Kelas : VIII F
No : 31
Bab 11
Peristiwa sekitar proklamasi dan pembentukan Negara kesatuan republik
indonesia.
1) Peristiwa Rengasdengklok.
15 Agustus 1945, jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita itu diterima
melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda
Penyerahan jepang pada Sekutu mnyebabka indonesia mengalami kekuasaan
kekosongan (vacuum of power)
Kekosongan kekuasaan menyebabkan konflik antara gol.muda dan gol.tua
Golongan muda menginginkan agar proklamasi segera. (B.M Diah, Yusuf Kunto,
Wikana, Sayuti Melik, Chaerul Saleh)
Golongan tua (Ir.Soekarno,Drs.M.Hatta, M.yamin, Ahmad Soebarjo) ingin
proklamasi dirapatkan dulu dengan anggota PPKI.
Lalu Gol.muda rapat di ruangan lembaga Bakteorologi (15 Agustus 1945 20:00
WIB) yang menghasilkan kemerdekaan indonesia adalah hal dan soal rakyat
indonesia sendiri tidak boleh digantungkan pada bangsa lain.
Selanjutnya jam 22:00 Wikana dan Darwis mendesak Ir.Soekarno agar mau
melaksanakan kemerdekaan indoensia tapi Ir.Soekana tetap tidak mau.
Kuatnya pendirian Ir.Soekarno menyebabkan Gol.Muda mengira bahwa ada
pengaruh dari Jepang.
Akhirnya Gol.Muda rapat di Jl.cikini 71 pada 16 agustus 1945. Mereka membawa
Ir.Soekarno dan Hatta ke rengasdengklok. Tujuan:
1. Agar kedua tokoh itu tidak terpengaruh jepang
2. Mendesak keduanya agar memproklamasikan kemerdekaan indonesia terlepas
dari ikan dengan jepang.
Amad Soebarjo merasa prihatin dan mengusulkan agar segera proklamasi.untuk itu
Soekarno dan Hatta harus segera dibawa ke Jakarta.
Akhirnya dengan ahmad soebarjo menyakinkan gol.muda dan nyawa sebagai
taruhan Soekarno dan Hatta dibawa ke Jakarta.
Dukungan yang sangat penting ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari
Kasultanan Yogyakarta yang nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945.
Dalam pernyataan tersebut Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri
Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam
Negara Republik Indonesia.
Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang cukup berani dan bijak di dalam
negara kerajaan yang berdaulat. Sesuai dengan konsep negara kesatuan yang dianut
Indonesia, tidak akan ada negara di dalam negara. Kalau hal tersebut terjadi akan
memudahkan bangsa asing mengadu domba. Dukungan terhadap negara kesatuan dan
pemerintah Republik Indonesia juga datang dari rakyat dan pemuda. Berikut ini beberapa
peristiwa sebagai wujud dukungan rakyat secara spontan terhadap Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
1. Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi,
mendarat di Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Ujungpandang, gubernur segera
membentuk pemerintahan daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris
Daerah. Tindakan gubernur oleh para pemuda dianggap terlalu berhatihati, kemudian
para pemuda mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung-gedung vital
seperti studio radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok
Barisan Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal 28
Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut, pasukan
Australia yang telah ada bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan
pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
2. Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda
Republik Indonesia (PRI) pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan
Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang.
Pada tanggal 13 Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut
kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
3. Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap
markas-markas Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para
pemimpin Republik menolak ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan
Australia.
6. Di Yogyakarta
Dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi semua pegawai instansi
pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melaksanakan aksi mogok. Mereka
memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan aset dan kantornya kepada orang
Indonesia. Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta
mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah berada di tangan Pemerintah
Republik Indonesia. Pada hari itu juga di Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan
Rakyat.
7. Sumatra Selatan
Dukungan dan perebutan kekuasaan terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8
Oktober 1945, ketika Residen Sumatra Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai
Gunseibu dalam suatu upacara menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai,
para pegawai kembali ke kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan bahwa
di seluruh Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik
Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden, sebab orang-
orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
Dr. Karyadi yang meneliti cadangan air minum tersebut meninggal ditembak oleh
Jepang. Pertempuran mulai pecah dini hari tanggal 15 Oktober 1945 di Simpang Lima.
Pertempuran berlangsung lima hari dan baru berhenti setelah pimpinan TKR berunding
dengan pimpinan pasukan Jepang
9. Di Bandung
Pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan Udara
Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad).
Usaha tersebut berlangsung sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17
Oktober 1945.
10. Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang mendukung proklamasi.
Akibatnya tentara Australia yang sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan
ultimatum melarang semua aktivitas politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan
bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun
kaum nasionalis tidak menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak
kurang 8.000 orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah
Putih.
Mereka membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu,
Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Di sisi lain mereka
juga menahan Komandan Garnisun Manado dan semua pasukan Belanda di Teling dan
penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas
Belanda di Tomohon dan Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut dikirim
ke pemerintah pusat yang saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang
ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan
sebagai residen dipilih B.W. Lapian.