Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormone
tiroid dan bukan kadar normal hormone tiroid dalam darah. Ada beberapa
prinsip faali dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormone
yang aktif ialah free-hormon, kedua bahwa metabolism sel didasarkan
adanya free-T3 bukan free-T4, ketiga bahwa distribusi ensim deyodinasi
I,II dan III (DI, DII, DIII) di berbagai organ tubuh berbeda, dimana DI
banyak ditemukan di hepar, ginjal dan tiroid, DII utamanya di otak,
hipofisis dan DIII hampir seluruhnya ditemukan di jaringan fetal (otak,
plasenta).
Hipotiroidisme diakibatkan oleh kekurangan produksi hormone
tiroid atau defek pada reseptornya. Kelainan tersebut dapat Nampak sejak
lahir. Bila gejala-gejala muncul setelah periode fungsi tiroid yang
tampaknya normal, kelainan ini dapat merupakan kelainan “didapat” yang
sebenarnya atau hanya tampak demikian sebagai akibat dari salah satu
varietas defek congenital karena manifestasi defisiensinya terlambat.
Istilah kretinisme sering digunakan sebagai sinoim hipotiroidisme
congenital tetapi seharusnya dihindari.
Sedangkan Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan
disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga
menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah. Krisis tiroid
merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat
mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar
penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan
dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium,
hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid,
ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit
serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.

1 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
b. Apa etiologi dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
c. Bagaimana patofisiologi dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
d. Bagaimana tanda dan gejala dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
e. Apa saja jenis pemeriksaan diagnostik untuk hipertiroidisme dan
hipotiroidisme?
f. Apa saja komplikasi dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
g. Bagaimana penatalaksanaan dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
h. Bagaimana algoritma penanganan hipertiroidisme dan hipotiroidisme?
i. Bagaimana asuhan keperawatan gawat daruratan pada hipertiroidisme
dan hipotiroidisme?

C. Manfaat Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
b. Untuk mengetahui etiologi dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
e. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan diagnostik untuk hipertiroidisme
dan hipotiroidisme.
f. Untuk mengetahui komplikasi dari hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
h. Untuk mengetahui algoritma penanganan hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat daruratan pada
hipertiroidisme dan hipotiroidisme.

2 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana
didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu
kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi
tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar
tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang
berlebihan di dalam darah.
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling
berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan
dasar penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan
dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium,
hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis
diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid
terlalu kuat.
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada
salah satu tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid-”end organ”, dengan
akibat terjadinya defisiensi hormon tiroid, ataupun gangguan respon jaringan
terhadap hormon tiroid. Menurut onsetnya, hipotiroid pada anak dibedakan
menjadi Hipotiroid kongenital DAN Hipotiroid dapatan. Diagnosis dan
pengobatan dini penting untuk mencegah mental yang permanen pada
penderita.
Hipotiroidism adalah gangguan endokrin umum akibat kekurangan
hormon tiroid. Biasanya adalah proses utama di mana kelenjar tiroid
menghasilkan jumlah yang cukup hormon tiroid. Hal ini juga dapat menjadi
sekunder-yaitu, kurangnya sekresi hormon tiroid karena sekresi yang tidak
memadai baik Thyrotropin (yaitu, thyroid-stimulating hormone [TSH]) dari

3 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
kelenjar hipofisis atau Thyrotropin-releasing hormone (TRH) dari hipotalamus
(sekunder atau hipotiroidisme tersier). Presentasi pasien dapat bervariasi dari
tanpa gejala sampai, jarang, koma dengan kegagalan organ multisistem
(myxedema koma). Penyebab paling umum di Amerika Serikat adalah
penyakit tiroid autoimun (Hashimoto thyroiditis). Kretinisme mengacu pada
hipotiroidisme kongenital, yang mempengaruhi 1 per 4000 bayi baru lahir.
Hipotiroidisme subklinis, juga disebut sebagai hipotiroidisme ringan,
didefinisikan sebagai normal kadar serum T4 bebas dengan konsentrasi TSH
tinggi sedikit serum.
Hipotiroid adalah menurunnya produksi hormon tiroid pada kalenjar
tiroid. Kalenjar tiroid sendiri bertugas melepas hormon tiroid keseluruh tubuh
lewat pembuluh darah. Pada kasus hipotiroid, pelepasan ini tidak bisa
terlaksana dengan baik sehingga berbagai aktivitas fisik dan mental akan ikut
terganggu. Jika kondisi ini terjadi pada masa awal kehamilan dan tidak segera
diatasi maka ibu yang sedang mengandung beresiko mengalami keguguran.
Atau jika kehamilannya bisa diselamatkan kemungkinan bayi yang akan
dilahirkan akan lahir dengan berat badan rendah. Jika gangguannya berat dan
tidak segera diatasi maka bukan tak mungkin bayinya kelak akan lahir dan
mengalami keterbelakangan mental.

B. Etiologi
1) Hipertiroidisme
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
a) Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan
merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit
ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga
penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
b) Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies
(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini

4 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan
kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata
dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering
berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon
teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa
sakit, serta berkeringat banyak.
c) Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat,
bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule
atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon
tiroid yang berlebihan.
d) Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium
dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum
obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan
menurunkan badan hingga timbul efek samping.
e) Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH
berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang
banyak.
f) Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut
tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan
hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
g) Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan
ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada
kelainan kelenjar tiroid.

5 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
2) Hipotiroidisme
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid,
hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar
tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar
TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada
hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidism terjadi akibat
malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh
rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidism yang
disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya
kadar HT, TSH, dan TRH.
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab
umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari
kondisi-kondisi ini.
a) Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat
adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini
menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH
akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun
tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetikuntuk
mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah
tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid
seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan
kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
b) Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme.
Baik yodiumradioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan
hipotiroidisme.
c) Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam
makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi
iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan
dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang
tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH

6 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan
yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa.
d) Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering
dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
e) Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan
hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini
antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau
terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua
pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi,
terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi
iodium juga dapatmeningkatkan  risiko pembentukan kanker tiroid
karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

C. Patofisiologi
1) Hipertiroidisme
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan
banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel,
sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar
daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah
antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama
dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang
aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.

7 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan
hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut,
sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering
berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid
yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada
kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar
tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya
bola mata terdesak keluar.

2) Hipotiroidisme
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid
atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis
hormon tiroid di awali Hipotalamus membuat ”thyrotropin releasing
hormone (TRH)” yang merangsang hipofisis anterior. Hipofisis anterior
mensintesis thyrotropin (”thyroid stimulating hormone = TSH”) yang
merangsang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid mensintesis hormone tiroid
(”triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin = T4 = thyroxin”) yang
merangsang metabolisme jaringan yang meliputi : konsumsi oksigen,

8 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat,
lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Penyakit lokal dari kelenjar tiroid yang menghasilkan produksi
hormon tiroid menurun adalah penyebab paling umum dari hipotiroidisme.
Dalam keadaan normal, tiroid melepaskan 100-125 nmol tiroksin (T4)
sebanyak kebutuhan harian dan hanya sedikit triiodothyronine (T3).
Waktu paruh T4 adalah sekitar 7-10 hari. T4, prohormon, diubah menjadi
T3, bentuk aktif dari hormon tiroid, di jaringan perifer oleh 5′-
deiodination.
Pada awal proses penyakit, mekanisme kompensasi
mempertahankan tingkat T3. Penurunan produksi T4 penyebab
peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar pituitari. TSH merangsang
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan tiroid T4-5′-deiodinase
aktivitas. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan tiroid untuk melepaskan
lebih banyak T3. Karena semua sel yang aktif secara metabolik
memerlukan hormon tiroid, kekurangan hormon memiliki berbagai efek.
Efek sistemik adalah karena baik derangements dalam proses metabolisme
atau efek langsung oleh infiltrasi myxedematous yaitu, akumulasi
glucosaminoglycans dalam jaringan.
Perubahan myxedematous dalam hasil jantung pada kontraktilitas
menurun, pembesaran jantung, efusi perikardial, penurunan nadi, dan
penurunan cardiac output. Dalam saluran pencernaan, achlorhydria dan
penurunan transit di usus dengan lambung dapat terjadi stasis. Pubertas
tertunda, anovulasi, ketidakteraturan menstruasi, dan infertilitas yang
umum. Penurunan tiroid efek hormon dapat menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol total dan low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan
kemungkinan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL) kolesterol
yang disebabkan oleh perubahan dalam izin metabolik. Selain itu,
hipotiroidisme dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin.

D. Tanda Dan Gejala

9 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
a) Hipertiroidisme
 Peningkatan frekuensi denyut jantung
 Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap Katekolamin
 Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
 Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
 Peningkatan frekuensi buang air besar
 Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
 Gangguan reproduksi
 Tidak tahan panas
 Cepat letih
 Tanda bruit
 Haid sedikit dan tidak tetap
 Pembesaran kelenjar tiroid
 Mata melotot (exoptalmus)

b) Hipotiroidisme
Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis
antara lain;
 Suara parau, tidak tahan dingin dan keringat berkurang
 Kulit dingin dan kering.
 Wajah membengkak dan gerakan lamban.
 Aktivitas motorik dan intelektual lambat
 Relaksasi lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita
hipotiroidisme sering mengeluh hiperminore.

E. Pemeriksaan Diagnostik

10 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
a) Hipertiroidisme
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
 Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan
TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di
tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
 T4 dan T3 serum : meningkat (normal : T3 = 26-39 mg, T4 = 80-100
mg)
 TSH (Tiroid Stimulating Hormone) tertekan dan tidak bereson pd TRH
 Bebas T4 (tiroksin)
 Bebas T3 (triiodotironin)
 Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
 Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
 Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.
 Tiroglobulin : meningkat
 ikatan protein iodiun : meningkat
 gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan andrenal)
 kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran pada andrenal)
 pemeriksaan fungsi heper : abnormal
 elektrolit : hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon andrenal
atau efek dilusi dalam tera cairan pengganti. Hipoklemia terjadi dengan
sendiranya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis
 katekolamin serum : menurun
 kreatinin urine : meningkat
 EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali

b) Hipotiroidisme

11 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter
hanya mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang
dihasilkan oleh kel. hipofisis.
 Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan
hormon tiroid yg adekuat terutama tiroksin (T4) dan sedikit
triiodotironin (T3). Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder
dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur level TSH. Oleh itu, uji
darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih
disuspek), sebagai berikut:
- free triiodothyronine (fT3)
- free levothyroxine (fT4)
- total T3
- total T4
- 24 hour urine free T3

F. Komplikasi
a) Hipertiroidisme
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah
krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan
pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan
kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF),
dan, apabila tidak diobati, kematian
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati
Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat
antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas.

12 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
b) Hipotiroidisme
 Koma miksedema, ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala
hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
 Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua
gejala.

G. Penatalaksanaan
a) Hipertiroidisme
1) Konservatif
Tata laksana penyakit Graves
 Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid.
Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh
obat adalah sebagai berikut :
- Thioamide
- Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
- Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis
maksimal 2.000 mg/hari
- Potassium Iodide
- Sodium Ipodate
- Anion Inhibitor
 Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk
mengurangi gejalagejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol
Indikasi :
- Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi
pada pasien muda dengan struma ringan –sedang dan
tiroktosikosis
- Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
- Persiapan tiroidektomi
- Pasien hamil, usia lanjut

13 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
- Krisis tiroid
2) Surgical
 Radioaktif iodine
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid
yang hiperaktif
 Tiroidektomi
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid
yang membesar

b) Hipotiroidisme
 Pemberian tiroksin biasanya dalam dosis rendah sejumlah 50 mg/hari
dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan
sampai mencapai dosis pemeliharaan maksimal sejumlah 200 mg / hari
 Pengukuran kadar tiroksin serum dan pengambilan resin T3 dan kadar
TSH untuk menentukan manfaat terapi pengganti.

H. Algoritma Penanganan
a) Hipertiroidisme
Algoritma Terapi pada Penderita Hipertiroid
Setelah kita mengetahui apa saja Algoritma terapi yang harus
dilakukan oleh penderita Hipotiroid sekarang kita akan mencari tahu
bagaimana Algoritma terapi untuk para penderita hipertiroid.

14 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
Bagan Algoritma terapi untuk penderita hipertiroid

Algoritma terapi hipertiroid dimulai dari pengukuran kadar TSH


dan T4 yang ada di dalam tubuh penderita. Di sini ada 4 kemungkinan
yang dapat terjadi pada penderita. Pertama, Kadar TSH dan T4 penderita
normal. Jika terjadi hal seperti ini maka tidak perlu dilakukan tes lebih
lanjut karena mungkin ini hanya sebuah kesalahan diagnosis dan tidak
menunjukkan adanya penyakit tirotoksikosis maupun hipertiroid.
Kedua, kadar TSH normal namun kadar T4 dalam tubuh tinggi.
Jika hal ini terjadi maka dapat dipastikan penderita terkena sindrom
resistensi hormon tiroid atau bisa juga TSH-secreting pituitary adenoma.
Ketiga, kadar TSH rendah namun T4 normal. Jika hal ini terjadi
maka lakukan pengukuran kadar T3 dalam tubuh. Apabila kadar T3
normal maka itu adalah subklinis dari hipertiroid sehingga perlu dilakukan
follow uap terus menerus pada penderita selama kurang lebih 6 – 12
minggu.

15 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
Keempat, kadar TSH rendah namun T4 tinggi. Disini dapat
dipastikan penderita menderita tirotoksikosis primer sehingga perlu dicari
lebih dalam lagi penyakit sepsifiknya. Untuk penderita yang mengalami
hal ini disarankan melakukan pengecekan ada tidaknya Grave’s Disease.
Jika ada maka penderita terkena penyakit Grave’s Disease. Jika tidak,
maka penderita disarankan melakukan Radionuklida atau Radioisotop.
Jika hasil dari Radioisotop penderita menyerap Iodin dalam jumlah
yang rendah maka penderita mungkin menderita hipertiroid destruktif,
kelebihan iodin atau kelebihan hormon tiroid. Namun jika tidak, mungkin
ini adalah eksogenus untuk hormon tiroid sehingga ini tidak dapat
dikatakan penderita mengalami penyebab – penyebab hipertiroid dan
tirotoksikosis seperti tabel di bawah ini.

Tabel Penyebab Tirotoksikosis dan hipertiroid

16 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
BAB III
ASKEP TEORITIS

A. Hipotiroid
1. Pengkajian
Pemeriksaan fisik
a. Identitas klien
Biasanya berisikan nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa/
ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan
alamat. 
b. Tanda-tanda vital
Nadi : biasanya menurun (melemah)
Suhu : biasanya menurun
Pernafasaan : biasa meningkat
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi
perlahan selama berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien
atau keluarganya tidak menyadari, bahkan menganggapnya
sebagai efek .
2. Riwayat kesehatan utama
Bisanya sesak nafas,biasanya sulit menelan, biasanya
pembengkakan pada leher,biasnya pasien nampak gelisah, tidak
mau makan. rasa capek, intoleransi terhadap dingin, kulit terasa
kering, bicara lamban, demensia, dispnea, suara serak, gangguan
haid: menorrhagia dan amenore, rambut rontok dan menipis,
kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam
jaringan sub cutan, pasien sering mengeluh dingin walaupun
dalam keadaan hangat.
3. Riwayat kesehatan keluarga

17 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
Biasanya klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
d. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Keadaan rambut : biasanya warna hitam, biasanya rambut
rontok,menipis dn kasar.
b. Hidrasi kulit daerah dahi : biasanya apabila dilakukan
penekanan ibu jari terdapat udem
c. Palpebraa : biasanya terdapat udema
d. Sclera : biasanya tidak iterik
e. Conjunctiva : biasanya anemis
f. Pupil dan reflex cahaya : biasanya pupil bulat dan
memberikan reflex cahaya yang baik
g. Hidung : biasanya simestris kiri dan kanan ,biasanya tidak
ada benda asing dan pendarahan,sekret tidak ada hanya ada
penurunan dalam indara penciuman
h. Telinga dan membrane tympani : biasanya telinga semestris
kiri dan kanan dan biasanya membrane tympani
memberikan reflek cahaya
i. Mulut : biasanya bau mulut,pada gigi biasanya ada
karies,biasanya lidah kurang bersih tidak ada pembesaran
tonsil dan biasanya sulit menelan
j. Leher dan pemeriksaan JVP : biasanya terdapat
pembengkakan pada area leher dan biasanya vena jugularis
ada pembesaran dan terdapat kaku kuduk.

2. Pemeriksaan thorak
a. I : biasanya bentuknya semetris kiri dan kanan dan biasanya
pola nafas tidak efektif akibat adanya dispinea(tidak
nyaman dalam bernafas).
b. P : biasanya bergerakan thoras kiri dan kanan simetris

18 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
c. P : biasanya bunyinya sonor
d. A : biasanya suara broncial

a. Jantung
I : biasanya tidak icus cordis tidak terlihat
P : biasanya icus cordis teraba
P : biasanya bunyinya pekak
A : biasanyadetak jantung melambat
b. Abdomen
I : biasanya bentuk perut datar
A : biasanya bunyi peristaltik yang keras dan panjang
P : biasanya tidak terasa nyeri
P : biasanya tympani
c. Integument
Biasanya Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan
menebal,Pembengkakan, tangan, mata dan wajah,Tidak tahan
dingin
3. Kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
a. Sehat : biasanya 3x1 sehari ( porsi makan
dihabiskan )
b. Sakit : biasanya porsi 3x1 sehari (porsi makan ¼
dihabiskan )
b)      Eliminasi
a. Sehat : biasanya 2x sehari
b. Sakit : biasanya 1x sehari
c) Istirahat
a. Sehat : biasanya 8-9 jam perhari
b. Sakit : biasanya 5-6 jam perhari
d) Aktivitas

19 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
a. Sehat : biasanya bisa bergerak bebas dan mandi 2x
sehari
b. Sakit : biasanya klien sering mengalami nyeri ada
saat beraktivitas dan mandi 1x sehari.
4. Data psikologis
Klien sangat sulit membina hubungan sosial
denganlingkungannya, mengurung diri. Keluarga mengeluh
klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.
Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri

2. Dignosa yang akan muncul


1. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif
2. Perubahan suhu tubuh: hipotermi b/d penurunan metabolisme
3. Konstipasi b/d penurunan fungsi gastrointestinal
4. Ketidak efektifan pola nafas b/d depresi fentilasi
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
lambatnya laju metabolisme tubuh
6. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program
pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup

3. Intervensi Keperawatan
No DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1 Intoleransi aktivitas 1.      Energi konservation Aktiviti terapi
2.    Aktiviti tolerance 1. Kolaborasikan
3.    Self care: AD.rs dengan tenaga
4.    Kriteria hasil: rehabilitasi medik
1. Berpartisipasi dalam
dalam aktifitas merencanakan
fisik tanpa disertai program terapi
peningkatan yang tepat

20 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
tekanan darah, 2. Bantu klien untuk
nadi dan RR mengidentifikasi
2. Mampu aktifitas yang
melakukan mampu dilakukan
aktifitas sehari- 3. Bantu untuk
hari (ADLS) memilih aktifitas
secara mandiri konsisten yang
3. Tanda-tanda vital sesuai dengan
normal kemampuan fisik,
4. Energi fisikomotor psikologi dan
5. Level kelemahan sosial
6. Mampu 4. Bantu untuk
berpindah: dengan mengidentifikasi
atau tanpa bantuan dan mendapatkan
alat sumber yang
7. Status diperlukan untuk
kardiopulmunari aktifitas yang
adekuat diinginkan
8. Sirkulasi status 5. Bantu untuk
baik mendapatkan alat
9. Status respirasi: bantu aktifitas
pertukaran gas dan seperti korsi roda
fentilasi adekuat 6. Bantu untuk
mengidentifikasi
untuk aktifitas
yang disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan waktu
luang
8. Bantu pasien atau

21 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
9. Sediakan
pengobatan pasif
bagi yang aktif
beraktifitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motifasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon
fisik, emosi, sosial
dan spiritual..
2 Hipotermia NOC NIC
Batasan karakteristik Kriteria hasil: -temperature regulation
Suhu tubuh dibawah normal, kulit 1. Suhu tubuh dalam1. monitor suhu setiap dua
dingin, batas normal njam
hiperttensi,pucat,menggigil,takikardi 2. Nadi dan 2. monitor tekanan
Faktor yang berhubungan: pernapasan dalam darah,nadi dan
Penuaan, konsumsi rentang normal pernafasan
alkohol,kerusakan 3. monitor warna dan suhu
hipotalamus,penurunan laju kulit
metabolisme,tidak 4. tingkatkan intake cairan
beraktifitas,malnutrisi,trauma 5. selimuti pasien untuk
mencegah kehilangan
hangat nya tubuh
6. diskusi kan tentang
pengaturan suhu
7. berikan antipiretik jika

22 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
perlu
Vital sign monitoring:
1. monitor TTV
2. auskultasi tekanan darah
pada kedua lengan dan
bandingkan
3. monitor TTV
setelah,sebelum dan
selama aktifitas
4. monitor kualitas nadi
5. monitor irama
pernafasan
6. monitor suhu,warna dan
kelembaban kulit
7. identifikasi perubahan
ari tanda-tanda vital
3 Konstipasi NOC NIC
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: Constipation
Nyeri abdomen, anoreksia, feces- mempertahankan feces- monitor tanda dan
tampak darah, perubahan pada pola lunak setiap1-3 hari gejala,bising usus,feces
defekasi, penurunan volume feces,- bebas dari frekuensi,volume,kosult
rasa rektal penuh, keletihan umum, ketidaknyamanan dan asi dengan dokter
feces keras dan berbentuk, salit konstipasi tentang pendekatan dan
kepala, bising usus hiperaktif dan- mengidentifikasi penurunan bising usus
hipoaktif, nyeri pada saat defekasi, indikator untuk - identifikasi faktor
perkusi abdomen pekak, muntah. mencegah konstipasi penyebab
Faktor yang berhungan: - feces lunak den - dukung intake cairan
Fungsional berbentuk - pantau tanda dan gejala
-kelemahan otot abdomen konstipasi
-kebiasaan defekasi tidak teratur - memantau bising usus
Psikologis: - jelaskan etiologi

23 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
-depresi masalah untuk tindakan
-stress kepada pasien
-emosi - menyusun jadwal ke
Mekanis: toilet
-ketidakseimbangan elektroli - mendorong
-obesitas meningkatkan asupan
-kemooroid cairan kecuali di
-tumor kontraindikasi
Fisiologis: - anjurkan pasien atau
-perubahan pola makan keluarga untuk mencatat
-asupan cairan dan serat tidak cukup keadaan tinja
-dehidrasi - anjurkan klien untuk
-kurangnya higine oral diet tinggi serat
- timbang BB pasien
secara teratur
- ajarkan pasien atau
keluarga tentang proses
pencernaan yang normal
4 Ketidak efektifan pola nafas. Kriteria hasil: Airway manageman:
Batasan karakteristik 1.        Mendemonstrasikan
1.       Buka jalan nafas
- Perubahankedalaman pernafasan, batuk efektif dan suara
2.       Posisikan pasien
-penurunan tekanan ekspirasi nafas yang bersih untuk memaksimalkan
,penuranan ventilasi seminit. 2.        Menunjukkan jalan fentilasi
-Penurunan kapasitas vital. nafas yang paten 3.       Identifikasi perlunya
-dipneu 3.        Tanda-tanda vital alat jalan nafas bantuan
-peningkatan diameter anterior dalam rentang normal 4.       Lakukan fisioterapi
psterior dada jika perlu
-vase expirasi memanjang 5.       Keluarkan sekret
-takipneu dengan batuk atau
Faktor yang berhubungan: saction
1.      Ansietas 6.       Auskultasi suara

24 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
2.      Posisi tubuh nafas
3.      Deformitas tulang dan dinding 7.       Atur intex untuk
dada cairan mengobtimalkan
4.      Keletihan keseimbangan
5.      Gangguan muskuloskeletal 8.       Monitor respirasi dan
6.      Obesitas O2
7.      Nyeri 9.       Pertahankan jalan
nafas yang paten
10.   Monitor peralatan dan
aliran oksigen
11.   Monitor adanya
kecemasan pasien
Vital sign monitoring
1.       Pantau TTV
2.       Monitor suara paru
3.       Monitor frekuensi
dan irama pernafasan
5 Ketidak seimbangan nutrisi kurang Kriteria hasil: Nutrition manageman:
dari kebutuhan tubuh 1.      BB meningkat 1.       Kaji adanya alergi
Batasan karakteristik: 2.      BB ideal sesuai makanan
1.      Nyeri abdomen dengan tinggi badan 2.       Kolaborasi dengan
2.      Menghindari makanan 3.      Mengidentifikasi ahli gizi
3.      BB menurun kebutuhan nutrisi 3.       Anjurkan pasien
4.      Diare 4.      Menunjukkan untuk meningkatkan
5.      Kehilangan rambut berlebihan peningkatan fungsi protein dan fitamin c
6.      Bising usus hiperaktif mengecap dan menelan4.       Berikan makanan
7.      Membran mukosa pucat yang terpilih
8.      Tonus otot menurun 5.       Ajarkan pasien
9.      Sariawan di rongga mulut membuat catatan
10.  Kelemahan otot untuk mengunyah makanan harian
dan menelan 6.       Monitor jumlah

25 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
Faktor yang berhubungan: nutrisi dan kandungan
1.      Biologis kalori
2.      Ekonomi
3.      Ketidak mampuan untuk
mengabsobsi nutrisi Nutrisi monitoring
4.      Ketidak mampuan untuk 1.      BB pasien dalam batas
mencerna makanan normal
5.      Ketidak mampuan menelan 2.      Monitor adanya
makanan pengaruh BB
6.      Faktor psikologis 3.      Monitor lingkungan
selama makan
4.      Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
5.      Monitor kulit kering
dan perubahan
pikmentasi
6.      Monitor keadaan
rambut
7.      Monitor mual muntah
8.      Monitor keadaan mata
9.      Catat adanya udema,
hiperemik, hipertonik,
papila lidah dan kafitas
oral
10.  Catat warna lidah
6 Difisiensi pengetahuan Kriteria hasil: Teacing: disease proses:
Batasan karakteristik: 1.      Pasien dan keluarga
1.       Berikan peningkatan
1.      Prilaku hiperbola menyatakan tentang tingkat
2.      Ketidak akuratan mengikuti pemahaman tentang pengetahuan pasien
perintah dan melakukan tes penyakit, kondisi dan
2.       Jelaskan patofisiologi

26 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
3.      Prilaku tidak tepat dan program pengobatan penyakit
pengungkapan masalah 2.      Pasien dan keluarga
3.       Gambarkan tanda dan
Faktor- faktor yang berhubungan: mampu melaksanakan gejala yang biasa
1.       Keterbatasan kognitif prosedur dengan benar muncul
2.       Kurang pajanan 3.      Pasien dan keluarga
4.       Identifikasi
3.       Kurang minat dalam belajar mampu menjelaskan kemungkinan penyebab
4.       Kurang dapat mengingat kembali apa yang
5.       Diskusikan pulihan
5.       Tidak peduli dengan sumber dijelaskan oleh tim terapi atau penanganan
informasi kesehatan 6.       Rujuk pasien pada
agensi dikomunitas
lokal

27 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
B. Hipertiroid
a) Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,= alamat, jenis
kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
 Keluhan utama : Pasien merasa perutnya tidak enak dan sering
buang air besar dengan konsistensi cair.
 Riwayat penyakit saat ini
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
hipertiroid.
3. Pengkajian pola fungsional (Gordon)
4. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
 Pernafasan B1 (breath)
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi
pernafasan meningkan,dipneu,dipsneu,dan edema paru.
 Kardiovaskular B2 (blood)
hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia,
splenomegali, leher membesar
 Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku,
seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,
psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,
beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon
dalam (RTD).
 Perkemihan B4 (bladder)
oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti

28 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
 Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual
dan muntah.
 Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
rasa lemah, kelelahan

5. Data Laboratorium
 Tes ambilan RAI : Meningkat pd penyakit graves & toksik
goiter noduler,menurun pada tiroiditis
 T4 dan T3 serum : meningkat (normal : T3 = 26-39 mg, T4 =
80-100 mg)
 T4 dan T3 bebas serum : meningkat
 TSH : tertekan dan tidak bereson pd TRH
 Tiroglobulin : meningkat
 Stimulasi TRH : dikatakan tiroid jika TRH tidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH
 ikatan protei iodiun : meningkat
 gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan
andrenal)
 kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran pada andrenal)
 pemeriksaan fungsi heper : abnormal
 elektrolit : hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon
andrenal atau efek dilusi dalam tera cairan pengganti.
Hipoklemia terjadi dengan sendiranya pada kehilangan melalui
gastrointestinal dan diuresis
 katekolamin serum : menurun
 kreatinin urine : meningkat
 EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali

29 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
b) Diagnosa
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme,
peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan  hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan energy.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan metabolism (eningkatan nafsu
makan atau pemasukan dengan penurunan berat badan ).
4. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status
hipermetabolik.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan
kebutuhanpengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.

 
c) Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi
keperawatan Kriteria Hasil
1. Resiko tinggi teradap NOC : NIC :
penurunan curah ·         Cardiac Cardiac Care
jantung berhubungan Pump v  Evaluasi adanya nyeri dada
dengan hipertiroid effectiveness ( intensitas,lokasi, durasi)
tidak terkontrol, ·         Circulation v  Catat adanya disritmia jantung
keadaan Status v  Catat adanya tanda dan gejala
hipermetabolisme, ·         Vital Sign penurunan cardiac putput
peningkatan beban Status v  Monitor status kardiovaskuler
kerja jantung v  Monitor status pernafasan
yang menandakan gagal
jantung
v  Monitor abdomen sebagai

30 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
indicator penurunan perfusi
v  Monitor balance cairan
v  Monitor adanya perubahan
tekanan darah
v  Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
v  Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
v  Monitor toleransi aktivitas
pasien
v  Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan
ortopneu
v  Anjurkan untuk menurunkan
stress

Fluid Management
·         Timbang popok/pembalut
jika diperlukan
·         Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
·         Pasang urin kateter jika
diperlukan
·         Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ), jika
diperlukan
·         Monitor hasil lAb yang

31 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas
urin  )
·         Monitor status
hemodinamik termasuk CVP,
MAP, PAP, dan PCWP
·         Monitor vital sign sesuai
indikasi penyakit
·         Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles,
CVP , edema, distensi vena
leher, asites)
·         Monitor berat pasien
sebelum dan setelah dialisis
·         Kaji lokasi dan luas edema
·         Monitor masukan
makanan / cairan dan hitung
intake kalori harian
·         Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi cairan
sesuai  program
·         Monitor status nutrisi
·         Berikan cairan
·         Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai program
·         Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
·         Dorong masukan oral
·         Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
·         Dorong keluarga untuk

32 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
membantu pasien makan
·         Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
·         Batasi masukan cairan
pada keadaan hiponatrermi
dilusi dengan serum Na < 130
mEq/l
·         Monitor respon pasien
terhadap terapi elektrolit
·         Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih muncul
meburuk
·         Atur kemungkinan
tranfusi
·         Persiapan untuk tranfusi

Fluid Monitoring
·         Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminaSi
·         Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
·         Monitor berat badan
·         Monitor serum dan
elektrolit urine
·         Monitor serum dan
osmilalitas urine

33 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
·         Monitor BP<HR, dan RR
·         Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
·         Monitor parameter
hemodinamik infasif
·         Catat secara akutar intake
dan output
·         Monitor membran mukosa
dan turgor kulit, serta rasa
haus
·         Catat monitor warna,
jumlah dan
·         Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
·         Monitor tanda dan gejala
dari odema
·         Beri cairan sesuai
keperluan
·         Kolaborasi pemberian obat
yang dapat meningkatkan
output urin
·         Lakukan hemodialisis bila
perlu dan catat respons pasien

Vital Sign Monitoring


§  Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
§  Catat adanya fluktuasi tekanan
darah

34 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
§  Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
§  Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
§  Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
§  Monitor kualitas dari nadi
§  Monitor adanya pulsus
paradoksus
§  Monitor adanya pulsus
alterans
§  Monitor jumlah dan irama
jantung
§  Monitor bunyi jantung
§  Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
§  Monitor suara paru
§  Monitor pola pernapasan
abnormal
§  Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
§  Monitor sianosis perifer
§  Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
§  Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Kelelahan NOC : NIC :

35 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
berhubungan dengan v  Endurance Energy Management      
hipermetabolik denganv  Concentration v  Observasi adanya pembatasan
peningkatan kebutuhanv  Energy klien dalam melakukan
energy conservation aktivitas
v  Nutritional status v  Dorong
: anal untuk
energy mengungkapkan perasaan
Kriteria Hasil : terhadap keterbatasan
v  Memverbalisasikanv  Kaji adanya factor yang
peningkatan menyebabkan kelelahan
energi dan merasav  Monitor nutrisi  dan sumber
lebih baik energi tangadekuat
v  Menjelaskan v  Monitor pasien akan adanya
penggunaan kelelahan fisik dan emosi
energi untuk secara berlebihan
mengatasi v  Monitor respon kardivaskuler 
kelelahan terhadap aktivitas
v  Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien

3 Risiko tinggi terhadap NOC : NIC :


perubahan nutrisi v  Nutritional Status Nutrition Management
kurang dari kebutuhan : food and Fluid§  Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan Intake §  Kolaborasi dengan ahli gizi
peningkatan Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah
metabolism v  Adanya kalori dan nutrisi yang
(eningkatan nafsu peningkatan berat dibutuhkan pasien.
makan atau pemasukan badan sesuai§  Anjurkan pasien untuk
dengan penurunan dengan tujuan meningkatkan intake Fe
berat badan ). v  Berat badan ideal§  Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan meningkatkan protein dan
tinggi badan vitamin C

36 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
v  Mampu §  Berikan substansi gula
mengidentifikasi §  Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat
v  Tidak ada tanda untuk mencegah konstipasi
tanda malnutrisi §  Berikan makanan yang terpilih
v  Tidak terjadi ( sudah dikonsultasikan
penurunan berat dengan ahli gizi)
badan yang berarti§  Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
§  Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
§  Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
§  Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
§  BB pasien dalam batas normal
§  Monitor adanya penurunan
berat badan
§  Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
§  Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
§  Monitor lingkungan selama
makan
§  Jadwalkan pengobatan  dan
tindakan tidak selama jam
makan

37 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
§  Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
§  Monitor turgor kulit
§  Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
§  Monitor mual dan muntah
§  Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
§  Monitor makanan kesukaan
§  Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
§  Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
§  Monitor kalori dan intake
nuntrisi
§  Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
§  Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4 Ansietas berhubungan NOC : NIC :


dengan faktor v  Anxiety control Anxiety Reduction
fisiologis; status v  Coping (penurunan kecemasan)
hipermetabolik. Kriteria Hasil : ·         Gunakan pendekatan yang
v  Klien mampu menenangkan
mengidentifikasi ·         Nyatakan dengan jelas
dan harapan terhadap pelaku
mengungkapkan pasien
gejala cemas ·         Jelaskan semua prosedur

38 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
v  Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
mengungkapkan selama prosedur
dan menunjukkan·         Temani pasien untuk
tehnik untuk memberikan keamanan dan
mengontol cemas mengurangi takut
v  Vital sign dalam·         Berikan informasi faktual
batas normal mengenai diagnosis, tindakan
v  Postur tubuh, prognosis
ekspresi wajah,·         Dorong keluarga untuk
bahasa tubuh dan menemani anak
tingkat aktivitas·         Lakukan back / neck rub
menunjukkan ·         Dengarkan dengan penuh
berkurangnya perhatian
kecemasan ·         Identifikasi tingkat
kecemasan
·         Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
·         Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
·         Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
·         Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


mengenai kondisi,v  Kowlwdge : Teaching : disease Process
prognosis dan disease process 1.    Berikan penilaian tentang
kebutuhanpengobatan v  Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
berhubungan dengan Behavior tentang proses penyakit yang

39 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
tidak mengenal sumber Kriteria Hasil : spesifik
informasi. v  Pasien dan2.    Jelaskan patofisiologi dari
keluarga penyakit dan bagaimana hal
menyatakan ini berhubungan dengan
pemahaman anatomi dan fisiologi, dengan
tentang penyakit, cara yang tepat.
kondisi, prognosis3.    Gambarkan tanda dan gejala
dan program yang biasa muncul pada
pengobatan penyakit, dengan cara yang
v  Pasien dan tepat
keluarga mampu4.    Gambarkan proses penyakit,
melaksanakan dengan cara yang tepat
prosedur yang5.    Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara penyebab, dengna cara yang
benar tepat
v  Pasien dan6.    Sediakan informasi pada
keluarga mampu pasien tentang kondisi,
menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang7.    Hindari harapan yang
dijelaskan kosong
perawat/tim 8.    Sediakan bagi keluarga
kesehatan lainnya informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9.    Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10.  Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan

40 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
11.  Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12.  Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13.  Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14.  Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat

41 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipotiroidisme diakibatkan oleh kekurangan produksi hormone tiroid atau
defek pada reseptornya. Kelainan tersebut dapat Nampak sejak lahir. Bila
gejala-gejala muncul setelah periode fungsi tiroid yang tampaknya normal,
kelainan ini dapat merupakan kelainan “didapat” yang sebenarnya atau hanya
tampak demikian sebagai akibat dari salah satu varietas defek congenital
karena manifestasi defisiensinya terlambat. Istilah kretinisme sering digunakan
sebagai sinoim hipotiroidisme congenital tetapi seharusnya dihindari.
Sedangkan Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan
oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon
tiroid yang berlebihan di dalam darah. Krisis tiroid merupakan suatu keadaan
klinis hipertiroidisme yang paling berat mengancam jiwa, umumnya keadaan
ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma multinodular
toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat
kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti
tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit
serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.

42 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E dan Moorhouse, M.F. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, ed 3.


Jakarta: EGC.

Kumar, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi, vol 2. Jakarta: EGC.

Price, S.A dan Wilson, LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit, vol 2. Jakarta: EGC.

Semiardji, Gatut. 2003. Penyakit Kelenjar Tiroid. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,
Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.

43 | A s k e p G a d a r E n d o k r i n d i g e s ti f

Anda mungkin juga menyukai