PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Terhadap Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan, untuk
memenuhi tugas mata kuliah Penghantar Hukum Bisnis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Mata Kuliah Penghantar
Hukum Bisnis yang telah membimbing kami dengan penuh ketelitian dalam memberikan ide dan
petunjuk untuk menyelesaikan makalah ini, serta telah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat waktu sesuai dengan yang diharapkan. Begitu juga kepada saudara atau rekan-rekan yang
telah mendukung dan membantu kami dalam pembuatan makalah ini..
Makalah ini merupakan bentuk tugas dari Mata Kuliah Hukum Bisnis di semester V
pada Prodi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Mahadaraswati. Meski dalam
penyusunan makalah ini, kami telah berusaha dengan maksimal, namun kami masih merasa
memiliki kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan
saran-saran dan kritikan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi pembaca
sekalian.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia dalam mempertahankan hidupnya melakukan berbagai macam cara, salah satunya
adalah melakukan kegiatan atau aktivitas bisnis. Melalui kegiatan itu manusia dapat memenuhi
tuntutan hidupnya yang semakin hari semakin komplek. Kehidupan manusia di jaman modern ini
begitu cepat berputar. Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya. Kehidupan
yang serba cepat memacu manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara cepat
pula. Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang bagi
manusia untuk melakukan kegiatan bisnis. Aktivitas bisnis itu sendiri diwarnai oleh berbagai
bentuk hubungan bisnis atau kerjasama bisnis yang melibatkan para pelaku bisnis. Hubungan
bisnis atau kerjasama bisnis yang terjadi sangat beraneka ragam tergantung pada bidang bisnis
apa yang sedang dijalankan. Dengan semakin berkembangnya aktivitas bisnis sekarang ini maka
keperluan akan modal atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat. Oleh karena itu,
sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau masyarakat perlu diperluas.
Umumnya dana yang dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh lembaga perbankan melalui
fasilitas kredit. Namun, fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku
usaha punya akses untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Selain itu lembaga
perbankan ini juga memerlukan jaminan yang kadang kala tidak bisa dipenuhi oleh pelaku usaha
yang bersangkutan, maka perlu suatu upaya lain yaitu tanpa jaminan dan lebih mudah prosesnya.
Upaya lain tersebut dapat dilakukan melalui suatu jenis badan usaha yaitu melalui Lembaga
Pembiayaan dan penjaminan.
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
Selain, sebagai bentuk pemenuhan tugas dari dosen, dan untuk mengetahui apa yang di maksud
dengan lembaga pembiayaa, serta peran dari lembaga pembiayaan dan kegiatan dari perusahaan
pembiyaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
dalam bentuk penyediaan dana atau modal dengan tidak menarik dana secara
unsur-unsur:
Lembaga pembiayaan mempunyai peranan yang penting, yaitu sebagi salah satu
pelaku usaha dapat mengatasi salah satu faktor yang umum dialami yaitu faktor
permodalan.
Istilah lain dari Sewa Guna Usaha yaitu “leasing”, dimana leasing itu berasal dari
kata lease (Inggris) yang berarti menyewakan. Kegiatan sewa guna usaha
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sedangkan barang modal adalah setiap aktiva
tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah
tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva
dimaksud merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau
meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh
Lessee.
2. Modal Ventura
hasil usaha. Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang
tinggi, meskipun resiko yang dihadapi tinggi, pihak modal ventura mengharapkan
suatu keuntungan yang tinggi pula dari penyertaan modalnya berupa capital gain
atau deviden. Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing disebut (venture capitalist) adalah
Usaha (PPU) atau (investee company). Dana ventura ini mengelola dana investasi dari pihak
ketiga (investor) yang tujuan utamanya untuk melakukan investasi pada
dari perbankan. Investasi modal ventura ini dapat juga mencakup pemberian
bantuan manajerial dan teknikal. Dana ventura ini adalah berasal dari sekelompok
investor yang mapan keuangannya, bank investasi, dan institusi keuangan lainnya
tersebut.
Penyertaan modal yang dilakukan oleh modal ventura ini kebanyakan dilakukan
riwayat operasionil yang dapat menjadi catatan guna memperoleh suatu pinjaman.
suara sebagai penentu arah kebijakan perusahaan sesuai dengan jumlah saham
yang dimilikinya.
3. Anjak Piutang
Anjak Piutang (Factoring) menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 adalah anjak
suatu Perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Menurut Kasmir anjak
piutang atau yang lebih dikenal dengan factoring adalah perusahaan yang
serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
4. Kartu Kredit
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, usaha kartu kredit adalah
kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan
kartu kredit. Pengertian kartu kredit sendiri menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul
dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu
yang disepakati baik secara sekaligus (charge card) ataupun secara angsuran.
Lembaga Penjaminan dapat dibubarkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau
rapat anggota, jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan dalam anggaran dasar
berakhir, putusan pengadilan, atau keputusan pemerintah. Dalam hal Lembaga Penjaminan bubar
karena keputusan rapat umum pemegang saham, maka likuidator harus melaporkan hasil rapat
umum pemegang saham kepada OJK paling lambat 15 (lima belas) hari setelah rapat umum
pemegang saham dilaksanakan. Dalam hal Lembaga Penjaminan bubar berdasarkan putusan
pengadilan atau keputusan pemerintah, maka likuidator atau penyelesai harus melaporkan
pembubaran tersebut kepada OJK paling lambat 15 (lima belas) hari sejak diterimanya putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap atau diterimanya keputusan pemerintah.
Dalam hal Lembaga Penjaminan melakukan perubahan kegiatan usaha sehingga tidak lagi
menjadi Lembaga Penjaminan, maka harus melaporkan kepada OJK paling lambat 15 (lima
belas) hari sejak diterimanya persetujuan atas perubahan anggaran dasar dari instansi
berwenang, yang dilampiri dengan:
1. Risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota; dan
2. Perubahan anggaran dasar yang telah disahkan oleh instansi berwenang atau Peraturan
Pemerintah bagi Lembaga Penjaminan yang berbentuk badan hukum Perusahaan Umum.
Dalam hal OJK menetapkan pencabutan izin usaha Lembaga Penjaminan, maka pencabutan
izin usaha dimaksud wajib diikuti dengan pembubaran badan hukum.
Bagi Perusahaan Penjaminan yang mendapatkan penugasan khusus dari pemerintah, maka
investasi dalam bentuk penyertaan langsung pada sektor jasa keuangan di Indonesia dapat
melebihi 10% dari jumlah investasi dan paling tinggi 15% dari jumlah investasi. Investasi dalam
bentuk penyertaan langsung pada perusahaan di sektor jasa keuangan di Indonesia bagi
Perusahaan Penjaminan yang mendapatkan penugasan khusus dari Pemerintah wajib terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan dari OJK.
Jumlah seluruh penempatan investasi pada obligasi korporasi dan/atau sukuk korporasi,
saham yang tercatat di BEI, reksadana dan/atau reksadana syariah, EBA yang tercatat di BEI,
dan penyertaan langsung pada perusahaan di sektor keuangan di Indonesia, paling tinggi 60%
dari jumlah investasi. Adapun jumlah seluruh investasi Lembaga Penjaminan yang ditempatkan
pada pihak yang terafiliasi tidak termasuk penyertaan langsung, paling tinggi 10% dari jumlah
investasi kecuali karena kepemilikan atau penyertaan modal oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN