Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selulitis merupakan peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului
luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus
aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah
samping dan ke dalam.

Selulitis sendiri mempunyai tiga karakteristik yaitu, Peradangan supuratif sampai di jaringan
subkutis, Mengenai pembuluh limfe permukaan, Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat
meluas.

Penyebab selulitis diantaranya adalah infeksi bakteri dan jamur, serta disebabkan oleh penyebab
lain seperti genetic, gigitan serangga dan lain – lain.

Untuk menghindari terkena selulitis bias dilakukan dengan melembabkan kulit secara teratur,
Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati, Lindungi tangan dan kaki, Rawat secara tepat
infeksi kulit pada bagian superficial

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian selulitis ?

2. Apa etiologi dari selulitis ?

3. Apa saja factor – factor yang memperparah selulitis ?

4. Bagaimana patofisiologi selulitis ?

5. Apa saja manifestasi klinis selulitis ?

6. Bagaimana pemeriksaan selulitis ?

7. Bagaimana penatalaksanaan selulitis ?

8. Bagaimana pencegahan selulitis ?

9. Apa komplikasi dari selulitis ?


1.3 Tujuan Penyusunan

A. Tujuan Umum

Makalah ini disusun untuk memenuhu tugas mata kuliah Keperawatan Medical bedah II pada
semester VI, dan agar para mahasiswa mengetahui dan memahami serta mampu membuat
asuhan keperawatan dengan selulitis.

B. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa memahami atau mengetahui tentang :

1. Pengertian selulitis

2. Etiologi dari selulitis

3. Factor – factor yang memperparah selulitis

4. Patofisiologi selulitis

5. Manifestasi klinis selulitis

6. Pemeriksaan selulitis

7. Penatalaksanaan selulitis

8. Pencegahan selulitis

9. Komplikasi dari selulitis


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan subkutan (Arif,
2000).

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka
atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan Stafilokokus aureus.
Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping
dan ke dalam (Herry, 1996).

Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik sebagai
berikut :

§ Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis

§ Mengenai pembuluh limfe permukaan

§ Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

B. Etiologi

Penyakit Selulitis disebabkan oleh:

1. Infeksi bakteri dan jamur :

a. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureusØ

b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B

c. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk jarang Aeromonas
Hydrophila.

d. S. Pneumoniae (Pneumococcus)

2. Penyebab lain :

a. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.

b. Kulit kering
c. Eksim

d. Kulit yang terbakar atau melepuh

e. Diabetes

f. Obesitas atau kegemukan

g. Pembekakan yang kronis pada kaki

h. Penyalahgunaan obat-obat terlarang

i. Menurunnyaa daya tahan tubuh

j. Cacar air

k. Malnutrisi

l. Gagal ginjal

C. Faktor yang Memperparah Perkembangan Selulitis

a. Usia

Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada bagian
tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang
sirkulasi darahnya memprihatinkan.

b. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)

Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh
pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun
(bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.

c. Diabetes mellitus

Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun tubuh
dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah
dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.

d. Cacar dan ruam saraf

Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri
penginfeksi.

e. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)


Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.

f. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki

Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri
penginfeksi masuk

g. Penggunaan steroid kronik

Contohnya penggunaan corticosteroid.

h. Penyalahgunaan obat dan alcohol

Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.

i. Malnutrisi

Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya
penyakit ini.

D. Patofisiologi

Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau
menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi,
orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.

Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua ekstremitas
atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan,
demam dan bakterimia.

Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.

Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami
infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda
asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.

Pathway
E. Manifestasi Klinis

Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.

Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul
secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.

Gejala lainnya adalah:

- Demam

- Menggigil

- Sakit kepala

- Nyeri otot

- Tidak enak badan.

F. Pemeriksaan Penunjang

Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis (yang meliputi
anamnesis,uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum mengalami komplikasi
yang mana criterianya seperti :

a. Daerah penyebaran belum luas

b. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri

c. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea,
tachycardia,hypotensi.

d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti :
Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.

Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan diagnosis
membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab seperti :
a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi
eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.

b. BUN level

c. Creatinine level

d. Culture darah

Pembuangan luka

a. Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana dapat


membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites negative, tapi teknik ini jarang
digunakan.

b. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang parah.
Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa
pembentukan abses pada subkutaneus.

G. Penatalaksanaan

Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya.

Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).

Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).

Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:

a. penderita berusia lanjut

b. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya

c. demam tinggi.

Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan
dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

H. Pencegahan

Jika memiliki luka,

a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air


b. Oleskan antibiotic

c. Tutupi luka dengan perban

d. Sering-sering mengganti perban tersebut

e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi

Jika kulit masih normal

a. Lembabkan kulit secara teratur

b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati

c. Lindungi tangan dan kaki

d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

I. Komplikasi

a. Bakteremia

b. Nanah atau local Abscess

c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative

d. Lymphangitis

e. Trombophlebitis

f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.

g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan
amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan An. A Dengan Dx Silulitis Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai II

RSD Gunung Jati Kota Cirebon

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : An. A

Umur : 8 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Belum bekerja

Status marital : Belum menikah

Tanggal masuk : 16 Januari 2020

Tanggal pengkajian : 18 Januari 2020

Diagnosa medis : Silulitis Crusis

No. Medrek : A73633

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta

Hub. Dengan klien : Ayah

Alamat : Kedawung, Cirebon

B. Keluhan Utama

Pasien mengeluh nyeri pada bagian kaki sebelah kanan

C. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengeluh nyeri pada bagian kaki sebelah kanan, nyeri dirasakan seperti

mati rasa dan kadang-kadang nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan dalam skala 6,

dan terasanya nyeri ketika pagi, siang dan malam hari.

D. Riwayat Kesehatan Terdahulu :-

E. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan yang sama dari

keluarga.

F. Kebutuhan Dasar

1. Oksigenasi

Pola nafas reguler dengan frekuensi 20 kali/menit, tidak terpasang oksigen

2. Cairan dan elektrolit

Pasien minum tidak dibatasi setelah operasi

3. Nutrisi

Nafsu makan pasien Kurang tidak ada keluhan

4. Eliminasi

Pasien mengatakn BAB normal


BAK 2 kali sehari tetapi dalam jumlah tidak menentu.

5. Rasa nyaman dan kebersihan

Pasien mandi hanya di lap dengan menggunakan lap air hangat

6. Aktivitas dan istirahat

Aktivitas pasien dibatasi setelah operasi dan pasien mengatakan istirahat terganggu

7. Keselamatan dan keamanan

Pasien selalu terjaga dan di temani oleh keluarganya

8. Peran seksual : tidak terkaji

9. Psikoseksual

Pasien ditemani keluarga dan kerabat saat di rs

G. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : sedang

2. Kesadaran : composmentis , GCS 15.

3. Tanda-tanda vital : tekanan darah 110/96 mmHg, RR : 20 kali/menit, suhu

36,50c, nadi 84 kali/menit.

4. Pemeriksaan Antropometri : BB: 22kg, PB: 130cm

Pemenuhan cairan : 150+(BB-20)x20%

1500+(22-20)x20%

1500+2x20% = 1500+40 =1.540 =64x/menit

Pemenuhan Nutrisi : BB = 22 = 22
TB x TB 1,30x1,30 1,69
= 13,0 -3SD < -2SD (Kurus)
5. Head to too:

1) Kepala : bentuk simetris


2) Wajah : tida terdapat lesi di wajah

3) Mata : konjungtiva ananemis

4) Hidung : tidak ada edema tidak ada lesi dan tidak terdapat kotoran

5) Mulut : mukosa bibir sedikit kering

6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi

7) Dada : pengembangan dada simetris

8) Jantung dan paru : jantung dan paru normal

9) Abdomen : abdomen normal, tidak ada lesi maupun edema

10) Ekstremitas

i. Atas : terpasang infus di tangan sebelah kanan

ii. Bawah : terlihat bengkak, luka dan ada push di kaki sebelah kanan

bawah

H. Masalah Gangguan Sistem

a. Sistem pernapasan

b. Sistem cardiovaskuler

c. Sistem pencernaan

d. Sistem persyarafan

e. Sistem perkemihan

f. Sistem muskuloskeletal

g. Sistem endokrin

h. Sistem Integumen

i. Sistem pengindraan
I. Pemeriksaan Penunjang

No Jenis Pemeriksaan hasil Nilai normal


1HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
- Hemoglobi 12.2 g/dl 14-18 g/dL
n 35810 /ul 4000-10000 /ul
- Lekosit 584 ribu/ul 150-400 ribu/ul
- Trombosit 4.36 juta/ul 4.5-6.0 juta/ul
- Eritrosit 37.8 % 37-54 %
- Hematokrit 86,8 fL 80-96 fL
- MCV 30.4 Pg 28-33 Pg
- MCH 3,58 g/dl 33-36 g/dl
- MCHC 13.7 % 11-16 %
- RDW-CV
2.
KIMIA KLINIK
Faal Ginjal 1.99 g/dl 3.8-4.4 g/dl
- Albumin

J. Terapi Penatalaksanaan Medis

Antrain : obat untuk mengatasi anti nyeri

Paracetamol : untuk meredakan demam

Imipenem cilatatin : untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri

Ketorolac : obat untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat

Cefotaxime : untuk mengatasi infeksi bakteri

Kalnex : untuk menghentikan kondisi perdarahan

Pemeriksaaan radiologi

a. Jenis pemeriksaan : ECG ( Echocardiografi)


K. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Masalah


1. Ds: pasien mengatakan nyeri Bakteri patogen Nyeri akut
kaki sebelah kanan ↓
Do : skala nyeri 6 Menyerang kulit &
jaringan

Meluas kearah yg lebih


dalam

Menyebar secara sistemik

Terjadi peradangan akut


Oudem, kemerahan


Nyeri tekan


Nyeri Akut

2. Ds : ibu pasien mengatakan Silulitis Hipertermi


anaknya demam ↓
Do : suhu 38,7Oc Agen infeksi mediator
inflamasi

Mempengaruhi
hipotalamus

Demam

Hipertermi

3. Ds: Pasien mengeluh nyeri Silulitis Infeksi


nyutnyutan ↓
Do : lekosit 35810 g/dl Eritema local pd kulit

Lesi/kerusakan kulit

Trauma jaringan lunak

Infeksi
4. Ds: pasien mengeluh nyeri Silulitis Kerusakan
dibagian kaki sebelah ↓ Integritas kulit
kanan Eritema local pd kulit
Do : terlihat luka terbuka ↓
dan bolong Lesi/kerusakan kulit

Kerusakan Integritas kulit

L. Prioritas Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen ijury fisik, cedera jaringan lunak, spasme otot

Ditandai dengan:

Ds: pasien mengatakan nyeri kaki sebelah kanan

Do : skala nyeri 6

2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Ditandai dengan:

Ds: ibu pasien mengatakan anaknya demam

Do : suhu 38,7Oc

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasiv

Ditandai dengan:

Ds: pasien mengeluh nyeri dibagian kaki sebelah kanan

Do : lekosit 35810

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka terbuka

Ditandai dengan:

Ds: pasien mengeluh nyeri dibagian kaki sebelah kanan

Do : terlihat luka terbuka dibagian kaki sebelah kanan

M. Nursing Care Plan


No Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah a. Lakukan a. Untuk
berhubungan dilakukan pengkajian mengeta
dengan agen tindakan nyeri secara hui
ijury fisik, keperawatan komprehensif lokasi
cedera selama 2x24 jam termasuk dan
jaringan masalah nyeri lokasi, karakter
lunak, akut dapat karakteristik, istik
spasme otot teratasi dengan durasi dan nyeri
kriteria hasil: frekuensi b. Untuk
Keluhan nyeri b. Kaji tipe dan mengeta
pasien sumber nyeri hui
berkurang c. Kaji kultur penyeba
yang b nyeri
mempengarui c. Untuk
respon nyeri mengeta
d. Pilih dan hui
lakukan penyeba
penanganan b nyeri
nyeri d. Untuk
( farmakologi mengata
dan non si nyeri
farmakologi) e. Untuk
e. Ajarkan mengata
tentang teknik si nyeri
non f. Untuk
farmakologi mengata
f. Berikan si nyeri
analgetik g. Agar
g. Tingkatkan pasien
istirahat tidak
merasak
an nyeri
Hipertermi Setelah a. Kaji suhu a. Untuk
berhubungan dilakukan tubuh pasien mengeta
dengan proses tindakan b. Monitor ttv hui suhu
penyakit keperawatan c. Anjurkan tubuh
selama 2x24 jam untuk pasien
masalah mengompres b. Untuk
hambatan hangat menuru
mobilitas fisik d. Anjurkan nkan
dapat teratasi minum yang demam
dengan kriteria banyak c. Agar
hasil: suhu tubuh e. Kolaborasi tidak
pasien dalam pemberian obat dehidras
batas normal paracetamol i
d. Untuk
meredak
an
demam
infeksi Setelah a. Cuci tangan a. agar
berhubungan dilakukan setiap sebelum pasien
dengan tindakan dan sesudah terjaga
prosedur keperawatan melakukan dari
invasiv selama 2x24 jam tindakan infeksi
masalah resiko b. Pertahankan b. agar
infeksi dapat lingkungan pasien
teratasi dengan aseptik selama terhinda
kriteria hasil : pemasangan r dari
tidak terjadi alat infeksi
infeksi pada c. intruksikan c. supaya
pasien pengunjung pasien
untuk mencuci tetap
tangan saat dan bersih
setelah dan
berkunjung terhinda
d. lakukan r dari
perawtan luka infeksi
e. kolaborasi d. untuk
pemberian mengata
farmakologi si
infeksi
e. untuk
mengata
si
infeksi
Kerusakan Setelah a. Hindari a. Agar
integritas kulit dilakukan kerutan pada luka
berhubungan tindakan tempat tidur tetap
dengan keperawatan b. Jaga terjaga
fraktur selama 2x24 jam kebersihan b. Agar
terbuka masalah kulit agar tetap luka
kerusakan bersih dan bersih
integritas kulit sehat dan
dapat teratasi c. Monitor kulit terjaga
dengan kriteria akan adanya c. Untuk
hasil: integritas kemerahan mengeta
kulit baik d. Anjurkan hui
pasien untuk perubah
menggunakan an kulit
pakaian d. Untuk
longgar mengata
e. Mobilisasi si
pasien setiap 2 kerusak
jam sekali an kulit
f. Membersihkan e. Agar
, memantau kulit
proses terjaga
penyembuhan f. Agar
g. Bersikan area gulit
sekitar jahitan terjaga
h. Ganti balutan dari
pada interval kotoran
waktu yang g. Akar
sesuai tetap
terjaga
h. Agar
kulit
tetap
terjaga

N. Implementasi

No Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi


19-01-20 Nyeri akut berhubungan a. melakukan pengkajian
dengan agen ijury fisik, nyeri secara
cedera jaringan lunak, komprehensif termasuk
spasme otot lokasi, karakteristik,
durasi dan frekuensi
b. Mengkaji tipe dan
sumber nyeri
c. Kaji kultur yang
mempengarui respon
nyeri
d. Melakukan kolaborasi
pemberian ketorolac,
antarin, imipenem
e. Menganjurkan pasien
untuk meningkatkan
istirahat
19-01-20 Hipertermi berhubungan a. mengkaji suhu tubuh
dengan proses penyakit pasien
b. Memonitor ttv
c. mengannjurkan untuk
mengompres hangat
d. menganjurkan minum
yang banyak
e. berkolaborasi pemberian
obat paracetamol
19-01-20 Infeksi berhubungan a. Mencuci tangan setiap
dengan prosedur invasiv sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
b. Mempertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
c. Mengintruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan saat dan
setelah berkunjung
d. Melaakukan perawtan
luka
e. Melakukan kolaborasi
pemberian cefotaxime
19-01-20 Kerusakan integritas kulit a. Menghindari kerutan
berhubungan dengan pada tempat tidur
fraktur terbuka b. Menjaga kebersihan
kulit agar tetap bersih
dan sehat
c. Memonitor kulit akan
adanya kemerahan
d. Menganjurkan pasien
untuk menggunakan
pakaian longgar
e. Menganjurkan pasien
untuk mobilisasi setiap 2
jam sekali
f. Membersihkan,
memantau proses
penyembuhan
g. Membersikan area
sekitar jahitan
h. mengganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai

O. Catatan perkembangan
Nama klien :An. A
Diagnose medis : Silulitis Crusis
Ruangan : Prabu Siliwangi Lantai II

No Tanggal Diagnosa keperawatan Catatan perkembangan


1. 24-01-20 Nyeri akut S : pasien masih mengeluh
berhubungan nyeri dibagian kaki sebelah
dengan agen ijury kanan
fisik, cedera O : skala nyeri 6
jaringan lunak, A : Masalah belum teratasi
spasme otot P : intervensi dilanjutkan
I : observasi ttv, kolaborasi
pemberian analgetik,
anjurkan teknik relaksasi
dan distraksi
E: pasien mengikuti anjuran
yang diberikan
R : masalah teratasi sebagian
2. 24-01-20 Kerusakan integritas S : pasien masih mengeluh
kulit berhubungan nyeri dibagian kaki sebelah
dengan fraktur kanan
terbuka O : terlihat luka terbuka dikaki
dan amputasi
A : maslah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I : menjaga kulit tetap bersih
dan kering, membersihkan
luka sekitar post operasi,
kolaborasi pemberian
antibiotik
E: pasien kooperatif dan
mengikuti anjuran
R: masalah teratasi sebagian
3. 24-01-20 Hipertermi S : ibu pasien mengatakan
berhubungan dengan anaknya
proses penyakit O : Suhu 38,7’C
A: maslah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I : monitor TTV, memberikan
terapi obat paracetamol
E: pasien kooperatif dan
mengikuti anjuran
R: masalah teratasi sebagian
4. 24-01-20 Resiko infeksi S : pasien masih mengeluh
berhubungan dengan nyeri dibagian kaki sebelah
prosedur invasiv kanan
O : luka tampak kemerahan,
bengkak, terdapat bulae
A : maslah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I : observasi ttv, pertahankan
teknik isolasi,
mempertahankan
lingkungan aseptik saat
ganti balutan, Kolaborasi
pemberian antibiotik
E: pasien mengikuti anjuran
R: masalah teratasi sebagian

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat diambil kesimpulan yaitu Selulitis adalah penyebaran infeksi pada
kulit yang meluas hingga jaringan subkutan, selulitis sendiri disebabkan oleh jamur, virus dan
penyebab lain seperti genetic dan gigitan serangga.
Pada asuhan keperawatan ditemukan tiga diagnose yang sering muncul yaitu Nyeri berhubungan
dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan, Ganguan integritas jaringan
berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas., Gangguan gambaran diri berhubungan
dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

B. Saran

Sebagai seorang tenaga kesehatan yang dijadikan role model harusnya kita menunjukkan
perilaku hidup bersih dan sehat. Dan jika dilapangan menemukan kasus pasien dengan selulitis
haruslah dirawat lukanya dengan baik sesui prosedur

DAFTAR PUSTAKA

Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Novriani, Erni. 2008. Laporan Pendahuluan Selulitis. 1 Juni 2012, 11.30.

http://cemolgadis-melayu.blogspot.com/KMB-SELULITIS/LAPORAN-PENDAHULUAN-
SELULITIS.html

Anda mungkin juga menyukai