Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

GOUT ARTRITIS

DISUSUN OLEH :
SRI YUNITA S. RAHIM, S.KEP
C03119066
MENGETAHUI :

PRESEPTOR KLINIK

PRESEPTOR AKADEMIK

1. TGL : ……..
TANGGAL PENGUMPULAN 2. TEPAT WAKTU
3. TERLAMBAT

SARAN PRESPTOR KLINIK/


AKADEMIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2020

LAPORAN PENDAHULUAN
GOUT ARTRITIS

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Gout Artritis adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi sebagai
akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum
meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang
kurang dari ginjal.Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai
gambaran khusus,yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi
inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat
monohidrat.
Gout adalah bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada
jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan
kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa
menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi
beberapa sendi.
Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun idiopatik. Gout primer
merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan
atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena
pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang
berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu
sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab
primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang jelas.

2. Klasifikasi
Menurut (Ahmad , 2011) jenis asam urat yaitu :
a. Gout primer
Pada gout primer , 99% penyebabbnya belum di ketahui (idiopatik)
b. Gout sekunder
Pada gout sekunder di sebabkan antra lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi, yaitu mengomsumsi makanan dengan kadar
purin tinggi.

3. Etiologi
Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu,dilihat dari
penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik.
Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yang
hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:

1. Pembentukan asam urat yang berlebih.


a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karana penyakit lain, seperti leukemia,terutama bila diobati dengan
sitostatika,psoriasis,polisitemia vera dan mielofibrosis.
2. Kurang asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal terjadi karena ekskresi asam urat di tubuli distal
ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahu.
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,
misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik..
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak
penting.

4. Manifestasi Klinik
Gout terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus berkembang
menjadi tahap akhir. Perjalanan penyakit asam urat mempunyai 4 tahapan,
yaitu3,10:
a. Tahap 1 (Tahap Gout Artritis akut)
Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada laki-laki,
dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun merupakan
bentuk tidak lazim artritis gout, yang mungkin merupakan manifestasi
adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit ginjal atau penggunaan
siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan berupa artritis monoartikuler
dengan predileksi MTP-1 yang biasa disebut podagra. Gejala yang muncul
sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat
dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apapun, kemudian
bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan
monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah, disertai lekositosis
dan peningkatan endap darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya
didapatkan pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan
cepat membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun.
Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang
adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti
pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan
beberapa sendi sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya, dengan
interval serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan yang lama.
Diagnosis yang definitive/gold standard, yaitu ditemukannya Kristal urat
(MSU) di cairan sendi atau tofus.

b. Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)


Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu
tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang
waktu 1-10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun.
Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa
bahwa dirinya pernah menderita serangan gout Artritis akut. Atau
menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya
dengan penyakit Gout Artritis.
c. Tahap 3 (Tahap Gout Artritis Akut Intermitten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa
gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan
serangan artritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan
sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu
dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama serangan
makin lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin
banyak. Misalnya seseorang yang semula hanya kambuh setiap setahun
sekali, namun bila tidak berobat dengan benar dan teratur, maka serangan
akan makin sering terjadi biasanya tiap 6 bulan, tiap 3 bulan dan
seterusnya, hingga pada suatu saat penderita akan mendapat serangan
setiap hari dan semakin banyak sendi yang terserang.
d. Tahap 4 (tahap Gout Artritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi
yang sering meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa
benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit
dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan mengakibatkan kerusakan
pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi semakin besar dan
banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakana sepatu
lagi.
5. Patofisiologi
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam
darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase
secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat. Presipitasi monosodium urat dapat
terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler
misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan
negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon
terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN). Pembentukan kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN
dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom
dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram
leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini
menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan
oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom
dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan
intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

6. Pathway
Genetik Sekresi asam urat Produksi asam urat
                                         yang berkurang                     yg berlebihan

Gangguan metabolisme purin

GOUT Permeabilitas kapiler

Hiperurisemia dan serangan sinovitis Akumulasi cairan ke


Akut berulang-ulang jaringan intertisial
                                                             
                                  Penimbunana  Kristal urat monoatrium Edema
                                                   sendi                                       
                       Menekan jaringan sendi
Sirkulasi pada                                          
daerah inflamasi Penimbunan Kristal Gangguan
Integritas Jaringan
                                          pada membrane sinovia
     dan tulang rawan artikular
                        
Pelepasan mediator kimia     Penimbunana Kristal Adanya respon inflamasi
oleh sel mast: bradikinin      pada membrane sinovia                                 
histamin,prostaglandin         dan tulang rawan artikular                    Suhu tubuh meningkat
                                             
  Hipotalamus                        Erosi tulang rawan,proliferasi                         
Hipertermi
                                  sinovia,& pembentukan panus
Eritema rasa panas
                      Degenerasi tulang sendi                             
                                               terbentuk tofus serta fibrosis
Nyeri Akut
                                              dan ankilosis pada tulang
Gangguan
Mobilitas Fisik
Perubahan bentuk tubuh pada
                                               tulang & sendi

Terjadi pada malam hari


Gangguan Citra
Tubuh

Gangguan Pola
Tidur Ansieta
s

7. Pemeriksaan diagnostic
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang
tinggi dalam darah ( > 6mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada
pria 8mg% dan pada wanita 7mg%. pemeriksaan kadar asam urat ini akan
lebih tepatlagi bila dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang
didapatkan leukositosis ringan dengan led meninggi sedikit. Kadar asam urat
dalam urin juga sering tinggi (500 mg%/liter per 24 jam).
Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga
penting untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna
putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat
dipastikan bila ditemukan gambarankristal asam urat ( berbentuk lidi) pada
sediaan mikroskopik.

8. Komplikasi
a. Topus
b. Deformitassendi
c. Nefropati gout
9. Penatalaksnaan
Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara
dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan
gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun asam
urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat diberikan pada stadium
akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah mengkonsumsi obat penurun
asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada stadium interkritik dan menahun,
tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal,
guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan
dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol bersama
obat urikosurik yang lain.
Penatalaksanaan serangan akut .
Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:
1. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan
arthritis gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek
samping yang sering ditemui diantaranya sakit perut , diare, mual atau
muntah-muntah. Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap Kristal urat
dengan menghambat kemotaksis sel radang. Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per
jam sampai nyeri, mual atau diare hilang. Kontraindikasi pemberian oral
jika terdapat inflamammatory bowel disease.
2. OAINS
Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan adalah
indometasin. Dosisi awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam.
Kontraindikasinya jika terdapat ulkus peptikus aktif, gangguan fungsi
ginjal, dan riwayat alergi terhadap OAINS.
3. Kortikosteroid
untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi yang
terserang
monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif, contohnya
triamsinolon 10-40 mgintraartikular.
4. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin
karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari
ginjal dan memperberat hiperurisemia.
5. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam
setelah serangan menghilang.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, alamat, Tgl MRS, No. Reg., dx medis.
2) Riwayat Penyakit
a. Keluahan Utama : Nyeri disertai pembengkakan dan kemerahan dari
sendi yang sakit (terutama pada sendi metatarsofalongeal) pertama
dari ibu jari.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
P :  Provokatif / Pallatif / Penyebab
c. Q : Quantitas / Quantitas Nyeri
Kaji seberapa sering px menyerangiai, tindakan apa yang dapat
menyebabkan nyeri.
d. R : Regional / area yang sakit
Sering mengenai sendi dipangkal ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut,
pergelangan tangan dan sikut.
e. S :  Severtity / Tingkat Keparahan
Kaji derajat nyeri px
- demam
- menggigil
f. T :  Time
Kapan keluhan dirasakan ?
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji dan tanyakan pada klien apakah sebelumnya klien pernah
mengalami penyakit yang sama seperti saat ini ?
4) Riwayat Penyakit / Kesehatan Keluarga
a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang
sama dengan klien ?
b. ada anggota keluarga yang menderita penyakit serius yang lain
seperti (HT, DM, TB, Pneumonia, dll.)
5) Riwayat Psikologis Spiritual
a. Psikologi : Tanyakan kepada klien apakah bisa menerima
penyakit yang dideritanya ?
b. Sosial : Bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan di
Rumah Sakit dan apakah klien bisa beradaptasi dengan klien yang
lain ?
c. Spiritual : Apakah klien tetap beribadah dan melaksanakan
ibadahnya menurut agamanya ?
6) Pemenuhan Kebutuhan
a. Pola Nutrisi
- Makan : Pada umumnya pasien gout artritis diberikan diit
rendah putin pantangan makanan kaya protan.
- Minum : Kaji jenis dan frekuensi minum sesuai dengan indikasi
b. Pola Eliminasi
- BAK : Kaji frekwensi, jumlah, warna dan bau.
- BAB : Kaji frekwensi, konsistensi dan warna
c. Pola Aktivitas
Biasanya pasien gout artritis pada saat melakukan aktivitas
mengalami keterbatasan tentang gerak, kontrktur / kelainan pada
sendi.
d. Istirahat tidur
Kaji pola kebiasaan pasien pada saat istirahta tidur dirumah maupun
di rumah sakit.
e. Personal Hygiene
Kaji kebiasaan pasien dalam kebiasaan diri. (Mandi, gosok gigi, cuci
tangan, kebersihan rambut, dll.)
7) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. TTV
c. Kesadaran
d. GCS
8) Pemeriksaan Persistem
a. Otot, Tulang, integumen
Otot, tulang

1) Mengalami atrofi pada otot.


2) Kontraktur / kelainan pada sendi.

Integumen

1) Kaji tumor kulit.


2) Kulit tampak merah, keunguan, kencang, licin, teraba hangat
pada waktu sendi membengkak.
b. Pulmonaile
1) Kaji bentuk dada, frekwensi pernafasan. Apakah ada nyeri
tekan.
2) Dan apakah ada kelainan pada bunyi nafas.
c. Cardiofaskuler
1) Inspeksi : terjadi distensi vena
2) Palpasi: Takhikardi
3) Auskultasi : Apakah ada suara jantung normal S1 dan S2
tunggal
d. Abdomen
Pada penderita Gout Artritis biasanya terjadi anoreksia dan
konstipasi.
e. Urologi
Hampir pada 20 % penderita Gout Artritis memiliki batu ginjal.
f. Muskuluskeletal
1) Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
2) Tofi dengan gout kronik, ini temuan paling bermakna. Tofi
adalah pembesaran jaringan permanen diakibatkan dari deposit
kristal urat natrium, dapat terjadi dimana saja pada tubuh tetapi
umum ditemukan pada sendi sinovial, bursa alecranon dan
vertebrate.
3) Laporan episode serangan gout adalah nyeri berdenyut, berat
dan tak dapat ditoleransi.
g. Reproduksi
Biasanya mengalami gangguan pada saat melakukan aktivitas
sexual akibat kekauan sendi.
2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi
2) Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan keenggangan melakukan
pergerakan
3) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis
(penekanan pada tonjolan tulang)
4) hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
5) gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
6) ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
7) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
NoDiagnosa keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan inflamasi keperawatan 1x8 jam di Observasi
harapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri.
2. Sikap protektif cukup 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon nyeri
3. Gelisah cukup menurun nonverbal
4. Kemampuan 4. Idenfitikasi faktor yang
menuntaskan aktivitas memperberat dan
meningkat memperingan nyeri.
5. Kesulitan tidur menurun Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. kontrol lingkungan rasa
nyeri
3. Fasilitasi istrhat tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
2. Ganguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Teknik latihan penguatan
berhubungan dengan keperawatan 1 x 8 jam sendi
keenggangan melakukan diharapkan mobilitas fisik  Observasi
pergerakan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi keterbatasan
hasil : fungsi dan gerak sendi
1. Pergerakan ekstremitas 2. Monitor lokasi dan sifat
meningkat ketidak nyamanan atau
2. Kekuatan otot meningkat rasa sakit selama gerakan
3. Nyeri menurun Terapeutik
4. Cemas menurun 1. Lakukan pengendalian
5. Gerakan terbatas nyeri sebelum memulai
menurun latihan
2. Fasilitasi gerak sendi
teratur dalam batas-batas
rasa sakit, ketahanan, dan
mobilitas sendi
Edukasi
1. Jelaskan kepada pasien /
keluarga tujuan rencanakan
latihan bersama.
Kolarborasi
1. Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
mengembangkan dan
melaksanakan program
latihan
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan intervensi Edukasi program
jaringan keperawatan 1x 8 jam di pengobatan
harapkan integritas kulit dan Observasi
jaringan meningkat dengan 1. Identifikasi pengetahuan
kriteria hasil : tentang pengobatan yang
1. Perfusi jaringan direkomendasikan
meningkat Terapeutik
2. Nyeri menurun 1. Fasilitas informasi tertulis
3. Suhu kulit membaik atau gambar untuk
meningkatkan pemahaman
2. Beri dukungan untuk
menjalani program
pengobatan
Edukasi
1. Jelaskan manfaat dan efek
samping dari pengobatan
2. Jelaskan cara penyimpanan
, pengisian kembali
Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
4.
dengan suhu tubuh keperawatan selama 1x8jam Observasi :
meningkat di atas rentang di harapkan termoregulasi 1. identifikasi penyebab
normal tubuh membaik dengan kriteria hipertermia(mis Dehidrasi)
hasil : 2. monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun 3. monitor kadar elektrolit
2. Kulit merah menurun 4. monitor haluaran urine
3. Suhu tubuh membaik 5. monitor komplikasi akibat
4. Suhu kulit membaik hipertermia
Terapeutik
1. sediakan lingkungkungan
yang dingin
2. 2.longgarkan atau
melepaskan pakaian
3. 3.basahi kipas permukan
tubuh
4. berikan cairan oral
5. berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian cairan
elektrolit

Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur


5.
Berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi
nyeri diharapkan pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas
membaik dengankriteria hasil dan tidur
: 2. Identifikasi faktor
1. Kemampuan beraktivitas penganggu tidur
meningkat 3. Identifikasi makanan dan
2. Kleuhan sulit tidur minuman yang menggangu
menurun pola tiur
3. Kelihan sering terjaga 4. Identifikasi obat tidur yang
menurun dikonsusmsi
4. Keluhan tidak puas tidur Terapeutik
menurun 1. Modifikasi lingkungan
5. Keluhan pola tidur 2. Batasi waktu tidur siang
menurun 3. Fasilitasi menghilangkan
6. Keluhan istirahat tidak stress sebelum tidur
cukup menurun 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup
2. Anjurkan menempati
kebiasaan waktu tidur
Kolaborasi
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Ansietas berhubungan Reduksi ansietas
6. Setelah dilakukan tindakan
dengan kurang terpapar Observasi
keperawatan selama 1x8jam
informasi 1. Identifikasi saat tingkat
di harapkan tingkat ansietas
ansietas berubah
2. Identifikasi keampuan
menurun dengan kriteria
mengambil keputusan
hasil :
3. Monitor tanda-tanda

1. Perilaku gelisah menurun ansietas

2. Perilaku tegang Terpeutik


1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbukan kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan dengan
pendekatan yang tenang
dan menyakinkan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termaksuk sensasi yang
mungkin di alami
2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
jika perlu
4. Anjurkan mengungkan
perasaan dan persepsi
5. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
ansietas, jika perlu
Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh
7. berhubungan dengan keperawatan selama… 1x 8 Observasi
perubahan fungsi tubuh jam, diharapkan citra tubuh 1. Identifikasi harapan citra
meningkat dengan kriteria
tubuh berdasarkan tahap
hasil
1. Verbalisasi perasaan perkembangan
negative tentang 2. Identifikasi budaya, agama,
perubahan tubuh menurun jenis kelamin, dan umur
2. Verbalisasi kekhawatiran terkait citra tubuh
pada penolakan/reaksi 3. Identifikasi perubahan citra
orang lain menurun tubuh yang mengakibatkan
3. Verbalisasi perubahan isolasi sosial
gaya hidup menurun 4. Monitor frekuensi
pernyataan kritik terhadap
diri sendiri
5. Monitor apakah pasien bisa
meliht bagian tubuh yang
berubah
Terapeutik
1. Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
3. Diskusikan perubahan
akibat pubertas, kehamilan
dan penuaan
4. Diskusikan kondisi stress
yang mempengaruhi citra
tubuh (mis. Luka, penyakit,
pembedahan)
5. Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
6. Diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
2. Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
3. Anjurkan menggunakan
alat bantu (mis. Pakaian,
wig, kosmetik)
4. Anjurakn mengikuti
kelompok pendukung (mis.
Kelompok sebaya)
5. Latihan fungsi tubuh yang
dimiliki
6. Latihan peningkatan
penampilan diri (mis.
Berdandan)
7. Latihan pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompk
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddath.2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC: Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC :


Jakarta

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius
FKUI : Jakarta

Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar GangguanMuskuloskeletal. Cetakan  


kedua. Jakarta :  Salemba Medika.

Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan


kelima.Jakarta : Yarsif Watampone.

Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.

Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media


Aeusculapius.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai