  Ekspektasi : 1. Monitor status

peningkatan atau meningkat hidrasi

percepatan  Kriteria hasil : 2. Monitor berat

perpindahan cairan - kelembaban badan sebelum


dari intravaskuler, membran dan sesudah

interstisial atau mukosa dialisis

intraseluler. meningkat Terapeutik

- Edema 1. Catat intek-

menurun output dan hitung

- Dehidrasi balance cairan 24

menurun jam

- Asites 2. Berikan asupan

menurun cairan, sesuai

- Tekanan darah kebutuhan

membaik Kolaborasi

- Mata cekung 1. Kolaborasi

membaik pemberian

- Turgor kulit diuretik, jika

membaik perlu

- Berat badan

membaik I.03122

Pemantauan Elektrolit

 Definisi :

8. D.0037 L.03021 mengumpulkan dan

Risiko Keseimbangan menganalisis data


elektrolit
ketidakseimbangan terkait regulasi
Definisi : kadar
elektrolit keseimbangan
serum elektrolit
 Kategori : dalam batas elektrolit
normal
Fisiologis Tindakan :

 Subkategori : Observasi :
Ekspetasi :
Nutrisi dan cairan Meningkat 1. Identifikasi
Kriteria Hasil : kemungkinan penyebab
 Definisi : Berisiko
-Serum natrium
mengalami ketidakseimbangan
membaik
perubahan kadar -Serum kalium elektrolit
membaik 2. Monitor kadar
serum elektrolit
-Serum klorida
Faktor risiko : elektrolit serum
membaik
a. Ketidakseimbangan -Serum kalsium 3. Monitor mual,
membaik muntah dan diare
cairan (mis. Dehidrasi
-Serum magnesium
dan intoksikasi air) 4. Monitor kehilangan
membaik
b. Kelebihan volume -Serum fosfor cairan, jika perlu
membaik 5. Monitor tanda dan
cairan

c. Gangguan gejala hipokalemia

mekanismenregulasi 6. Monitor tanda dan

(mis. Diabetes) gejala hiperkalemia

d. Efek samping 7. Monitor tanda dan

prosedur (mis. gejala hiponatremia

Pembedahan) 8. Monitor tanda dan

e. Diare gejala hipernatremia

f. Muntah 9. Monitor tanda dan

g. Disfungsi ginjal gejala hipokalsemia


h. Disfungsi regulasi 10. Monitor tanda gejala

endokrin hiperkalsemia

11. Monitor tanda dan

gejala hipomagnesemia

12. Monitor tanda dan

gejala hipermagnesemia

- Terapeutik :

1. Atur interval waktu

pemantauan sesuai

dengan kondisi pasien

2. Dokumentasikan hasil

pemantauan

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

2. Informasikan hasil

pemantauan, jika perlu

(SDKI-SLKI-SIKI, 2018)
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelasanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah &

Walid, 2016).

Implementasi atau pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi

untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2006 dalam Hartini, 2015).

Jenis – jenis tindakan pada tahap pelaksanaan adalah :

a. Secara mandiri (independent) Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri

oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya dan

menanggapi reaksi karena adanya stressor.

b. Saling ketergantungan (interdependent) Adalah tindakan keperawatan

atas dasar kerja sama tim keperawatan dengan tim kesehatan lainnya,

seperti dokter, fisioterapi, dan lain- lain.

c. Rujukan/ketergantungan (dependent) Adalah tindakan keperawatan atas

dasar rujukan dan profesi lainnya diantaranya dokter, psikiater, ahli gizi

dan sebagainya.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respons pasien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan

(Reeder, 2011). Perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana yang


telah ditetapkan dan terdapat 3 kemungkinan hasil, menurut (Hidayat, 2007

dalam Hartini, 2015) yaitu:

a. Tujuan tercapai Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan

kemajuan yg sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan

sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya.

c. Tujuan tidak tercapai Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan

ke arah kemajuan sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai