Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Jiwa

Dengan Klien Harga Diri Rendah (HDR)

Disusun Oleh
1. M. Firdaus (P27820424037)
2. Renika Eva Diasti Pravita (P27820424047)
3. Nur Amaliyah (P27820414052)
4. Puti Ayu Kinci (P27820424054)
5. Ria Agustin (P27820414061)
6. Aliffiani Agus Hartanti (P27820424067)

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA


PRODI D – III KEPERAWATAN KAMPUS SIDOARJO
Tahun Ajaran 2016– 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal
1). Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan
derajat kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat 2010.
(http//www.pikiran rakyat.com). Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Timur
diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah penduduk dewasa. Jumlah tersebut akan
semakin bertambah dengan kesulitan ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut diperparah dengan beberapa kejadian yang
menimpa Indonesia seperti bencana alam, diantaranya tsunami di Aceh dan Pangandaran,
Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak politik
lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persaingan antar individu merupakan
salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
            Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan
ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar
untuk meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah
sembuh dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih
untuk tinggal lagi di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di
rumahnya. Keluarga mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak
waras. Akibatnya tidak sedikit yang memilih kabur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah ?
2. Apa penyebab terjadinya harga diri rendah ?
3. Apa saja tanda dan gejala dari harga diri rendah ?
4. Bagaimana proses terjadinya harga diri rendah ?
5. Bagaimana rentang respon dari harga diri rendah ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari harga diri rendah ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan harga diri rendah ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa memahami pengertian dari harga diri rendah.
2. Mahasiswa memahami penyebab terjadinya harga diri rendah.
3. Mahasiswa memahami tanda dan gejala dari harga diri rendah.
4. Mahasiswa memahami proses terjadinya harga diri rendah.
5. Mahasiswa memahami rentang respon dari harga diri rendah.
6. Mahasiswa memahami penatalaksanaan dari harga diri rendah.
7. Mahasiswa memahami asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan harga diri
rendah.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan ( Townsend, 1998 ).
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian
negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah
suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal
mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan
harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak
kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik
terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik
terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa
disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan
orang lain (Rini, J.F, 2002).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan
tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang,
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru
(Stuart & Sundeen, 1998).
b.  Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen,
1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita – cita, keinginan,
harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu
(Stuart & Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan
terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa
remaja
d. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan
dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.Peran yang diterapkan
adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima
adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 1998).
e.  Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998)

2.2 Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system
keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan
dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan
sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif
merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang
dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Adapun penyebab terjadinya harga diri
adalah sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis ini
dapat terjadi secara situasional maupun kronik.

2.3 Proses Terjadinya


Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima
tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan
gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan
sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan
banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah penolakan
dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak
tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan
dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab
terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional
dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau
kopingnya maladaptive. Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga
diri rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau
kekurangannya diketahui oleh orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )

2.4 Tanda dan Gejala


1.    Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2.    Penurunan produktivitas
3.    Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4.    Gangguan dalam berhubungan
5.    Rasa diri penting yang berlebihan
6.    Perasaan tidak mampu dan rasa bersalah
7.    Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8.    Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
9.    Ketegangan peran yang dirasakan
10.     Pandangan hidup yang pesimis dan bertentangan
11.     Keluhan fisik dan khawatir
12.     Penolakan terhadap kemampuan personal
13.     Destruktif terhadap diri sendiri dan pengurangan diri
14.     Menarik diri secara sosial dan dari realitas
15.     Penyalahgunaan zat

2.5 Rentang Respon


Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana aktifitas
merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia, 2005). Depresi adalah
emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu
perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah
dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal yang
negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus, mengekspresikan sikap
malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan
ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak
asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negative mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah
kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya
ikut kelompok social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan
sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba
menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu
akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah menutup
identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang
yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas
negative, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga dipengaruhi beberapa factor
predisposisi seperti factor biologis, psikologis, social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri
rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak
berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
adalah:
1.    System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri
rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal
terus menerus.
2.    Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien
dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan
dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama
dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
3.    Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di
korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan
pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau
dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada
selalu mendominasi pikiran dari klien.
4.    Amigdala yang berfungsi untuk emosi

2.6 penatalaksanaan
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :
a.    Psikofarmaka 
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1)   Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
2)   Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
3)   Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia
4)   Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
5)   Tidak menyebabkan kantuk
6)   Memperbaiki pola tidur
7)   Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
8)   Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
b.    Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005,hal.231).
c. Therapy Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis,
2005).
d.  Tindakan  keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana
pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan
pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan
Sadock,1998).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat
dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang
paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi
dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok,
hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005)
Tindakan keperawatan terdiri dari 2 jenis yaitu,
1. Tindakan Keperawatan pada pasien :
Tujuan :
a. Melakukan pengkajian terhadap hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga
diri rendah pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap
stressor,sumber koping,dan mekanisme koping klien)
b. Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri
dan pemecahan masalah yang efektif.
c. Klien dapat melakukan iddentifikasi terhadap kemampuan positif yang
dimilikinya.
Tindakan Keperawatan :
a. Menggali hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah pada
klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber
koping,dan mekanisme koping klien)
b. tingkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan
masalah yang efektif dengan cara :
1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan perasaan diri.
2. Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang
positif yang terdahulu.
3. Eksplorasi bersama pasien lingkungan organisasi pekerjaan (kestabilan
organisasi, konflik interpersonal, ancaman terhadap pekerjaan saat ini)
4. Ikutsertakan pasien dalam pemecahan masalah (mengidentifikasi tujuan yang
meningkat dan mengembangkan rencana tindakan untuk memenuhi tujuan).
c. Berikan dorongan pada keterampilan perawatan diri untuk harga diri dengan
cara:
1. Bersama pasien mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki oleh klien
2. Latih klien untuk bisa mengoptimalkan aspek positif yang masih dimilikinya
3. Masukkan ke dalam jadwal, kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan aspek positif yang dimilikinya

2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
Tujuan :
1. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien
2. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
Tindakan Keperawatan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5. Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan
sebelumnya
7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah meliputi
tingkah laku :
a. Menyalahkan diri atau orang lain.
b. Produktivitas menurun.
c. Gangguan berhubungan
d. Rasa bersalah.
e. Mudah marah
f. Pesimis terhadap kehidupan
g. Keluhan fisik
h. Menarik diri dari realita
i. Cemas dan takut
j. Mengurung diri
k. Penyalahgunaaan zat
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah
akan ditemukan batasan karakteristik :
a. Kurang kontak mata
b. Ungkapan yang mengaktifkan diri
c. Ekspresi rasa malu
d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk
menghadapi berbagai peristiwa.
e. Menolak  umpan  balik  yang  positif  dan melebih-lebihkan  umpan  balik yang
negatif tentang dirinya.
f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
g. Hipersensitif  terhadap  kritik, mudah  tersinggung  dengan  pembicaraan orang
lain.

Data yang perlu dikaji


No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Masalah utama :  Mengungkapkan ingin  Merusak diri sendiri
diakui jati dirinya ·    Merusak orang lain
Gangguan konsep diri:
 Mengungkapkan tidak  Menarik diri dari
harga diri rendah
ada lagi yang peduli hubungan sosial
 Mengungkapkan tidak  Tampak mudah
bisa apa-apa tersinggung
 Mengungkapkan dirinya  Tidak mau makan dan
tidak berguna tidak tidur
 Mengkritik diri sendiri
2. Masalah Keperawatan :  Mengkritik diri sendiri  Tampak sedih dan tidak
Penyebab gangguan citra·     Mengungkapkan melakukan aktivitas yang
tubuh  perasaan main terhadap seharusnya dapat
diri sendiri dilakukan
 Mengungkapkan malu  Wajah tarnpak murung
dan tidak bisa bila  Klien terlihat lebih suka
diajak melakukan sendiri
sesuatu  Bingung bila disuruh
 Perasaan tidak mampu memilih alternatif
 Perasaan negatif tindakan
mengenai dirinya
sendiri
3. Masalah Keperawatan:  Mengungkapkan tidak  Ekspresi wajah kosong
Akibat Isolasi sosial : berdaya dan tidak ingin  Tidak ada kontak mata
menarik diri hidup lagi ketika diajak bicara
 Mengungkapkan enggan  Suara pelan dan tidak jelas
berbicara dengan orang
lain
 Klien malu bertemu dan
berhadapan dengan
orang lain

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3.3 Intervensi keperawatan


Diagnosa 1 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
citra tubuh
1. Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2. Tujuan Khusus (TUK)
a. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
 Ekspresi wajah bersahabat
 Menunjukkan rasa senang dan ada kontak mata
 Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama
 Mau menjawab salam dan duduk berdampingan dengan perawat
 Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
 Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukainya
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Kriteria evaluasi :
Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki :
 Kemampuan yang dimiliki klien
 Aspek positif keluarga
 Aspek positif keluarga yang dimiliki klien
Intervensi :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,
kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan.
2. Setiap bertemu dengan klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
3. Usahakan memberi pujian yang realistik
Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan
hanya mendapatkan pujian.
c. TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
Kriteria evaluasi :
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasarat untuk berubah.
2. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilanjutkan
penggunaannya.
Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki klien memotifasi
untuk tetap mempertahankan kegunaannya.
Diagnosa 2 : Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
1. Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2. Tujuan Khusus :
a. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi :
 Ekspresi wajah bersahabat
 Ada kontak mata
 Mau berjabat tanganMau menyebutkan nama
 Mau duduk berdampingan dengan perawat
 Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik:
1. Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria evaluasi :
 Kemampuan yang dimiliki klien
 Aspek positif keluarga
 Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
Intervensi :
1. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat
2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis
4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. TUK 4: Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Kriteria evaluasi :
kemampuan yang dapat digunakan
Intervensi  :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
d. TUK 5: Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Kriteria evaluasi
Klien dapat membuat rencana kegiatan harian
Intervensi  :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. TUK 6: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Kriteria evaluasi :
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya

Intervensi :
1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. TUK 7: Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria evaluasi :
Kilen memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Intervensi  :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAR

http://ahlinyajiwa.blogspot.co.id/2013/02/strategi-pelaksanaan-hdr-harga-diri.html (Di akses


pada 18 oktober 2016, jam 11,04)

http://haeraniasrina.blogspot.co.id/2013/06/makalah-harga-diri-rendah.html (Di akses pada


18 oktober 2016, jam 11,07)

http://lianerako.blogspot.co.id/2013/11/asuhan-keperawatan-jiwa-harga-diri.html (Di akses


pada 18 oktober 2016, jam 11,09)

Anda mungkin juga menyukai